Anda di halaman 1dari 12

Volume 3, Nomor 1, Mei 2018

p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Anak Melalui Media Animasi


Audio Visual Siswa Kelas VI SD
Ahmad*, Siti Hajar, Farid Fauzi Almu

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Kupang


*Email: ahmadckp08@gmail.com

Diterima: 06 Mei 2018. Disetujui: 28 Mei 2018. Dipublikasikan: 31Mei 2018

DOI: 10.29303/jipp.Vol3.Iss1.46

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyimak cerita
anak melalui media animasi audio visual siswa kelas VI SD Negeri Oeba 3 Kupang, Penelitian ini
menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Subjek penelitian adalah
siswa kelas VI SD Negeri Oeba 3 Kupang. Variabel dalam penelitian ini yaitu keterampilan menyimak
cerita anak dan penggunaan media animasi audio visual. Setiap siklus terdapat instrumen yang
berwujud tes dan nontes. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan analisis
data penelitian keterampilan menyimak cerita anak pada pratindakan, siklus I, dan siklus II
menunjukkan peningkatan nilai rata-rata kelas. Hal tersebut terlihat pada keaktifan siswa dan
keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita anak melalui media animasi audio
visual.

Kata kunci: cerita anak, keterampilan menyimak cerita anak, media animasi audio visual.

Abstract: The purpose of this study is to describe the improvement of listening skills through animated
audio visual media on sixth grade students of State Elementary School of Oeba 3 Kupang. This study
applied Classroom Action Research design which is consisting of two cycles. The research was done at
sixth grade of State Elementary School of Oeba 3 Kupang. The variables in this research were the
listening skills of children stories and the use of animated audio visual media. There was instrument in
the form of test and non test on each cycle. The data was analized quantitatively and qualitatively. The
research findings indicated that there was increasing on the average value of the class. This can be seen
on students’ activeness and enthusiasm through animated audio visual media.

Keywords: children stories, student’s listening skills, animated audio visual media.

pembelajaran menyimak selalu monoton dan


PENDAHULUAN membosankan, sehingga siswa jenuh dan bosan
Sesuai dengan pelaksanaan kegiatan belajar dalam mengikuti pelajaran di kelas. Untuk itu guru
mengajar bahasa Indonesia kelas VI SD mengenai isi harus memilih, mengkombinasikan, mempraktikkan
dan bahan pengajaran, yaitu bahasa sebagai alat bahan ajaran dan media yang sesuai dengan situasi.
komunikasi yang digunakan untuk bermacam-macam Keberhasilan pembelajaran menyimak ditentukan
fungsi sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh oleh media yang tepat.
guru kepada siswa, materi pengajaran bahasa dan Tarigan (dalam Sutari dkk. 1997:117-118)
sastra Indonesia juga diarahkan dan dititikberatkan mengemukakan beberapa alasan yang menyebabkan
pada fungsi bahasa itu sendiri. pada fungsi bahasa itu pembelajaran menyimak belum terlaksana, (1) teori,
sendiri. prinsip, dan generalisasi mengenai menyimak belum
Dalam pembelajaran menyimak, media banyak diungkapkan; (2) pemahaman terhadap apa
mempunyai peran yang sangat penting untuk dan bagaimana menyimak itu masih minim; (3) buku
menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Untuk teks, buku pegangan guru dalam masyarakat masih
itu, guru harus mampu memilih media pembelajaran langka; (4) bahan pengajaran menyimak masih
yang tepat. Kurang tepatnya guru dalam memilih kurang; (5) jumlah murid per kelas terlalu besar.
media pembelajaran menjadikan siswa kurang Siswa SD kelas VI rata-rata berusia 10-12 tahun
berminat dalam mengikuti pelajaran. Guru dalam tergolong masih anak-anak. Pada usia tersebut,
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

umumnya anak-anak menyukai cerita anak. Bagi dapat mempertinggi proses dan hasil belajar,
anak-anak, terutama SD, cerita anak yang bersifat sehingga kompetensi ini benar-benar dikuasai siswa.
fiksi atau khayalan dan fantasi dapat membawa Selain itu, diharapkan adanya perubahan perilaku ke
pikiran dan jiwa anak memiliki imajinasi terhadap arah positif pada siswa dalam pembelajaran meyimak
cerita anak yang dibacanya. cerita anak. Siswa yang semula bersikap
Menurut Trimansyah (1999:38) tema yang meremehkan, malas-malasan, menganggap kurang
cocok untuk anak adalah tema-tema yang menyajikan penting materi keterampilan bersastra cerita anak
masalah yang sesuai pula dengan alam hidup anak- diharapkan tertarik, termotivasi, dan mengikuti
anak. Misalnya, tema tentang kepahlawanan, suka pembelajaran dengan baik dan maksimal sehingga
duka pengembaraan, peristiwa sehari-hari atau juga dapat diperoleh hasil pembelajaran yang maksimal
kisah perjalanan seperti petualangan di luar angkasa pula.
atau penjelajahan dunia, dan sebagainya. Penggunaan media animasi audio visual
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dalam pembelajaran menyimak cerita anak dapat
dan siswa mengenai pembelajaran menyimak cerita dijadikan media untuk meningkatkan keterampilan
anak yang ditemukan dalam objek penelitian, menyimak siswa agar tujuan pembelajaran dapat
terdapat faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tercapai dan siswa mengubah perilaku ke arah positif
kegiatan menyimak cerita anak. Dalam kenyataan dalam belajar. Oleh karena itu peneliti melakukan
yang terjadi di kelas, guru menghadapi anak yang penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan
sulit memahami materi pelajaran, meskipun guru Menyimak Cerita Anak melalui Media Animasi
sudah berupaya sebaik mungkin. Dalam menjelaskan Audio Visual pada Siswa Kelas VI Negeri Oeba 3
materi, tetapi sebagian anak masih belum memahami Kupang
apa yang telah dijelaskan. Selain itu, lingkungan Penelitian menyimak telah banyak dikaji dan
sangat mempengaruhi pada diri siswa misalnya dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut masih menarik
lingkungan di luar sekolah yang kurang memotivasi untuk diadakan penelitian lebih lanjut lagi, baik
siswa dalam belajar. Sedangkan kendala guru penelitian yang bersifat melengkapi maupun yang
misalnya belum menggunakan secara efektif untuk bersifat baru. Keterampilan menyimak harus dikuasai
media pembelajaran menyimak khususnya media setiap orang karena bermanfaat dalam kehidupan
animasi audio visual. Dari beberapa permasalahan sehari-hari.
tersebut membuktikan bahwa kemampuan menyimak Cerita merupakan bagian dari hidup. Setiap
siswa masih rendah. Oleh karena itu, penulis tertarik orang adalah bagian dari sebuah cerita. Kelahiran,
untuk melakukan penelitian pada siswa kelas VI SD kesehatan, keberhasilan, kematian, di mana, kapan,
Negeri Oeba 3 Kupang. dan seterusnya semuanya adalah sebuah rentetan
Berdasarkan hasil observasi dengan guru kejadian dari kisah kemanusiaan yang amat menarik
sebelum peneliti melakukan penelitian di sekolah (Sarumpaet 2002). Bahkan, cerita adalah narasi
tersebut ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan pribadi setiap orang suka menjadi bagian dari suatu
rendahnya pembelajaran menyimak cerita anak yaitu peristiwa, bagian dari satu cerita, dan menjadi bagian
(1) pemahaman siswa masih kurang, (2) guru dari sebuah cerita adalah hakikat cerita. Otak
kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran manusia juga disebut sebagai alat narasi yang
menyimak cerita anak, dan (3) guru belum atau bergerak dalam dunia cerita. Semua pengetahuan
jarang menggunakan media atau fasilitas yang yang disimpan dalam otak dan bagaimana akhirnya
disediakan oleh sekolah. setiap orang dapat mengingat dan mengenal dunia
Penggunaan media animasi audio visual adalah karena keadaan cerita itu. Kalau semua
dalam pembelajaran menyimak cerita anak pengetahuan itu tidak disimpan dalam bentuk cerita,
diharapkan meningkatkan rasa ingin tahu dan minat tak akan bisa diingat. Itulah sebabnya segala yang
siswa serta memotivasi belajar. Jika siswa disimpan dalam bentuk cerita jauh lebih bermanfaat
termotivasi, maka siswa akan mengikuti dan bermakna daripada segala yang dijejalkan ke
pembelajaran dengan sebaik dan semaksimal dalam otak hanya dalam bentuk fakta-fakta atau
mungkin. Dengan demikian, diharapkan akan mampu sekuen-sekuen yang sulit dicari antarhubungannya.
meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak Menurut Endraswara (2002:115) sastra anak
pada siswa yang dapat diidentifikasi dari hasil belajar di dalamnya termasuk cerita anak pada dasarnya
siswa dan berubahnya sikap siswa ke arah positif. merupakan “wajah sastra” yang fokus utamanya demi
Media animasi audio visual ini diharapkan perkembangan anak. Di dalamnya mencerminkan
dapat mempermudah siswa dalam memahami materi liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh anak,
dan informasi yang disampaikan. Selain itu, melukiskan perasaan anak, dan menggambarkan
penggunaan media animasi audio visual dalam proses pemikiran-pemikiran anak. Dalam hal ini patut
pembelajaran menyimak cerita anak juga diharapkan ditegaskan bahwa sastra anak tak harus semua
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

tokohnya seorang anak. Rampan (dalam Subyantoro Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
2006) mendefinisikan cerita anak-anak sebagai cerita disimpulkan bahwa ciri-ciri cerita anak yaitu (1)
sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu berisi sejumlah pantangan, berarti hanya hal-hal
ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan tertentu saja yang boleh diberikan; (2) penyajian
berkualitas tinggi, namun tidak ruwet, sehingga secara langsung, kisah yang ditampilkan memberikan
komunikatif. Akan tetapi cerita anak-anak justru uraian secara langsung, tidak berkepanjangan; (3)
ditulis oleh orang dewasa dan dikonsumsi oleh anak- memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan
anak (Sugihastuti 1996:69). Cerita anak-anak adalah dan ajaran kepada anak-anak; (4) sifat fantastis.
media seni yang mempunyai ciri-ciri tersendiri sesuai Cerita anak mengisahkan tentang kehidupan anak-
dengan selera penikmatnya. Tidak seorang pengarang anak dengan segala aspek yang berada dan
cerita anak-anak yang mengabaikan dunia anak-anak. mempengaruhi mereka, penggunaan pandangan anak
Dunia anak-anak tidak dapat diremehkan dalam atau kacamata anak dalam menghadirkan cerita atau
proses kreatifnya. Maka dari itu, cerita anak-anak dunia imajiner yang dapat dinikmati oleh anak
dicipta oleh orang dewasa seolah-olah merupakan dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa.
ekspresi diri anak-anak lewat idiom-idiom bahasa
anak-anak. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri cerita anak yaitu
Nurgiyantoro (2007) menyebutkan ada dua (1) berisi sejumlah pantangan, berarti hanya hal-hal
kategori teks kesastraan dan juga dua disiplin tertentu saja yang boleh diberikan; (2) penyajian
keilmuan yang tidak selalu sama, yaitu sastra dewasa secara langsung, kisah yang ditampilkan memberikan
(adult literature) dan sastra anak (children uraian secara langsung, tidak berkepanjangan; (3)
literature). Lebih lanjut Nurgiyantoro menyebutkan memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan
jika selama ini sastra anak terkesan diabaikan. dan ajaran kepada anak-anak; (4) sifat fantastis.
Namun kini sastra anak dipandang memiliki Cerita anak mengisahkan tentang kehidupan anak-
kontribusi perkembangan kepribadian dan atau anak dengan segala aspek yang berada dan
pembentuk karakter anak. Sastra anak diyakini mempengaruhi mereka, penggunaan pandangan anak
mampu sebagai salah satu faktor yang dapat atau kacamata anak dalam menghadirkan cerita atau
dimanfaatkan “untuk mendidik” anak lewat bacaan. dunia imajiner yang dapat dinikmati oleh anak
Dari beberapa keterangan di atas dapat dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa.
disimpulkan cerita anak adalah cerita sederhana yang bahannya. Berdasarkan isinya, cerita anak-anak dapat
ditulis untuk anak, berbicara mengenai kehidupan berasal dari sastra tradisional, fantasi modern, fiksi
anak dan sekeliling yang mempengaruhi anak, di realistis, fiksi sejarah, dan puisi.
dalamnya mencerminkan liku-liku kehidupan yang
dapat dipahami oleh anak, melukiskan perasaan anak, Menurut bentuk penulisannya, cerita anak-
dan menggambarkan pemikiran-pemikiran anak. anak diklasifikasikan ke dalam buku bacaan
Endraswara (2002:119) mengatakan bahwa bergambar (picture book), komik, buku ilustrasi, dan
ciri-ciri sastra anak termasuk di dalamnya cerita anak novel. Dilihat dari fungsinya, ada pula buku untuk
ada tiga, yakni (1) berisi sejumlah pantangan, berarti pemula yang disebut sebagai buku konsep, buku
hanya hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan; (2) partisipasi, dan toybooks. Bila dilihat dari bahannya,
penyajian secara langsung, kisah yang ditampilkan selain kertas, buku untuk pemula ada yang terbuat
memberikan uraian secara langsung, tidak dari kain, plastik, foam, dan karton tebal. Dilihat dari
berkepanjangan; (3) memiliki fungsi terapan, yakni ukurannya, selain yang biasa seperti umumnya, ada
memberikan pesan dan ajaran kepada anak-anak. Ciri yang berukuran mini, midi, dan maksi (Bunanta
pokok lain sastra anak yang sulit terelakkan adalah dalam Subyantoro 2006).
sifat fantastis (Endraswara 2002:119). Unsur fantasi Di dalam cerita terdapat ide, tujuan,
ini akan ada karena para pengarang sastra anak imajinasi bahasa, dan gaya bahasa (Majid 2001:4).
termasuk di dalamnya cerita anak tak ingin nilai-nilai Unsur-unsur tersebut berpengaruh dalam
didik pada anak secara eksplisit. Hal ini juga pembentukan pribadi anak. Sarumpaet (2002)
dilandasi oleh perkembangan kejiwaan anak yang menyebutkan bahwa cerita anak memiliki kekuatan
sarat dengan dunia fantasi. Semakin jauh dan tinggi yang hebat.
daya fantasi dalam sastra anak, akan semakin Cerita memiliki tempat yang signifikan
digemari oleh anak-anak. dalam perkembangan bahasa dan keterampilan
Dunia hewan dan tumbuhan pun dapat literernya, juga perkembangan psikologis dan
dilukiskan pada cerita anak-anak (Subyantoro 2006). emosinya. Cerita yang menarik dapat membantu
Bahkan hasilnya sering menakjubkan. Banyak cerita memberikan ide dan membangkitkan asosiasi anak
anak yang berkisah tentang hewan dan tumbuhan. didik pada pengalaman mereka.
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

Seperti dikemukakan Hurlock (dalam cerita sederhana yang ditulis untuk anak yang
Subyantoro 2006) bahwa pada masa usia sekolah, berbicara mengenai kehidupan, ekspresi untuk anak-
anak menyukai cerita tentang hal-hal yang nyata. anak dan sekeliling yang mempengaruhi anak.
Dengan kata lain, mereka lebih menyukai cerita-
cerita yang nyata dengan dibumbui sedikit khayal, Menurut Sutari, dkk. (1997:22-26), tujuan
daripada yang tidak terjadi sebenarnya atau tentang menyimak dapat disusun sebagai berikut.(1)
sesuatu yang jauh di luar jangkauan pengalamannya, mendapatkan fakta, Kegiatan menyimak dengan
sehingga tidak dapat mereka pahami. Cerita anak tujuan memperoleh fakta di antaranya melalui
terdiri atas unsur-unsur pembangun cerita anak, kegiatan membaca, baik melalui majalah, koran,
antara lain: alur, tokoh dan perwatakan, latar, tema maupun buku-buku. Selain itu, mendapatkan fakta
dan amanat. melalui radio, televisi, pertemuan, menyimak
Menurut Tarigan (1994:2) keterampilan ceramah-ceramah, dan sebagainya. (2) menganalisis
berbahasa mencakup empat segi, yaitu menyimak, fakta, Maksud dari menganalisis fakta yaitu proses
berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak menaksir kata-kata atau informasi sampai pada
merupakan keterampilan berbahasa awal yang tingkat unsur-unsurnya, menaksir sebab akibat yang
dikuasai manusia. Keterampilan menyimak sebagai terkandung dalam fakta-fakta itu. (3) mengevaluasi
dasar bagi keterampilan berbahasa lain. Pada awal fakta,
kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, Penyimak yang kritis akan mempertanyakan hal-hal
setelah berbicara, kemudian membaca, dan menulis. mengenai nilai fakta-fakta itu, keakuratan fakta-fakta
Penguasaan keterampilan menyimak akan tersebut, dan kerelevanan fakta-fakta tersebut.
berpengaruh pada keterampilan berbahasa lain. Setelah itu, pada akhirnya penyimak akan
Tarigan (1994:3) menyatakan bahwa dengan memutuskan untuk menerima atau menolak materi
meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula simakannya itu. Selanjutnya penyimak diharapkan
membantu meningkatkan kualitas berbicara pada dapat memperoleh inspirasi yang dibutuhkannya. (4)
seseorang. mendapatkan inspirasi, inspirasi sering dipakai alasan
Russel & Russel (dalam Tarigan 1994:28) oleh seseorang untuk menyimak suatu pembicaraaan.
menyatakan bahwa menyimak mempunyai makna Kita menyimak bukan untuk memperoleh fakta saja
mendengarkan dengan penuh pemahaman, perhatian, melainkan untuk memeperoleh inspirasi. Kita
serta apresiasi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah semata-
Anderson (dalam Tarigan 1994:28) bahwa menyimak mata untuk tujuan mendapatkan inspirasi atau ilham.
sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta (5) mendapatkan hiburan, hiburan merupakan
menginterpretasi lambang-lambang lisan. kebutuhan manusia yang cukup mendasar. Dalam
kehidupan yang serba kompleks ini kita perlu
Menurut Akhadiat (dalam Sutari, dkk. melepaskan diri dari berbagai tekanan, ketegangan,
1997:18-19) menyimak ialah suatu proses yang dan kejenuhan. Kita sering menyimak radio, televisi,
mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, film layar lebar antara lain untuk memperoleh
mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi hiburan dan mendapatkan kesenangan batin.
atas makna yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
Subyantoro dan Hartono (2003:1-2 dalam Suratno dalam pembelajaran menyimak cerita anak dalam
2006) menyatakan bahwa mendengar adalah penelitian ini mempunyai tujuan supaya siswa belajar
peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca agar memperoleh pengetahuan, mengevaluasi agar
indera pendengar yang terjadi pada waktu kita dalam dapat menilai, mengapresiasi materi simakan, dan
keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, mendapatkan hiburan melalui cerita anak. Dengan
sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar tujuan tersebut siswa akan memahami unsur-unsur
yang dilakukan dengan sengaja penuh perhatian yang terkandung dalam cerita anak yaitu tokoh dan
terhadap apa yang didengar, sementara itu menyimak perwatakan, latar, serta tema dan amanat cerita anak.
pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi Menurut Setiawan (dalam Suratno 2006:16-
dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa 18), manfaat menyimak sebagai berikut:
yang disimak lebih ditekankan lagi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa (1) menambah ilmu pengetahuan dan
keterampilan menyimak cerita anak adalah kegiatan pengalaman hidup yang berharga bagi kemampuan
mendengarkan lambang-lambang lisan yang siswa, sebab menyimak memiliki nilai informatif,
dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang
pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk menjadikan kita menjadi berpengalaman. (2 )
memperoleh pesan, informasi, memahami makna meningkatkan intelektualitas serta memperdalam
komunikasi dan merespon yang terkandung dalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita. (3)
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

memperkaya kosakata kita, menambah pembelajaran adalah sarana yang dapat menyalurkan
perbendaharaan ungkapan yag tepat, bermutu, dan informasi mengenai pembelajaran dari sumber
puitis. Orang yang banyak menyimak, informasi (guru) kepada penerimanya (siswa).
komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata Animasi adalah suatu rangkaian gambar
yang digunakan lebih variatif. (4) memperluas diam secara inbeethwin dengan jumlah yang banyak,
wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta bila kita proyeksikan akan terlihat seolah - olah hidup
membina sifat terbuka dan objektif. (5) (bergerak), seperti yang pernah kita lihat film - film
meningkatkan kepekaaan dan kepedulian sosial. kartun di televisi maupun di layar lebar (Mtholib
Lewat menyimak kita dapat mengenal seluk beluk 2007). Jadi, animasi kita simpulkan menghidupkan
kehidupan dengan segala dimensinya. Dengan benda diam diproyeksikan menjadi bergerak. Kita
bahan-bahan semakin baik, dapat membuat kita sudah sekian lama mengenal animasi melalui film –
dalam perenungan-perenungan nilai kehidupan film kartun yang ditayangkan di TV maupun VCD.
sehingga tergugah semangat kita untuk memecahkan Pada dasarnya film atau video animasi berupa
problem yang ada, sesuai dengan kemampuan kita. rangkaian gambar secara inbeethwin lalu
(6) meningkatkan citra artistik, jika yang kita simak diproyeksikan pada layar menjadi gerakan, gerakan
itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan inilah yang kita sebut animasi.
bahasanya indah. Banyak menyimak dapat Animasi tidak hanya untuk film kartun saja,
menumbuhsuburkan sikap apresiatif, sikap dapat juga kita gunakan untuk media pendidikan,
menghargai karya atau pendapat orang lain dan informasi, dan media pengetahuan lainnya yang tidak
kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita. dapat dijangkau dengan life melalui kamera foto atau
(7) menggugah kualitas dan semangat mencipta kita video, misalnya membuat film proses terjadinya
untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan- tsunami atau proses terjadinya gerhana matahari, ini
tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak kita akan sulit ditempuh dengan pengambilan gambar
akan mendapatkan ide-ide cemerlang dan langsung melalui kamera.
pengalaman hidup yang berharga. Prinsip animasi adalah pengertian animasi itu
Berdasarkan manfaat menyimak di atas dan sendiri. Animasi atau animate artinya menjadikan
dilihat dari tujuannya, manfaat menyimak cerita anak hidup atau menjadikan karakter seolah-olah hidup.
dalam penelitian ini adalah menambah ilmu Selain itu, animasi adalah bagian dari perfilman,
pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga sehingga seluruh prinsip pembuatannya bisa
bagi kemanusiaan, mengevaluasi agar dapat menilai diterapkan. Layaknya film, animasi yang baik selalu
materi simakan, meningkatkan dan menumbuhkan membawa sebuah pelajaran (Tirtha 2006).
sikap apresiatif, serta mendapatkan hiburan melalui
cerita anak. Hal ini dikarenakan penelitian yang Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
dilaksanakan adalah menyimak cerita anak. Sehingga bahwa animasi merupakan rangkaian gambar diam
cerita anak yang termasuk karya sastra tersebut perlu secara inbeethwin dengan jumlah yang banyak, bila
diapresiasi dan diambil nilainya. kita proyeksikan akan terlihat seolah - olah hidup
(bergerak ).
Menurut Soeparno (1988:1) media adalah Djamarah dan Zain (dalam Budiarti 2007)
suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) menjelaskan bahwa media audio visual adalah media
untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
informasi dari suatu sumber (resource) kepada Jenis media ini terdiri dari media yang pertama
penerimanya (receiver). Istilah media berasal dari adalah media audio visual diam yaitu media yang
bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari menampilkan suara dan gambar seperti film bingkai
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau suara (sound slides), film rangka suara, dan cetak
pengantar (Prastati dan Irawan 2001:3; Rahadi suara. Sedangkan media yang kedua adalah media
2003:9). Makna umumnya adalah segala sesuatu audio visual gerak, yaitu media yang dapat
yang dapat menyalurkan informasi dari sumber menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak
informasi kepada penerima informasi. Istilah media seperti film suara dan video-cassette. Sedangkan
sangat populer dalam komunikasi. Proses belajar menurut Rohani (dalam Budiarti) media audio visual
mengajar pada dasarnya juga merupakan proses adalah media instruksional modern yang sesuai
komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu
pembelajaran disebut media pembelajaran (Rahadi pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang
2003:9). dapat dilihat, didengar, dan yang dapat dilihat dan
Dapat disimpulkan bahwa media adalah didengar.
sarana yang dapat menyalurkan informasi dari Media audio visual yang akan digunakan
sumber informasi kepada penerimanya. Jadi, media dalam penelitian ini berupa video. Media video
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

merupakan perpaduan antara media audio dan media Pada tahap ini, peneliti membuat rencana
visual yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran yang matang untuk mencapai
pembelajaran, selain itu proses belajar mengajar akan pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti. Dalam
menarik dan lebih bervariasi karena mampu siklus pertama, peneliti mempersiapkan proses
menggugah perasaan dan pikiran siswa. pembelajaran keterampilan menyimak cerita anak
Penggunaan media audio visual harus melalui media animasi audio visual dengan langkah-
dipersiapkan secara matang sebelum proses langkah (1) menyusun rencana pembelajaran yang
pembelajaran dimulai serta keterampilan khusus berhubungan dengan keterampilan menyimak cerita
mengenai cara mengoperasikan media agar proses anak melalui media animasi audio visual; (2)
belajar mengajar lancar, terhindar dari kerusakan menyiapkan video animasi cerita anak yang akan
media dan mencegah akibat buruk yang berhubungan diperdengarkan siswa; (3) menyusun instrumen tes
dengan pemakaian arus listrik. Penggunaan media dan nontes. Instrumen tes yaitu soal esai beserta
audio visual dalam proses pembelajaran menyimak penilaiannya. Instrumen nontes yaitu berupa lembar
cerita anak diharapkan dapat mempertinggi proses observasi, lembar wawancara, jurnal, dan
dan hasil pembelajaran sehingga kompetensi ini dokumentasi.; (4) melakukan kolaborasi dengan guru
benar-benar dikuasai siswa. kelas dan teman sejawat. Sebelumnya peneliti
Dengan demikian, dapat dikatakan media terlebih dahulu membicarakan kegiatan apa saja yang
animasi audio visual adalah media yang akan dilakukan dengan guru kelas. Di samping itu,
menampilkan unsur suara dan unsur gambar, gambar peneliti juga membutuhkan informasi tentang
yang dimaksud berupa animasi (gambar gerak) yang keadaan kelas, karena peneliti bukanlah pengajar di
dimaksudkan agar menarik minat siswa dalam proses kelas itu.
pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran 2. Tindakan (acting)
semaksimal mungkin.
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan
dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan
METODE oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam
pembelajaran menyimak cerita anak melalui media
Penelitian mengenai pembelajaran animasi audio visual pada siklus I sesuai dengan
menyimak cerita anak melalui media animasi audio perencanaan yang telah disusun. Tindakan yang
visual ini merupakan penelitian tindakan kelas. dilakukan dalam tahap ini terdiri atas:
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu a. Pendahuluan atau persiapan
pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja Langkah awal tahap ini adalah guru
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas mengkondisikan siswa agar siap mengikuti
(Arikunto 2006:19). pembelajaran dan memberikan apersepsi
Penelitian tindakan kelas dalam berupa kegiatan tanya jawab tentang cerita
pembelajaran menyimak cerita anak melalui media anak yang pernah diketahui oleh siswa.
animasi audio visual ini terdiri atas dua siklus, yaitu b. Inti atau pelaksanaan
siklus I dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan
terdiri dari empat langkah, yaitu : (1) perencanaan tentang menyimak cerita anak agar mudah
(planning) adalah merencanakan program tindakan dipahami siswa. Siswa diminta menyimak
yang akan dilakukan untuk meningkatkan cerita anak berjudul Detektif Kancil yang
kemampuan menyimak cerita anak. (2) tindakan diputar melalui VCD (Video Compact Disc)
(acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti player. Selama kegiatan menyimak
sebagai upaya peningkatan kemampuan menyimak berlangsung, guru meminta siswa untuk
cerita anak. (3) pengamatan (observing) adalah melakukan pengamatan dan diperkenankan
pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran menulis nama-nama tokoh cerita dan bagian-
berlangsung. (4) refleksi (reflection) adalah kegiatan bagian yang dianggap penting. Setelah selesai
mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang menyimak, kegiatan selanjutnya adalah siswa
diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan secara individu mengerjakan soal esai yang
revisi terhadap proses belajar mengajar selanjutnya. diberikan oleh guru berkaitan dengan cerita
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam dua anak yang telah diperdengarkan sebelumnya.
siklus ini dapat dapat digambarkan sebagai berikut. Siswa diberi pertanyaan mengenai nama-nama
Prosedur tindakan pada siklus ini terdiri atas tokoh, watak tokoh, latar cerita, tema atau
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi: amanat, dan isi cerita anak tersebut. Guru
1. Perencanaan (planning) menyuruh siswa mengumpulkan hasil
pekerjaannya untuk dinilai. Kemudian guru
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

meminta beberapa perwakilan siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk dinilai.


mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan Kemudian guru meminta beberapa perwakilan siswa
kelas secara bergiliran dengan siswa lain. mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas
Setelah itu, siswa yang lain dapat memberikan secara bergiliran dengan siswa lain. Setelah itu, siswa
masukan maupun sanggahan kepada siswa yang lain dapat memberikan masukan maupun
yang maju. sanggahan kepada siswa yang maju. Peneliti juga
c. Penutup atau akhir mempersiapkan daftar pertanyaan untuk wawancara
Guru bersama siswa melaksanakan refleksi dengan beberapa siswa yang bermasalah dan siswa
terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. yang memiliki kelebihan dalam menyimak cerita anak
Pada akhir pembelajaran, guru memberikan melalui media animasi audio visual. Wawancara
tugas lanjutan yang bertujuan mengetahui direncanakan dilakukan di luar jam pelajaran.
sejauh mana tingkat kemampuan siswa dalam 3. Pengamatan atau Observasi
menyimak cerita anak setelah proses Dalam siklus kedua ini peneliti juga mengamati
pembelajaran di kelas. kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung.
3. Pengamatan (observasi) Apakah siswa lebih aktif melaksanakan kegiatan dan
apakah siswa lebih antusias menyimak cerita anak.
Peneliti mengamati kinerja siswa selama Selain itu, peneliti juga bertanya langsung kepada
pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang beberapa siswa apakah mereka lebih menyukai
keaktifan dan keantusiasan siswa. Hasil kerja siswa pembelajaran pada siklus kedua daripada siklus
diobservasi di luar jam pelajaran berdasarkan pertama beserta alasan-alasannya. Hasil kerja (pada
pertanyaan dalam soal esai yang diberikan oleh guru. lembar jawaban) juga diobservasi dengan cara yang
4. Refleksi sama dengan siklus pertama.
Peneliti menganalisa hasil pengamatan terhadap
4. Refleksi
kinerja siswa dan hasil kerja siswa. Analisa kinerja
Pada siklus kedua ini peneliti menganalisa hasil
siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti
pengamatan terhadap kinerja siswa dan penilaian
kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa
hasil kerja siswa. analisa kinerja siswa meliputi
antusias terhadap kegiatan menyimak cerita anak
sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan
melalui media animasi audio visual. Analisa hasil
pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias
kerja siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata
terhadap kegiatan menyimak cerita anak melalui
nilai kelas. Hasil analisa digunakan sebagai kajian
media animasi audio visual dan membandingkannya
dan bahan pembanding terhadap hasil siklus kedua.
dengan hasil pengamatan pada siklus pertama dalam
Prosedur Tindakan Pada Siklus II Siklus kedua bentuk persentase, apakah ada peningkatan atau
ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan tidak. Peneliti juga menganalisa hasil kerja siswa
siswa dalam menyimak cerita anak melalui media dengan cara menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil
animasi audio visual. Hasil pembelajaran pada siklus analisa dipergunakan sebagai bahan kajian dan bahan
kedua ini diharapkan lebih baik dibanding dengan pembanding terhadap hasil penilaian siklus pertama
hasil pembelajaran pada siklus pertama. Siklus kedua dalam bentuk persentase, apakah ada peningkatan
ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan rata-rata nilai. Dengan demikian permasalahan
siklus pertama. seberapa besar peningkatan minat dan kemampuan
siswa kelas VI Sekolah Dasar Islam I Ma’had Islam
1. Perencanaan Pekalongan dapat diketahui. Selain itu, dapat
diketahui pula bagaimana perubahan sikap siswa
Pada siklus kedua ini, peneliti membuat rencana kelas VI SD Negeri 3 Oeba Kupang
pembelajaran yang bagian-bagiannya sama dengan
rencana pembelajaran siklus pertama. Peneliti juga Instrumen penelitian adalah alat yang
kembali melakukan diskusi dengan guru kelas tentang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan apa saja Penelitian tindakan kelas ini menggunakan instrumen
yang harus diperbaiki. yang berupa tes dan nontes. Instumen tes berisi soal
2. Tindakan esai yang harus dikerjakan oleh siswa pada akhir
kegiatan menyimak cerita anak. Instrumen nontes
Langkah awal tahap ini hampir sama pada berupa lembar observasi, jurnal, wawancara, dan
tindakan pada siklus pertama. Setelah apersepsi, siswa dokumentasi.
menyaksikan pemutaran VCD yang berisi cerita anak
yang berjudul Bawang Merah dan Bawang Putih. 1. Instrumen Tes
Kemudian siswa menjawab soal-soal esai yang Instrumen yang berupa tes digunakan untuk
diberikan oleh guru. Guru menyuruh siswa mengukur tingkat kemampuan menyimak cerita anak.
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

Instrumen yang berupa tes berupa tes berisi soal esai Pada siklus I ini data nontes diperoleh dari
yang harus diisi oleh siswa setelah mereka menyimak hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi foto.
cerita anak. Siswa menjawab beberapa pertanyaan Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut
mengenai nama-nama tokoh dan wataknya, latar, ini. Observasi dilakukan selama penelitian
tema, dan pesan cerita. Penilaian meliputi tokoh dan berlangsung dan difokuskan pada proses menyimak
perwatakan, latar, waktu, tema dan atau pesan cerita. cerita anak dari media animasi audio visual. Dari
Adapun jenis penilaian yang akan digunakan meliputi hasil observasi sebagian besar siswa sudah baik,
aspek sebagai berikut. artinya melakukan kegiatan menyimak sesuai dengan
a. aspek menyebutkan nama-nama tokoh dan petunjuk dan penuh perhatian. Data yang diperoleh
watak tokoh cerita anak yang dari observasi pada proses pembelajaran siklus I
diperdengarkan. adalah sebagai berikut.
b. aspek menyebutkan latar cerita anak. Perilaku siswa selama proses pembelajaran
berlangsung menunjukkan sikap positif tetapi ada
c. aspek menentukan tema dan atau amanat pula yang negatif. Perilaku negatif siswa ditunjukkan
yang terkandung dalam cerita anak.
dengan sikap tidak peduli dan masa bodoh dengan
d. Penilaian aspek-aspek di atas menggunakan hasil yang diperoleh. Pada saat jam pelajaran kadang-
soal yang berbentuk esai kadang terlihat melakukan kegiatan seperti
sebanyak 3 soal dengan skor maksimal 100 dan menyepelekan materi yang disampaikan,
skor minimal 0. Butir-butir soal tersebut meliputi mengganggu teman, bergurau, dan berbicara dengan
ranah kognitif yaitu pada tingkat pengetahuan atau temannya
ingatan. Soal no. 1- 3 merupakan penilaian aspek Berdasarkan kategori perilaku siswa dalam
dalam pembelajaran menyimak cerita anak. Oleh menyimak, dari 22 siswa, terlihat 9 siswa atau
karena itu, skor penilaian pada soal tersebut sebesar 41% yang menunjukkan kesiapannya dalam
menggunakan kriteria penilaian. pembelajaran menyimak cerita anak, 13 siswa yang
lain atau sebesar 59,1% tampak belum siap. Dilihat
2. Instrumen Nontes dari kategori perilaku keseriusan siswa dalam
Instrumen nontes yang digunakan dalam mendengarkan penjelasan dari guru, hanya 12 siswa
penelitian ini berupa lembar observasi, wawancara, atau sebesar 54,5% siswa yang tampak serius
dan dokumentasi. mendengarkan penjelasan dari guru. Mereka
mendengarkan penjelasan dengan seksama, bahkan
HASIL DAN PEMBAHASAN mereka berani menanyakan materi yang masih belum
dipahami. Sementara itu, 10 siswa atau sebanyak
Hasil Siklus I 45,5% yang lain masih bersikap masa bodoh,
Pada siklus I siswa menyimak cerita anak mengganggu teman, ataupun berbicara dengan teman.
yang berjudul Detektif Kancil yang diputar melalui Dari 22 siswa, terlihat 10 siswa atau sebanyak 45,5%
VCD (Video Compact Disk), dengan durasi waktu 20 yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung,
menit. Dari cerita anak tersebut disusun 3 soal essai 12 siswa atau sebesar 54,5% masih bersikap pasif,
untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap isi walaupun diantaranya mereka ada yang
cerita anak yang disimak. Nilai kumulatif aspek- mendengarkan materi. Respon baik dari siswa ketika
aspek tersebut adalah sebagai berikut. diputarkan VCD cerita anak ditunjukkan oleh 13
diketahui bahwa tidak ada siswa yang siswa atau sebesar 59%, 9 siswa atau sebanyak 40%
mencapai kategori sangat baik. Untuk kategori baik tampak biasa-biasa saja, meskipun pada dasarnya
dicapai oleh 10 siswa atau sebesar 45,5% dan mereka mengatakan senang. Pada kategori perilaku
kategori cukup dicapai oleh 9 siswa atau sebesar berikutnya, dari 22 siswa tampak 10 siswa atau
40,9%. Sedangkan siswa yang termasuk dalam 45,5% yang bersemangat mengerjakan soal dari guru,
kategori kurang ada 3 siswa atau sebesar 13,6%. 12 siswa yang lain atau sebesar 54,5% siswa bersikap
Nilai rata-rata menyimak siklus I adalah 73,2 yang biasa-biasa saja. Dari 22 siswa, hanya 3 siswa atau
termasuk dalam kategori cukup. Dengan nilai rata- sebanyak 13,6% yang berani dalam
rata tersebut maka ada peningkatan dari nilai mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas,
pratindakan sebesar 34,6%. Namun, jika dilihat dari 19 siswa atau 86,4% yang lain masih bersikap tidak
nilai yang ditargetkan pada siklus I yaitu 70 maka berani dan malu mempresentasikan pekerjaannnya di
masih ada 3 siswa yang masih berada di bawah nilai depan kelas.
rata-rata. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan pada Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat
siklus II dengan harapan siswa mampu mencapai diketahui bagaimana dan seberapa besar perilaku
nilai 70. positif dan keaktifan siswa dari 22 siswa untuk tiap
kategori perilaku positif siswa.
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

Pada siklus ini wawancara dilakukan kepada kurang tidak ada. Nilai rata-rata menyimak cerita
siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan anak siklus II 84,2. Berdasarkan nilai target yang
rendah. Wawancara dilaksanakan dengan tujuan ditetapkan pada siklus II yaitu 70 maka nilai rata-
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap rata tersebut sesuai target dan mengalami
pembelajaran menyimak khususnya menyimak cerita peningkatan sebesar 11 poin dari siklus I. Selain itu,
anak menggunakan media animasi audio visual. pada siklus II ini nilai siswa secara individu pun
Pertanyaan yang disusun dalam pedoman wawancara sudah mencapai target yaitu nilai 70. Jadi tidak ada
meliputi (1) apakah siswa senang dengan siswa yang mendapat nilai di bawah nilai rata-rata
pembelajaran menyimak cerita anak melalui media target.
animasi audio visual, (2) apakah yang menyebabkan Pada siklus II ini data nontes diperoleh
siswa senang atau tidak senang dengan pembelajaran seperti pada siklus I, yaitu dari hasil observasi,
menyimak cerita anak melalui media animasi audio wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil
visual, (3) jenis cerita anak apa yang siswa sukai, (4) selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini.
apakah siswa lebih mudah menerima dan memahami Berdasarkan hasil observasi, secara umum
isi cerita anak yang dibelajarkan melalui media kondisi pembelajaran cukup kondusif. Situasi kelas
animasi audio visual, dan (5) apakah kesulitan yang dapat dikendalikan dan minat siswa dalam mengikuti
siswa alami dalam menyimak cerita anak melalui kegiatan menyimak cerita anak masih cukup besar.
media animasi audio visual. Meskipun demikian, masih terlihat ada beberapa
Berdasarkan analisis data dapat diketahui siswa yang melakukan tindakan negatif ketika
bahwa siswa merasa senang terhadap pembelajaran mengikuti kegiatan menyimak cerita anak.
menyimak cerita anak menggunakan media animasi Dari hasil observasi perilaku positif siswa,
audio visual karena pembelajaran menyimak ini tidak diketahui 19 siswa atau sebesar 86,4% yang
membosankan, menyenangkan, mengasyikan, dan menunjukkan kesiapannya dalam pembelajaran
mereka merasa terhibur. Siswa yang mendapat nilai menyimak cerita anak, 3 siswa yang lain atau sebesar
tinggi, sedang, dan rendah mengungkapkan rasa 13,6% tampak belum siap. Dilihat dari kategori
senangnya terhadap pembelajaran menyimak cerita perilaku keseriusan siswa dalam mendengarkan
anak melalui media animasi audio visual karena penjelasan dari guru, 20 siswa atau sebesar 90,9%
menyenangkan, dapat disimak sekaligus dilihat siswa yang tampak serius mendengarkan penjelasan
gambarnya, dan cara belajar jadi lebih santai. Mereka dari guru. Mereka mendengarkan penjelasan dengan
juga mengatakan pembelajaran menyimak dengan seksama, bahkan mereka berani menanyakan materi
media animasi audio visual ini mempermudah dan yang masih belum dipahami. Sementara itu, 2 siswa
memahami isi cerita. atau sebanyak 9% yang lain masih bersikap masa
Cerita anak yang disimak selain lucu juga bodoh dan berbicara dengan teman. Dari 22 siswa,
mengandung nilai didik terutama dalam bertingkah terlihat 17 siswa atau sebanyak 77,3% yang aktif
laku. Siswa-siswa tersebut juga menyatakan selama proses pembelajaran berlangsung, Pada siklus
menyukai cerita anak seperti Detektif Kancil. ini 5 siswa atau sebesar 22,7% siswa masih bersikap
Meskipun demikian masih ada beberapa siswa yang pasif dan menunjukkan sikap meremehkan kegiatan
mengalami kesulitan dalam menyimak cerita anak menyimak.
dari media animasi audio visual. Oleh karena itu, Siswa tersebut jarang fokus terhadap cerita
guru (peneliti) berusaha mengukur perbaikan bagi anak yang disimak. Respon baik dari siswa ketika
pembelajaran menyimak cerita anak berikutnya diputarkan VCD cerita anak ditunjukkan oleh 19
supaya jumlah siswa yang mengalami kesulitan dan siswa atau sebesar 86,4%, 3 siswa atau sebanyak
nilai rendah dapat dikurangi. 13,6% tampak biasa-biasa saja, meskipun pada
dasarnya mereka mengatakan senang. Pada katergori
Hasil Siklus II perilaku berikutnya, dari 22 siswa tampak 19 siswa
atau 86,4% yang bersemangat mengerjakan soal dari
Pada siklus II siswa menyimak cerita anak guru, 3 siswa yang lain atau sebesar 13,6% siswa
yang berjudul Bawang Merah dan Bawang Putih bersikap biasa-biasa saja. Dari 22 siswa, 14 siswa
yang diputar melalui VCD (Video Compact Disk). atau sebanyak 63,6% yang berani mempresentasikan
Nilai kumulatif aspek-aspek tersebut adalah sebagai hasil pekerjaannya di depan kelas, 8 siswa atau
berikut: 36,4% yang lain masih bersikap tidak berani dan
kita dapat mengetahui 12 siswa atau sebesar malu mempresentasikan pekerjaannnya di depan
54,5% mencapai kategori sangat baik dan 8 siswa kelas. Namun hal ini sudah menunjukkan
atau sebanyak 36,4% mencapai kategori baik. peningakatan dibandingakan pada siklus I.
Kategori cukup dicapai oleh 2 siswa atau sebesar
9,1%. Sedangkan siswa yang termasuk kategori
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

Berdasarkan hasil observasi, sudah tampak peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II
perilaku positif dan negatif dari 22 siswa untuk tiap sebesar 11 poin. Lebih rinci peningkatan
kategori perilaku positif siswa. keterampilan menyimak cerita anak setelah mendapat
Wawancara dilakukan kepada siswa yang pembelajaran melalui media animasi audio visual.
mendapat nilai tinggi, siswa yang mendapat nilai Peningkatan nilai siswa dalam pembelajaran
sedang, dan siswa yang mendapat nilai rendah. menyimak cerita anak disebabkan oleh adanya
Wawancara dilaksanakan di luar jam pelajaran yaitu perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh adanya
pada saat istirahat. Wawancara dilaksanakan setelah pengetahuan awal dari siswa. Dengan adanya
hasil tes menyimak cerita anak dinilai. Pada siklus peningkatan nilai rata-rata tiap siklus membuktikan
ini, pertanyaan yang diberikan kepada siswa sama bahwa pembelajaran keterampilan menyimak cerita
dengan pertanyaan yang digunakan pada siklus I. anak melalui media animasi audio visual dapat
memotivasi siswa (besar peningkatan keterampilan
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui siswa sudah dibahas sebelumnya) dan akhirnya
bahwa siswa yang diwawancarai semuanya berpengaruh terhadap penguasaan keterampilan
menyatakan senang terhadap pembelajaran menyimak menyimak khususnya menyimak cerita anak.
cerita anak dengan menggunakan media animasi
audio visual. Hal yang menyebabkan pembelajaran Perubahan Perilaku Siswa
menyimak ini tidak membosankan, menyenangkan,
mengasyikan, dan mereka merasa terhibur. Selain itu, Berdasarkan hasil nontes siklus I diketahui
mereka tertarik karena dapat menyimak sekaligus bahwa dalam proses pembelajaran menyimak cerita
menlihat gambarnya. anak melalui media animasi audio visual masih
Pada responden yang diwawancarai ditemukan siswa yang berperilaku negatif seperti
mengungkapkan bahwa menyimak cerita anak dari meremehkan kegiatan menyimak dan berbicara
media animasi audio visual lebih mudah diingat dan dengan teman. Perilaku negatif yang dilakukan siswa
dipahami. Semua responden mengatakan kesulitannya tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
disebabkan oleh sebagian siswa yang agak ribut pada siswa kurang mengetahui pentingnya keterampilan
saat menyimak cerita anak, terkadang ada bagian menyimak dan hal ini berdampak pada kurangnya
cerita anak yang terlupakan. minat dan motivasi siswa dalam mengikuti
Pembahasan hasil penelitian ini diajukan pembelajaran menyimak cerita anak. Untuk
untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang mengatasinya guru berusaha memotivasi siswa
diangkat dalam penelitian. Permasalahan yang dengan menanamkan pada siswa bahwa menyimak
pertama yaitu seberapa besar peningkatan merupakan keterampilan yang sangat penting dan
kemampuan siswa kelas VI SD Negeri Oeba 3 mendasar yang dapat berpengaruh terhadap
Kupang satelah mengikuti pembelajaran menyimak pemahaman terhadap mata pelajaran lain.
cerita anak melalui media animasi audio visual. Siswa yang berperilaku positif pada setiap
Permasalahan yang kedua yaitu bagaimana kategori perilaku yang diobservasi, dari 22 siswa
perubahan perilaku siswa dalam mengikuti untuk setiap kategori, terdapat 41% siswa yang siap
pembelajaran menyimak cerita anak melalui media dalam pembelajaran menyimak cerita anak, 54,5%
animasi audio visual. siswa yang serius dalam mendengarkan penjelasan
dari guru, 45,5% siswa aktif selama proses
Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita pembelajaran berlangsung, 59% siswa yang
Anak merespon dengan baik ketika diputarkan VCD cerita
anak, 45,5% siswa yang tampak bersemangat
Peningkatan keterampilan menyimak cerita mengerjakan soal tes, dan 13,6% siswa yang
anak melalui media animasi audio visual dapat memiliki keberanian mempresentasikan hasil
dijawab secara deskriptif data secara kuantitatif untuk pekerjaannya di depan kelas.
mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan Perilaku siswa pada siklus II lebih baik.
menulis cerita anak melalui media animasi audio Persentase siswa yang menyimak dengan berperilaku
visual. positif mengalami peningkatan siswa yang
Pada kegiatan pembelajaran siklus I nilai berperilaku positif pada setiap kategori perilaku yang
rata-rata keterampilan menyimak cerita anak sudah diobservasi. Dari 22 siswa pada setiap kategori,
mencapai nilai batas ketuntasan minimal yang terdapat 86,4% siswa yang siap dalam pembelajaran
ditentukan. Nilai rata-rata tes menyimak cerita anak menyimak cerita anak, 91% siswa yang serius dalam
siswa pada siklus I mencapai 73,2 atau termasuk mendengarkan penjelasan dari guru, 77,3% siswa
dalam kategori cukup. Sedangkan pada siklus II nilai aktif selama proses pembelajaran berlangsung, 86,4%
rata-rata siswa mencapai 84,2. Hal ini menunjukkan siswa yang merespon dengan baik ketika diputarkan
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

VCD cerita anak, 86,4% siswa yang tampak dilaksanakan pembelajaran menyimak cerita anak
bersemangat mengerjakan soal tes, dan 63,6% siswa melalui media animasi audio visual. Hal tersebut
yang memiliki keberanian mempresentasikan hasil dapat diketahui dari hasil nontes yang meliputi hasil
pekerjaannya di depan kelas. Hal ini menunjukkan observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto.
peningkatan perilaku positif siswa dari siklus I. Pada pembelajaran siklus I masih banyak siswa yang
Peningkatan perilaku siswa tersebut dapat cenderung pasif, bermalas-malasan, dan kurang
dilihat dari peningkatan perilaku sikap positif siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
dari setiap kategori. Dari 22 siswa pada setiap Namun, pada pembelajaran siklus II perilaku siswa
kategori, siswa yang siap dalam pembelajaran lebih aktif, senang, dan serius terhadap materi
menyimak cerita anak mengalami peningkatan ataupun tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu,
sebesar 52,6%, siswa yang serius dalam mereka terlihat senang, tertarik, dan antusias dengan
mendengarkan penjelasan dari guru meningkat pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga siswa
sebesar 40%, siswa aktif selama proses pembelajaran dapat memahami materi dan tugas yang diberikan
berlangsung mengalami peningkatan sebesar 41,2%, oleh guru dapat diselesaikan dengan baik.
siswa yang merespon dengan baik ketika diputarkan
VCD cerita anak meningkat sebesar 31,6%, siswa UCAPAN TERIMA KASIH
yang tampak bersemangat mengerjakan soal tes
meningkat sebesar 56,3%, dan siswa yang memiliki Saya sampaikan rasa terima kasih kepada
keberanian mempresentasikan hasil pekerjaannya di Kepala Sekola SD Negeri Oeba 3 Kupang, yang telah
depan kelas meningkat sebesar 78,6%. mengizinkan melakukan penelitian, dan kepada guru
Dari analisis data dapat dijelaskan bahwa Wali Kelas VI B SD Negeri Oeba 3 Kupang yang
perilaku siswa dalam belajar menunjukkan perubahan
telah memberikan jam mata pelajaran untuk waktu
yang mengarah pada perubahan perilaku positif.
Siswa bersemangat dalam belajar dan mereka belajar penelitian.
dengan suasana senang. Selain itu, berdasarkan hasil
jurnal siswa pada siklus II diketahui bahwa siswa DAFTAR PUSTAKA
merasa senang dan tertarik terhadap pembelajaran
menyimak sekaligus melihat gambar sehingga lebih Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
mudah memahami isi cerita anak yang disimak. Hal Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
ini menambah minat siswa dalam mengikuti kegiatan Cipta
menyimak cerita anak.
Budiarti, Ratna. 2007. Peningkatan Keterampilan
KESIMPULAN Menyimak Cerita Rakyat melalui
Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiri
Dari hasi penelitian yang telah dilaksanakan pada Siswa Kelas V SD Negeri Patemon
dapat diambil simpulan sebagai berikut: Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi: Unnes
Kemampuan menyimak cerita anak pada
siswa kelas VI SD Negeri 3 Oeba Kupang setelah Endraswara, Suwardi. 2002. Metode Pengajaran
diadakan penelitian dengan menggunakan media Apresiasi Sastra. Yogyakarta: CV. Radhita
animasi audio visual mengalami peningkatan. Buana
Peningkatan keterampilan menyimak cerita anak
tersebut diketahui dari hasil tes pratindakan, siklus I, Majid, Abdul Aziz Abdul. 2001. Mendidik Dengan
dan siklus II. Nilai rata-rata pada tes pratindakan Cerita, terjemahan Neneng Yanti KP dan Iip
sebesar 54,4 termasuk dalam kategori kurang, Dzulkifli Yahya. Bandung: PT Remaja
sedangkan nilai rata-rata pada siklus I mencapai 73,2 Rosdakarya Offset
termasuk dalam kategori cukup. Dengan demikian
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Penilaian
peningkatan nilai rata-rata keterampilan menyimak
Pembelajaran Sastra Anak, makalah
dari pratindakan ke siklus I sebesar 18,8.poin atau
disajikan dalam Seminar Nasional Evaluasi
sebesar 34,6%. Adapun peningkatan dari nilai target
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
sebesar 3,2 poin. Pada siklus II, nilai rata-rata yang
dan penerbitan buku Bunga Rampai
dicapai adalah 84,2 sehingga mengalami peningkatan
dari siklus I sebesar 11 poin atau 15%. Sementara itu, Evaluasi Bahasa dan Sastra Indonesia, 25
peningkatan dari nilai target sebesar 14,2 poin. Agustus 2007. Semarang:Unnes
Peningkatan hasil tes juga diikuti oleh
Prastati, Trini dan Irawan, Prasetya. 2001. Media
perubahan perilaku siswa kelas VI SD Negeri Oeba
3 Kupang ke arah yang lebih positif setelah Sederhana. Pusat Antar Universitas untuk
Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
p-ISSN: 2502-7069; e-ISSN: 2620-8326

Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas


Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Rahadi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta:


Direktorat Tenaga Kependidikan

Sarumpaet, Riris K. Toha. (ed. 2002) Sastra


Masuk Sekolah. Magelang: Indonesiatera

Soeparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Klaten:


Intan Pariwara

Subyantoro. 2006. Profil Cerita untuk Meningkatkan


Kecerdasan Emosional; Aplikasi Ancangan
Psikolinguistik. Kajian Linguistik dan
Sastra,!8 (35).pp. A 183-195. ISSN 0852-
9604.
(online).http://eprints.Ums.Ac.Id/364/01/19.
_subyantoro.pdf. ( Diakses 5 September
2016).

Sugihastuti. 1996. Serba Serbi Cerita Anak.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suratno. 2006. Peningkatan Menyimak Berita melalui


Media Audio Visual dengan Pendekatan
Kontekstual Komponen Inquiri pada Siswa
Kelas VIIA SMP N I Tarub Kabupaten Tegal
Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi: Unnes

Sutari KY, Ice, Tien Kartini, dan Vismaia S.D. 1997.


Menyimak. Jakarta: Depdikbud

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menyimak Sebagai


Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa

Tirtha, Christian. 2006. Animasi Harus


PunyaPesan.(online)http://www.its.ac.id/ber
ita.php?nomer=2460(Diakses 7 September
2016)

Trimansyah, Bambang. 1999. Cerita Anak Indonesia


Kontemporer. Bandung: Nuansa

Anda mungkin juga menyukai