Anda di halaman 1dari 22

Kelarutan

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat
atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul
pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai
standar atau uji kemurnian.Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan
sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur
obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat
dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya
obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah
satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan
didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan
jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekular homogen.
Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut,
juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang
kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Pada percobaan ini, akan ditentukan kelarutan zat secara kuantitas, pengaruh
pelarut campur yakni air, alkohol, dan gliserin ; dan penambahan surfaktan yakni tween
80 terhadap kelarutan suatu zat yakni Asam benzoat.
1.2.Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
3. Menjelaskan usaha-usaha yang di gunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat
aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram
zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga
dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (Tungandi, 2009).
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia
dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di absorpsi
setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk
mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat
aktifnya (Tungandi, 2009).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan
hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun
terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa
Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang
dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan
lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga
sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering
diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit
kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil (Woedepss) (Tungandi, 2009).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :
pH
temperatur
jenis pelarut
bentuk dan ukuran partilel zat
konstanta dielektrik pelarut
Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan
non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat makin zat
tersebut larut dalam air. Selain itu, penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-
zat pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan
uretan dalam pembuatan injeksi khinin (Tungandi, 2009).
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun (Tungandi, 2009).
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara.
Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair
misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari
pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut
cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan
alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan
garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi
larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan) (Tungandi, 2009).
Larutan adalah sebagai bagian dari sediaan-sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan kedaam olongan
produk lainnya (Ansel, 2004).
Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut) (Sinko, 2005).
Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat
trlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada
temperature tertentu (Martin, 1990).
Larutan lewat jenuh adalah suatu laruta yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasi lebih banyak daripada seharusnya pada temperature tertentu dan terdapat
juga zat terlarut yang tidak larut (SInco, 2005).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang
tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengomplek dalam berbagai
konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperature konstan sampai tercapai
kesetimbangan. Cairan supernatant dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis
(Alfred, 1990).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan, suhu, luas
permukaan, fikositas, ukuran partikel, pH larutan, dan polimerfisme (Ditjen POM, 1979).
Selain faktor di atas penambah surfaktan juga akan mempengaruhi kelarutan.
Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menakkan kelarutan suatu zat. Molekul
surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non polar (Ditjen POM, 1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :
Jumlah bagian pelarut yang
Istikah Kelarutan diperlukan untk melarutkan 1 bagian
zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Daya larut suatu zat dalam lain dipengaruhi oleh jenis zat terlarut, jenis zat pelarut,
temperatur dan tekanan, zat-zat dengna struktur kimia yang mirip umumnya padat juga
bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur (Sukarjo, 1997).
Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi
suatu sediaan zat. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat
hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tikad efesien
dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat
tersebut didalam tubuh. Kelarutan seuatu karena kelarutan suatu obat dengan tingkat
disolusi obat tersebut sangat berkaitan (Jufri,dkk, 2004).
Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan dari larutannya
dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukat larut, sehingga tidak ada yang hilang
selama penyaringan, pencucian dan penimbangan. Faktor-faktor yang menetukan
berhasilnya cara pengendapan adalah endapan harus sedemikan tidak larut, sehingga
tidak ada kehilangan yang berarti pada penyaringan. Dalam kenyataannya, keadaan ini
dizikan asalkan banyaknya banyaknya yang masi tinggal (tika terendapkan) tidak
melampaui batas minimum yang dapat ditunjukkan oleh neraca analitik 0,1 mg (
Gandjar,dkk, 2007).
Secara teori jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun ikut meningkat, karena
selain terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan
(kelarutan intrinsic) juga terlarut obat yang berbentuk ion (Martin,dkk, 1990).
Secara khusus, penentuan kelarutan semu (apperent solubility) asam benzoat
dapat dilakukan dengan metode gravimetri. Gravimetri meruakan cara pemeriksaan
jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan
kimia lainnya. Kesederhanaan itu jlas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat
ditentukan dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain
(Rivai, 1979).
Proses yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah yang
lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung
dengan laju yang sama dengan kesetimbangan maka perubahan-perubahan energi netto
adalah nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka proses akan menyrap kalor. Dalam hal ini
pembentukan larutan lebihdisukai. Segera setelah suhu dinaikkan tidak berapa pada
kesetimbangan karenaada lagi zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika
melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi (Klienfelter, 1996).
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan Ho. Pada
reaksi endoterm konstanta kesetimabangan akan naik seiring dengan naiknya
temperatur. Pada reaksi eksoterm kontasta kesetimabangan akan turun dengan naikknya
temperatur (Silbey dkk, 1996).
Gas + larutan (1) Larutan (2) + kalor
Untuk kesetimbangan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan
sebab pergeseran ini kekiri adlah endoterm. Karena itu gas hampir sealu menjadi kurang
larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994).
Tipe Larutan
Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan
pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan kemungkinan
sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut Larutan jenuh adalah suatu
larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat
terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung
zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan
sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada
pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Martin. A, 1990).
2.2 Uraian Bahan
A. Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96)
Namaresmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
B. Alkohol (Ditjen POM, 1979: 63)
Nama resmi : AETHANOLUM
Sinonim : Etanol, etil alkohol
RM/BM : C2H6O / 46,07
:cairan mudah menguap, tidak berwarna, jernih. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah
terbakar.
n : bercampur dengan air dan praktik bercampur dengan pelarut organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut campuran
C. Asam salisilat (Ditjen POM, 1993 : 50)
Namaresmi : ACIDUM SALICYLUM
Sinonim : Asam salisilat
COOH
RM/BM : C2H6O3 / 138,12
OH
RS :

n : hablur putih, biasanya berbentuk jarum putih atau serbuk hablur halus putih, rasa agak
manis, tajam, dan stabil di udara.
n : sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah laut dalam etanol dan dalam eter, larut
dalam air endidih, agak sukar larut dalam kloroform
panan : Dalam wadah tertutup rapat
n : Sebagai sampel

D. Propilen glikol (Ditjen POM, 1993 : 712)

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM


Sinonim : Propilen glikol
RM/BM : C3H8O2 /76,09
: cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab
: dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak
esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut campuran
E. Polisorbat-80 (Dirjen POM, 1979 : 567)

Namaresmi : POLYSORBATUM 80
Nama lain : Polisorbat 80
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna,
hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P
dalam etil asetat P dan dalam methanol P,
sukar larut dalam parafin cair P dan dalam
biji kapas P
Kegunaan : Sebagai surfaktan

F. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 420)


Namaresmi : NATRII HYDROXYDUM
Sinonim : Natriumhiroksida
RM/BM : NaOH / 40,20
n : Bentuk batang, butiran, massa hablur ataukering, keras,
rapuh dan menunjukkan susunanhablur, putih.
n : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol 95% P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai komponen dapar

METODE KERJA
I. Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk, corong gelas,
gelas ukur 50 ml, gelas erlenmeyer 25 ml, gelas kimia 50 ml, gelas kimia 100 ml, magnetic
stirrer, oven, penangas air,pipet panjang, sendok tanduk, stopwatch, dan timbangan.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air, alkohol, alumuniun foil, asam
salisilat, dapar fosfat (pH 5,6,7 dan 8),etiket, kertas saring, kalium dihidrogen fosfat,
kertas timbang, natrium hidroksida, propilenglikol, dan tween 80
(1%,2%,3%,4%,5%,6%,7%,8%,9% dan10%).
II. Langkah Percobaan
a) Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
1. Dimasukkan 1 gram asam salisilat dalam 50 ml air dan dikocok selama 1 jam dengan
stirrer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan ditambahkan lagi sejumlah
tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh.
2. Disaring dan ditentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.

b) Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat


1. Dibuat 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel di bawah ini.
Propilen glikol
Pelarut Air % (v/v) Alkohol % (v/v)
% (v/v)

A 60 0 40

B 60 5 35

C 60 10 30

D 60 15 25

E 60 20 20
F 60 30 10

G 60 35 5

H 60 40 0

2. Diambil 50 ml campuran pelarut, dilarutkan asam salisilat sebanyak 1 gram ke dalam


masing-masing campuran pelarut.
3. Dikocok larutan dengan stirrer selama 1 jam. Jika ada endapan yang larut selama
pengocokan ditambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan
yang jenuh kembali.
4. Disaring larutan dan ditentukan kadar asam salisilat yang larut.
5. Dibuatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan
pelarut campur yang ditambahkan.

c) Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat


1. Dibuatlah 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 1% - 10%dan 100 mg/100 ml.
2. Ditambahkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan.
3. Dikocok larutan dengan stirrer selama 1 jam. Jika ada endapan yang larut selama
pengocokan ditambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan
yang jenuh kembali.
4. Disaring larutan dan ditentukan kadar asam salisilat yang larut.
5. Dibuatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang
digunakan.
6. Ditentukan konsentrasi misel kririk (KMK) tween 80.
d) Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
1. Dibuat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 5, 6, 7, dan 8.
2. Diambil 25 ml masing-masing larutan lalu ditambahkan 0,5 gram asam salisilat ke
dalamnya.
3. Dikocok larutan dengan stirrer selama 1 jam. Jika ada endapan yang larut selama
pengocokan ditambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan
yang jenuh kembali.
4. Disaring larutan dan ditentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing
larutan dapar dengan cara ditimbang endapan kemudian dikurangi dengan berat kertas
saring
5. Dibuat kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan pH larutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


I. Hasil Percobaan dan Perhitungan
a) Tabel pengamatan
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
Berat Sampel dan
Berat Residu Sampel
kertas kertas
sampel sampel yang larut
saring saring

1g 0,82 g 1,54 g 0,72 g 0,28 g

2. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat


Berat Sampel dan Sampel
Berat Residu
Pelarut kertas kertas yang
sampel sampel
saring saring larut
A 1,5 g 0,81 g 1,6512 g 0.8412 g 0,6588 g
B 2g 0,81 g 1,41 g 0,6 g 1,4 g
C 1,5 g 0,80 g 0,9646 g 0,1646 g 1, 3354 g
D 2g 0,81 g 0,9620 g 0,152 g 1,848 g
E 2g 0,81 g 0,9583 g 0,1483 g 1,8517 g
F 2g 1g 2,06 g 1,06 g 0,94 g
G 2g 1g 2,05 g 1,05 g 0,95 g
H 2g 1g 1,79 g 0,79 g 1,21 g

3. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap suatu zat


Berat Sampel dan Sampel
% tween Berat Residu
kertas kertas yang
sampel sampel
saring saring larut
Tween 1% 1 gr 1,05 gr 3,17 gr 2,12 gr 0,38 gr

Tween 2% 1 gr 1,05 gr 3,19 gr 2,14 gr 0,36 gr

Tween 3% 1 gr 1,05 gr 2,86 gr 1,81 gr 0,69 gr

Tween 4% 0,4542
1,5 gr 0,4340 gr 0,8882 gr 1,0458 gr
gr
Tween 5% 1 gr 1,29 gr 2,19 gr 0,9 gr 1,1 gr

Tween 6% 1 gr 1,29 gr 2,59 gr 1,3 gr 1,2 gr

Tween 7% 1 gr 1,35 gr 2,78 gr 1,43 gr 1,07 gr

Tween 8% 1 gr 1,08 gr 2,64 gr 1,56 gr 0,44 gr

Tween 9% 1 gr 1,03 gr 2,51 gr 1,48 gr 0,52 gr

Tween
2,5 gr 0,43 gr 0,60 gr 0,71 gr 2,5 gr
10%

4. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat


Berast
pH Berat Sampel dan Residu Sampel
kertas
larutan sampel kertas saring sampel yang larut
saring
5 1g 0,42 g 1,04 g 0,62 g 0,38 g
6 1,5 g 0,40 g 1,35 g 0,95 g 0,55 g
7 2g 0,36 g 1,63 g 1,27 g 0,73 g
8 1,5 g 0,33 g 1,07 g 0,74 g 0,76 g

b) Kurva
1. Kurva pelarut campur antara konstanta dielektrik dengan zat yang terlarut
2. Kurva solubilisasi campur antar konsentrasi tween 80 dengan zat yang terlarut

c) Perhitungan
a. Kelarutan secara kuantitatif
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,54 - 0,82
= 0,72 g
Sampel yang larut = berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut = 1 0,72
= 0,28 g

a. Pengaruh pelarut camput terhadap kelarutan zat


v Pelarut A
Residu sampel = sampel dan kertas saring - berat kertas saring
= 1,6512 0,81
= 0,8412 g
Sampel yang larut = berat sampel = residu sampel
= 1,5 0,8412
= 0,6588 g
Kelarutan =
= 151,79 ml/gr (sukar larut)
- Konstanta dialektrik zat pelarut campur
Aquades : alkohol : propilen glikol
80,4 : 21,3 : 32,4
120 : 0 : 80
120 x 80,4 = 48,24
200
80 x 32,4 = 12,96
200 +
61,2
v Pelarut B
Residu sampel = sampel dan kertas saring - berat kertas saring
= 1,41 0,81
= 0,6 g
Sampel yang larut = berat sampel = residu sampel
= 2 0,6
= 1,4 g
Kelarutan =
= 71,42 ml/gr (agak sukar larut)
120 : 10 : 70
120 x 80,4 = 48,24
200
10 X 24,3 = 1,215
200
70 x 32,4 = 11,34
200 +
60, 795
v Pelarut C
Residu sampel = sampel dan kertas saring - berat kertas saring
= 10,9646 0,80
= 0,1646 g
Sampel yang larut = berat sampel = residu sampel
= 1,5 0,1646
= 1,3354 g
Kelarutan =
= 74, 88 ml/gr (agak sukar larut)
120 : 20 : 60
120 x 80,4 = 48,24
200
20 x 24, 3 = 2,43
200
60 x 32,4 = 9,72
200 +
60, 39

v Pelarut D
Residu sampel = sampel dan kertas saring - berat kertas saring
= 10,9620 0,81
= 0,152 g
Sampel yang larut = berat sampel = residu sampel
= 2 0,152
= 1,848 g
Kelarutan =
= 54,11 ml/gr (agak sukar larut)
120 : 30 : 50
120 x 80,4 = 48,24
200
30 x 24, 3 = 3,645
200
50 x 32,4 = 8,1
200 +
59,985
v Pelarut E
Residu sampel = sampel dan kertas saring - berat kertas saring
= 0,9583 0,81
= 1,483 g
Sampel yang larut = berat sampel = residu sampel
= 2 0,1483
= 1,8517 g
Kelarutan =
= 54,00 ml/gr (sukar larut)
120 : 40 : 40
120 x 80,4 = 48,24
200
40 x 24, 3 = 4,86
200
40 x 32,4 = 6,84
200 +
59,58
v Pelarut F
Residu sampel = sampel dan kertas saring - berat kertas saring
= 2,06 1
= 1,06 g
Sampel yang larut = berat sampel = residu sampel
= 2,06 1,06
= 0,94 g
Kelarutan =
= 106,38 ml/gr (sukar larut)
120 : 60 : 20
120 x 80,4 = 48,24
200
60 x 24, 3 = 7,29
200
20 x 32,4 = 3,24
200 +
58,77
v Pelarut G
Residu sampel = sampel dan kertas saring - berat kertas saring
= 2,05 1
= 1,05 g
Sampel yang larut = berat sampel = residu sampel
= 2 1,05
= 0,95 g
Kelarutan =
= 105,26 ml/gr (sukar larut)
120 : 70 : 10
120 x 80,4 = 48,24
200
70 x 24, 3 = 8,505
200
10 x 32,4 = 1,62
200 +
58,364
v Pelarut H
Residu sampel = sampel dan kertas saring - berat kertas saring
= 1,79 1
= 0,79 g
Sampel yang larut = berat sampel = residu sampel
= 2 0,79
= 1,21 g
Kelarutan =
= 82,64 ml/gr (agak sukar larut)
120 : 80 : 0
120 x 80,4 = 48,24
200
80 x 24, 3 = 9,72
200 +
57,96
b. Pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
1. Tween 1 %
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 3,17 g 1,0 g
= 2,12 g
Sampel yang larut = berat sampel residu sampel
Sampel yang larut = 2,5 g 2,12 g
= 0,38 g
Kelarutan = 100 ml
0,38 gr

= 263,15 ml/gr ( sukar larut).

2. Tween 2 %
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 3,19 g 1,05 g
= 2,14 g
Sampel yang larut = berat sampel residu sampel
Sampel yang larut = 2,5 g 2,14 g
= 0,36g ( sangat mudah larut)
Kelarutan = 100 ml
0,36 gr

= 277,77 ml/gr (sukar larut).

3. Tween 3 %
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 2,86 g 1,05 g
= 1,81 g
Sampel yang larut = berat sampel residu sampel
Sampel yang larut = 2,5 g 1,81 g
= 0,69 g
Kelarutan = 100 ml
0,69 gr
= 144,92 ml/gr (sukar larut).

4. Tween 4 %
Residu sampel = 0,88882 0,4340
= 0,4542 g
Sampel yang larut = 1,5 0,4542
= 1,0458 gr
Kelarutan = 100 ml
1,0458 gr
5. Tween 5 %
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 2,19 g 1,29 g
= 0,9 g
Sampel yang larut = berat sampel residu sampel
Sampel yang larut = 2 g 0,9 g
= 1,1 g
Kelarutan = 100 ml
1,1 gr

= 90,90 ml/gr ( agak sukar larut).


6. Tween 6 %
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 0,607 0,434
= 0,713 g
Sampel yang larut = berat sampel residu sampel
Sampel yang larut = 2,5 0,713
= 2,327 g
Kelarutan = 100 ml
2,327 gr

= 42,97 ml/gr (agak sukar larut)

7. Tween 7 %
Residu sampel = 2,78 gr 1,35 gr
= 1,43 gr
Sampel yang larut = 2,5 gr 1,43 gr =1,07
8. Tween 8 %
Residu sampel = 2,64 gr 1,08 gr
= 1,56 gr
Sampel yang larut = 2 gr 1,56 gr = 0,44 gr
(sukar larut)
9. Tween 9 %
Residu sampel = 2,51 gr 1,03 gr
= 1,48 gr
Sampel yang larut = 2 gr 1,48 gr
= 052 gr
(sukar larut)
10. Twen 10 %
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 0,607 0,434
= 0,713 g
Sampel yang larut = berat sampel residu sampel
Sampel yang larut = 2,5 0,713
= 2,327 g
Kelarutan = 100 ml
2,327 gr

= 42,97 ml/gr (agak sukar larut).

c. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat


1. pH 5
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,04 - 0,42
= 0,62 g
Sampel yang larut = 1 0,62
= 0,38 g
2. pH 6
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,35 - 0,40
= 0,95 g
Sampel yang larut = berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut = 1,5 0,95
= 0,55 g
3. pH 7
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,63 - 0,36
= 1,27 g
Sampel yang larut = berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut = 2 1,27
= 0,73 g
4. pH 8
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,07 - 0,33
= 0,74 g
Sampel yang larut = berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut = 1,5 0,74
= 0,76 g
=

B. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, kita akan melihat pengaruh pelarut campur terhadap
kelarutan zat. Kelarutan zat yang dimaksud dalam percobaan ini adalah Asam salisilat
pada pelarut campur yakni air, alkohol, dan propilen glikol.Masing-masing pelarut
campur telah ditentukan konsentrasinya.Sebagaimana tertera pada hasil pengamatan di
atas.Pencampuran pelarut-pelarut tersebut dilakukan pada gelas kimia yang masing-
masing telah diberi label.Kemudian dilarutkan asam salisilat sedikit demi sedikit ke
dalam masing-masing gelas kimia tersebut. Lalu dikocok larutan denga menggunakan
stirrer selama beberapa menit, jika ada endapan yang larut selama pengocokan maka
asam salisilat tersebut di tambahkan lagi sampai didapat larutan yang jenuh kembali.
Larutan yang telah jenuh tersebut disaring dengan corong plastik dan kertas saring.
Pada kurva pelarut campur A sampai H antara konstanta dielektrik dengan zat
yang terlarut yaitu semakin menurun, pada pelarut campur A konstanta dielektriknya
yaitu 61,04, pelarut B yaitu 60,655, pelarut C yaitu 60,27, pelarut D yaitu 59,885, pelarut
E yaitu 59,5, pelarut F yaitu58,73, pelarut G yaitu 58,345 dan pelarut H yaitu 57,96.
Surfaktan terdiri dari dua bagian yaitu bagian polar dan non polar, bila
didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah akan berkumpul pada permukaan.
Percobaan ini menggunakan stirer dalam pengerjaannya dimana asam salisilat dikocok
dengan stirer selama 1 jam.Hal ini dimaksudkan agar didapatkan campuran yang
homogen.
Surfaktan yang digunakan pada percobaan ini adalah tween-80 dengan berbagai
konsentrasi yang akan meningkatkan kelarutan asam salisilat. Hubungan suatu surfaktan
mempengaruhi kelarutan asam salisilat yaitu dimana surfaktan adalah suatu zat yang
sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat.Oleh karena surfaktan
mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal dengan misel
dimana misel ini dapat menaikkan kelarutan asam salisilat yang sukar larut dalam air.
Dengan penambahan surfaktan terdiri dua bagian yaitu bagian polar dan non polar, bila
didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah, akan berkumpul pada
permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah bagian air.
Pada kurva solubilisasi antar konsentrasi tween 80 dengan zat yang terlarut tidak
terjadi KMK. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor kesalahan. Baik dari
pembuatan larutan ataupun dari kesalahan praktikan dalam melakukan praktikum.
Untuk mengukur nilai kelarutanasam salisilat, digunakan larutan dapar fosfat
dengan berbagai pH tertentu, yaitu pH 5, 6, 7 dan 8. Digunakan larutan dapar fosfat
karena larutan dapar merupakan larutan yang tidak mengalami perubahan pH walaupun
ditambahkan sedikit asam maupun sedikit basa sehingga dapat digunakan sebagai
pelarut untuk melarutkan asam salisilat yang bersifat asam lemah.Penggunaan pH yang
dibuat bervariasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan pH terhadap
kelarutan asam salisilat, sehingga variabel bebas dalam hal ini larutan dapar fosfat harus
dibuat bervariasi.
Dalam prosesnya, asam salisilat dilarutkan dalam larutan dapar fosfat dengan
ukuran pH yang telah ditentukan sebelumnya secara bersamaan ada tiap-tiap pH yang
telah ditentukan, kemudian dilakukan pengocokan.Pengocokan dilakukan dengan tujuan
untuk mempercepat terjadinya reaksi.Dalam percobaan yang telah dilakukan,
pengocokan dilakukan selama 60 menit. Setelah pengocokan selama 60 menit, akan
tampak bagian asam salisilat yang tidak larut dalam larutan dapar fosfat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa asam salisilat memiliki kelarutan.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode gravimetri, di mana
dilakukan penimbangan terhadap asam salisilat sebelum dan sesudah dilarutkannya
asam salisilat dalam larutan dapar fosfat. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh berat
asam salisilat yang tidak larut dari mengurangkan berat kertas saring akhir ( berat kertas
saring dan sisa asam salisilat yang tidak larut) dengan berat kertas saring awal.
Secara teori, perubahan pH berbanding lurus dengan kelarutannya.Maksudnya
ialah, semakin meningkat nilai pH suatu larutan, maka semakin besar juga kelarutan zat
tersebut.hal ini sesuai dengan apa yang telah dipraktikkan bahwa ketika pH naik maka
kelarutan juga naik begitupun sebaliknya.

HASIL KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan
Dari data pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
- Kelarutan asam salisilat secara kuantitatif yaitu 0,28 g
- Konstanta dielektrik pelarut A sampai H nilainya semakin menurun.
- Pada penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat tidak terjadi KMK, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan.
- Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat yaitu semakin tinggi pH suatu larutan maka
kelarutan suatu zat semakin tinggi pula.
B.Saran
Sebaiknya pada saat praktikum Para asisten slalu mendampingi praktikan agar
tidak terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins
Ditjen POM., 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Jakarta
Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rahman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Jufri, Mahdi, dkk, 2004. Formulasi Gameksan dalam Bentuk Mikroemulsi,Majalah ilmu kefarmasian.
Kleinfelter, Keenam.1996. kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga
Martin, A., 1990, Farmasi Fisika, Buku I, UI Press, Jakarta
Mirawati.2013. Penentun Praktikum Farmasi Fisika . Makassar, Jurusan Farmasi.
Universitas Muslim Indonesia.
Moechtar., 1990, Farmasi Fisika, UGM Press, Yogyakarta
Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika . Buku II, UI Press, Jakarta
Tungadi, Robert. 2009.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan Farmasi Universitas Negeri
Gorontalo. Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai