PRAKTIKUM BIOPROSES
Materi:
ALKOHOL
Oleh:
Nama: NIM :
1. Timotius Adrian Cristantyo Darmaji 21030116140195
2. Vania Frimasgita Giraldi 21030116120066
3. William Aditya Ayodyasena 21030115120007
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan resmi praktikum Bioproses yang berjudul Alkohol yang disusun oleh:
Kelompok : 4 / Rabu
Anggota :
1. Timothius Adrian Cristantyo Darmaji 21030116140195
2. Vania Frimasgita Giraldi 21030116120066
3. William Aditya Ayodyasena 21030115120007
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi
Praktikum Bioproses dengan materi Alkohol.
Dalam laporan ini penulis meyakini sepenuhnya bahwa tidaklah mungkin
menyelesaikan makalah ini tanpa doa, bantuan dan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan rasa terima
kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ing. Silviana, ST, MT selaku penanggung jawab Laboratorium
Mikrobiologi Industri Universitas Diponegoro.
2. Bapak Porf. Dr. Widayat, ST, MT dosen pengampu materi alkohol Laboratorium
Mikrobiologi Industri Universitas Diponegoro.
3. Ibu Jufriyah, ST selaku Pranata Laboratorium Pendidikan Laboratorium
Mikrobiologi Industri Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang.
4. Iqbal Ryan R, selaku Koordinator Asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
tahun 2017.
5. Ernisa Ismirani K, Asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri selaku asisten
pengampu penyusunan laporan resmi materi Alkohol.
6. Segenap asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Penyusun menyakini bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Mohon maaf
apabila terdapat kekurangan bahkan kesalahan. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak berkaitan dengan laporan ini. Akhir kata, semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat berguna sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan.
Semarang, 20 November 2017
Penyusun
RINGKASAN
Alkohol adalah senyawa dengan gugus hydroxyl yang berikatan dengan gugus
alkil. Alkohol dapat dibuat dengan metode fermentasi dan bahan yang mengandung
glukosa, seperti belimbing. Tujuan dari praktikum mikrobiologi ini adalah membuat
alkohol dari sari belimbing, mempelajari pengaruh penambahan ragi terhadap
jumlah koloni dan densitas pada pertumbuhan starter, dan mempelajari pengaruh
kadar glukosa substrat terhadap konversi pembuatan alkohol.
Belimbing memiliki banyak kandungan gizi yang terkandung di dalamnya.
Bioetanol adalah cairan biokimia hasil fermentasi gula dari karbohidrat dengan
bantuan mikroorganisme. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik. Starter pada fermentasi alkohol ialah Saccharomyces cerevisiae.
Praktikum ini menggunakan alat-alat yakni erlenmeyer, buret, statif, klem, gelas
ukur, pengaduk, beakerglass, autoclave, kompor listrik, dan pipet tetes. Dan bahan-
bahan sebagai berikut: sari belimbing, glukosa, KH2PO4, MgSO4, urea, NaOH,
H2SO4, indikator MB, aquadest, ragi roti (fermipan), fehling A dan B. Praktikum ini
melalui 2 tahap, yakni pembuatan starter dan fermentasi. Pembuatan starter
dilakukan dengan menggunakan sari buah belimbing, KH2PO4, MgSO4, urea, dan
ragi. Fermentasi dilakukan 5 hari dengan mencatat kadar glukosa sisa dan densitas
masing-masing variabel.
Berdasarkan percobaan, jumlah koloni yang terlihat dan nilai densitas semakin
tinggi seiring dengan semakin banyaknya ragi yang ditambahkan. Konversi alkohol
yang dihasilkan juga semakin tinggi seiring dengan semakin tingginya kadar glukosa
substrat.
Berdasarkan percobaan, dapat disimpulkan mengenai pengaruh penambahan
ragi terhadap jumlah koloni dan densitas pada pertumbuhan starter, dan pengaruh
kadar glukosa substrat terhadap konversi pembuatan alkohol. Saran untuk praktikum
kali ini ialah sterilkan alat yang akan digunakan, teliti dan cermat dalam mengatur
pH, menghitung jumlah koloni, menutup rapat erlenmeyer dengan alumunium foil, dan
teliti dalam mengamati perubahan warna titrasi.
SUMMARY
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
PRAKATA ......................................................................................................... iii
RINGKASAN .................................................................................................... iv
SUMMARY ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3. Tujuan Percobaan .................................................................................. 2
1.4. Manfaat Percobaan ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Belimbing .............................................................................................. 3
2.2. Bioetanol ............................................................................................... 4
2.2.1. Pengertian.................................................................................... 4
2.2.2. Mekanisme .................................................................................. 4
2.2.3. Siklus Metabolisme ..................................................................... 6
2.3 Starter ..................................................................................................... 7
2.4 Pengaruh Variabel terhadap Proses Fermentasi Etanol ......................... 7
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Rancangan Praktikum ........................................................................... 8
3.1.1. Skema Rancangan Praktikum .................................................... 8
3.1.2. Variabel Operasi ........................................................................ 9
3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan........................................................... 9
3.2.1. Bahan........................................................................................... 9
3.2.2. Alat .............................................................................................. 10
3.2.3. Gambar Alat ................................................................................ 10
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Bioetanol
2.2.1. Pengertian
Bietanol merupakan etanol yang dapat dibuat dari fermentasi
substrat yang mengandung karbohidrat baik itu turunan gula, pati ataupun
selulosa. Etanol atau etyl alkohol (C2H5OH) berupa cairan bening tak
berwarna, beraroma khas, berfase cair pada suhu kamar, mudah terbakar,
dapat terurai secara biologis (biodegredable), memiliki toksisitas rendah.
Jika etanol terbakar dapat menghasilkan gas karbon dioksida dan air.
Etanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk keperluan medis, sebagai
pelarut, dan juga sebagai bagan bakar alternatif (Mustofa, 2012).
Sebagai bahan bakar alternatif, bioetanol dapat diaplikasikan dalam
bentuk campuran dengan minyak bensin, misalnya 10 % etanol dicampur
dengan 90% bensin (gasohol E10) sebagai bahan bakar. Etanol absolut
memiliki angka oktan 117, premium memiliki 87- 88, sedangkan gasohol
E10 memiliki angka oktan 92 yang setara dengan pertamax (Setiasih,
2011).
2.2.2. Mekanisme
Menurut Retno dkk (2009), proses pembuatan bioetanol terjadi
dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah persiapan bahan baku, yang
berupa proses hidrolisa pati menjadi glukosa. Tahap kedua berupa proses
fermentasi, merubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Sedangkan tahap
ketiga yaitu pemurnian hasil dengan cara distilasi.
Hidrolisa adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu
senyawa pecah terurai. Faktor factor yang berpengaruh pada reaksi
hidrolisa pati adalah ; suhu reaksi, waktu reaksi, pencampuran pereaksi,
konsentrasi katalisator, dan kadar suspensi.
Proses fermentasi merupakan proses biokimia dimana terjadi
perubahan-perubahan atau reaksi-reksi kimia dengan pertolongan jasad
renik, penyebab fermentasi tersebut bersentuhan dengan zat makanan
yang sesuai dengan pertumbuhannya. Akibat terjadinya fermentasi
sebagian atau seluruhnya akan berubah menjadi alkohol setelah
beberapa waktu lamanya. Fermentasi oleh yeast, misalnya
Sacharomyces cereviseae dapat menghasilkan etil alkohol (etanol) dan
CO2 melalui reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 + yeast C2H5OH + 2 CO2
Pada proses ini glukosa difermentasikan dengan enzim zimase invertase
yang dihasilkan oleh Sacharomyces cereviseae. Fungsi enzim zimase
adalah untuk memecah polisakarida (pati) yang masih terdapat dalam
proses hidrolisis untuk diubah menjadi monosakarida (glukosa).
Sedangkan enzim invertase selanjutnya mengubah monosakarida
menjadi alkohol dengan proses fermentasi. Pada awal fermentasi masih
diperlukan oksigen untuk pertumbuhan dan perkembangan
Sacharomyces cereviseae, tetapi kemudian tidak dibutuhkan lagi
karena kondisi proses yang diperlukan adalah anaerob. Sebelum
dilakukan proses fermentasi dilakukan proses sterilisasi dan proses
penyiapan inokulum. Sterilisasi dilakukan terhadap bahan dan alat
sehingga terbebas dari kontaminasi mikroorganisme lain. Tujuan
dibiakkannya ragi dalam starter adalah mengadaptasikan sel terhadap
media fermentasi. Inokulasi Sacharomyces cereviseae dilakukan secara
aseptis untuk menjaga kemurnian biakan.
Distilasi merupakan metode operasi yang digunakan pada proses
pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan
panas sebagai tenaga pemisah berdasarkan titik didih masing-masing
komponen.
Laboratorium Mikrobiologi Industri 5
ALKOHOL
2.3. Starter
Mikroorganisme yang sering digunakan dalam produksi bioetanol salah
satunya ialah Saccharomyces cerevisiae. Hal ini dikarenakan Saccharomyces
cerevisiae memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan mikroorganisme
lainnya. Adapun kelebihan dari Saccharomyces cerevisiae antara lain mudah
beradaptasi dengan lingkungan, lebih tahan terhadap kadar alkohol tinggi, dan
lebih mudah didapat (Azizah, dkk.,2012).
Menurut Eka dan Amran (2009), syarat yeast yang baik untuk dibiakkan
dan dapat digunakan dalam fermentasi alkohol yaitu:
1. Mempunyai kemampuan tumbuh dan berkembang biak dengan cepat dalam
substrat yang sesuai
2. Dapat menghasilkan enzim dengan cepat untuk mengubah glukosa menjadi
alkohol
3. Mempunyai daya fermentasi yang tinggi terhadap glukosa, fruktosa,
galaktosa, dan maltose
4. Mempunyai daya tahan dalam lingkungan di kadar alkohol yang relatif tinggi
5. Tahan terhadap mikroba lain
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Diatur pH 4
Diatur pH 4
Ditambahkan starter
3.2.2. Alat
1. Erlenmeyer 5. Beakerglass
2. Buret, statif, klem 6. Autoclave
3. Gelas ukur 7. Kompor listrik
4. Pengaduk 8. Pipet tetes
3.2.3. Gambar Alat
2. Analisis densitas
a. Timbang berat piknometer kosong.
b. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
c. Timbang piknometer berisi sampel.
Densitas=
C. Fermentasi
1. Persiapan sari buah
a. Mula-mula persiapkan sari buah belimbing untuk bahan starter. Dengan
mempersiapkan sari buah belimbing. Sari buah belimbing yang telah
bebas dari ampas.
b. Sari buah belimbing disterilkan dengan cara dididihkan.
c. Adonan didinginkan sampai suhu kamar, lalu diatur pH=4
d. Penentuan kadar glukosa substrat (lakukan Metode analisis gula)
Kadar glukosa substrat sebelum fermentasi disesuaikan.
Bila %SB > 14%, perlu diencerkan:
%
14% = ( ) +( ) 100%
c. Analisis Densitas
a. Timbang berat piknometer kosong.
b. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
c. Timbang piknometer berisi sampel.
Densitas=
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3100
2600
Jumlah Koloni
(x 100000000)
2100
Starter A (10 gr/ L Ragi)
1600
Starter B (5 gr/L Ragi)
1100
Starter C (2 gr/ L Ragi)
600
100
0 1 2
Waktu (Hari)
Gambar 4.1 Pengaruh penambahan ragi terhadap jumlah koloni pada starter
Dari gambar 4.1 dapat dilihat adanya pengaruh penambahan ragi terhadap
jumlah koloni. Pada hari ke-0, jumlah koloni pada starter A (10 gr/L ragi), starter
B (5 gr/L ragi), dan starter C (2 gr/L ragi) yaitu 8,1 x 10 10, 5,4 x 1010, dan 2,9 x
1010. Pada hari ke-1, jumlah koloni pada starter A (10 gr/L ragi), starter B (5 gr/L
ragi), dan starter C (2 gr/L ragi) yaitu 25,6 x 1010, 19,6 x 1010, dan 6,3 x 1010.
Pada hari ke-2, jumlah koloni pada starter A (10 gr/L ragi), starter B (5 gr/L
ragi), dan starter C (2 gr/L ragi) yaitu 27,5 x 1010, 20,6 x 1010, dan 6,8 x 1010.
Sehingga, dari grafik dapat dilihat bahwa jumlah koloni paling banyak pada
setiap harinya adalah pada starter A (10 gr/L ragi) dan paling sedikit pada starter
C (2 gr/L ragi).
Pada starter A dengan penambahan 10 gr/L ragi memperlihatkan jumlah
koloni terbanyak setiap harinya, sedangkan pada starter C dengan penambahan
1.2000
1.1750
Densitas (gr/ml)
Dari gambar 4.2 dapat dilihat adanya pengaruh penambahan ragi terhadap
densitas. Pada hari ke-0, densitas pada starter A (10 gr/L ragi), starter B (5 gr/L
ragi), dan starter C (2 gr/L ragi) yaitu 1.0652 gr/ml, 1,0632 gr/ml, dan 1,0548
gr/ml. Pada hari ke-1, densitas pada starter A (10 gr/L ragi), starter B (5 gr/L
ragi), dan starter C (2 gr/L ragi) yaitu 1.062 gr/ml, 1,058 gr/ml, dan 1,054 gr/ml.
Pada hari ke-2, densitas pada starter A (10 gr/L ragi), starter B (5 gr/L ragi), dan
starter C (2 gr/L ragi) yaitu 1.19 gr/ml, 1,1872 gr/ml, dan 1,1852 gr/ml.
Sehingga, dari grafik dapat dilihat bahwa densitas tertinggi pada setiap harinya
adalah pada starter A (10 gr/L ragi) dan paling rendah pada starter C (2 gr/L
ragi).
Pada starter A dengan penambahan 10 gr/L ragi memperlihatkan nilai
densitas tertinggi setiap harinya, sedangkan pada starter C dengan penambahan
2 gr/L ragi memperlihatkan nilai densitas terendah setiap harinya. Semakin
banyak jumlah ragi yang ditambahkan, maka semakin banyak pula
mikroorganisme yang bertumbuh sehingga densitas pun akan semakin tinggi
seiring bertambahnya jumlah ragi yang ditambahkan (Dutta, 2008).
1.2000
1.1800
Densitas (gr/ml)
1.1600
1.1400 Stater A (10 gr/L Ragi)
1.1200
Starter B (5 gr/L Ragi)
1.1000
1.0800 Starter C (2gr/L Ragi)
1.0600
1.0400
0 1000 2000 3000
Jumlah Koloni (x 100000000)
Gambar 4.3 Hubungan antara jumlah koloni dan densitas pada starter
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan densitas seiring
dengan kenaikan jumlah koloni dan penyimpangan penurunan densitas seiring
dengan kenaikan jumlah koloni. Kenaikan densitas seiring dengan jumlah koloni
yang mengalami peningkatan disebabkan karena mikroba sudah memasuki fase
eksponensial. Pada fase ini, mikroba membelah dengan cepat dan konstan
mengikuti kurva logaritmik (Hamdiyati, 2010). Jumlah mikroba dalam starter
mempengaruhi densitasnya, sehingga jika jumlah mikroba semakin banyak,
densitas starter pun semakin besar.
Penyimpangan penurunan densitas seiring jumlah koloni yang bertambah
disebabkan karena adanya kandungan oksigen yang masuk kedalam mikroba
sehingga mengakibatkan mikroba cepat membelah dan semakin banyak
jumlahnya, oksigen juga dapat berpengaruh pada densitas, jika oksigen dapat
memberi nutrisi pada mikroba, namun tidak dengan densitasnya. Densitas akan
berkurang jumlahnya seiring dengan kandungan oksigen yang masuk ke dalam
mikroba (Hamdiyati,2010).
120
Konversi Alkohol (%)
100
80
60 Variabel 1 20%SB
40 Variabel 4 10%SB
Variabel 7 3%SB
20
0
0 1 2 3
Waktu (Hari)
Gambar 4.4 Pengaruh kadar glukosa substrat terhadap konversi alkohol pada
fermentasi starter A
Tabel 4.5 Pengaruh kadar glukosa substrat terhadap konversi alkohol pada
fermentasi starter B
Hari ke- Variabel 2 20%SB Variabel 5 10%SB Variabel 8 3%SB
0 0% 0% 0%
1 93,71% 75,26% 29,17%
2 93,2% 78,2% 72%
3 83,885% 76,83% 60,043%
100
Konversi Alkohol (%)
80
60 Variabel 2 20%SB
Variabel 5 10%SB
40
Variabel 8 3%SB
20
0
0 1 2 3
Waktu (Hari)
Gambar 4.5 Pengaruh kadar glukosa substrat terhadap konversi alkohol pada
fermentasi starter B
Tabel 4.6 Pengaruh kadar glukosa substrat terhadap konversi alkohol pada
fermentasi starter C
Hari ke- Variabel 3 20%SB Variabel 6 10%SB Variabel 9 3%SB
0 0% 0% 0%
1 90,39% 72,97% 20,27%
2 92,05% 73,65% 88%
3 84,415% 77,22% 68,11%
100
60
Variabel 3 20%SB
40
Variabel 6 10%SB
20 Variabel 9 3%SB
0
0 1 2 3
Waktu (Hari)
Gambar 4.6 Pengaruh kadar glukosa substrat terhadap konversi alkohol pada
fermentasi starter C
Dari ketiga gambar diatas, terlihat adanya pengaruh kadar glukosa substrat
terhadap konversi alkohol. Dimana starter dengan kadar 20% glukosa substrat
dapat menghasilkan konversi alkohol tertinggi dibandingkan kadar 10% dan 3%
glukosa substrat. Semakin tinggi kadar glukosa substrat, maka semakin tinggi
pula konversi alkohol yang dihasilkan. Namun, pada starter C hari ke-4 terjadi
penyimpangan, dimana konversi alkohol dengan kadar 3% glukosa substrat lebih
tinggi daripada konversi alkohol dengan kadar 10% glukosa substrat.
Semakin tinggi kadar glukosa substrat, maka semakin tinggi pula konversi
alkohol yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena semakin besar rasio glukosa
substrat menyebabkan tumbukan antar molekul-molekul reaktan dengan
mikroba meningkat, sehingga penyusupan molekul mikroba ke dalam substrat
lebih serng terjadi dan fermentasi dapat lebih cepat (Ariyanto dkk., 2013).
Sedangkan penyimpangan yang terjadi pada starter C hari ke-2 yaitu
konversi alkohol dengan kadar 3% glukosa substrat lebih tinggi daripada
konversi alkohol dengan kadar 10% glukosa substrat disebabkan karena adanya
galat titrasi yang membuat perubahan warna pada titik akhir titrasi tidak tajam.
Galat dicerminkan melalui kurang presisinya dalam memutuskan secara tepat
kapan titik akhir titrasi terjadi (Underwood, 1998).
1.22
1.2
Variabel 1 Starter A 20% glukosa
1.18
Variabel 2 Starter B 20% glukosa
1.16
Densitas (g/ml)
yang dihasilkan juga akan semakin banyak dan begitu juga sebaliknya, sehingga
densitasnya akan semakin rendah. Selain itu, dengan meningkatnya jumlah
alkohol ini maka densitas daripada campuran alkohol-air akan semakin rendah
(Siti dan Ahmad, 2015). Kenaikan densitas pada fermentasi seiring dengan
semakin bertambahnya waktu fermentasi disebabkan karena masih terjadi fase
log (eksponensial) yaitu fase dimana mikroba memperbanyak sel sehingga
terjadi pertumbuhan yang meningkat.dan menyebabkan naiknya densitas
(Oktarina, 2008). Nilai densitas yang fluktuatif dengan terjadinya penurunan
kemudian kenaikan berhubungan dengan fase pertumbuhan mikroorganisme,
dimana terdapat fase lag (adaptasi) dan fase log (eksponensial). Menurut Setyati
dkk (2015) mikroba jika dipindahkan ke dalam suatu media, maka mula-mula
mikroorganisme tersebut akan mengalami fase lag (adaptasi) untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan densitas turun. Kemudian bakteri mulai memasuki fase
eksponensial dimana mikroba membelah dengan cepat dan konstan. Sehingga
menyebabkan massa dan jumlah bakteri bertambah maka densitas naik
(Hamdiyati, 2010).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin banyak ragi yang ditambahkan, maka semakin banyak pula mikroba
yang membelah, sehingga semakin banyak juga jumlah koloni yang terlihat
2. Semakin banyak jumlah ragi yang ditambahkan, maka semakin banyak pula
mikroorganisme yang bertumbuh sehingga densitas pun akan semakin tinggi
3. Jumlah mikroba dalam starter mempengaruhi densitasnya, sehingga jika
jumlah mikroba semakin banyak, densitas starter pun semakin besar.
4. Semakin tinggi kadar glukosa substrat, maka semakin tinggi pula konversi
alkohol yang dihasilkan.
5. Nilai densitas akan semakin turun seiring dengan bertambahnya waktu
fermentasi
5.2. Saran
1. Sterilkan alat yang akan digunakan.
2. Teliti dalam mengatur pH agar sesuai dengan prosedur.
3. Cermat dalam menghitung jumlah koloni.
4. Menutup rapat erlenmeyer dengan alumunium foil.
5. Teliti dalam mengamati perubahan warna titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, Hermawan Dwi, Furqon Hidayatulloh, dan Joko Murwono. 2013. Pengaruh
Penambahan Gula terhadap Prokduktivitas Alkohol dalam Pembuatan Wine
Berbahan Apel Buang (Reject) dengan Menggunakan Nopkor MZ.11.
Universitas Diponegoro.
Azizah, Baarri, dan Mulyani. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kadar
Alkohol, pH, dan Produksi Gas pada Proses Fermentasi Bioetanol dari Whey
dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.
Dutta, Rajiv. 2008. Fundamentals of Biochemical Engineering. Springer. New York.
Eka, Agustinus dan Amran Halim. 2009. Pembuatan Bioethanol dari Nira Siwalan
secara Fermentasi Fese Cair menggunakan Fermipan. Universitas Diponegoro
Hamdiyati, Yanti. 2010. Pertumbuhan Dan Pengendalian Mikroorganisme.
Mustofa, Alwi. 2012. Pemanfaatan Pati Garut (Maranta Arundinaceae) sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol dengan Fermentasi oleh Sacharomyces
Cereviceae. Universitas Diponegoro.
Oktarina, Eva. 2008. Penapisan dan Uji Aktivitas Bakteri Alkalo Termofilik Penghasil
Xilanase. Universitas Indonesia.
Parandica, Adi Nuryadi. 2011. Kajian Pengaruh Jenis Kemasan Polietilen dan
Polipropilen terhadap Umur Simpan Buah Belimbing Manis (Averrhoa
carambola L.). Institut Pertanian Bogor.
Retno, Endah, Enny Kriswiyanti A dan Adrian Nur. 2009. Bioetanol Fuel Grade Dari
Talas (Colocasia Esculenta).Universitas Sebelas Maret.
Riyanti, Eny Ida. 2009. Biomassa sebagai Bahan Baku Bioetanol. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Setiasih, Ani. 2011. Pemanfaatan Talas (Calocasia Esculenta L. Schott) sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Universitas Diponegoro.
Setyati, Wilis Ari, Erni Martani, Triyanto, Subagiyo, dan Muhammad Zainuddin.
2015. Kinetika Pertumbuhan dan Aktivitas Isolat Protease 36k dari Sedimen
Ekosistem Mangrove, Karimunjawa, Jepara. Semarang. Universitas
Diponegoro.
Siti Khodijah dan Ahmad Abtokhi. 2015. Analisis Pengaruh Variasi Persentase Ragi
(Saccharomyces cerevisiae) dan Waktu pada Proses Fermentasi dalam
Pemanfaatan Duckweed (Lemna minor) sebagai Bioetanol.
Underwood, Day R.A. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Materi :
ALKOHOL
OLEH :
KELOMPOK : 4 / RABU
NAMA : NIM:
1. Timothius Adrian Cristantyo Darmaji 21030116140195
2. Vania Frimasgita Giraldi 21030116120066
3. William Aditya Ayodyasena 21030115120007
A-1
c. Sari buah belimbing sebanyak 200 ml ditambahkan 5 gr/l KH2PO4, 5
gr/l MgSO4, dan urea sebanyak 5 gr/l sebagai nutrient.
d. pH diatur hingga 4.
e. Ragi/fermipan sebanyak 10,5,2 gram/liter ditambahkan ke dalam
larutan tersebut
f. Jumlah yeast dan densitas dalam larutan dihitung setiap hari selama 2
hari sampai dengan konstan.
B. Pengukuran Variabel Respon
1. Metode perhitungan yeast
Cara Perhitungan Jumlah Mikroorganisme dengan Hemositometer
a. Sampel sebanyak 1 mL diencerkan 100x.
b. Sampel diteteskan pada meja hemositometer .
c. Hemositometer diletakkan pada mikroskop.
d. Gambar/ preparat dicari dengan mengatur perbesaran.
e. Jumlah yeast dihitung pada ruang hemositometer.
f. Jumlah yeast/ mikroorganisme dihitung dengan mengalikan faktor
pengenceran.
A-2
2. Analisis densitas
a. Timbang berat piknometer kosong.
b. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
c. Timbang piknometer berisi sampel.
Densitas=
C. Fermentasi
1. Persiapan sari buah
a. Mula-mula persiapkan sari buah belimbing untuk bahan starter.
Dengan mempersiapkan sari buah belimbing. Sari buah belimbing
yang telah bebas dari ampas.
b. Sari buah belimbing disterilkan dengan cara dididihkan.
c. Adonan didinginkan sampai suhu kamar, lalu diatur pH=4
d. Penentuan kadar glukosa substrat (lakukan Metode analisis gula)
Kadar glukosa substrat sebelum fermentasi disesuaikan.
Bila %SB > 14%, perlu diencerkan:
%
14% = ( ) +( ) 100%
A-3
a. 5 mL glukosa standar, diencerkan sampai 100 mL, diambil 5 mL,
dinetralkan pHnya.
b. Larutan ditambahkan 5 mL fehling A dan 5 mL fehling B.
c. Larutan dipanaskan hingga 60C s.d. 70C.
d. Larutan dititrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60C-
70C sampai warna biru hampir hilang, ditambahkan 2 tetes MB.
e. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standar sambil dipanaskan
60C s.d. 70C sampai warna biru menjadi merah bata.
f. Kebutuhan titran dicatat volumenya.
F = V titran
b. Mengukur kadar glukosa sari buah
1. Ukur densitas sari buah
2. Cari M
h. 5 ml sari buah, diencerkan hingga 100 ml, diambil 5 ml dan
dinetralkan pHnya.
i. Larutan ditambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B,
ditambahkan 5 mlglukosa standar yang telah diencerkan.
j. Larutan dipanaskan hinga 60C s.d. 70C.
k. Larutan dititrasi dengan glukosa standart sambil dipanaskan 60C
s.d. 70C, sampaiwarna biru hampir hilang, lalu ditambahkan 2
tetes MB.
l. Larutan dititrasi lagi dengan glukosa standart sambil dipanaskan
60C s.d. 70Csampai warna biru menjadi merah bata.
m. Kebutuhan titran dicatat volumenya.
M = V titran
n. Kadar glukosa sari buah diukur dengan rumus berikut:
() ( ) ( )
%SB = 100% 0,025
c. Analisis Densitas
a. Timbang berat piknometer kosong.
b. Tuangkan sampel ke dalam piknometer sampai penuh.
c. Timbang piknometer berisi sampel.
Densitas=
A-4
2.4 Hasil Percobaan
Data Awal
Variabel Sari buah belimbing
F 39 ml
M 30 ml
Sari Buah 1,2172 gr/ml
V Sari Buah 200 ml
%SB 1,85 %
Data Starter
Starter A Starter B Starter C
Tanggal Jumlah Jumlah Jumlah
(gr/ml) koloni (gr/ml) koloni (gr/ml) koloni
06-09-
1,0652 8,1x1010 1,0632 5,4x1010 1,0548 2,9x1010
2017
07-09-
1,062 25,6x1010 1,058 19,6x1010 1,054 6,3x1010
2017
08-09-
1,19 27,5x1010 1,1872 20,6x1010 1,01852 6,8x1010
2017
A-5
F 31 ml 25,5 ml 31 ml
Variabel 2 M 25 ml 19 ml 15,5 ml
Starter B %h 1,258% 1,36 % 3,223%
20% %Alkohol 93,71% 93,20% 83,885%
1,192 gr/ml 1,1938 gr/ml 1,2002 gr/ml
F 31 ml 25,5 ml 31 ml
Variabel 3 M 22 ml 18 ml 17 ml
Starter C %h 1,922% 1,59% 2,717%
20% %Alkohol 90,39% 92,05% 86,415%
1,1708 gr/ml 1,178 gr/ml 1,196 gr/ml
F 31 ml 25,5 ml 31 ml
Variabel 4 M 19 ml 18,5 ml 19 ml
Starter A %h 2,689% 1,62 % 2,573%
10% %Alkohol 73,11% 83,80% 74,27%
1,1158 gr/ml 1,0828 gr/ml 1,0688 gr/ml
F 31 ml 25,5 ml 31 ml
Variabel 5 M 20 ml 16,1 ml 20 ml
Starter B %h 2,474% 2,18 % 2,317%
10% %Alkohol 75,26% 78,20% 76,83%
1,1114 gr/ml 1,079 gr/ml 1,0788 gr/ml
F 31 ml 25,5 ml 31 ml
Variabel 6 M 19 ml 14,3 ml 21 ml
Starter C %h 2,703% 2,635 % 2,278%
10% %Alkohol 72,97% 73,65% 77,22%
1,11 gr/ml 1,0626 gr/ml 1,0974 gr/ml
F 31 ml 25,5 ml 31 ml
M 22 ml 21 ml 26 ml
Variabel 7
%h 2,06% 1,07 % 1,197%
Starter A
%Alkohol 31,33% 64,33% 60,1 %
3%
1,0922 gr/ml 1,0488 gr/ml 1,0442 gr/ml
Variabel 8 F 31 ml 25,5 ml 31 ml
Starter B M 22 ml 22 ml 26 ml
A-6
3% %h 2,13% 0,838 % 1,1987%
%Alkohol 29,17% 72% 60,043%
1,0588 gr/ml 1,044 gr/ml 1,0428 gr/ml
F 31 ml 25,5 ml 31 ml
Variabel 9 M 21 ml 24 ml 27 ml
Starter C %h 2,397% 0,36 % 0,9566%
3% %Alkohol 20,27% 88% 68,11%
1,0428 gr/ml 1,0408 gr/ml 1,0454 gr/ml
A-7
ALKOHOL
LEMBAR PERHITUNGAN
I. Starter
a. Hari Ke-0 (6 September 2017)
Massa picnometer kosong =24,72 gram
Volume picnometer =25ml
- Starter A (10 gr/l Ragi)
Massa picno + sari buah = 51,35gram
sel = 81
massa sari belimbing 51,3524,72
= = = 1,0652 gr/ml
V picnometer 25
1
Jumlah Koloni = 80 x 25 x 105 x103 x fp x total volume starter x sel
1
Jumlah Koloni = 80 x 25 x 105 x103 x 100 x 200 x 81 = 8,1 x 1010
1
Jumlah Koloni = 80 x 25 x 105 x103 x fp x total volume starter x sel
1
Jumlah Koloni = 80 x 25 x 105 x103 x 100 x 200 x 206 = 20,6 x 1010
II. Fermentasi
Massa picnometer kosong=25,92gram
Volume piknometer = 25 ml
Massa picnometer + sampel sari belimbing = 56,35 gram
56,3525,92
sampel = = = 1,2172 gr/ml
25
( )
%SB = x 100% x 0,0025
sari melon
200 100
(3930)
20 5
%SB = x 100% x 0,0025
200 1,2172
%SB = 1,85%
- 20%SB
180 +(% )
20% = 342 +( )
x 100%
180 +(0,0185 200 1,2172)
20% = x 100%
342 +(200 1,2172)
X = 0,3959 mol
Berat Sukrosa = 0,3959 mol x 342 gr/mol = 135,4 gram
- 10%SB
180 +(% )
10% = x 100%
342 +( )
180 +(0,0185 200 1,2172)
10% = x 100%
342 +(200 1,2172)
X = 0,136 mol
Berat Sukrosa = 0,136mol x 342 gr/mol = 46,54 gram
- 3%SB
180x +(%SB x VSB x SB )
3% = x 100%
342x +(VSB x SB )
X = 0,0165 mol
Berat Sukrosa = 0,0165mol x 342 gr/mol = 5,64 gram
%h = 20%
2020
Konversi Alkohol = x 100% = 0%
20
%h = 20%
2020
Konversi Alkohol = 100% = 0%
20
- Variabel 3 (Starter C 20%)
55,6326
= = 1,1852 gr/ml
25
%h = 20%
2020
Konversi Alkohol = 20 x 100% = 0%
- Variabel 4 (Starter A 10%)
55,7526
= = 1,19 gr/ml
25
%h = 10%
1010
Konversi Alkohol =
10
100% = 0%
- Variabel 5 (Starter B 10%)
55,6826
= = 1,1872 gr/ml
25
%h = 10%
102,474
Konversi Alkohol = 10 x 100% = 75,26%
- Variabel 6 (Starter C 10%)
55,6326
= = 1,1852 gr/ml
25
%h = 10%
1010
Konversi Alkohol = x 100% = 0%
10
%h = 3%
33
Konversi Alkohol = = 0%
3
- Variabel 8 (Starter B 3%)
55,6826
= = 1,1872 gr/ml
25
%h = 3 %
33
Konversi Alkohol = x 100% = 0%
3
- Variabel 9 (Starter C 3%)
55,6326
= = 1,1852 gr/ml
25
%h = 3%
33
Konversi Alkohol = 3 x 100%= 0%
b. Hari Ke-1 (11 September 2017)
- Variabel 1 (Starter A 20%)
91,830,88
= = 1,206 gr/ml
50
200 100
(3126) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 1,037%
200 x 1,206
201,037
Konversi Alkohol = x 100% = 94,815
20
201,922
Konversi Alkohol = x 100% = 90,39%
20
- Variabel 4 (Starter A 10%)
86,6730,88
= = 1,1158 gr/ml
50
200 100
(3119) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 2,689%
200 x 1,1158
102,689
Konversi Alkohol = 100% = 73,11%
10
- Variabel 5 (Starter B 10%)
86,4530,88
= = 1,1114 gr/ml
50
200 100
(3120) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 2,474%
200 x 1,1114
102,474
Konversi Alkohol = x 100% = 75,26%
10
- Variabel 6 (Starter C 10%)
86,3830,88
= = 1,11 gr/ml
50
200 100
(3119) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 2,703 %
200 x 1,11
102,703
Konversi Alkohol = x 100% =72,97%
10
32,397
Konversi Alkohol = 3
x 100%= 20,27%
84,1230,99
= = 1,0626 gr/ml
50
200 100
(25,514,3) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 2,635 %
200 x 1,0626
102,635
Konversi Alkohol = x 100% = 73,65 %
10
- Variabel 7 (Starter A 3%)
83,4330,99
= = 1,0488 gr/ml
50
200 100
(25,521) x x 5
20
%h = x 100% x 0,0025 = 1,07 %
200 x 1,0488
31,07
Konversi Alkohol = x 100% = 64,33%
3
- Variabel 2
91,0130,9
= = 1,2022 gr/ml
50
200 100
(3115,5) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 3,223%
200 x 1,2022
203,223
Konversi Alkohol = x 100% = 83,885%
20
- Variabel 3
90,730,9
= = 1,196 gr/ml
50
200 100
(3117) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 2,717 %
200 x 1,196
202,717
Konversi Alkohol = x 100% = 86,415%
20
- Variabel 4
84,3430,9
= = 1,0688 gr/ml
50
200 100
(3119) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 2,573%
200 x 1,0688
102,573
Konversi Alkohol = x 100% = 74,27%
10
- Variabel 5
84,8430,9
= = 1,0788 gr/ml
50
200 100
(3120) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 2,317 %
200 x 1,0788
102,317
Konversi Alkohol = x 100% = 76,83%
10
- Variabel 6
85,7730,9
= = 1,0974 gr/ml
50
200 100
(3121) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 2,278 %
200 x 1,0974
102,278
Konversi Alkohol = x100% = 77,22%
10
- Variabel 7
83,1130,9
= = 1,0442 gr/ml
50
200 100
(3126) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 1,197 %
200 x 1,0442
31,197
Konversi Alkohol = x100% = 60,1%
3
- Variabel 8
83,0430,9
= = 1,0428 gr/ml
50
200 100
(3126) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 1,1987 %
200 x 1,0428
31,1987
Konversi Alkohol = x 100% = 60,043%
3
- Variabel 9
83,1730,9
= = 1,0454 gr/ml
50
200 100
(3127) x x
20 5
%h = x 100% x 0,0025 = 0,9566 %
200 x 1,0454
30,9566
Konversi Alkohol = x 100% = 68,11%
3
DATA PENDUKUNG
PROSEDUR ANALISA
PRAKTIKUM KE :2
MATERI : Alkohol
HARI : Rabu
TANGGAL : 6 September 2017
KELOMPOK : 4 Rabu
NAMA : Timothius Adrian Christantyo Darmaji
Vania Frimasgita Giraldi
William Aditya Ayodyasena
ASISTEN : Ernisa Ismirani K.
KUANTITAS REAGEN
Starter
A. 200 ml sari tomat + 5 gr/L KH2PO4 + 5 gr/L MgSO4 + 5 gr/L urea + 10 gr/L yeast
B. 200 ml sari tomat + 5 gr/L KH2PO4 + 5 gr/L MgSO4 + 5 gr/L urea + 5 gr/L yeast
C. 200 ml sari tomat + 5 gr/L KH2PO4 + 5 gr/L MgSO4 + 5 gr/L urea + 2 gr/L yeast
Fermentasi
20%SB a,b,c
10%SB a,b,c
200 ml sari belimbing data = densitas, kadar glukosa
3%SB
a,b,c
pH =4
Waktu = 5 hari (0,1,2,3,4,5)
Tutup = alumunium foil
%V = 14,3%V
TUGAS TAMBAHAN
1. Resume jurnal internasional tentang mikroba penghasil alkohol selain
Saccharomyces, tulis tangan di folio masing-masing 1, bawa saat ACC data
(bawa jurnal asli).
2. Bawa milimeterblok
3. Buat n+1 lapsem di folio (datanya saja)!
E-1
REFERENSI
F-1
F-2
F-3
F-4
F-5
F-6
F-7
F-8
F-9
F-10
F-11
F-12
F-13
F-14
F-15
F-16
F-17
F-18
F-19
F-20
F-21
F-22
F-23
F-24
F-25
F-26
F-27
F-28
F-29
F-30
F-31
F-32
F-33
DIPERIKSA TANDA
NO TANGGAL KETERANGAN TANGAN
3 20/11/2017 ACC