Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENGEMBANGKAN MANAJEMEN BERBASIS (SEKOLAH)


KELAS 5 UNTUK MENGEFISIENSIKAN DAN MENGEFEKTIFKAN SYSTEM
PERSEKOLAHAN
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan SD
Dosen Pembimbing: Dr. I Made Suardana S.Pd; M.Pd

Disusun oleh:
1. Vicki Ferdiansyah (170151602)
2. Yuliani Budi Lestari (170151602778)
3. Nurlia NiMatur Rohmah (170151602822)
Kelas: B7 PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEPTEMBER, 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sederhana ini. Kami sadar tanpa rahmat dan
hidayahNya kami tak dapat merangkai dan menyelesaikannya.
Penulisan makalah ini dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mata kuliah
Manajemen Pendidikan. Judul yang kami ambil pada kesempatan pembuatan makalah kali ini
adalah Mengembangkan Manajemen Berbasis (Sekolah) Kelas 5 Untuk Mengefesiensikan
dan Mengefektifkan System Persekolahan.
Kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran
dari Anda semua. Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.I Made Suardana, S.Pd.,M.Pd., selaku dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Pendidikan yang telah membimbing proses pembuatan makalah.
2. Teman-teman dan kakak tingkat yang telah membantu menyumbangkan ide dan
memberikan informasi terhadap penyusunan makalah sederhana ini.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari banyak hal yang belum sempurna.
Karena itu kami meminta maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Malang, 8 September 2017

TIM PENULIS

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah3
1.3 Tujuan..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah....4
2.2 Kurikulum6
2.3 Keterampilan Mengelola Kelas8
2.4 Pengelompokan Peserta Didik.9
2.5 Cara Mengembangkan Manajemen Berbasis (Sekolah) kelas 5 untuk Mengifisiensikadan
Mengefektifkan System Persekolahan..10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.14
DAFTAR PUSTAKA..15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut pendapat Slamet P.H. (2000), istilah manajemen berbasis sekolah berasal
dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen pendidikan adalah
pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen
untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti
berdasarkan pada atau berfokus pada. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah
dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang
bersifat legalistik (makro, meso, mikro,) dan profesionalistik (kualifikasi, untuk sumber
daya manusia; spesifik untuk barang atau jasa, dan prosedur prosedur kerja.)
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu wujud dari reformasi
pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang
lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. E. Mulyasa (2002) mengatakan bahwa
dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem
sentrlisasi dan desentralisasi. Sesuai dengan PP No.25/200, konsep MBS dalam
praktiknya menggambarkan sifat-sifat otonomi sekolah yang merujuk pada perlunya
memerhatikan kondisi dan potensi kelembagaan setempat dalam mengelola sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah ?
2. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum ?
3. Apakah yang dimaksud dengan keterampilan mengelola kelas ?
4. Bagaimana cara pengelompokan peserta didik ?
5. Bagaimana cara mengembangkan manajemen berbasis (Sekolah) kelas 5 untuk
mengifisiensikan dan mengefektifkan system persekolahan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian manajemen berbasis sekolah secara
mendalam.
2. Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum.
3. Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan mengelola kelas.

3
4. Untuk mengetahui dan memahami cara mengelompokkan peserta didik.
5. Untuk mengetahui dan memahami cara mengembangkan manajemen berbasis
(Sekolah) kelas 5 untuk mengifisiensikan dan mengefektifkan system persekolahan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah


Menurut pendapat Slamet P.H. (2000), istilah manajemen berbasis sekolah berasal
dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen pendidikan adalah
pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen
untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti
berdasarkan pada atau berfokus pada. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah
dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang
bersifat legalistik (makro, meso, mikro,) dan profesionalistik (kualifikasi, untuk sumber
daya manusia; spesifik untuk barang atau jasa, dan prosedur prosedur kerja.)
MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan
kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para
peserta didik. E. Mulyasa (2002) mengatakan bahwa dalam manajemen pendidikan
dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem sentrlisasi dan desentralisasi.
Sesuai dengan PP No.25/200, konsep MBS dalam praktiknya menggambarkan sifat-
sifat otonomi sekolah yang merujuk pada perlunya memerhatikan kondisi dan potensi
kelembagaan setempat dalam mengelola sekolah.
Menurut Puslitbang Pendidikan Agama RI, hal-hal yang melatarbelakangi perlunya
MBS dilandasi oleh:
1. Landasan filosofi, bahwatujuan pendidikan pada dasarnya adalah kemandirian.
Untuk menuju ke arah sana, proses pendidikan pun harus dilakukan dengan
pengembangan konsep kemandirian.
2. Landasan sosiologis, bahwa sekolah dalam sejarahnya berdiri karena wujud aspirasi
masyarakat. Dengan demikian proses, maupun hasil pendidikan harus
mempresentasikan kebutuhan masyarakat terhadap sekolah.

4
3. Landasan politis, bahwa demokratis pada dasarnya merupakan pemberian
kesempatan pada warga untuk mengambil andil dalam proses kehidupan
bermasyarakat. Melalui pendidikan, eksistensi manusia sebagai makhluk yang
beradab dapat diwujudkan.

A. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah


1. Menjamin mutu pembelajaran anak didik atau para siswa yang dapat terciptanya
kondisi dan situasi yang kondusif dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah.
2. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
3. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
4. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tu,sekolah dan pemerintah
tentang mutu sekolah.
5. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu
pendidikan yang diharapkan.
6. Meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
Implikasi dari tujuan-tujuan tersebut adalah kinerja kepemimpinan sekolah,
mutu mengajar guru, fasilitas sekolah, program-program sekolah dan layanan
lainnya disekolah haruslah ditujukan pada jaminan terwujudnya layanan
pembelajaran yang bermutu dan pengembangan pribadi para siswa sesuai dengan
apa yang dicita-citakan.
Peningkatan efisiensi diperoleh antara lain melalui keleluasaan pengelolaan
sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan
mutu dapat diperoleh, antara lain, melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah,
fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan
kepala sekolah, berlakunya sistem insentif dan disinsentif.
B. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
1. Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
lembaganya.
2. Memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar kepada kepala sekolah
beserta seperangkat tanggung jawab.
3. Mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pembinmbing di
sekolah.

5
2.2 Kurikulum
Menurut Beauchamp (dalam Warsito, 2010) kurikulum adalah dukumen tertulis
yang berisi bahan-bahan, tetapi pada dasarnya, ia merupakan rencana pendidikan
bagi orang-orang selama mereka mengikuti pendidikan yang diberikan di sekolah.
Dalam pedoman pengembangan KTSP yang dikeluarkan BSNP (2007)
dinyatakan bawha kurikulum adalah seperangkan rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Yang dimaksud dengan tujuan tertentu adalah tujuan pendidikan nasional, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.

A. Implikasi Pemahaman Arti Kurikulum pada Pengembangan Kurikulum


Kurikulum dilihat dari segi arti sempit, maka pengembangannya cenderung
berupa: pengembangan program semester, pengembangan program tahunan,
pengembangan silabus, pengembangan RPP, dan lain-lain, yang semuanya
menghasilkan dokumen tertulis yang diberi label kurikulum.
Kurikulum dilihat dari segi arti luas, maka pengembangannya cenderung
pengembangan luas juga seperti:pengembangan penataan fisik sekolah seperti
tata ruang, tata perabotan, tata asesoris, tata kehidupan sosial yang ada disuatu
pendidikan, sehingga terbangun suasana kehidupan, terbangun kultur kehidupan
dalam satuan pendidikan yang kondusif.

B. Fungsi dan Kegunaan Kurikulum


Secara umum kurikulum berfungsi sebagai pengarah jalannya proses
pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk penyelenggaraan
pendidikan. Adapun kegunaan dari kurikulum sebagai berikut:
1. Alat untuk mencapai tujuan.
2. Alat untuk penjamin mutu pendidikan.
3. Alat pencapai kepentingan masyarakat.
4. Alat pencapai kepentingan negara.
5. Alat untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.
6. Alat bagi pengembangan pembelajaran.

6
C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
a. Prinsip Relevansi
Pengembangan kurikulum yang relevan adalah pengembangan
kurikulum yang dapat menghasilkan lulusan yang terlibat dalam proses
produksi dengan menggunakan teknologi tertentu. Dengan kata lain, ada
kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan dunia kerja pada waktu
tertentu.
b. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas ini menempatkan pengembang kurikulum
(khususnya guru) yang tidak hanya sebagai tenaga teknis tetapi sebagai
tenaga profesional yang mau dan mampu mengembangkan profesinya.
Aktivitas dan kreativitas guru akan meningkat dengan pesat dan ada
peluang-peluang yang lebih besar untuk dapat mrngikuti dinamika
perkembangan masyarakat yang sedang berlangsung.
c. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)
Kontinuitas vertikal adalah kesinambungan antar level pendidikan yang
satu dengan yang lainnya. Misalnya antara pendidikan pra sekolah, SD,
SLP, SLA, dan perguruan tinggi. Kontinuitas horizontal adalan
kesinambungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
yang lainnya. Misalnya pokok bahasan yang disajikan pada semester
tertentu pada mata pelajaran IPS hendak disambungkan sengan pokok
bahasan tertentu padamata pelajaran agama, bahasa Indonesia, dan PPKn
pada semester tertentu.

D. Pendekatan Sistem dan Pengembangan Kurikulum


Pendekatan sistem ini mengajarkan kita untuk berpikir sistematik,berpikir
secara sistematik disini bermaksud berpikir menyeluruh. Sistem ini merupakan
suatu perangkat komponen yang memiliki batasan dan arah tertentu serta saling
berinteraksi dalam konteks keseluruhan pengembangan kurikulum.
Ada beberapa orientasi teoritik dalam pengembangan kurikulum yaitu:
1. Teori yang berorientasi pada struktur.
2. Teori yang berorientasi pada nilai.
3. Teori yang berorientasi pada tujuan.
4. Teori yang berorientasi pada bahan atau materi.

7
5. Teori yang berorientasi pada proses.
6. Teori yang berorientasi pada hasil atau kompetensi.

2.3 Keterampilan Mengelola Kelas


Keterampilan mengelola kelas, merupakan kemampuan guru dalam
mewujudkandan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal.
Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi
yang menguntungkan, menyenangkan peserta didik dan penciptaan disiplin belajar
secara sehat.

A. Tujuan Pengelolaan Kelas


1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan kemampuannya secara optimal.
2. Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas.
3. Menghilangkan berbagai hambatandan pelanggaran disiplin yang dapat
merintangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
4. Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta
didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual
peserta didik dalam kelas.
5. Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik.

B. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas


1. Kehangatan dan keantusiasan.
2. Tantangan; gunakan kata-kata, tindakan atau bahan dengan sajian yang
menantanag.
3. Bervariasi; gunakan variasi dalam proses belajar mengajar.
4. Keluwesan; digunakan apabila guru mendapatkan hambatan dalam prilaku
peserta didik.
5. Menekankan hal-hal positif.
6. Tanamkan disiplin diri.

C. Komponen Keterampilan Mengelola Kelas


a. Keterampilan yang Bersifat Preventif

8
Keterampilan yang bersifat preventif adalah keterampilan
menciptakandan memelihara kondisi belajar optimal guna menghindari
terjadinya situasi yang tidak menguntungkan atau merusak proses belajar
mengajar. Guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara:
1. Menunjukan sikap tegas.
2. Membagi perhatian.
3. Memusatkan perhatian kelompok.
4. Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
5. Menegur.
6. Memberi penguatan.
b. Keterampilan yang Bersifat Represif
Keterampilan yang Bersifat Represif adalah keterampilan
mengembalikan kondisi belajar mengajar yang tidak menentu ke dalam
kondisi belajar yang efektif. Guru dapat menggunakan kemampuannya
dengan cara:
1. Modifikasi tingkah laku.
2. Pengelolaan kelompok.
3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.
c. Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Pengelolaan Kelas
1. Campur tangan yang berlebihan.
2. Kesenyapan.
3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan.
4. Penyimpangan.
5. Bertele-tele
6. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu.
2.4 Pengelompokan Peserta Didik
Mitchun (1960) mengemukakan 2 jenis pengelompokan peserta didik. Yang
pertama ability grouping (berdasarkan kemampuan didalam setting sekolah)
sedangkan yang kedua sub-grouping with in the class (berdasarkan kemampuan
didalam setting kelas).
Adapun kelompok - kelompok kecil pada masing - masing kelas demikian dapat
dibentuk berdasarkan karakteristik individu, yaitu :
1. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)

9
Pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta didik.
2. Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan khusus (Special Need Grouping)
Pengelompokan yang didasarkan pada kebutuhan - kebutuhan khusus peserta
didik.
3. Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
Suatu kelompok yang terbentuk karena 2 atau lebih peserta didik ingin bekerja
dan belajar bersama untuk memecahkan masalah khusus.
4. Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
Pengelompokan dimana peserta didik bersama - sama dengan guru
merencanakan kegiatan - kegiatan kelompoknya.
5. Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
Pengelompokan dimana 2 atau lebih peserta didik menggarap suatu topik
penelitian untuk dilaporkan didepan kelas.
6. Pengelompokan Kelas Utuh (Full - Class Grouping)
Pengelompokan peserta didik secara bersama - sama mempelajari dan
mendapatkan pengalaman dibidang seni.
7. Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Pengelompokan 2 atau lebih kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan
untuk bersama - sama menyaksikan pemutaran media audio visual.

2.5 Cara Mengembangkan Manajemen Berbasis (Sekolah) kelas 5 untuk


Mengifisiensikan dan Mengefektifkan System Persekolahan
A. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses menetapkan apa yang harus dilakukan
dalam pembelajaran oleh pendidik dan bagagaimana cara melaksanakan proses
pembelajaran berlangsung. Dalam perencanaan ini perlunya stategi
pembelajaran dengan cara cara yang akan dipilih dan dingunakan oleh seorang
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan
peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuadainya, di akhir kegiatan pembeajaran.
Dalam menerapkan strategi pembelajaran komponen yang hatus dipehatikan
agar dalamkegiatan pembelajaran dapat tercapai suatu tujuan yang telah
ditentukan.komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokan jadi berikut :
1) Urutan (sequence) kegiatan pembelajaran

10
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajarannya, guru dapat mengetahui cara
memulainya, menyajikan, dan menutup pelajaran.
2) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didikdalam mencapai
tujuan pembelajaran. Setiap metode pembelajara dapat dikatakan tepat
untuk salah satu pembelajara, tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran
lainnya.
3) Media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dan informasi pembelajaran. Media pembelajaran
mempunyai nilai nilai praktis berupa kemampuan untuk: membuat konsep
yang abstrak menjadi konkred; melampaui batas indra, waktu, dan ruang;
menhasilkan keseragama pengamatan; memberi kesempatan pengguna
menontrol arah maupun kecepatan belajar; membangkitkan keinggintahuan
dan motivasi belajar; dan dapat memberikan pengalaman balajar yang
menyeluruh dari yang abstrak hingga yang konkret.
4) Waktu tatap muka
Pendidik atau guru harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam
menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang diperlukan guru dalam
menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran
berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5) Pengelolahan kelas
Pengelolahan kelas adalah serangkaian tindakan guru yang ditujukan untuk
mendorong munculnya tingkah laku peserta didik yang diharapkan dan
menghindari tingkah laku peserta didik yang tidak diharapkan,menciptakan
hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional yang positf,
serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan
efektif.
B. Pengorganisasian
Pembagian tugas, wewenang dan tanggun jawab disini masing masing
anak didik di dalam fungsi manajemen uraian tugas pekerjaan atau job

11
deseripton yang jelas dan tersetuktur. Beberapa contoh kegiatan
pengorganisasian :
1) Pembentukan kelompok siswa
Dari pembentukan pembentukan kelompok siswa menjadi bangian
darikelompok siswa, siswa akan merasa sebagai siswa yang berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Pengololaan kelompokini sangat penting agar
siswa merasa menjadi bagian dari warga kelas khususnya kelomok yang
dibentuk sang guru.
2) Memberi tugas kelompok
Tugas kelompok merupakan sebuah metode pembelajaran yang bersifat
kolektif tetapi tidak meninggalkan peran pribadi siswa masing masing.
Siswa masih memegng peran secaa individu, tetapi selanjutnya
dikelompokkan sebagai tugas bersama.
3) Menungaskan secara individual
Metode penugasan individu ini adalah keberagaman tugas yang diberikan
kapada siswa. Mencoba menghindari adanya tugas yang bersamaan agar
tidak ada kemungkinan saling menyontek, walau sekarang ide pokok dari
tugas bersangkutan
C. Pelaksanaan
Sebuah proses bagaimana cara melakukan atau menggerakan siswa untuk
menjalankan tugas dan peranya masing masing didalam kelas. Termasik tahap
implementasi atau tahap penerapan atas desain perencanaan yang telah dibuat guru.
Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri.
Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan
berbagai strategi metode dan tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat
media. Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang
guru, diantaranya ialah:
1) Aspek pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-
asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat pembelajaran. Mengingat
pendekatan pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari masing-masing
komponen pembelajaran, maka dalam setiap pembelajaran, akan tercakup
penggunaan sejumlah pendekatan secara serempak.
2) Aspek Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran

12
Terkait dengan pelaksanaan strategi adalah taktik pembelajaran. Taktik
pembelajaran berhubungan dengan tindakan teknis untuk menjalankan strategi.
Untuk melaksanakan strategi diperlukan kiat-kiat teknis, agar nilai strategis setiap
aktivitas yang dilkukan guru-murid di kelas dapat terealisasi. Kiat-kiat teknis
tertentu terbentuk dalam tindakan prosedural. Kiat teknis prosedural dari setiap
aktivitas guru-murid di kelas tersebut dinamakan taktik pembelajaran. Dengan
perkataan lain, taktik pembelajaran adalah kiat-kiat teknis yang bersifat
prosedural dari suatu tindakan guru dan siswa dalam pembelajaran aktual di
kelas
3) Aspek Metode dan Tekhnik dalam Pembelajaran
Metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis yang menyangkut
tentang cara bagaimana interaksi pembelajaran dilakukan. Metode dilihat dari
fungsinya merupakan seperangkat cara untuk melakukan aktivitas pembelajaran.
Ada beberapa cara dalam melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan
berceramah, berdiskusi, bekerja kelompok, bersimulasi dan lain-lain.
D. Evaluasi
Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan
perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh
dalam dua bentuk:
1. Peserta akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas
perilaku yang diinginkan;
2. Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik
setahap atau dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara
penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan.
Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan.
Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran.
Sebaliknya, oleh karena evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak
ukur perencanaan dan pengembangannya adalah tujuan pembelajaran.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manajemen Berbasis Sekolah atau School Based Managementdidefinisikan sebagai
pemberian kewenangan kepada sekolah untuk bebas menata organisasi sekolah,
manajemen persekolahan, pengelolaan kelas, optimalisasi kerjasama (kepala sekolah,
orangtua dan guru) dan pemberian kesempatan yang kreatif dan inovarif kepada sekolah.
Kurikulum adalah semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan peserta didik di bawah
bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau guru. Dengan demikian semua kegiatan
yang dilakukan peserta didik memberikan pengalaman belajar, yang selanjutnya akan
menjadi kristal nilai yang akan dipraktikkan dalam kehidupan yang lebih luas di
masyarakat.
Pengelolaan kelas adalah pengadaan kelas oleh guru dengan cara-cara atau pendekatan-
pendekatan tertentu sehingga siswa merasa nyaman dan optimal selama
pembelajaran.Peserta didik harus dikelompokkan adalah karena pada dasarnya peserta
didik dalam satu kelas terkadang memiliki kesamaan, dan juga memiliki
perbedaan. Oleh karena itu pelayanan pendidikannya juga harus berbeda antara satu
individu dengan individu lain yang berbeda. Dengan kata lain pembelajaran dengan
sistem individu tidak akan efektif. Cara Mengembangkan Manajemen Berbasis
(Sekolah) kelas 5 untuk Mengifisiensikan dan Mengefektifkan System Persekolahan
perlunya peran pendidik dan anak didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Rahman dan Manan, 1998. Manajemen Kelas. Jakarta. Depdikbud
Fatah, Nanang. 2000. Landasan Managemen Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Depdikbud. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Dirjen Dikti
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta. PT Bumi Aksara
Warsita, Bambang, 2008. Teknologi Pembelajaran Lanadsan Dan Aplikasinya. Jakarta: PT
RIneka Cipta
Saroso, Muhammmad, 2006. Manajemen Sekolah Kiat Menjadi Pendidikan Yang Kompeten.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media

15

Anda mungkin juga menyukai