Anda di halaman 1dari 17

KINERJA DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DENGAN KONTRAS DAN

PENCINTRAAN RESONANSI MAGNETIK UNTUK PENILAIAN KISTA GINJAL

KOMPLEKS ; SEBUAH STUDI PROSPEKTIF

Guillaume Defortescu,1 Jean-Nicolas Cornu,1 Soane Bejar,2 Anthony Giwerc,1 Franc oise
Gobet,3 Claire Werquin,2 Christian Pster1 and Franc ois-Xavier Nouhaud1 1Urology
Department, 2Radiology Department, and 3Pathology Department, Rouen University
Hospital, Rouen, France

ABSTRAK

Latar belakang

kista ginjal merupakan suatu lesi tumor jinak atau suatu rongga yang dilapisi oleh epitel

dan berisi cairan. Kista yang menimbulkan keluhan rata rata berukuran lebih dari 10

cm , gejala nyeri dapat terjadi antara tulang rusuk dan pinggang ketika membesar dan

menekan organ lainnya.

Tujuan

Untuk membandingkan kinerja diagnostik CT, MRI dan USG dengan kontras untuk

penilaian kista ginjal yang kompleks.

Metode

Kami melakukan studi prospektif satu tunggal pusat dari Januari 2012 sampai Desember

2013. Kami memasukkan pasien dengan kategori Bosniak kista ginjal 2F atau 3 yang

ditemukan pada tomografi terkomputerisasi (CT) dan ditinjau oleh dua ahli radiologi.

Pencitraan resonansi magnetic (MRI) dan ultrasonografi dengan kontras kemudian dilakukan.

Pasien dengan kategori Bosniak kista 3 pada pencitraan resonansi magnetik, serta mereka

yang statusnya ditingkatkan berdasarkan tampilan keganasan pada gambaran ultrasnografi

dengan kontras, ditangani dengan pembedahan. Hasil pencitraan dibandingkan dengan data

histologis. Untuk pasien tanpa operasi, pemeriksaan pencitraan dibandingkan dengan data

1
tindak lanjut. Untuk setiap pemeriksaan pencitraan, kinerja diagnostik dan koefisien kappa

Cohen dinilai.

Hasil

Sebanyak 47 pasien dilibatkan. Median follow up adalah 36 bulan (kisaran 17-48 bulan).

Pada pemeriksaan tomografi terkomputerisasi (CT) awal, kista diklasifikasikan sebagai

Bosniak 2F dan Bosniak 3 pada masing-masing 34 dan 13 pasien. Pencitraan resonansi

magnetic (MRI) menemukan 13 kista Bosniak 3, dan ultrasonografi dengan kontras

maningkatkan status enam pasien dengan kista yang terlihat ganas. Sebanyak 19 pasien

menjalani operasi. Analisis histologis melaporkan 14 tumor ganas. Tidak ada perkembangan

tumor ditemukan pada pasien yang ditindak lanjuti. Tomografi terkomputerisasi (CT)

menunjukkan sensitivitas (36%) dan spesifisitas (76%; = 0.11) yang rendah. Pencitraan

resonansi magnetic (MRI) menunjukkan 71% sensitivitas dan 91% spesifisitas ( = 0,64).

Ultrasonografi dengan kontras menunjukkan sensitivitas (100%) dan spesifisitas (97%) yang

tinggi, dan nilai prediksi negatif pada 100% ( =0,95).

Kesimpulan

Hasil ini menunjukkan bahwa ultrasonografi dengan kontras dapat berguna dalam

meningkatkan penilaian kista ginjal kompleks. Memang, akurasi tomografi terkomputerisasi

(CT) mungkin terbatas yang mengindikasikan perlunya penyelidikan lebih lanjut untuk

menentukan strategi pengobatan yang terbaik.

I. Kata Pengantar

Kista ginjal sering ditemui dalam praktik klinis, dengan tingkat kejadian sekitar 50% pada

pasien berusia > 50 tahun. Pada diagnosis, tantangan utamanya adalah untuk membedakan

kista jinak dari karsinoma sel ginjal kistik yang memerlukan perawatan onkologis spesifik.

Kanker kistik ini dilaporkan mencapai hingga 10% dari kanker ginjal. Meskipun diagnosis

2
radiologi kista sederhana dan lesi yang sangat mencurigakan cukup sederhana,

menggolongkan kista kompleks bisa sulit dilakukan. Memang, kista atipikal ini terdiri dari

serangkaian lesi jinak atau ganas, dan karakterisasi mereka terkadang sulit dilakukan, namun

penting dilakukan untuk menentukan strategi pengobatan terbaik.

Sampai saat ini, klasifikasi Bosniak paling banyak digunakan untuk memandu

pengelolaan kista ginjal. Klasifikasi ini memungkinkan klasifikasi kista sesuai dengan

kriteria morfologi, yang mewakili potensi onkologisnya. Namun, dalam klasifikasi ini, dua

kategori tetap belum ditentukan: kista 2F dan 3 yang berhubungan dengan lesi ganas, masing-

masing, pada 10% dan 50% kasus. Untuk kista ini, panduan merekomendasikan penggunaan

semua teknik pencitraan yang tersedia (MRI, CEUS dan CT scan) sesegera mungkin untuk

mempersempit diagnosis. Selain itu, biopsi lesi kistik ini tidak dianjurkan, sehingga

membatasi bukti histologis untuk strategi pengobatan terbaik. Akibatnya, keputusan

terapeutik didasarkan terutama pada temuan radiologi.

Dalam konteks ini, CEUS nampaknya merupakan pemeriksaan optimal untuk

karakterisasi lesi ini. Memang, pemeriksaan ini menyediakan resolusi waktu yang lebih baik

dari CT atau MRI, karena memungkinkan tampilan real-time dari peningkatan gambaran

akibat tambahan kontras. Dengan demikian, pemeriksaan ini meningkatkan deteksi pembuluh

darah pada massa ginjal. Ini juga memiliki resolusi spasial yang lebih tinggi. Dengan

demikian, kelebihan CEUS menjadikannya alat yang berguna untuk meningkatkan diagnosis

radiologis kista atipikal, seperti yang telah disarankan oleh beberapa penelitian terbaru.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kinerja diagnostic dari

CEUS, CT scan dan MRI dalam pengobatan tumor ginjal kistik atipikal yang diklasifikasikan

sebagai Bosniak 2 F atau 3.

3
II. Metode

1. Pasien

Kami melakukan penelitian observasional prospektif satu pusat dari Januari 2012 sampai

Desember 2013. Selama periode ini, 59 pasien yang dirujuk secara berurutan ke pusat

perawatan tersier kami untuk kista ginjal asimtomatik Bosniak 2F atau 3 pada CT dengan

kontras dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam penelitian. Sebanyak 47 pasien pasti

disertakan setelah tinjauan CT terpusat oleh dua ahli radiologi telah mengkonfirmasi bahwa

kista adalah Bosniak 2F atau 3. Pasien dengan kontraindikasi terhadap MRI dengan kontras

dikeluarkan, begitu juga pasien dengan kista simtomatik dan mereka yang tidak memiliki

hasil CT scan atau CT scan yang berkualitas rendah, terutama ketebalan irisan > 2,5 mm

(lihat di bawah). Diagram alur penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. Semua pasien yang

disertakan memberikan informed consent mereka untuk menjalani MRI ginjal dan CEUS

untuk tujuan diagnostik, dan prinsip-prinsip Helsinki ditaati.

2. Studi radiologi

Di Rumah Sakit Universitas Rouen,Prancis, CT dilakukan dengan pemindaian 64-irisan (GE

discovery HD 750; GE Healthcare, Chicago, IL, USA). Studi dilakukan dengan

menggunakan 120 KVp dan 280 mAs. Media kontras (1,5 mL/kg Omnipaque non-ionik 350

mg/mL Ihhexol; GE Healthcare) disuntikkan secara intravena pada kecepatan 2-3 mL melalui

injektor daya. Gambar diperoleh pada saat sebelum peningkatan gambar dengan penambahan

kontras, nefrografik dan awal fase ekskretoris. Parameter berikut digunakan: Bagian

1,25/1,25 mm, puncak 1375, waktu rotasi 0,7 s, lebar detektor 0,675 x 64 = 40 mm, bidang

pemindaian 50 cm dan matriks 512. Hasil CT dari luar juga dipertimbangkan jika

pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Protokol serupa dengan ketebalan irisan hingga 2,5

mm. MRI dan CEUS ginjal kemudian dilakukan untuk masing-masing pasien yang termasuk

4
dalam waktu 1 bulan setelah pendaftaran. Pemeriksaan radiologis ini dilakukan tanpa melihat

data pencitraan sebelumnya.

3. CEUS

Semua CEUS dilakukan oleh ahli radiologi ketiga yang berbeda, yang berpengalaman dalam

CEUS renal (> 100 kasus), sesuai dengan protokol standar yang menggunakan mesin

ultrasonografi ACUSON S2000 Siemens-10 (Siemens Healthcare, Erlangen, Jerman). Sebuah

probe cembung digunakan dengan frekuensi berkisar antara 3 sampai 4,5 MHz. Setiap lesi

dipindai terlebih dahulu menggunakan ultrasonografi skala abu-abu yang tidak ditingkatkan

dengan kontras dalam mode harmonik. Kemudian, setiap kista dipindai setelah injeksi bolus

intravena (1,2 mL) mikrobubbles (Sonovue; Bracco Imaging, Milan, Italia) diikuti dengan 10

mL saline normal. Parameter teknis adalah: Cadence Contrast Pulse Sequencing (Acuson -

5
Siemens Healthcare) sebagai mode spesifik kontras dengan sensitivitas yang serupa dengan

sinyal harmonik mikrobubble, insonasi daya transmisi rendah (indeks mekanis 0,06-0,1),

kisaran dinamis 80 dB, resolusi temporal antara Frame 71-100 ms (10-14 frame/s) dan satu

fokus di bawah kista ginjal.

4. MRI

MRI dilakukan pada perangkat MRI ACHIEVA 1.5T-PHILIPS-07 (Philips Healthcare,

Amsterdam, Belanda).Pemeriksaan MRI dilakukan dengan koil susunan posisi tubuh dengan

posisi supine. Setiap pemeriksaan meliputi: gambar aksial dan coronal setengah fourier

bidikan tunggal cepat (atau turbo) gambaran echo putaran (TE: 80 ms, TR: 362 ms, sudut

kemiringan: 90 , menahan nafas), TSE aksial T2 yang dipersempit dengan penekanan lemak

(TR : 3466 ms, TE: 70 ms, sudut kemiringan: 90 , irisan: 5 mm, pemicu pernafasan, matriks

272 x 156), rangkaian gradient echo T1 aksial yang dipersempit, pada saat fase dan fase

berlawanan (TR: 103 ms, TE: 4,6/2,3 ms, sudut kemiringan 55 , irisan 5 mm, matriks

menahan nafas 192 x 94) sebagai urutan echo ganda dan pencitraan aksial T1 yang

dipersempit GRE penekanan lemak 3-D (TR: 415 ms, TE: 2.2 ms, Sudut kemiringan10, irisan

2,5 mm, matriks 256 x 18) yang diperoleh sebelum dan sesudah pemberian media kontras

intravena (Gadovist 1 mmol/mL; Bayer, Leverkusen, Jerman) pada fase kortikomedullari,

nefrografik dan fase yang tertunda.

Untuk CT dan MRI, lesi kistik diklasifikasikan menurut klasifikasi Bosniak

menggunakan kriteria yang dijelaskan untuk klasifikasi CT dan MRI (3-5,13). Ambang batas

1 mm digunakan untuk menentukan batas antara peningkatan yang nyata dan terukur, dan

mengklasifikasikan kista sebagai 2F (terlihat, 1 mm) atau 3 (terukur,> 1 mm). CEUS

mengklasifikasikan kista sebagai tampak jinak atau ganas. Kriteria keganasan untuk CEUS

adalah peningkatan kontras septa dan/atau dinding, ambang batas 1 mm yang sama

6
digunakan antara yang dapat diukur dan terukur. Peningkatan yang nyata dianggap sebagai

lesi jinak.

III. Strategi Pengobatan

Pasien dengan kista digambarkan sebagai Bosniak 3 pada MRI dan mereka yang dengan

kista yang ditingkatkan statusnya sebagai tampilan keganasan pada CEUS menjalani

perawatan bedah (Gbr.1). Untuk pasien dengan hasil MRI dan CEUS menunjuk ke lesi jinak

(Bosniak 2F), tindak lanjut dengan pencitraan ginjal (CT atau MRI) dijadwalkan setiap 6

bulan selama 5 tahun, sesuai dengan pedoman. Dalam kasus adanya peningkatan gambaran

radiologi selama tindak lanjut, pasien ditawarkan untuk menjalani perawatan bedah.

IV. Analisis Statistik

Data demografi, data klinis danpencitraan (termasuk usia pada saat inklusi, jenis kelamin,

klasifikasi Bosniak, lokasi tumor,pengobatan bedah dan data pencitraan selama follow-

up/tindak lanjut) dikumpulkan dalam data base pada saat inklusi dan selama tindak lanjut.

Selain itu,data histologist dikumpulkan untuk pasien yang menjalani operasi.

Diagnosis awal radiologis dari setiap pemeriksaan (CT,MRI dan CEUS) dibandingkan

dengan diagnosis akhir untuk menentukan sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV, akurasi dan

tingkat kanker yang tidak terdeteksi untuk setiap teknik pencitraan. Untuk tujuan ini,

diagnosis akhirnya didefinisikan menurut Bertolotto dkk. Dan Chen dkk. Untuk pasien yang

telah dioperasi, tumor diklasifikasikan sebagai jinak atau ganas berdasarkan diagnosis

histologis. Untuk pasien yang ditindak lanjuti/di follow up, klasifikasi didasarkan pada

perkembangan tumor pada pemeriksaan pencitraan, dengan median tindak lanjut/follow up36

bulan (kisaran17-48 bulan). Lesi, yang tidak berkembang pada pemeriksaan pencitraan tindak

lanjut terakhir, dianggap sebagai lesi jinak.

7
Koefisien Cohen kappa juga dihitung untuk menilai kesepakatan teknik pencitraan

dan diagnosis akhir.

Analisis statistik dibuat dengan perangkat lunak Med Calcversi12.0.3.0 (MedCalc

Software bvba, Ostend, Belgia).

V. HASIL

Sebanyak 47 pasien dilibatkan dalam penelitian ini -30 laki-laki (64%) dan 17 perempuan

(36%).Usia rata-rata adalah 64,7 tahun (kisaran 37-76 kamuars) dengan median tindak lanjut

36 bulan (kisaran 17-48 bulan).

Pasien dan karakteristik tumor dirincikan pada Tabel1. Pada CT, kista

diklasifikasikan sebagai Bosniak 2F dan Bosniak 3 pada masing-masing 34 dan 13 pasien,

(Tabel 2). Pada MRI, kista diklasifikasikan sebagai Bosniak 2F dan Bosniak 3 masing-

masing pada 34 dan 13 pasien, dengan lima pasien dinaikkan statusnya menjadi ke Bosniak

3 setelah dibandingkan dengan CT scan (Tabel 2). Pada CEUS, 15 kista (31,9%) tergolong

ganas dan 32 kista (68,1%) digolongkan sebagai jinak, termasuk Sembilan pasien yang

statusnya dinaikkan menjadi ganas setelah dibandingkan dengan hasil CT (Tabel 2).

Sebanyak 19 pasien (40%) menjalani operasi berdasarkan kriteriater sebut. Analisis

histologis ditemukan 14 tumor ganas dan lima tumor jinak. Data histologis ditampilkan

dalam Tabel 1. Di antara 28 pasien yang di follow up/ditindak lanjuti,tidak ada yang

mengalami peningkatan kista mereka selama waktu tindak lanjut 36 bulan.

Nilai-nilai diagnostik pemeriksaan pencitraan yang berbeda secara rinci ditampilkan

dalam Tabel 2dan Gambar 2. Kami menemukan bahwa CT memiliki sensitivitas (36%) dan

spesifisitas (76%) yang rendah, dengan koefisien kappa rendah (0,11). MRI menunjukkan

sensitivitas (71%) dan spesifisitas (91%) yang lebih tinggi, dan koefisien kappa 0,64

(rentang 0,39-0,88). CEUS menunjukkan hasil yang lebih unggul, dengan sensitivitas 100%

8
dan spesifisitas 97%, nilai prediksi positif 93% dan nilai prediksi negative 100%. Selain itu,

pemeriksaan ini adalah satu-satunya pemeriksaan dengan tingkat kanker yang tidak

terdekteksi 0%. Akhirnya, koefisien kappa dari CEUS juga tinggi: 0.95 (kisaran 0.85-

1).Gambar 3 menunjukkan kegunaan sampel CEUS.

9
VI. Diskusi

Klasifikasi Bosniak yang didasarkan pada tinjauan CT tunggal kista mungkin tidak

cukup untuk menentukan strategi pengobatan yang optimal. Penilaian morfologi lebih lanjut

dengan menggunakan pemeriksaan pencitraan yang lebih akurat tampaknya diperlukan.

10
Dalam konteks ini, hasil saat ini menyarankan bahwa CEUS memberikan akurasi

diagnostik yang lebih tinggi dari MRI atau CT. Standard USG memiliki resolusi kontras

rendah dikombinasikan dengan gangguan akustik yang tinggi, dan Doppler terlalu terbatas

untuk deteksi mikro pembuluh darah. Keadaan ini menjelaskan perlunya untuk menggunakan

CT dan MRI untuk menilai atau mencirikan sifat kista. Namun, kedua pemeriksaan ini

mungkin tidak sepenuhnya membantu, karena fenomena volume parsial tinggi, dan resolusi

kontras CT dan resolusi spasial MRI buruk. Memang, kedua pemeriksaan tersebut terlalu

terbatas untuk penilaian lesi ginjal yang kecil, sedangkan resolusi spasial USG optimal untuk

kategori lesi ini. Menggunakan kontras selama USG memungkinkan peningkatan

pemeriksaan ini. Metode ini membutuhkan injeksi mikrobubbles intravena, memungkinkan

penandaan intravaskular eksklusif saat mendeteksi mikrobubbles di dinding kista atau di

septa. Tidak ada peningkatan rute urin atau akumulasi di parenkim ginjal, yang memudahkan

eksplorasi. CEUS adalah alat yang berharga untuk mengidentifikasi penambahan kontras di

septa atau dinding kista atau septum atau mural nodul.Hal ini disebabkan sensitivitas yang

tinggi dari modus kontras khusus untuk sinyal harmonik yang dihasilkan oleh microbubbles,

yang mungkin membuat CEUS bahkan lebih efektif dari pada CT dan MRI dengan

penambahan bahan kontras dalam mendeteksi peningkatan kontras di tumor ginjal kistik.

Namun, beberapa keterbatasan teknik harus dipertimbangkan: bayangan belakang dari

kalsifikasi,inter posisi gas usus dan atenuasi sorotan USG dalam kasus lokasi lesi yang dalam

dapat mengaburkan peningkatan kontras setelah injeksi microbubble. Meskipun kami

mendaftarkan beberapa pasien obesitas, mereka terlalu langka untuk menilai pengaruh indeks

massa tubuh yang tinggi pada hasil CEUS pada penelitian ini. CEUS mungkin terlalu sensitif,

karena dapat mendeteksi hanya beberapa microbubbles yang beredar di septa tipis dengan

waktu yang lebih cepat dan resolusi spasial yang lebih baik dibandingkan dengan modalitas

pencitraan lain, yang mengarah ke klasifikasi berlebihan kasus-kasus kista jinak tertentu.

11
Temuan dalam studi ini mendekati temuan yang sudah dilaporkan dalam literatur,

menunjukkan kinerja diagnostik yang tinggi dari CEUS. Memang, kami menemukan

sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 100% dan 97%. Temuan ini mendekati dengan

yang dilaporkan oleh Bertolotto dkk dalam sebuah penelitian yang juga melibatkan 47 pasien,

dan di mana mereka menggunakan definisi yang sama untuk diagnosis akhir. Dua ahli

radiologi mereka menemukan masing-masing sensitivitas 96,7%dan 93,3%, dan spesifisitas

94,1%. Selanjutnya, Chen dkk dalam penelitian mereka pada 59 pasien, melaporkan

sensitivitas 97,2% dan spesifisitas 71,4% menggunakan definisi yang sama untuk diagnosis

akhir.

Selanjutnya, mirip dengan temuan ini, Chendkk juga melaporkan tingkat akurasi

diagnostic yang tinggi (84,5%), tingkat rendah kanker yang tidak terdeteksi (2,8%) dan

koefisien kappa yang tinggi (0,7). Nilai-nilai yang kami ditemukan lebih besar daripada yang

telah dilaporkan dalam literatur. Perbedaan-perbedaan ini dapat dijelaskan oleh adanya

variasi hasil USG yang bergantung pada operato meskipun Bertolotto dkk melaporkan

perbandingan yang sesuai antara hasil dua operator mereka ( =0,7). Juga, dalam penelitian

ini, perawatan bedah dipandu terutama oleh pemeriksaan MRI dan US, yang bisa

menyebabkan timbulnya bias seleksi potensial di antara tumor dengan analisis histologis.

Akhirnya, Barr dkk, Dalam studi retrospektif besar dari 721 pasien dengan massa ginjal

intermediate pada CT, menemukan hasil yang serupa dengan hasil kami pada CEUS dengan

sensitivitas 100%, spesifisitas 95%, nilai prediksi positif 94,7% dan nilai prediksi negatif

100%. Studi tersebut tidak memasukkan hanya tumor kistik; namun, Aoki dkk melaporkan

hasil yang sama untuk tumor padat dan kistik pada CEUS.

Baru-baru ini, Graumann dkk. melaporkan hasil yang berbeda dalam sebuah studi

prospektif yang melibatkan 46 pasien. Memang mereka menemukan bahwa CEUS dan MRI

hasilnya baik dalam kesesuaian dengan diagnosis dari CT dengan skor kappa yang tinggi

12
(masing-masing 0,86 dan 0,91), dan mereka menyimpulkan bahwa hasil CT yang

ditingkatkan harus tetap menjadi standar emas untuk klasifikasi Bosniak. Namun,perbedaan

ini dengan hasil ini dapat dijelaskan dengan metode yang berbeda. Pertama, dalam penelitian

mereka, mereka memasukkan mayoritas Bosniak 2 (n = 27), yang kurang bermasalah untuk

diagnosis dengan CT dibandingkan dengan Bosniak kista 2F atau 3, yang mewakili hanya 19

kasus, sedangkan kami memasukkan hanya kista tersebut. Selanjutnya, mereka memilih

diagnosis CT sebagai standar untuk penilaian akurasi CEUS dan MRI, dan data histologis

hanya tersedia dari enam pasien. Dalam penelitian ini, kami menggunakan diagnosis akhir

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dengan menggunakan data histologis, bila tersedia,

atau data tindak lanjut. Metode ini memberikan penilaian akurasi secara independen dari hasil

CT, yang bisa lebih relevan.

MRI telah dilaporkan lebih akurat daripada CT untuk evaluasi kista ginjal. Memang,

penerapannya pada MRI, klasifikasi Bosniak menyebabkan peningkatan jumlah kategori lesi

yang mendeteksi lebih banyak septa, dengan menganalisis secara menyeluruh ketebalan septa

atau dinding dan hasil dari peningkatannya. Penelitian ini juga menunjukkan kinerja

diagnostik MRI yang lebih baik dibandingkan dengan CT. Selanjutnya, kinerja diagnostik

MRI yang kami temukan mendekati dengan yang dilaporkan oleh Chen dkk: sensitivitas

80,6%, spesifisitas 77,1%, PPV 78,4%, NVP 79,4% dan koefisien kappa 0,58. Dengan

demikian, MRI adalah pemeriksaan yang lebih akurat dibandingkan dengan CT, namun tetap

berpotensi lebih rendah dibanding CEUS.

Tumor kistik mewakili hingga 10% kanker sel ginjal. Sejauh menyangkut diagnosis

CT, kategori Bosniak kista 2F dikaitkan dengan tumor ganas pada 5-20% kasus, dan dengan

perbedaan yang tinggi antara tiap seri. Untuk kategori Bosniak 3, dari 20% sampai lebih dari

50% keganasan telah dilaporkan. Dalam serial ini, 26% dari kategori kista Bosniak 2F dan

39% dari kategori kista Bosniak 3 berdasarkan hasil CT awal berhubungan dengan tumor

13
ganas. Temuan ini mendekati perkiraan, meskipun tingkat tumor ganas untuk lesi kategori 2F

lebih tinggi dari yang dilaporkan dalam literatur.

Salah satu keterbatasan utama penelitian ini adalah rendahnya jumlah pasien yang

disertakan. Namun, sampel populasi yang ditemukan dalam literatur untuk studi prospektif

mengenai topik ini juga rendah. Meskipun tidak memasukkan CT berkualitas rendah,

termasuk pemeriksaan yang memiliki ketebalan irisan heterogen, hingga 2,5 mm, dapat

mempengaruhi hasil CT. Selanjutnya, hasil CEUS bergantung pada operator. Dalam

penelitian ini, seperti pada seri lainnya, hanya ahli radiologi yang melakukan pemeriksaan

ini. Temuan ini juga mewakili nilai CEUS di tangan ahli, namun tidak harus relevan dalam

praktik sehari-hari. Namun, poin ini menggaris bawahi kebutuhan untuk merujuk jenis lesi

semacam itu ke pusat rujukan perawatan tersier, yang digunakan untuk melakukan

pemeriksaan ini.

Hal ini memang dianjurkan dalam beberapa pedoman. Akhirnya, titik akhir utama

kami, untuk 28 pasien, didasarkan pada perkembangan lesi selama follow up pencitraan, dan

tidak adanya bukti histologis. Hasil ini kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan

diagnosis histologi, dan juga mungkin terbatas karena relatif singkat di tindak lanjuti/di

follow up, yang mana kurang dari periode observasi 5 tahun yang dianjurkan untuk kista

Bosniak 2F.

Kesimpulannya, hasil penelitian ini menunjukkan kinerja diagnostik CEUS dalam

meningkatkan karakterisasi kista ginjal yang kompleks, yang dapat terbatas dalam beberapa

kasus jika hanya menggunakan CT scan atau MRI. CEUS tampaknya menjadi pemeriksaan

yang relevan untuk mencapai diagnosis akurat dan untuk mengoptimalkan strategi

pengobatan kista ginjal yang kompleks.

14
References

1 McGuire BB, Fitzpatrick JM. The diagnosis and management of complex renal

cysts. Curr. Opin. Urol. 2010; 20: 34954.

2 Ascenti G, Mazziotti S, Zimbaro G et al. Complex cystic renal masses: char-

acterization with contrast-enhanced US. Radiology 2007; 243: 15865. 3 I

srael GM, Hindman N, Bosniak MA. Evaluation of cystic renal masses: comparison

of CT and MR imaging by using the Bosniak classication sys- tem. Radiology 2004; 231:

36571.

4 Israel GM, Bosniak MA. An update of the Bosniak renal cyst classication system.

Urology 2005; 66: 4848.

5 Bosniak MA. The current radiological approach to renal cysts. Radiology 1986;

158:1 10.

6 Ljungberg B, Bensalah K, Bex A et al. Guidelines on renal cell carcinoma Arnhem:

European Association of Urology, 2014.

7 Veltri A, Garetto I, Tosetti I et al. Diagnostic accuracy and clinical impact of

imaging-guided needle biopsy of renal masses. Retrospective analysis on 150 cases. Eur.

Radiol. 2011; 21: 393401.

8 Bertolotto M, Cicero C, Perrone R, Degrassi F, Cacciato F, Cova MA. Renal masses

with equivocal enhancement at CT: characterization with contrast- enhanced ultrasound. AJR

Am. J. Roentgenol. 2015; 204: W55765.

15
9 Chen Y, Wu N, Xue T, Hao Y, Dai J. Comparison of contrast-enhanced

sonography with MRI in the diagnosis of complex cystic renal masses. J. Clin. Ultrasound

2014; doi: 10.1002/jcu.22232.

10 Xue L-Y, Lu Q, Huang B-J et al. Contrast-enhanced ultrasonography for

evaluation of cystic renal mass: in comparison to contrast-enhanced CT and conventional

ultrasound. Abdom. Imaging 2014; 39: 127483.

11 Gerst S, Hann LE, Li D et al. Evaluation of renal masses with contrast- enhanced

ultrasound: initial experience. AJR Am. J. Roentgenol. 2011; 197: 897906.

12 Nicolau C, Bu~nesch L, Pa~no B et al. Prospective evaluation of CT indetermi-

nate renal masses using US and contrast-enhanced ultrasound. Abdom. Imag- ing 2015; 40:

54251.

13 Bosniak MA. Diagnosis and management of patients with complicated cystic

lesions of the kidney. AJR Am. J. Roentgenol. 1997; 169: 81921.

14 Robbin ML, Lockhart ME, Barr RG. Renal imaging with ultrasound contrast:

current status. Radiol. Clin. North Am. 2003; 41: 96378.

15 Lassau N, Koscielny S, Opolon P et al. Evaluation of contrast-enhanced color

Doppler ultrasound for the quantication of angiogenesis in vivo. Invest. Radiol. 2001; 36: 50

5.

16 Barr RG, Peterson C, Hindi A. Evaluation of indeterminate renal masses with

contrast-enhanced US: a diagnostic performance study. Radiology 2014; 271: 13342.

17 McArthur C, Baxter GM. Current and potential renal applications of contrast-

enhanced ultrasound. Clin. Radiol. 2012; 67: 90922.

18 Aoki S, Hattori R, Yamamoto T et al. Contrast-enhanced ultrasound using a time-

intensity curve for the diagnosis of renal cell carcinoma. BJU Int. 2011; 108: 34954.

16
19 Graumann O, Osther SS, Karstoft J, Hrlyck A, Osther PJ. Bosniak classi- cation

system: a prospective comparison of CT, contrast-enhanced US, and MR for categorizing

complex renal cystic masses. Acta Radiol. 2016; 57: 140917.

20 Nicolau C, Bunesch L, Sebastia C. Renal complex cysts in adults: contrast-

enhanced ultrasound. Abdom. Imaging 2011; 36: 74252.

21 Patard J-J, Mejean A, Richard S et al. CCAFU recommendations 2013: renal

cancer. Prog. Urol. 2013; 23(Suppl 2): S177204.

22 Israel GM, Bosniak MA. Follow-up CT of moderately complex cystic lesions of

the kidney (Bosniak category IIF). AJR Am. J. Roentgenol. 2003; 181: 62733.

17

Anda mungkin juga menyukai