Trjemahan Urologi
Trjemahan Urologi
Guillaume Defortescu,1 Jean-Nicolas Cornu,1 Soane Bejar,2 Anthony Giwerc,1 Franc oise
Gobet,3 Claire Werquin,2 Christian Pster1 and Franc ois-Xavier Nouhaud1 1Urology
Department, 2Radiology Department, and 3Pathology Department, Rouen University
Hospital, Rouen, France
ABSTRAK
Latar belakang
kista ginjal merupakan suatu lesi tumor jinak atau suatu rongga yang dilapisi oleh epitel
dan berisi cairan. Kista yang menimbulkan keluhan rata rata berukuran lebih dari 10
cm , gejala nyeri dapat terjadi antara tulang rusuk dan pinggang ketika membesar dan
Tujuan
Untuk membandingkan kinerja diagnostik CT, MRI dan USG dengan kontras untuk
Metode
Kami melakukan studi prospektif satu tunggal pusat dari Januari 2012 sampai Desember
2013. Kami memasukkan pasien dengan kategori Bosniak kista ginjal 2F atau 3 yang
ditemukan pada tomografi terkomputerisasi (CT) dan ditinjau oleh dua ahli radiologi.
Pencitraan resonansi magnetic (MRI) dan ultrasonografi dengan kontras kemudian dilakukan.
Pasien dengan kategori Bosniak kista 3 pada pencitraan resonansi magnetik, serta mereka
dengan kontras, ditangani dengan pembedahan. Hasil pencitraan dibandingkan dengan data
histologis. Untuk pasien tanpa operasi, pemeriksaan pencitraan dibandingkan dengan data
1
tindak lanjut. Untuk setiap pemeriksaan pencitraan, kinerja diagnostik dan koefisien kappa
Cohen dinilai.
Hasil
Sebanyak 47 pasien dilibatkan. Median follow up adalah 36 bulan (kisaran 17-48 bulan).
maningkatkan status enam pasien dengan kista yang terlihat ganas. Sebanyak 19 pasien
menjalani operasi. Analisis histologis melaporkan 14 tumor ganas. Tidak ada perkembangan
tumor ditemukan pada pasien yang ditindak lanjuti. Tomografi terkomputerisasi (CT)
menunjukkan sensitivitas (36%) dan spesifisitas (76%; = 0.11) yang rendah. Pencitraan
resonansi magnetic (MRI) menunjukkan 71% sensitivitas dan 91% spesifisitas ( = 0,64).
Ultrasonografi dengan kontras menunjukkan sensitivitas (100%) dan spesifisitas (97%) yang
Kesimpulan
Hasil ini menunjukkan bahwa ultrasonografi dengan kontras dapat berguna dalam
(CT) mungkin terbatas yang mengindikasikan perlunya penyelidikan lebih lanjut untuk
I. Kata Pengantar
Kista ginjal sering ditemui dalam praktik klinis, dengan tingkat kejadian sekitar 50% pada
pasien berusia > 50 tahun. Pada diagnosis, tantangan utamanya adalah untuk membedakan
kista jinak dari karsinoma sel ginjal kistik yang memerlukan perawatan onkologis spesifik.
Kanker kistik ini dilaporkan mencapai hingga 10% dari kanker ginjal. Meskipun diagnosis
2
radiologi kista sederhana dan lesi yang sangat mencurigakan cukup sederhana,
menggolongkan kista kompleks bisa sulit dilakukan. Memang, kista atipikal ini terdiri dari
serangkaian lesi jinak atau ganas, dan karakterisasi mereka terkadang sulit dilakukan, namun
Sampai saat ini, klasifikasi Bosniak paling banyak digunakan untuk memandu
pengelolaan kista ginjal. Klasifikasi ini memungkinkan klasifikasi kista sesuai dengan
kriteria morfologi, yang mewakili potensi onkologisnya. Namun, dalam klasifikasi ini, dua
kategori tetap belum ditentukan: kista 2F dan 3 yang berhubungan dengan lesi ganas, masing-
masing, pada 10% dan 50% kasus. Untuk kista ini, panduan merekomendasikan penggunaan
semua teknik pencitraan yang tersedia (MRI, CEUS dan CT scan) sesegera mungkin untuk
mempersempit diagnosis. Selain itu, biopsi lesi kistik ini tidak dianjurkan, sehingga
karakterisasi lesi ini. Memang, pemeriksaan ini menyediakan resolusi waktu yang lebih baik
dari CT atau MRI, karena memungkinkan tampilan real-time dari peningkatan gambaran
akibat tambahan kontras. Dengan demikian, pemeriksaan ini meningkatkan deteksi pembuluh
darah pada massa ginjal. Ini juga memiliki resolusi spasial yang lebih tinggi. Dengan
demikian, kelebihan CEUS menjadikannya alat yang berguna untuk meningkatkan diagnosis
radiologis kista atipikal, seperti yang telah disarankan oleh beberapa penelitian terbaru.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kinerja diagnostic dari
CEUS, CT scan dan MRI dalam pengobatan tumor ginjal kistik atipikal yang diklasifikasikan
3
II. Metode
1. Pasien
Kami melakukan penelitian observasional prospektif satu pusat dari Januari 2012 sampai
Desember 2013. Selama periode ini, 59 pasien yang dirujuk secara berurutan ke pusat
perawatan tersier kami untuk kista ginjal asimtomatik Bosniak 2F atau 3 pada CT dengan
disertakan setelah tinjauan CT terpusat oleh dua ahli radiologi telah mengkonfirmasi bahwa
kista adalah Bosniak 2F atau 3. Pasien dengan kontraindikasi terhadap MRI dengan kontras
dikeluarkan, begitu juga pasien dengan kista simtomatik dan mereka yang tidak memiliki
hasil CT scan atau CT scan yang berkualitas rendah, terutama ketebalan irisan > 2,5 mm
(lihat di bawah). Diagram alur penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. Semua pasien yang
disertakan memberikan informed consent mereka untuk menjalani MRI ginjal dan CEUS
2. Studi radiologi
menggunakan 120 KVp dan 280 mAs. Media kontras (1,5 mL/kg Omnipaque non-ionik 350
mg/mL Ihhexol; GE Healthcare) disuntikkan secara intravena pada kecepatan 2-3 mL melalui
injektor daya. Gambar diperoleh pada saat sebelum peningkatan gambar dengan penambahan
kontras, nefrografik dan awal fase ekskretoris. Parameter berikut digunakan: Bagian
1,25/1,25 mm, puncak 1375, waktu rotasi 0,7 s, lebar detektor 0,675 x 64 = 40 mm, bidang
pemindaian 50 cm dan matriks 512. Hasil CT dari luar juga dipertimbangkan jika
pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Protokol serupa dengan ketebalan irisan hingga 2,5
mm. MRI dan CEUS ginjal kemudian dilakukan untuk masing-masing pasien yang termasuk
4
dalam waktu 1 bulan setelah pendaftaran. Pemeriksaan radiologis ini dilakukan tanpa melihat
3. CEUS
Semua CEUS dilakukan oleh ahli radiologi ketiga yang berbeda, yang berpengalaman dalam
CEUS renal (> 100 kasus), sesuai dengan protokol standar yang menggunakan mesin
probe cembung digunakan dengan frekuensi berkisar antara 3 sampai 4,5 MHz. Setiap lesi
dipindai terlebih dahulu menggunakan ultrasonografi skala abu-abu yang tidak ditingkatkan
dengan kontras dalam mode harmonik. Kemudian, setiap kista dipindai setelah injeksi bolus
intravena (1,2 mL) mikrobubbles (Sonovue; Bracco Imaging, Milan, Italia) diikuti dengan 10
mL saline normal. Parameter teknis adalah: Cadence Contrast Pulse Sequencing (Acuson -
5
Siemens Healthcare) sebagai mode spesifik kontras dengan sensitivitas yang serupa dengan
sinyal harmonik mikrobubble, insonasi daya transmisi rendah (indeks mekanis 0,06-0,1),
kisaran dinamis 80 dB, resolusi temporal antara Frame 71-100 ms (10-14 frame/s) dan satu
4. MRI
Amsterdam, Belanda).Pemeriksaan MRI dilakukan dengan koil susunan posisi tubuh dengan
posisi supine. Setiap pemeriksaan meliputi: gambar aksial dan coronal setengah fourier
bidikan tunggal cepat (atau turbo) gambaran echo putaran (TE: 80 ms, TR: 362 ms, sudut
kemiringan: 90 , menahan nafas), TSE aksial T2 yang dipersempit dengan penekanan lemak
(TR : 3466 ms, TE: 70 ms, sudut kemiringan: 90 , irisan: 5 mm, pemicu pernafasan, matriks
272 x 156), rangkaian gradient echo T1 aksial yang dipersempit, pada saat fase dan fase
berlawanan (TR: 103 ms, TE: 4,6/2,3 ms, sudut kemiringan 55 , irisan 5 mm, matriks
menahan nafas 192 x 94) sebagai urutan echo ganda dan pencitraan aksial T1 yang
dipersempit GRE penekanan lemak 3-D (TR: 415 ms, TE: 2.2 ms, Sudut kemiringan10, irisan
2,5 mm, matriks 256 x 18) yang diperoleh sebelum dan sesudah pemberian media kontras
menggunakan kriteria yang dijelaskan untuk klasifikasi CT dan MRI (3-5,13). Ambang batas
1 mm digunakan untuk menentukan batas antara peningkatan yang nyata dan terukur, dan
mengklasifikasikan kista sebagai tampak jinak atau ganas. Kriteria keganasan untuk CEUS
adalah peningkatan kontras septa dan/atau dinding, ambang batas 1 mm yang sama
6
digunakan antara yang dapat diukur dan terukur. Peningkatan yang nyata dianggap sebagai
lesi jinak.
Pasien dengan kista digambarkan sebagai Bosniak 3 pada MRI dan mereka yang dengan
kista yang ditingkatkan statusnya sebagai tampilan keganasan pada CEUS menjalani
perawatan bedah (Gbr.1). Untuk pasien dengan hasil MRI dan CEUS menunjuk ke lesi jinak
(Bosniak 2F), tindak lanjut dengan pencitraan ginjal (CT atau MRI) dijadwalkan setiap 6
bulan selama 5 tahun, sesuai dengan pedoman. Dalam kasus adanya peningkatan gambaran
radiologi selama tindak lanjut, pasien ditawarkan untuk menjalani perawatan bedah.
Data demografi, data klinis danpencitraan (termasuk usia pada saat inklusi, jenis kelamin,
klasifikasi Bosniak, lokasi tumor,pengobatan bedah dan data pencitraan selama follow-
up/tindak lanjut) dikumpulkan dalam data base pada saat inklusi dan selama tindak lanjut.
Diagnosis awal radiologis dari setiap pemeriksaan (CT,MRI dan CEUS) dibandingkan
dengan diagnosis akhir untuk menentukan sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV, akurasi dan
tingkat kanker yang tidak terdeteksi untuk setiap teknik pencitraan. Untuk tujuan ini,
diagnosis akhirnya didefinisikan menurut Bertolotto dkk. Dan Chen dkk. Untuk pasien yang
telah dioperasi, tumor diklasifikasikan sebagai jinak atau ganas berdasarkan diagnosis
histologis. Untuk pasien yang ditindak lanjuti/di follow up, klasifikasi didasarkan pada
perkembangan tumor pada pemeriksaan pencitraan, dengan median tindak lanjut/follow up36
bulan (kisaran17-48 bulan). Lesi, yang tidak berkembang pada pemeriksaan pencitraan tindak
7
Koefisien Cohen kappa juga dihitung untuk menilai kesepakatan teknik pencitraan
V. HASIL
Sebanyak 47 pasien dilibatkan dalam penelitian ini -30 laki-laki (64%) dan 17 perempuan
(36%).Usia rata-rata adalah 64,7 tahun (kisaran 37-76 kamuars) dengan median tindak lanjut
Pasien dan karakteristik tumor dirincikan pada Tabel1. Pada CT, kista
(Tabel 2). Pada MRI, kista diklasifikasikan sebagai Bosniak 2F dan Bosniak 3 masing-
masing pada 34 dan 13 pasien, dengan lima pasien dinaikkan statusnya menjadi ke Bosniak
3 setelah dibandingkan dengan CT scan (Tabel 2). Pada CEUS, 15 kista (31,9%) tergolong
ganas dan 32 kista (68,1%) digolongkan sebagai jinak, termasuk Sembilan pasien yang
statusnya dinaikkan menjadi ganas setelah dibandingkan dengan hasil CT (Tabel 2).
histologis ditemukan 14 tumor ganas dan lima tumor jinak. Data histologis ditampilkan
dalam Tabel 1. Di antara 28 pasien yang di follow up/ditindak lanjuti,tidak ada yang
dalam Tabel 2dan Gambar 2. Kami menemukan bahwa CT memiliki sensitivitas (36%) dan
spesifisitas (76%) yang rendah, dengan koefisien kappa rendah (0,11). MRI menunjukkan
sensitivitas (71%) dan spesifisitas (91%) yang lebih tinggi, dan koefisien kappa 0,64
(rentang 0,39-0,88). CEUS menunjukkan hasil yang lebih unggul, dengan sensitivitas 100%
8
dan spesifisitas 97%, nilai prediksi positif 93% dan nilai prediksi negative 100%. Selain itu,
pemeriksaan ini adalah satu-satunya pemeriksaan dengan tingkat kanker yang tidak
terdekteksi 0%. Akhirnya, koefisien kappa dari CEUS juga tinggi: 0.95 (kisaran 0.85-
9
VI. Diskusi
Klasifikasi Bosniak yang didasarkan pada tinjauan CT tunggal kista mungkin tidak
cukup untuk menentukan strategi pengobatan yang optimal. Penilaian morfologi lebih lanjut
10
Dalam konteks ini, hasil saat ini menyarankan bahwa CEUS memberikan akurasi
diagnostik yang lebih tinggi dari MRI atau CT. Standard USG memiliki resolusi kontras
rendah dikombinasikan dengan gangguan akustik yang tinggi, dan Doppler terlalu terbatas
untuk deteksi mikro pembuluh darah. Keadaan ini menjelaskan perlunya untuk menggunakan
CT dan MRI untuk menilai atau mencirikan sifat kista. Namun, kedua pemeriksaan ini
mungkin tidak sepenuhnya membantu, karena fenomena volume parsial tinggi, dan resolusi
kontras CT dan resolusi spasial MRI buruk. Memang, kedua pemeriksaan tersebut terlalu
terbatas untuk penilaian lesi ginjal yang kecil, sedangkan resolusi spasial USG optimal untuk
septa. Tidak ada peningkatan rute urin atau akumulasi di parenkim ginjal, yang memudahkan
eksplorasi. CEUS adalah alat yang berharga untuk mengidentifikasi penambahan kontras di
septa atau dinding kista atau septum atau mural nodul.Hal ini disebabkan sensitivitas yang
tinggi dari modus kontras khusus untuk sinyal harmonik yang dihasilkan oleh microbubbles,
yang mungkin membuat CEUS bahkan lebih efektif dari pada CT dan MRI dengan
penambahan bahan kontras dalam mendeteksi peningkatan kontras di tumor ginjal kistik.
kalsifikasi,inter posisi gas usus dan atenuasi sorotan USG dalam kasus lokasi lesi yang dalam
mendaftarkan beberapa pasien obesitas, mereka terlalu langka untuk menilai pengaruh indeks
massa tubuh yang tinggi pada hasil CEUS pada penelitian ini. CEUS mungkin terlalu sensitif,
karena dapat mendeteksi hanya beberapa microbubbles yang beredar di septa tipis dengan
waktu yang lebih cepat dan resolusi spasial yang lebih baik dibandingkan dengan modalitas
pencitraan lain, yang mengarah ke klasifikasi berlebihan kasus-kasus kista jinak tertentu.
11
Temuan dalam studi ini mendekati temuan yang sudah dilaporkan dalam literatur,
menunjukkan kinerja diagnostik yang tinggi dari CEUS. Memang, kami menemukan
sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 100% dan 97%. Temuan ini mendekati dengan
yang dilaporkan oleh Bertolotto dkk dalam sebuah penelitian yang juga melibatkan 47 pasien,
dan di mana mereka menggunakan definisi yang sama untuk diagnosis akhir. Dua ahli
94,1%. Selanjutnya, Chen dkk dalam penelitian mereka pada 59 pasien, melaporkan
sensitivitas 97,2% dan spesifisitas 71,4% menggunakan definisi yang sama untuk diagnosis
akhir.
Selanjutnya, mirip dengan temuan ini, Chendkk juga melaporkan tingkat akurasi
diagnostic yang tinggi (84,5%), tingkat rendah kanker yang tidak terdeteksi (2,8%) dan
koefisien kappa yang tinggi (0,7). Nilai-nilai yang kami ditemukan lebih besar daripada yang
telah dilaporkan dalam literatur. Perbedaan-perbedaan ini dapat dijelaskan oleh adanya
variasi hasil USG yang bergantung pada operato meskipun Bertolotto dkk melaporkan
perbandingan yang sesuai antara hasil dua operator mereka ( =0,7). Juga, dalam penelitian
ini, perawatan bedah dipandu terutama oleh pemeriksaan MRI dan US, yang bisa
menyebabkan timbulnya bias seleksi potensial di antara tumor dengan analisis histologis.
Akhirnya, Barr dkk, Dalam studi retrospektif besar dari 721 pasien dengan massa ginjal
intermediate pada CT, menemukan hasil yang serupa dengan hasil kami pada CEUS dengan
sensitivitas 100%, spesifisitas 95%, nilai prediksi positif 94,7% dan nilai prediksi negatif
100%. Studi tersebut tidak memasukkan hanya tumor kistik; namun, Aoki dkk melaporkan
hasil yang sama untuk tumor padat dan kistik pada CEUS.
Baru-baru ini, Graumann dkk. melaporkan hasil yang berbeda dalam sebuah studi
prospektif yang melibatkan 46 pasien. Memang mereka menemukan bahwa CEUS dan MRI
hasilnya baik dalam kesesuaian dengan diagnosis dari CT dengan skor kappa yang tinggi
12
(masing-masing 0,86 dan 0,91), dan mereka menyimpulkan bahwa hasil CT yang
ditingkatkan harus tetap menjadi standar emas untuk klasifikasi Bosniak. Namun,perbedaan
ini dengan hasil ini dapat dijelaskan dengan metode yang berbeda. Pertama, dalam penelitian
mereka, mereka memasukkan mayoritas Bosniak 2 (n = 27), yang kurang bermasalah untuk
diagnosis dengan CT dibandingkan dengan Bosniak kista 2F atau 3, yang mewakili hanya 19
kasus, sedangkan kami memasukkan hanya kista tersebut. Selanjutnya, mereka memilih
diagnosis CT sebagai standar untuk penilaian akurasi CEUS dan MRI, dan data histologis
hanya tersedia dari enam pasien. Dalam penelitian ini, kami menggunakan diagnosis akhir
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dengan menggunakan data histologis, bila tersedia,
atau data tindak lanjut. Metode ini memberikan penilaian akurasi secara independen dari hasil
MRI telah dilaporkan lebih akurat daripada CT untuk evaluasi kista ginjal. Memang,
penerapannya pada MRI, klasifikasi Bosniak menyebabkan peningkatan jumlah kategori lesi
yang mendeteksi lebih banyak septa, dengan menganalisis secara menyeluruh ketebalan septa
atau dinding dan hasil dari peningkatannya. Penelitian ini juga menunjukkan kinerja
diagnostik MRI yang lebih baik dibandingkan dengan CT. Selanjutnya, kinerja diagnostik
MRI yang kami temukan mendekati dengan yang dilaporkan oleh Chen dkk: sensitivitas
80,6%, spesifisitas 77,1%, PPV 78,4%, NVP 79,4% dan koefisien kappa 0,58. Dengan
demikian, MRI adalah pemeriksaan yang lebih akurat dibandingkan dengan CT, namun tetap
Tumor kistik mewakili hingga 10% kanker sel ginjal. Sejauh menyangkut diagnosis
CT, kategori Bosniak kista 2F dikaitkan dengan tumor ganas pada 5-20% kasus, dan dengan
perbedaan yang tinggi antara tiap seri. Untuk kategori Bosniak 3, dari 20% sampai lebih dari
50% keganasan telah dilaporkan. Dalam serial ini, 26% dari kategori kista Bosniak 2F dan
39% dari kategori kista Bosniak 3 berdasarkan hasil CT awal berhubungan dengan tumor
13
ganas. Temuan ini mendekati perkiraan, meskipun tingkat tumor ganas untuk lesi kategori 2F
Salah satu keterbatasan utama penelitian ini adalah rendahnya jumlah pasien yang
disertakan. Namun, sampel populasi yang ditemukan dalam literatur untuk studi prospektif
mengenai topik ini juga rendah. Meskipun tidak memasukkan CT berkualitas rendah,
termasuk pemeriksaan yang memiliki ketebalan irisan heterogen, hingga 2,5 mm, dapat
mempengaruhi hasil CT. Selanjutnya, hasil CEUS bergantung pada operator. Dalam
penelitian ini, seperti pada seri lainnya, hanya ahli radiologi yang melakukan pemeriksaan
ini. Temuan ini juga mewakili nilai CEUS di tangan ahli, namun tidak harus relevan dalam
praktik sehari-hari. Namun, poin ini menggaris bawahi kebutuhan untuk merujuk jenis lesi
semacam itu ke pusat rujukan perawatan tersier, yang digunakan untuk melakukan
pemeriksaan ini.
Hal ini memang dianjurkan dalam beberapa pedoman. Akhirnya, titik akhir utama
kami, untuk 28 pasien, didasarkan pada perkembangan lesi selama follow up pencitraan, dan
tidak adanya bukti histologis. Hasil ini kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan
diagnosis histologi, dan juga mungkin terbatas karena relatif singkat di tindak lanjuti/di
follow up, yang mana kurang dari periode observasi 5 tahun yang dianjurkan untuk kista
Bosniak 2F.
meningkatkan karakterisasi kista ginjal yang kompleks, yang dapat terbatas dalam beberapa
kasus jika hanya menggunakan CT scan atau MRI. CEUS tampaknya menjadi pemeriksaan
yang relevan untuk mencapai diagnosis akurat dan untuk mengoptimalkan strategi
14
References
1 McGuire BB, Fitzpatrick JM. The diagnosis and management of complex renal
srael GM, Hindman N, Bosniak MA. Evaluation of cystic renal masses: comparison
of CT and MR imaging by using the Bosniak classication sys- tem. Radiology 2004; 231:
36571.
4 Israel GM, Bosniak MA. An update of the Bosniak renal cyst classication system.
5 Bosniak MA. The current radiological approach to renal cysts. Radiology 1986;
158:1 10.
imaging-guided needle biopsy of renal masses. Retrospective analysis on 150 cases. Eur.
with equivocal enhancement at CT: characterization with contrast- enhanced ultrasound. AJR
15
9 Chen Y, Wu N, Xue T, Hao Y, Dai J. Comparison of contrast-enhanced
sonography with MRI in the diagnosis of complex cystic renal masses. J. Clin. Ultrasound
11 Gerst S, Hann LE, Li D et al. Evaluation of renal masses with contrast- enhanced
nate renal masses using US and contrast-enhanced ultrasound. Abdom. Imag- ing 2015; 40:
54251.
14 Robbin ML, Lockhart ME, Barr RG. Renal imaging with ultrasound contrast:
Doppler ultrasound for the quantication of angiogenesis in vivo. Invest. Radiol. 2001; 36: 50
5.
intensity curve for the diagnosis of renal cell carcinoma. BJU Int. 2011; 108: 34954.
16
19 Graumann O, Osther SS, Karstoft J, Hrlyck A, Osther PJ. Bosniak classi- cation
the kidney (Bosniak category IIF). AJR Am. J. Roentgenol. 2003; 181: 62733.
17