Anda di halaman 1dari 8

Lampiran

A. Pengertian
Menurut Smeltzer (2015) dalam buku yang berjudul Keperawatan Medical Bedah
Bruner & Suddart, Ed.12. dijelaskan bahwa Tuberculosis adalah suatu penyakit menular
yang paling sering mengenai parenkim paru biasanya disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis. TB dapat menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk menginges,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2-10 minggu setelah
pajanan. Pasien kemudian dapat membentuk penyakit aktif karena respon sistem imun
menurun atau tidak adekuat. Proses aktif dapat berlangsung lama dan karakteristikkan oleh
periode remisi yang panjang ketika penyakit dihentikan, hanya untuk dilanjutkan dengan
periode aktifitas yang diperbarui.

B. Penyebab
Menurut Amin, dkk 2007 dalam buku yang berjudul Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II edisi IV. Jakarta: Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI dijelaskan bahwa
Tuberculosis paru disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis
kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan
ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup pada udara
kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan
tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan
bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan
bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.
Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif
kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari padabagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam
jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah
infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang
dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru
primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan
yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh
karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik
terhadap basil tersebut.

C. Tanda dan Gejala

Menurut Amin, dkk 2007 dalam buku yang berjudul Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
edisi IV. Jakarta: Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI dijelaskan bahwa tanda dan gejala
yang dapat dirasakan pada pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan .keluhan yang
terbanyak:
a Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panabadan
dapat mencapai 40-41 0 Celsius. Serangan demam pertama dapatsembuh sebentar ,tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul demam influenza
ini ,sehingga pasien merasa tidak pernah berbeda dari serangan demam influenza.
Keadaan ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkolosis masuk.
b Batuk/batuk berdarah
Gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi padabronkus.batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus
pada setiap penyakit tidak sama mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yaknisetelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradagan menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
c Sesak nafas
Pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru dan takipneu.
d Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik/melepaskan napasnya.
e Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering ditemukan berupa
anaoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi kesulitan tidur pada malam hari. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak teratur.

D. Cara Penularan
Menurut Jaji, J 2010. Yang berjudul UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN
PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) PARU KE ANGGOTA KELUARGA LAINNYA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDOREJO PAGARALAM menjelaskan bahwa cara
penularan TBC yaitu :
Cara Penularan TB Paru dalam keluarga Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan
penularan penyakit TB Paru ke anggota keluarga lain, penyakit TB Paru dapat menular
melalui batuk langsung, melalui makanan, pemakaian barang bersama, dahak pasien
penderita TB Paru dan merokok.
1. Melalui Batuk Langsung
Penyakit TB Paru dapat menular secara langsung akibat batuk yang dialami
pasien penderita TB Paru, saat pasien batuk kemungkinan terjadi penyebaran kuman dan
dapat terhisap oleh anggota keluarga yang sehat sehingga terjadi penularan seperti pada
kutipan pernyataan dari informan penelitian berikut : cara menularnya ? dari
batuk, misalnya suami saya batuk air ludahnya keluar, terus kena anak saya (I-
1) Pernyataan lainnya : biasanya ya dari batuk (I-2) dari batuk itulah
keno (I-4)
2. Melalui Makanan
Makanan dapat menyebabkan penularan penyakit TB Paru. Sisa makanan yang
dimakan penderita TB Paru bila dimakan oleh anggota keluarga yang sehat dapat
menyebabkan penularan, selain itu makan secara bersamaan juga dapat menyebabkan
penularan penyakit TB Paru ke anggota keluarga lainnya seperti pada kutipan
pernyataan dari informan penelitian berikut : dari makanan mungkin, suami saya
makan saya makan bisa tertular... (I-1) Pernyataan lainnya : ... misalnya makan
sama-sama... (I-2) ...misalnyo lewat makanan, terus sisanyo dimakan oleh saya...
(I-3) ...makan samo-samo... (I-4)
3. Melalui Pemakaian Barang Bersama
Pemakaian barang-barang bersama dengan penderita TB Paru terutama alat
makan dapat menyababkan penularan penyakit TB Paru seperti pada kutipan pernyataan
dari informan penelitian berikut : misalnya satu piring, atau sendok yang di pakai
sama-sama (I-1) Pernyataan lainnya : piring penderita TBC sama yang sehat
dipakai (I-2) lewat gelas,sudah dio minum gelasnya dipakai orang
lain (I-3) barang-barang bekas bapak di pake lagi (I- 4)
4. Melalui dahak penderita TB Paru
Dahak pasien penderita TB Paru yang dibuang sembarangan dapat menyebabkan
penyebaran kuman TB Paru dan mengakibatkan penularan penyakit seperti pada kutipan
pernyataan dari informan penelitian berikut : men batuk dahak dak dibuang
sembarangan (I-1) Pernyataan lainnya : misalnya batuk dahak dibuang
sembarangan (I-2).

E. Pengobatan

Menurut Muttaqin, Arif. 2008 dengan buku yang berjudul Buku Ajar-Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika pengobatan TBC
yaitu Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi ( agen antituberkulosis )
selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan digunakan adalah Isoniasid
( INH ), Rifampisin ( RIF ), Streptomisin ( SM ), Etambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA
). Kapremiosin, kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin
merupakan obat obat baris kedua

F. Pencegahan
Menurut Alsagaff, H dan Mukty A, 2006 dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press upaya pencegahan pada sistem
pernafasan sebagai berikut :
a Pencegahan primer
Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai yaitu pada
priode pre-patogenesis agar tidak terjadi proses penyakit. Fase prepatogen merupakan
dasar untuk tetap mempertahankan dan memelihara status kesehatan dengan
mengutamakan preventif dan promotif dengan menguatkan garis pertahanan maka stressor
tidak dapat masuk dan menimbulkan masalah kesehatan. Pencegahan primer merupakan
faktor penting yang harus diprioritaskan pelaksanaanya dalam mengatasi masalah
kesehatan sehingga diharapkan terjadi penurunan yang berarti terhadap angka kesakitan
dan kematian akibat suatu penyakit.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok atau masyarakat mengenai
apa dan bagaimana mencegah penyakit respirasi itu timbul, faktor-faktor risiko yang
dapat memicu kejadiannya dan bagaimana cara menghidari penularan penyakit respirasi
seperti penyakit TB dengan menghidari hal-hal sebagai berikut:
a) Mencegah kontak langsung dengan penderita TB terlebih jika ada keluarga yang
menderita TB Paru yang bisa menular melalui udara
b) Jika ada keluarga yang menderita maka peralatan makan, mandi dan tempat tidur
harus dipisahkan
Sedangkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit sistem respirasi
adalah sebagai berikut:
a) Perbaiki daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi yang kita konsumsi setiap
hari
b) Perhatikan kebersihan diri (personal hygiene)
c) Hindari rokok, atau asap rokok, asap kendaraan, pabrik dengan menggunakan APD
seperti masker
d) Hindari mengkonsumsi alcohol
e) Imunisasi

b Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah
berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit (patogenesis awal) agar supaya
proses penyakit tidak berlanjut. Tujuan pencegahan sekunder yaitu Menghentikan proses
penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi dengan pemberian pengobatan yang tepat.
Tingkat pencegahan sekunder :
Diagnosis dini dan pengobatan segera
1. Penemuan kasus
2. Skrining
3. Pemeriksaan khusus yang bertujuan:
a) Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut
b) Mencegah penyebaran penyakit menular
c) Mencegah komplikasi dan akibat lanjut
1. Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit
2. Mencegah komplikasi
3. Penyediaan fasilitas ketidakmampuan dan mencegah kematian

c Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut
(akhir priode patogenesis) agar supaya dapat mencegah kecacatan dan mengembalikan
pendxerita (pasien) ke status sehat. Tujuan pencegahan tersier yaitu Menurunkan
kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu penderita untuk
melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi.
Tingkat pencegahan tersier:
Rehabilitasi
a) Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya
b) Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar menggunakan mereka yang telah
direhabilitasi
c) Penempatan secara selektif
d) Memperkerjakan sepenuh mungkin
e) Terapi kerja di Rumah Sakit
f) Menyediakan tempat perlindungan khusus

Pada pasien TB yang diharuskan minum obat secara rutin dan teratur sesuai jangka waktu
yang telah ditentukan yang biasanya 6 bulan. Pencegahan kerusakan lebih lanjut atau
komplikasi penyakit. Pada pasien enfisema paru pengobatan yang dapat diambil untuk
menghentikan perkembangan dan untuk melindungi diri dari komplikasi adalah:
a) Berhenti merokok
b) Hindari iritasi pernapasan seperti asap dari knalpot, cat, beberapa bau parfum tertentu,
bahkan mebakar lilin dan kemenyan perlu dihindari
c) Berolaraga secara teratur
d) Melindungi diri dari udara dingin, karena udara dingin dapat menyebabkan kejang pada
saluran bronkial yang membuat lebih sulit bernafas
G. Komplikasi
Menurut Ash-Shiddiq, Billy.2017 yang berjudul Komplikasi Penyakit Tuberkulosis Paru
menjelaskan komplikasi TBC yaitu :
a) Gangguan mata
- Ciri mata yang sudah terinfeksi TB biasaya berwarna kemerahan, mengalami iritasi
dan pembengkakan retina serta bagian lainnya
b) Kerusakan ginjal dan hati
- Hati dan ginjal dapat berfungsi untuk menyaring kotoran yang ada di aliran darah.
Fungsi ini akan mengalami kegagalan bila kedua organ tersebut terinfeksi oleh
kuman TB
c) Kerusakan jantung
- Jaringan yang ada di sekitar jantung juga dapat terinfeksi oleh kumanTB, akibatnya
bisa terjadi peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung menjadi
tidak efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal
d) Kerusakan otak
- Kuman TB yang telah menyebar hingga keotak dapat menyebabkan meningitis atau
radamh selaput otak. Radang tersebut dapat memicu pembengkakan pada membran
yang menyelimuti otak dan seringkali berakibat fatal dan bahkan mematikan
e) Kerusakan tulang dan sendi
- Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika terinfeksi kuman TB
menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga dapat
terinfeksi dan memicu terjadinya nyeri di bagian tersebut.
f) Resistensi kuman
- Penggobatan dalam jangka panjang, sering kali membuat pasien tidak disiplin dan
bahkan ada yang putus obat karena merasa sudah bosan. Pengobatan yang tidak
tuntas atau tidak disiplin membuat kumat menjadiresisten atau kebal, sehingga harus
diganti dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang tentunya lebih
berat bagi anda.

H. Cara Batuk Efektif


Menurut Wahyu C Pranowo, 2010 yang berjudul EFEKTIFITAS BATUK EFEKTIF
DALAM PENGELUARAN SPUTUM UNTUK PENEMUAN BTA PADA PASIEN TB PARU
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS menjelaskan cara
batuk efektif yaitu sebelum dilakukan batuk, klien dianjurkan untuk minum air hangat
dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak. Setelah itu dianjurkan untuk inspirasi
dalam. Hal ini dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah insipirasi yang ketiga, anjurkan
klien untuk membatukkan dengan kuat

I. Diet untuk pasien TBC


Menurut Akzima 2009, Tujuan memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi yang bertambah guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh.
Prinsip Diit:
- Energi dan protein tinggi
- Vitamin dan mineral tinggi/cukup
- Makanan mudah cerna

Syarat Diit
- Energi : tinggi (2500-3000 kal/hr). Untuk mencapai berat badan ideal.
- Protein : tinggi (75-100 g/hr). Untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk
meningkatkan kadar serum.
- Mineral : cukup. Mineral Fe untuk mengganti Fe yang hilang karena pendarahan.
Mineral Ca untuk penyembuhan luka.
- Vitamin : Tinggi (suplementasi) Vitamin C, Vitamin E, Vitamin B kompleks.
- Cukup untuk vitamin lainnya.
- Bentuk makanan bisa cair bisa lunak (sesuai kemampuan pasien)
- Makanan mudah cerna
- Makanan tidak merangsang

Anda mungkin juga menyukai