Anda di halaman 1dari 12

USULAN TEKNIS PEMBORAN

A. Pendahuluan

Dari pengamatan visual di lapangan, tanah yang terdapat di alam memiliki

banyak variasi. Pada suatu kondisi tertentu, tanah mungkin saja homogen pada

suatu areal dengan jarak tertentu, baik secara horisontal maupun vertikal, akan

tetapi mungkin juga berbeda dalam jarak 1m, baik secara vertikal maupun

horisontal.

Eksplorasi lapangan dilakukan untuk menyuguhkan data mengenai kondisi

permukaan dan bawah permukaan, yang diperlukan untuk suatu design teknis dan

untuk kebutuhan lainnya. Metode yang umumnya dilakukan untuk menetukan

kondisi-kondisi tanah di bawah permukaan yakni dengan pengeboran.

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan pengeboran, antara lain yakni

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sumber dan jenis deposit yang ada,

2. untuk mengetahui kedalaman, tebal struktur lapisan tanah dan parameter

kekuatannya (N-SPT),

3. untuk mengetahui lokasi batuan dasar,

4. untuk mengetahui lokasi dan variasi muka air tanah.

5. dll.

1
C. Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup yang termasuk dalam kegiatan pekerjaan pengeboran

antara lain yakni sebagai berikut :

1. Penentuan lokasi, jarak antara dan kedalaman lobang bor,

2. Pembuatan lubang bor,

3. pengujian SPT,

4. pengambilan contoh tanah,

5. keluaran (laporan hasil pengeboran),

6. dll.

D. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan kegiatan pengeboran sehubungan dengan lingkup

pekerjaan, akan dijelaskan secara spesifik pada sub bab berikut.

1. Penentuan Lokasi, Jarak Antara dan Dalam Lobang bor

Penentuan lokasi pada umumnya tergantung pada topografi

lapangan/lokasi struktur yang akan dibanguna. Namun pada umumnya pemboran

harus dilakukan pada lokasi-lokasi dimana informasi maksimum dapat diperoleh.

Pemboran yang cukup harus dilakukan sehingga perkiraan kondisi tanah bawah

permukaan dapat dilakukan dengan hasil cukup menyakinkan.

Kedalaman pengeboran untuk tujuan tertentu seperti banguan, dilakukan

dengan perkiraan tegangan-tegangan akibat bangunan sudah tidak berarti lagi.

2
Sedangkan kedalaman dan jarak antara titik bor, tergantung pada hal-hal sebagai

berikut:

a. Maksud pemakaian (ukuran, jenis bangunan, berat dan sebagainya).

b. Informasi yang diperlukan (sifat fisis tanah, kekuatan, aliran air dan

sebagainya).

c. Kondisi di lapangan yang dijumpai pada saat pemboran sedang

dilakukan.

d. Pengalaman konsultan geoteknik secara total dan khusus untuk daerah

dimana akan dilakukan pemboran.

2. Bor Putar (Bor Mesin)

Bor putar (bor mesin) dapat dilakukan pada semua jenis tanah. alat ini

dapat digunakan pada lapisan tanah keras atau batu, sampai kedalaman > 60m.

Metode pelaksanaan pengeboran seperti metode pemboran Auger umumnya

mengacu pada ASTM D 2113-94. Adapun ketentuan-ketentuan dalam

pelaksanaan pemboran, dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary

drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm.

b. Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum 1

putaran per detik.

c. Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik.

3
d. Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak

dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing

dengan diameter minimum 100 mm.

e. Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak

terjadi tekanan yang berlebih pada tanah.

f. Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau

lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi

pengambilan sampel berikutnya.

Khusus dalam pemboran inti untuk batuan, dapat digunakan mata bor

khusus yang yang diletakkan dalam tabung. Kecepatan mata bor diputar dengan

kecepatan tinggi (400 sampai 1000 rpm), sehingga dapat memotong batu dengan

cara abrasi.

3. Pengujian SPT

Pengujian ini dilakukan karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak

terganggu pada tanah granuler. Hal ini dilakukan jika kedalaman pengeboran telah

mencapai tanah yang akan diuji, mata bor dilepas dan diganti dengan tabung belah

standar (Standard split barrel sampler). Untuk tanah berbatu tabung belah standar

yang terbuka, digunakan berbentuk tertutup dan meruncing 30o pada ujungnya.

Berat alat pemukul yang digunakan yakni 63,5 kg (140 pon), dengan tinggi jatuh

76,2 cm (32). Adapun alat tabung belah standar yang digunakan disajikan pada

Gambar 1.

4
Gambar 1 Tabung belah standar dan uji SPT

Metode pelaksanaan pengujian SPT (Standar Penetration Test) umumnya

mengacu pada ASTM D1586. Adapun prosedur uji SPT, dijelaskan sebagai

berikut :

a. Uji SPT dilakukan setiap penetrasi bor 1,5 2 m, atau paling sedikit tiap-

tiap pergantian jenis lapisan tanah di sepanjang lubang bor.

b. Tabung belah standar dipukul hingga sedalam 15 cm (6).

c. Kemudian pada tanah kedua sedalam 30,48 cm (12), dimana pada tahap

kedua ini didefinisikan sebagai nilai-N.

d. Uji SPT dapat dihentikan jika jumlah pukulan melebihi 50 kali sebelum

penetrasi 30 cm tercapai, namun nilai penetrasinya tetap dicatat.

e. Jika uji SPT dilakukan di bawah muka air tanah, maka harus dilakukan

dengan hati-hati, karena air tanah yang masuk kedalam tabung cenderung

5
melonggarkan pasir akibat tekanan rembesan ke atas. Sehingga perlu

memasukkan air untuk menyamakan kedudukan muka air di dalam dan di

luar tabung bor.

4 Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah (sampling) dari sejumlah tanah untuk pengujian

fisis dan indeks untuk kebutuhan klasifikasi, korelasi kekuatan, atau untuk

pengujian sifat-sifat teknis biasanya dikategorikan sebagai pengambilan contoh

terganggu (disturbed) atau tak terganggu (undisturbed). Sampel hasil pengeboran

di masukkan dalam Core Box seperti dalam Gambar 2.

Gambar 2 Core box untuk penyimpanan sampel

6
Dalam pengambilan sampel, penanganan sampel diperlukan dengan tujuan

untuk menjaga sampel tak rusak/berubah-kondisi. Adapun penanganan sampel

terganggu (disturbe) dan tidak terganggu (undisturbe), dijelaskan sebagai berikut :

a. Sampel terganggu (disturbe sample) diberikan penanganan sebagai

berikut :

disimpan dalam kontainer tertutup rapat (kantong plastik

rapat/diselotip),

jumlah > 0.5 kg,

diberi label/identitas lengkap.

b. Sampel tak terganggu (undisturbe sample) blok atau dalam tabung,

diberikan penanganan sebagai berikut :

bagian ujung/tepi sampel yang rusak dibersihkan,

bagian yang terbuka ditutup dengan wax (sampel tabung atas &

bawah) kadar air tak berubah,

diberi label/identitas lengkap,

orientasi sample dicatat/ditandai.

c. Pengangkutan hati-hati, tak berbenturan (diberi pelindung), tak boleh

jatuh/dilempar.

d. Penyimpanan.

lembab/basah,

7
dingin,

ruang tertutup,

e. Sampel batuan.

diusahakan sedekat mungkin dengan kondisi lapangan,

mengeluarkan dari core barrel hati-hati,

dicatat : kedalaman, panjang lari core dan panjang core yang

didapat,

penempatan di core box posisi & orientasi,

jika lunak diberi plastik di dasar boxnya,

jikia kadar air asli diperlukan bungkus dalam plastik rapat.

E. Keluaran (Laporan Hasil Pengeboran)

Laporan hasil pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat, dimana

Pengawas lapangan yang menangani harus mencatat hal-hal yang berkaitan

dengan pelaksanaan pekerjaan. Semua hasil-hasil pengeboran dicatat dalam

laporan hasil pengeboran (boring log), yang berisi antara lain :

a. Kedalaman lapisan tanah.

b. Elevasi permukaan titik bor, lapisan tanah dan muka air tanah.

c. Simbol jenis tanah secara grafis.

d. Deskripsi tanah.

8
e. Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Selain itu, disebutkan kondisi

contoh terganggu dan tak terganggu.

f. Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan

pengeboran.

9
USTEK UJI PENETRASI KERUCUT STATIS (SONDIR)

A. Pendahuluan

Alternatif metode investigasi lapangan yang umunya digunakan di

Indonesia yakni uji penetrasi kerucut statis (sondir), dimana metode ini

merupakan suatu metode eksplorasi lapangan dimana tidak ada contoh tanah yang

tidak diambil.

Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras,

menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya

lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki, alat ini hanya dapat digunakan pada

tanah berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah aluvium yang

mengandung komponen berangkal dan kerakal serta batu gamping yang berongga,

karena hasilnya akan memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah.

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengujian kerucut statis (sondir) yakni

untuk mendapatkan tahanan kerucut statis atau tahanan konus (qc), yang berguna

antara lain untuk mengestimasi kapasitas dukung tanah dan penurunan pada

fondasi dan fondasi tiang.

10
C. Alat yang digunakan

Pada umunya terdapat dua macam alat sondir yang sering digunakan

dalam penyelidikan yakni sebagai berikut:

1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton.

2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton.

Ujung alat ini terdiri dari kerucut baja yang mempunyai sudut 60o dan

berdiameter 35,7mm atau mempunyai luas tampang 10 cm2. Bentuk alat ini

selengkapnya disajikan pada Gambar 3.

D. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan sehubungan dengan cara penggunaan alat ini yakni

sebagai berikut:

1. Menekan pipa penekan dengan mata sondirnya secara terpisah, melalui

alat penekan mekanis atau dengan tangan yang memberikan gerakan

kebawah.

2. Kecepatan penetrasi kira-kira 10 mm/detik.

3. Pembacaan tahanan kerucut statis atau tahanan konus dilakukan dengan

melihat arloji pengukur.

4. Pembacaan arloji pengukur, dilakukan pada tiap-tiap penetrasi sedalam

20cm.

5. Tahanan ujung serta tahanan gesek selimut alat sondir dicatat.

11
6. Nilai qc adalah besarnya tahanan kerucut dibagi dengan luas

penampangnya (10 cm2).

Sedangkan tahap-tahap pengukuran uji kerucut statis (sondir) adalah

sebagai berikut:

1. Posis I, kerucut (konus) pada kedudukan belum bergerak.

2. Posisi II, ujung kerucut ditekan melalui batang penekan kerucut. Tahap ini

mengukur tahanan konus/kerucut (qc).

3. Posisi III, pipa luar pengukur lekatan digerakkan menekan kerucut bawah,

menghasilkan gerakan pipa keluar dan kerucut bawah. Tahap ini

mengukur tahanan kerucut dan tahanan gesek pipa luar (qc + fs).

4. Posisi IV = ujung kerucut dan pipa luar digerakkan menuju kembali

seperti posisi I.

E. Keluaran (Laporan Hasil Pengujian)

Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi

konus dan jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah perlawanan

penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat (JHP)

secara kumulatif.

12

Anda mungkin juga menyukai