Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS HALU OLEO R

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI C


DIVISI KETEKNIKSIPILAN BENGKEL VOKASI M
Kampus Bumi Tridarma Andonohu Kendari

USULAN TEKNIS
PENGUJIAN TANAH
DENGAN DEEP BORING

PEKERJAAN :
PEMB. JEMB. TELUK KENDARI
R
I. TUJUAN PENGUJIAN TANAH DENGAN DEEP BORING C
M
Tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan pengeboran, antara
lain yakni sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sumber dan jenis deposit yang ada,
2. untuk mengetahui kedalaman, tebal struktur lapisan tanah
dan parameter kekuatannya (N-SPT),
3. untuk mengetahui lokasi batuan dasar,
4. untuk mengetahui lokasi dan variasi muka air tanah.

2. LINGKUP PEKERJAAN

Ruang lingkup yang termasuk dalam kegiatan pekerjaan


pengeboran antara lain yakni sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi, jarak antara dan kedalaman lobang bor,
2. Pembuatan lubang bor,
3. pengujian SPT,
4. Pengambilan contoh tanah (disturb dan undistrub sample),
5. keluaran (laporan hasil pengeboran).
R
3. SPESIFIKASI ALAT YANG DIGUNAKAN C
M
Alat type XUL 100

Deep Capacity 100m


Diameter hole
120mm

Lifting capacity 1 Ton

Rotation : 1080 rpm

Catatan:
Umur alat sampai dengan saat ini + 8 bulan
R
4. PENENTUAN LOKASI, JARAK & KEDALAMAN PENGUJIAN C
M
Penentuan lokasi pada umumnya tergantung pada topografi
lapangan/lokasi struktur yang akan dibangun. Namun pada
umumnya pemboran harus dilakukan pada lokasi-lokasi dimana
informasi maksimum dapat diperoleh.
R
Kedalaman pengeboran untuk tujuan tertentu seperti banguan, C
dilakukan dengan perkiraan tegangan-tegangan akibat bangunan M
sudah tidak berarti lagi.

Namun untuk tujuan memastikan kontinuitas tanah keras N>50


(SNI-1726-2002), dalam pelaksanaannya, pengeboran akan
dihentikan setelah dilakukan pengujian sebanyak 5 kali berturut-
turut untuk interval kedalaman 2m dimana nilai NSPT > 60.

TABEL KLASIFIKASI TANAH KERAS (SNI


1726 2002)
5. METODE PELAKSANAAN PENGEBORAN R
C
Metode pelaksanaan pengeboran Auger umumnya M
mengacu pada ASTM D 2113-94 sebagai berikut :

Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary


drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm.

Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan


maksimum 1 putaran per detik.

Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik.

Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak
dilakukan dengan menggunakan casing dengan diameter minimum
100 mm.

Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa


tidak terjadi tekanan yang berlebih pada tanah.

Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m


atau lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi
pengambilan sampel berikutnya.

Khusus dalam pemboran inti untuk batuan digunakan mata bor khusus yang yang
diletakkan dalam tabung. Kecepatan 400 sampai 1000 rpm, dimana dari informasi di
atas, alat XUL-100 dengan kapasitas putaran maksimum yakni 1080 rpm
6. METODE PENGUJIAN SPT R
C
1. Pengujian ini dilakukan karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak M
terganggu pada tanah granuler.
2. Untuk tanah berbatu tabung belah standar yang terbuka, digunakan
berbentuk tertutup dan meruncing 30o pada ujungnya.
3. Berat alat pemukul yang digunakan yakni 63,5 kg (140 pon), dengan
tinggi jatuh 30 (76,2 cm 75cm).

Adapun alat tabung belah standar yang digunakan dan skema pengujian
disajikan pada Gambar berikut.

Gambar a. Tabung Belah


Standard

Gambar b. Skema Pengujian


R
Metode pelaksanaan pengujian SPT (Standar Penetration Test) C
umumnya mengacu pada ASTM D1586. Adapun prosedur uji M
SPT, dijelaskan sebagai berikut :

Uji SPT dilakukan setiap penetrasi bor 1,5 2 m, atau paling sedikit tiap-tiap
pergantian jenis lapisan tanah di sepanjang lubang bor.

Tabung belah standar dipukul hingga sedalam 15 cm (6).

Kemudian pada tanah kedua sedalam 12 (30,48 30 cm), dimana pada


tahap kedua ini didefinisikan sebagai nilai-N.

Uji SPT dapat dihentikan jika jumlah pukulan melebihi 50 kali sebelum
penetrasi 30 cm tercapai, namun nilai penetrasinya tetap dicatat.

Uji SPT dapat dihentikan jika jumlah pukulan melebihi 50 kali sebelum
penetrasi 30 cm tercapai, namun nilai penetrasinya tetap dicatat.

Jika uji SPT dilakukan di bawah muka air tanah, maka harus dilakukan
dengan hati-hati, karena air tanah yang masuk kedalam tabung cenderung
melonggarkan pasir akibat tekanan rembesan ke atas. Sehingga perlu
memasukkan air untuk menyamakan kedudukan muka air di dalam dan di
luar tabung bor.
7. PENGAMBILAN CONTOH TANAH/BATUAN R
C
1. Pengambilan DS/UDS pada setiap titik Bor yakni 5 Sampel. M
2. Pengambilan contoh tanah/batuan (sampling) untuk kebutuhan
pengujian di laboratorium dalam hal ini indeks properties dan
Engineering Properties.
3. Untuk kebutuhan pengujian sifat-sifat teknis biasanya dikategorikan
sebagai pengambilan contoh terganggu (disturbed, DS) atau tak
terganggu (undisturbed, UDS).
4. Sampel hasil pengeboran di masukkan dalam Core Box seperti dalam
Gambar.

Gambar Core Box Sampel Pengujian


R
Dalam pengambilan sampel, penanganan sampel diperlukan dengan
tujuan untuk menjaga sampel tak rusak/berubah-kondisi. Adapun C
penanganan sampel terganggu (disturbe) dan tidak terganggu M
(undisturbe), dijelaskan sebagai berikut :

Sampel terganggu (disturbe sample) diberikan penanganan yakni disimpan


dalam kontainer tertutup rapat (kantong plastik rapat/diselotip), jumlah > 0.5kg
& diberi label/identitas lengkap.

Sampel tak terganggu (undisturbe sample) blok atau dalam tabung, diberikan
penanganan antara lain yakni :
1. Bagian ujung/tepi sampel yang rusak dibersihkan,
2. bagian yang terbuka ditutup dengan wax (sampel tabung atas & bawah)
kadar air tak berubah,
3. diberi label/identitas lengkap.

Tempat penyimpanan sampel yakni lembab/basah, dingin dan ruang tertutup.


8. KELUARAN R
C
Laporan hasil M
pengeboran dicatat
dalam laporan hasil
pengeboran (bor log),
yang berisi antara lain
yakni:
1. Kedalaman lapisan
tanah.
2. Elevasi permukaan
titik bor , lapisan
tanah dan muka air
tanah.
3. Simbol jenis tanah
secara grafis.
4. Deskripsi tanah.
5. Posisi dan
kedalaman
pengambilan
contoh. Selain itu,
disebutkan kondisi
contoh terganggu
dan tak terganggu.
6. Nama proyek,
lokasi, tanggal, dan
nama penanggung
jawab pekerjaan
pengeboran.
Gambar Contoh Bor Log Hasil Pengujian Deep
9. PELAKSANAAN PENGUJIAN DEEP BORING DI LAUT R
C
Pelaksanaan pengujian Deep boring di laut berdasarkan pengalaman kami M
dilakukan dua cara yakni di atas bagan dan ponton, seperti yang
disajikanpada Gambar A dan Gambar B.

Gambar Pengujian di atas


Bagan Kelebihan :
1. Pelaksanaan pengeboran relatif aman terhadap
pengaruh arus & Gelombang
2. Demikian juga dalam Uji SPT

Kekurangan :
1. Waktu pelaksanaan pengujian reltaif lama
2. Apabila terdapat pengujian lain, tdk dapat
langsung dipindahkan
3. Kedalaman untuk bagan dari konstruksi bambu
terbatas yakni maksimal kedalamn 6m (HWS)
dan pembuatannya pada kondisi air surut.

Gambar Pengujian di atas


Ponton Kelebihan :
1. Waktu pelaksanaan pengujian reltaif cepat
2. Apabila terdapat pengujian lain, dapat langsung
dipindahkan
3. Kedalaman untuk ponton dari pelampung gallon
lebih dalam yakni maksimal 8m (HWS)

Kekurangan :
Pelaksanaan pengeboran relatif terganggu akibat
pengaruh arus & Gelombang, demikian juga dalam Uji
SPT. Sehingga butuh usaha ekstra khususnya uji SPT
Rekomendasi: R
1. Berdasarkan pengalaman kami, waktu pelaksanaan 1 (satu) titik C
pengujian tanah dengan deep boring di wilayah Kota Kendari (Kendari M
Caddi dan Lapulu) umunya dilaksanakan selama 3 (tiga) hari.
2. Dengan pertimbangan waktu pelaksanaan pengujian deep boring dan
kontrak kerja pembangunan Jembatan Bahteramas yang telah
berlangsung, maka untuk pengujian deep boring di laut pada kedalaman
> 20m dari sea bed (kondisi HWS) dilaksanakan dengan bantuan
PONTON PANCANG.
Untuk mengantisipasi ketelitian pengujian SPT sebagai berikut :

Dalam pelaksanaan pengujian SPT seperti pada


Gambar, STIK SPT statis sehingga tinggi jatuh beban Tali Sling
SPT yang berpengaruh terhadap flukstuasi muka air
laut akibat Tripot yang bertumpu pada PONTON.
Tripod
Namun hal itu dapat diatur sedemikian rupa pada Tuas
pelepas beban.

Apabila saat pengujian tinggi jatuh < 75cm. Pada Lantai Ponton
kenyataannya, dalam pengujian SPT di lapangan

TUAS PELEBAS
umumnya tidak selalu tepat N-SPT = 60, namun dalam
laporan N-SPT maksimum yang dilaporkan yakni 60

BEBAN
BEBAN

SPT
meskipun N-SPT >60.

STIK
SPT
Apabila tinggi jatuh > 75cm untuk kebutuhan praktis, hal itu
tentunya pada sisi yang aman.

Untuk kebutuhan perhitungan dan perencanaan yang lebih


spesifik, data SPT bukan menjadi penentu, sehingga perlu
dilakukan pengujian Laboratorium. Korelasi data pengujian
Labrotorium dengan nilai SPT seperti kepadatan dan
konsistensi telah dilakukan beberapa peneliti, sehingga hal
ini dapat digunakan untuk mengoreksi N-SPT.
R
C
M

SEKIAN DAN TERIMA KASIH


SEMOGA BERKENAN

Anda mungkin juga menyukai