Anda di halaman 1dari 11

1

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BATUK EFEKTIF DAN LATIHAN


PERNAPASAN YOGA TERHADAP PENURUNAN SESAK NAPAS
PADA KLIEN TUBERCULOSIS DI RUANG MATAHARI
RSUD DR.M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2016

Oleh : Weti

Abstrak

ABSTRAK

Penurunan kapasitas vital paru pada klien tuberculosis paru dapat menyebabkan berkurangnya
pasokan oksigen ke paru. Kapasitas paru sangat menentukan dalam proses bernapas. Terjadinya
penurunan kapasitas paru dapat menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi sel-sel dari tubuh
sehingga akibat yang timbul terjadinya sesak terhadap klien tuberculosis, Sehingga kita perlu
memberikan terapi batuk efektif dan latihan pernapasan yoga untuk membantu mengurangi sesak
terhadap klien yang menderita tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh,
perbedaaan, batuk efektif dan latihan pernafasan yoga, terhadap penurunan sesak pada klien
tuberculosis di RSUD DR.M.yunus Bengkulu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 orang. Hasil penelitian didapatkan terdapat
pengaruh antara latihan pernafasan yoga dan batuk efektif terhadap penurunan sesak secara
parsial dan simultan pada klien tuberculosis di RSUD DR. M. Yunus Bengkulu. Hasil analisis
berdasarkan penelitian didapatkan batuk efektif lebih efektif menurunkan sesak sesak napas
dibandingkan latihan pernapasan yoga.

A. LATAR BELAKANG
seluruh Dunia (13% akibat infeksi dari
Tuberkulosis adalah infeksi Bakteri
HIV) dan 1,4 jutanya mengalami
menular yang disebabkan oleh bakteri
kematian. Jumlah mutlak kasus
Mycobakterium tuberkulosis, dimana
tuberkulosis yang tertinggi berturut-turut
bakterinya dapat menyerang bagian
adalah Asia, India, dan China (Reyn,
apeks paru. Penularan itu sendiri
2013).
biasanya melalui orang yang satu ke
lemas, tidak nafsu makan dan anemia,
orang yang lainnya, dengan cara melalui (Rudolph, Hoffman, & Rudolph, 2007)
droplet yang masuk kesaluran Thalasemia sering mengalami
pernapasan dan paru dari orang yang komplikasi berupa penyakit diantaranya
mengalami penyakit pernapasan aktif jantung dan hati serta mengalami infeksi
(WHO, 2015). Pada tahun 2012, terdapat sekunder dan osteoporosis. Hal ini akan
8,7 juta kasus baru tuberkulosis aktif di mempengaruhi kondisi fisik, psikologis
dan kognitif anak, sehingga terjadi
2

keterbatasan aktifitas sehari- hari yang meningkatkan pemenuhan personal


berdampak pada pemenuhan personal hygiene pada anak usia sekolah yaitu
hygiene, (Hockenberry & Wilson, 2009). dengan menambah pengetahuan anak
Personal hygiene merupakan salah satu tentang manfaat dari pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Personal personal hygiene melalui pendidikan
hygiene adalah kebersihan dan kesehatan kesehatan.
perorangan yang bertujuan untuk Pendidikan kesehatan merupakan
mencegah timbulnya penyakit pada diri serangkaian upaya yang ditujukan untuk
sendiri maupun orang lain. Personal mempengaruhi orang lain mulai dari
hygiene menjadi penting karena personal individu, kelompok, keluarga dan
hygiene yang baik akan meminimalkan masyarakat agar terlaksananya perilaku
pintu masuk (portal of entry) hidup sehat. Pemberian pendidikan
mikroorganisme yang ada dimana-mana kesehatan merupakan salah satu upaya
dan pada akhirnya mencegah seseorang untuk meningkatkan pengetahuan,
terkena penyakit, (Saryono, 2010). kepercayaan diri dan ketidak mampuan
Penyakit yang ditimbulkan akibat anak, (Notoatmodjo, 2005).
Personal hygiene yang tidak baik seperti Perawat sebagai praktisi kesehatan yang
penyakit kulit skabies, penyakit infeksi, dianggap memiliki pengetahuan tentang
penyakit mulut dan gigi, dan penyakit pemenuhan kebutuhan personal hygiene
saluran cerna atau bahkan dapat khususnya pada anak usia sekolah
menghilangkan fungsi bagian tubuh dengan thalasemia diharapkan mampu
tertentu, seperti halnya kulit (Sudarto, memberikan pendidikan kesehatan
2010). Personal hygiene yang dimaksud secara efektif. Selain itu juga perawat
mencakup perawatan kebersihan kulit harus berperan aktif didalam
kepala dan rambut, mata, hidung, memberikan asuhan keperawatan dalam
telinga, kuku kaki dan tangan, kulit, dan pemenuhan kebutuhan personal hygiene
perawatan tubuh secara keseluruhan. pada anak usia sekolah yang menderita
Pengetahuan tersebut sudah mulai thalasemia, sehingga tidak terjadi
diberikan saat anak memasuki usia komplikasi penyakit lain.
sekolah, (Tarwoto dan Wartonah, 2006: Fenomena yang sering kita temukan
58). dirumah sakit, anak usia sekolah dengan
Usia sekolah merupakan usia dimana thalasemia jarang mendapatkan
anak berada pada periode pendidikan pendidikan kesehatan tentang personal
sekolah dasar, (Santrock, 2001). Usia hygine, hal ini dikarenakan perawat lebih
sekolah merupakan periode penting berfokus terhadap asuhan keperawatan
dalam tahap tumbuh kembang, dan pada pada anak dengan thalasemia saja tanpa
tahap ini anak mulai menunjukkan memperhatikan tentang pemenuhan
karakteristik dan kemampuan tersendiri kebutuhan personal hygiene. Santi,
dalam pemenuhan personal hygine. (2013) melakukan penelitian tentang
Pengetahuan anak usia sekolah dasar pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
khusus kelas 4,5,dan 6 tentang pemenuhan kebutuhan personal hygine
pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada anak usia sekolah menunjukkan
sangat tergantung dari proses belajar bahwa ada pengaruh pendidikan
disekolah, karena kegiatan anak usia kesehatan terhadap pemenuhan
sekolah lebih banyak dihabiskan di kebutuhan personal hygine pada anak
sekolah. Salah satu cara untuk usia sekolah.
3

Data statistik yang diperoleh dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo


Perhimpunan Yayasan Thalasemia Jakarta.
Indonesia tercatat hingga Juni 2008, di
RSCM telah merawat 1.433 pasien.
Sejak 2006 sampai 2008 rata-rata pasien
baru thalasemia meningkat sekitar 8%, B. RUMUSAN MASALAH
dan diperkirakan banyak kasus yang
tidak terdeteksi, (Medical Record Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
Poliklinik Thalasemia RSCM, 2010). tertarik untuk melakukan penelitian
Jumlah kunjungan poliklinik thalasemia tentang Apakah ada perbedaan
di RSCM tahun 2012 adalah 8307 efektifitas batuk efektif dengan latihan
pasien dan ditahun 2013 berjumlah pernapasan yoga terhadap penurunan
8302 pasien. Belum ada pengelompokan sesak nafas pada klien tuberkulosis di
data kunjungan anak usia sekolah ruang Matahari RSUD.Dr.M.Yunus
dengan thalasemia dan satu orang anak Bengkulu.
bisa beberapa kali melakukan kunjungan
dalam sebulan. Sedangkan data yang C. TUJUAN PENELITIAN
tercatat adalah jumlah total kunjungan a. Tujuan Umum
keseluruhan anak dan dewasa. (Medical
Record Poliklinik Thalasemia RSCM, Untuk Mengetahui perbedaan efektifitas
2013). batuk efektif dengan latihan pernapasan
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yoga terhadap penurunan sesak napas
yang peneliti lakukan di Poliklinik pada klien tuberkulosis di ruang
Thalasemia RSUPN Dr. Cipto Matahari RSUD Dr. M. Yunus
Mangunkusumo Jakarta terhadap 10 Bengkulu.
orang responden didapatkan 70% anak 1. Tujuan Khusus
usia sekolah yang mengalami thalasemia
pengetahuan tentang pemenuhan a. Diketahuinya karakteristik
kebutuhan personal hygiene kurang
baik, hal ini dikarenakan masih responden di ruang Matahari
kurangnya pendidikan kesehatan yang
diberikan pada anak usia sekolah dengan RSUD.Dr.M.Yunus Bengkulu
thalasemia tentang pemenuhan
kebutuhan personal hygiene pada saat b. Diketahuinya derajat sesak napas
berkunjung di Poliklinik Thalasemia
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo klien tuberculosis sebelum dan
Jakarta
sesudah dilakukan batuk efektif
Berdasarkan latar belakang diatas, oleh
karena itu peneliti tertarik untuk dan latihan pernapasan yoga. Di
melakukan penelitian pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap ruang Matahari
pengetahuan tentang personal hygiene
pada anak usia sekolah dengan RSUD.Dr.M.Yunus Bengkulu.
thalasemia di Poliklinik Thalsemia
4

c. Diketahuinya perbedaan rata thalasemia minor atau trait


(carrier=pengemban sifat)
rata sesak napas sebelum dan hingga yang paling berat
(bentuk homozigot) yang
sesudah dilakukan batuk efektif disebut thalasemia mayor.
Bentuk heterozigot diturunkan
dengan latihan pernapasan yoga oleh salah satu orangtua yang
menghidap thalasemia. Bentuk
terhadap penurunan sesak napas homozigot diturunkan oleh
kedua orangtuanya yang
pada klien tuberculosis di ruang mengidap penyakit thalasemia.
(Mazzone, 2009). Thalasemia
matahari RSUD.DR.M.Yunus mayor dikenal dengan cooley
anemia merupakan bentuk
Bengkulu. homozigot dari thalasemia beta
yang disertai dengan anemia
berat dan sangat tergantung
pada transfusi. (Bakta, 2003).

2. Konsep Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian Pendidikan
Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah
suatu proses yang menjembatani
kesenjangan antara informasi
D. TINJAUAN PUSTAKA dan tingkah laku kesehatan.
1. Konsep Thalasemia Pendidikan kesehatan
a. Pengertian memotifasi seseorang untuk
Thalasemia disebut juga anemia menerima informasi kesehatan
sel sabit merupakan penyakit dan berbuat sesuai dengan
kongenital herediter yang informasi tersebut agar mereka
diturunkan secara autosomal menjadi lebih tahu dan lebih
berdasarkan kelainan sehat (Budioro,2010).
hemoglobin. Satu atau dua b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
rantai hemoglobin kurang atau Menurut WHO (2000) yang
tidak terbentuk secara sempurna dikutip oleh Notoatmodjo
sehingga terjadi kelainan (2005), tujuan pendidikan
hemolitik. Kelainan hemolitik kesehatan adalah untuk
ini mengakibatkan kerusakan meningkatkan status kesehatan
pada sel darah merah di dalam dan mencegah timbulnya
pembuluh darah sehingga umur penyakit, mempertahankan
eritrosit menjadi pendek, kurang derajat kesehatan yang sudah
dari 120 hari. Gejala klinis dari ada, memaksimalkan fungsi dan
yang paling ringan (bentuk peran pasien selama sakit, serta
heterozigot) yang disebut membantu pasien dan keluarga
5

untuk mengatasi masalah pendidikan (pengetahuan)


kesehatan. Masalah kesehatan seseorang maka ia akan mudah
merupakan masalah yang menerima informasi tentang
penting dan harus segera diatasi,
manfaat pemenuhan kebutuhan
dengan cara meningkatkan
pengetahuan anak tentang personal hygiene. Faktor yang
manfaat menjaga kebersihan mempengaruhi pengetahuan
personal hygine dengan selanjutnya adalah informasi.
melakukan pendidikan Keluarga yang mempunyai
kesehatan berarti petugas sumber informasi melalui
kesehatan membantu anak usia pendidikan kesehatan tentang
sekolah untuk meningkatkan
garam beryodium lebih banyak
kebersihan personal hygine.
3. Konsep Pengetahuan Pada Anak akan memberikan pengetahuan
Usia yang lebih jelas mengenai
a. Pengertian konsumsi garam beryodium.
Kam (2005), pengetahuan Faktor lain yang mempengaruhi
adalah sesuatu yang diketahui pengetahuan seseorang adalah
berkaitan dengan proses budaya karena budaya yang
pembelajaran. Berdasarkan diperoleh belum sesuai dengan
definisi tersebut maka dapat budaya yang ada sekarang
disimpulkan bahwa pengetahuan sehingga mempengaruhi
adalah hasil dari tahu setelah informasi yang ada
melakukan proses pembelajaran (Notoatmodjo, 2005). Pada anak
dengan menggunakan panca usia sekolah pengetahuan lebih
indera. Pengetahuan anak usia banyak didapatkan dibangku
sekolah tentang personal sekolah dasar, selain itu juga
hygiene didapat dari proses pengaruh dari teman sebaya.
belajar disekolah karena pada 4. Konsep Personal Hygiene
a. Pengertian
anak usia sekolah anak sudah
Personal hygiene berasal dari
mulai belajar untuk bahasa Yunani yang berarti
bersosialisasi dengan Personal yang artinya
lingkungan di luar rumah. perorangan dan hygiene yang
b. Faktor- Faktor yang artinya sehat. Kebersihan
Mempengaruhi Pengetahuan perorangan adalah suatu
Faktor- faktor yang tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan untuk
mempengaruhi pengetahuan
kesejahteraan fisik dan psikis
menurut Nasution (1999) dalam (Wartonah, 2006). Menurut
Notoatmodjo (2005) adalah Hidayat (2008), personal
tingkat pendidikan, informasi, hygiene merupakan kebersihan
budaya, pengalaman, dan sosial diri sendiri yaang dilakukan
ekonomi. Semakin tinggi tingkat untuk mempertahankan
6

kesehatan, baik secara fisik permainan permainan yang


maupun psikologis. umum
b. Tujuan personal hygiene b. Membangun sikap yang sehat
Menurut Wartonah (2006), mengenai diri sendiri sebagai
tujuan dari personal hygiene: mahluk yang sedang tumbuh
c. Belajar menyesuaikan diri
1) meningkatkan derajat dengan teman-teman seusianya
kesehatan seseorang d. Mulai mengembangkan peran
2) memelihara kebersihan diri sosial pria atau wanita yang
seseorang tepat
e. Mengembangkan keterampilan-
3) memperbaiki personal keterampilan dasar untuk
hygiene yang kurang membaca, menulis dan
berhitung
4) meningkatkan percaya diri
f. Mengembangkan pengertian-
seseoreang
pengertian yang diperlukan
5. Konsep Anak Usia Sekolah untuk kehidupan sehari-hari
a. Pengertian g. Mengembangkan hati nurani,
Menurut Wong (2009), usia pengertian moral, tata dan
sekolah adalah anak pada usia tingkatan nilai
6-12 tahun, yang artinya h. Mengembangkan sikap
sekolah menjadi pengalaman terhadap kelompok-kelompok
inti anak. Periode ketika anak- social dan lembaga-lembaga
anak dianggap mulai i. Mencapai kebebasan pribadi.
bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua E. KERANGKA KONSEP, HIPOTESA
mereka, teman sebaya, dan PENELITIAN
orang lainnya. Usia sekolah Kerangka konsep merupakan tahap
merupakan masa anak yang penting dalam suatu penelitian
memperoleh dasar-dasar karena merupakan abstraksi dari suatu
pengetahuan untuk realitas agar dapat dikomunikasikan dan
keberhasilan penyesuaian diri membentuk suatu teori yang
pada kehidupan dewasa dan menjelaskan keterkaitan antar variabel
memperoleh keterampilan baik variabel yang diteliti maupun yang
tertentu. tidak diteliti (Nursalam, 2008).
Penelitian ini dilakukan untuk
6. Tugas Perkembangan Anak Usia Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
Sekolah terhadap pengetahuan tentang personal
Tugas-tugas perkembangan anak hygine pada anak usia sekolah dengan
thalasemia di Poliklinik Thalasemia
usia sekolah menurut Havighurst
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
dalam Hurlock (2002) adalah
Adapun hipotesa dari penelitian ini
sebagai berikut:
adalah sebagai berikut :
a. Mempelajari keterampilan fisik
Ada pengaruh pendidikan kesehatan
yang diperlukan untuk
terhadap pengetahuan tentang personal
hygiene pada anak usia sekolah dengan
7

Thalasemia di Poliklinik Thalasemia tujuan, manfaat, dan prosedur


RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo penelitian.
Jakarta. 4. Peneliti mempersilahkan calon
F. METEDOLOGI PENELITIAN responden untuk menandatangani
Jenis penelitian ini adalah adalah quasi lembar pernyataan persetujuan
eksperimental dimana bentuk desain (informed consent) apabila bersedia
penelitian yang dipakai adalah desain menjadi responden dalam penelitian
one group pretest-postest untuk ini.
mengetahui pengaruh pendidikan 5. Peneliti memberikan penjelasan
kesehatan terhadap pengetahuan tentang seputar penelitian yang dilakukan
personal hygiene pada anak usia dan cara pengisian kuesioner.
sekolah dengan thalasemia. Responden diberi kesempatan untuk
bertanya bila ada pernyataan
Populasi adalah seluruh siswa-siswi kuesioner yang belum jelas atau
kelas 4,5 dan 6 sekolah dasar dengan tidak dipahami.
thalasemia mayor dengan jumlah rata- 6. Peneliti melakukan pretest sebelum
rata per bulannya 77 orang di Poliklinik diberikan pendidikan kesehatan
Thalasemia RSUPN Dr.Cipto tentang personal hygiene kepada
Mangunkusumo, dengan ketentuan responden.
sebagai berikut : 7. Peneliti berada di dekat responden
Pengambilan sampel dalam selama kegiatan pengisian kuesioner
penelitian ini menggunakan rumus responden dapat langsung
Arjatmo Tjokronegoro (2004). Jumlah menanyakan pada peneliti apabila
sampel sebanyak 18 responden ada kesulitan.
8. Peneliti mengumpulkan kuesioner
Sebagai alat pengumpulan data pada
penelitian sebanyak 2x setelah semua
penelitian ini, peneliti membuat
pernyataan dalam kuesioner diisi
instrumen yang dikembangkan berupa
oleh responden.
lembar kuesioner, booklet dan leaflet
9. Peneliti memberikan pendidikan
Pengumpulan data dilakukan melalui
kesehatan tentang personal hygiene
berbagai tahapan sebagai berikut :
kepada anak usia sekolah
1. Peneliti mengajukan surat menggunkan booklet, dan alat peraga
permohonan izin ke bagian 10. Peneliti melakukan post test dengan
Akademis FIK UMJ setelah proposal meminta responden mengisi kembali
penelitian mendapatkan persetujuan kuesioner penelitian
dan telah disahkan oleh dosen 11. Peneliti mengakhiri pertemuan
pembimbing dan koordinator mata dengan responden dan memberikan
ajar. ucapan terima kasih kepada
2. Peneliti menyerahkan surat responden atas kerjasamanya sebagai
pengantar dari FIK UMJ ke Derektur partisipan penelitian.
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Analisa dilakukan dua tahap yaitu :
untuk mendapatkan izin penelitian
1. Analisis Univariat
dan meminta data responden.
Analisis ini bertujuan Analisis
3. Peneliti melakukan pendekatan
univariat dilakukan untuk
kepada calon responden untuk
mengetahui distribusi frekuensi
memberikan penjelasan mengenai
variabel karakteristik responden
8

usia, jenis kelamin, dan pendidikan


menggunakan bantuan perangkat 2. Analisa Bivariat
komputer Penelitian yang telah dilakukan
2. Analisis Bivariat didapatkan hasil analisis
Analisa Bivariat digunakan untuk pengetahuan tentang personal
mengetahui pengaruh pendidikan hygiene pada anak usia sekolah
kesehatan terhadap pengetahuan dengan Thalasemia sebelum
tentang personal hygiene pada usia diberikan pendidikan kesehatan
sekolah dengan thalasemia (pretest) dan setelah diberikan
menggunakan rumus uji t test pendidikan kesehatan (posttes)
dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan nilai rata-rata
atau dapat pula dengan pengetahuan tentang Personal
membandingkan nilai p dengan Hygine pada anak usia sekolah
nilai 0,05 terhadap yang harus dengan Thalasemia Di Poliklinik
dilakukan terlebih dahulu uji Thalasemia RSUPN Dr. Cipto
normalitas, setelah dikatahui Mangunkusumo Jakarta sebelum
hasilnya normal maka dilakukan diberikan pendidikan kesehatan
pengujian, (pretest) sebesar 6,33 dengan standar
deviasi 0,594, sedangkan nilai rata-
G. HASIL DAN PEMBAHASAN rata setelah diberikan pendidikan
1. Analisa Univariat kesehatan (postest) pendidikan
Dalam analisa univariat ini kesehatan didapatkan nilai rata-rata
dijelaskan secara deskriptif variabel- 8,83 dengan standar deviasi 0,786.
variabel panalitian yang terdiri dari Berdasarkan hasil uji statistik
karakteristik responden seperti usia, didapatkan nilai P value 0,000 maka
jenis kelamin, pendidikan dapat disimpulkan ada perbedaan
Untuk hasil analisa distribusi yang signifikan antara pengetahuan
karakteristik menurut usia tentang Personal Hygine Pada Anak
menunjukkan bahwa dari 18 Usia Sekolah Dengan Thalasemia Di
responden mayoritas yang menjadi Poliklinik Thalasemia RSUPN Dr.
responden adalah anak usia sekolah Cipto Mangunkusumo Jakarta
dengan Thalasemia yang berusia 12 sebelum diberikan pendidikan
tahun yang berjumlah 11 orang kesehatan (pretest) dan sesudah
(61,1%) diberikan pendidikan kesehatan
Untuk hasil analisis distribusi (postest).
responden berdasarkan karakteristik
jenis kelamin menunjukkan bahwa H. KESIMPULAN DAN SARAN
mayoritas yang menjadi responden 1. Kesimpulan
berjenis kelamin perempuan yang Berdasarkan hasil penelitian dan
berjumlah 11 orang (61,1%) uraian pembahasan pada bab
Untuk hasil analisis distribusi sebelumnya, maka dapat
responden berdasarkan karakteristik disimpulkan sebagai berikut:
pendidikan mayoritas yang menjadi Karakteristik anak usia sekolah
responden adalah anak usia sekolah yang mengalami Thalasemia yang
dasar kelas 6 yang berjumlah 15 berkunjung di Poliklinik
orang (83,3%) Thalasemia di RSUPN Dr. Cipto
9

Mangunkusumo Jakarta mayoritas


berusia 12 tahun, mayoritas
berjenis kelamin perempuan, dan Daftar Pustaka
tingkat pendidikan sekolah dasar
kelas 6. Bakta.(2003). The psychological burden
Didapatkan perbedaan of patients with beta Thalassemia
pengetahuan tentang personal major made in Syria.Pediatrics
hygine pada anak usia sekolah International. Hal:6
dengan Thalasemia sebelum Budioro.(2010). Konsep dasar
diberikan pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan. Jakarta: CV.
(pretest) dan setelah diberikan Sagung Seto.Hal:9
pendidikan kesehatan (postest) di Gato, D., Amalia, P., Sari, T.T., &
Poliklinik Thalasemia RSUPN Dr. Chozie, N.A. (2009). Pendekatan
Cipto Mangunkusumo Jakarta mutakhir kelasi besi pada
Ada pengaruh pendidikan
thalasemia. Sari Pediatri. Hal:9
kesehatan terhadap pengetahuan
tentang personal hygiene pada anak Hurlock.(2002). Konsep tumbuh kembang
usia sekolah dengan Thalasemia di
anak, Jakarta: EGC. Hal:24
Poliklinik Thalasemia RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Hidayat.(2007). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta : EGC. Hal:38
1. Saran
a. Profesi keperawatan Hidayat.(2008). Pengantar kebutuhan dasar
Diharapkan perawat di manusia aplikasi konsep dan
Poliklinik Thalasemia RSUPN proses Keperawatan, Jakarta:
Dr. Cipto Mangunkusumo Salemba Medika. Hal:19,20,22
Jakarta dapat memberikan Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009).
pendidikan kesehatan tentang Wongs essentials of pediatric
pemenuhan kebutuhan personal
nursing.
hygiene pada anak thalasemia
bukan hanya memberikan (8th ed.). St. Louis: Mosby
asuhan keperawatan pada anak Elseiver.
dengan penyakit kronik saja Hal:1,7,8
b. Anak Hoffbrand, petit &
Diharapkan anak usia sekolah Moss.(2005).Comparative efficacy
dengan Thalasemia dapat
of desferrioxamine, deferiprone
memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri. and in combination on iron
c. Orang tua chelation in thalassemic children.
Indian Pediatrics. Hal 8
Diharapkan kepada orang tua
untuk lebih meningkatkan
perhatiannya dalam perawatan
anak dengan Thalasemia Kam. (2005). Konsep dasar pengetahuan.
terutama di dalam pemenuhan Jakarta: EGC. Hal: 15
personal hygiene anak.
10

Rudolph, A.M., Hoffman, J.I.E., & Rudolph,


C.D. (2007). Buku ajar pediatri.
Maurer dan Smith.(2010). Tumbuh kembang (Samik Wahab & Sugiarto,
anak, Jakarta: EGC. Hal:23 penerjemah). Jakarta: EGC. Hal:1
Santrock.(2001). Konsep anak usia sekolah.
Jakarta: CV. Sagung Seto. Hal: 2
Santi. (2013). Skripsi pengaruh pendidikan
Mazzone (2009). Help your patients meet
kesehatan terhadap pemenuhan
the challenges of thalasemia kebutuhan personal hygiene pada
major, di unduh dari anak usia sekolah
www.nursing2004.com. Hal :6 http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/g
reen/detail2.jsp?id=20001681&lok
asi=lokal,diakses pada tanggal 5
Desember 2013. Hal:3.
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan Saryono, (2010). Self-care Agency and Self-
metodologi penelitian ilmu care
keperawatan : pedoman skripsi, Practice of Adolescent, Pediatris
tesis, dan instrumen keperawatan. Nursing. Hal:2
Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Sudarto. (2010) Cognitive abilities, mood
changes and adaptive functioning
Medika. Hal:32,34,35
in
Notoatmodjo.(2005). Analisis faktor yang children with thalassaemia.
Current
mempengaruhi pendidikan
Psychiatry. Hal:2
kesehatan pada anak. Jakarta. Unit Thalasemia. (2013), Catatan rekam
Hal:3,9,10,11,16 medik penderita thalasemia di Unit
Notoatmodjo. (2008). Pengaruh pendidikan Thalasemia RSUPN Dr. Cipto
kesehatan terhadap perubahan Mangunkusumo.Hal:3
perilaku. Jakarta.Hal: 11,15 Wartonah, tarwoto.(2006). Kebutuhan dasar
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi manusia dan proses keperawatan.
penelitian kesehatan. Jakarta : Jakarta:Salemba
Rineka Cipta . Hal 39,40 Medika.Hal:2,16,17,18
Potter & Perry.(2005). Ilmu keperawatan
dasar.EGC: Jakarta. Hal:18,21,22,23 Waridjan. (2009). Konsep dasar
Rendi.(2012). Skripsi Pengaruh edukasi pengetahuan. Jakarta: EGC.Hal:16
terhadap pengetahuan tentang
personal hygiene pada anak usia
sekolah dengan thalasemia di Ruang Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D.,
Anak Rumah Sakit Santo Antonius Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
Pontianak (2009). Keperawatan pediatrik
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/gre (edisi 6) (Andry Hartono, Sari
en/detail2.jsp?id=20001681&lokasi= Kurnianingsih, & Setiawan,
lokal,diakses pada tanggal 5
penerjemah). Jakarta: EGC. Hal:29
Desember 2013. Hal:25
11

World Health Organization. (2000). usia sekolah


Noncomunicable deseases in the http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/g
South-East Asia Region: Situasi reen/detail2.jsp?id=20001681&lok
and respon. Regional Office for asi=lokal diakses pada tanggal 5
South-East Asia. Hal:11 Desember 2013. Hal:25

Yeli.(2011). Skripsi Pengaruh pendidikan Zahara Idris (2009). Dasar-Dasar


kesehatan terhadap pengetahuan Kependidikan. Bandung : Angkasa
tentang kebersihan diri pada anak

Anda mungkin juga menyukai