Anda di halaman 1dari 2

Euthanasia, Care or Killing?

Euthanasia berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik dan thanatos yang berarti kematian,
adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara
memberikan suntikan yang mematikan. Dengan kata lain, Euthanasia adalah pembunuhan secara medis
yang disengaja, dengan aksi atau dengan penghilangan suatu hak pengobatan yang seharusnya didapatkan
oleh pasien, agar pasien tersebut dapat meninggal secara wajar. Kata kuncinya adalah disengaja, artinya jika
aksi tersebut dilakukan dengan tidak sengaja, maka hal tersebut bukanlah euthanasia.

Kata Euthanasia berawal dari sumpah hippokrates yang menyatakan tidak akan menyarankan
dan memberikan obat yang mematikan pada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu. Pada
1920, Alfred Hoche dalam bukunya berpendapat bahwa tindakan membantu seseoarang yang
mengalami kematian adalah masalah etika tingkat tinggi yang membutuhkan pertimbangan yang
tepat, yang merupakan solusi belas kasihan atas masalah penderitaan. Pada tahun 1939 permasalahan
Euthanasia menjadi viral karena tindakan pasukan Nazi yang memberlakukan euthanasia terhadap anak-
anak di bawah umur 3 tahun yang menderita keterbelakangan mental, cacat tubuh, ataupun gangguan
lainnya yang menjadikan hidup mereka tak berguna. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1997 di
Oregon, Negara bagian Amerika mengeluarkan death with dignity Law yaitu undang-undang yang
memperbolehkan dokter menolong pasien yang dalam kondisi terminally ill untuk melakukan bunuh
diri, sampai pada tahun 1998 sudah ada 100 orang mendapatkan Assisted Suicide. Selanjutnya, pada tahun
2002 Belgia melegalisir tindakan euthanasia. Belgia menetapkan kondisi pasien yang ingin mengakhiri
hidupnya harus dalam keadaan sadar. Saat penyataan itu dibuat dan menanggulangi permintaan
mereka untuk Euthanasia.

Euthanasia aktif, misalnya ada seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar
biasa sehingga pasien sering kali pingsan. Dalam hal ini, dokter yakin yang bersangkutan akan
meninggal dunia. Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya
dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus (Utomo, 2003:178).
Euthanasia pasif, adalah tindakan dokter menghentikan pengobatan pasien yang menderita sakit
keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan. Penghentian pengobatan ini
berarti mempercepat kematian pasien. Alasan yang lazim dikemukakan dokter adalah karena keadaan
ekonomi pasien yang terbatas, sementara dana yang dibutuhkan untuk pengobatan sangat tinggi,
sedangkan fungsi pengobatan menurut perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi.
Euthanasia terdiri dari 3 klasifikasi berdasarkan persetujuan yang diberikan, yaitu :
Voluntary Euthanasia, berdasarkan keinginan pasein untuk diberikan atau dilakukan euthanasia.
Euthanasia aktif dilegalkan di Belgia, Belanda. Pasif Euthanasia dilegalkan di Amerika.
Non-voluntary Euthanasia, pasien tidak dapat memberikan persetujuan karena dalam keadaan
tidak sadar, seperti koma atau pasein yang berumur masih kecil yang tidak dapat memberikan
persetujuan. Secara keseluruhan bersifat ilegal, psikotropika dilegalkan dalam keadaan spesifik
tertentu di Belanda di bawah Groningen Protocol.
Involuntary Euthanasia, tindakan eutanasia yang bertentangan dengan keinginan si pasien untuk
tetap hidup.
Alasan pasien dalam melakukan euthanasia berdasarkan Eighth Annual Report on Oregon's Death
with Dignity Act yang disusun oleh The Oregon Department of Human Services pada tanggal 9 Maret 2006
adalah menurunnya kemampuan untuk membuat aktivitas kehidupan terasa menyenangkan,
kehilangan martabat, tidak ingin menjadi beban untuk orang lain, dan kehilangan rasa untuk
mengendalikan dirinya sendiri.

Permasalahan Euthanasia untuk dilegalkan cukup kontroversial dari pihak yang setuju maupun tidak
setuju untuk dilegalkannya euthanasia. Berikut adalah argumen dalam perlukah Euthanasia dilegalkan :

Pro: Merupakan hak seseorang untuk memilih hidup, memaksa seseorang untuk hidup dalam rasa sakit dan
penderitaan dimana seseorang itu tidak dapat menahan rasa tersebut, tidak ingin menjadi beban untuk orang
lain, mengkonsumsi obat ataupun perawatan hanya untuk dapat hidup sedangkan penyakit tidak dapat
disembuhkan memerlukan biaya yang besar untuk membayar obat maupun perawatan tersebut. Dengan
adanya Eunthanasia yang merupakan pilihan bagi mereka untuk keluar dari rasa sakit dan penderitaan.

Kontra: berdasarkan agama, Tuhan memberikan kehidupan yang suci untuk manusia. Kapan ajal kita sudah
ditentukan oleh-Nya. Dengan menggunakan Euthanasia merupakan tindakan asusila, dianggap menyakiti
diri sendiri, tindakan bunuh diri dan pembunuhan. Berdasarkan kode etik internasional kedokteran, Seorang
dokter harus selalu diingat kewajiban melestarikan kehidupan manusia dari pembuahan (perkawinan).
Dengan melegalkan Euthanasia, sama saja melanggar kode etik medis karena yang membantu dalam
pelaksanaan tersebut adalah dokter. Dilegalkannya Euthanasia dapat mempengaruhi kemajuan dalam ilmu
pengobatan dalam menyembuhkan penyakit dan cacat yang pernah dianggap tidak dapat diobati. Jadi pasien
yang sakit parah mungkin, di masa depan, memiliki kualitas tertahankan hidup, bila dilegalkan
dikhawatirkan Euthanasia yang hadir sebagai opsi menyebabkan kemajuan ilmu pengobatan mengalami
masa stagnan bahkan kemunduran.

Anda mungkin juga menyukai