Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi
Anak-anak pada masa sekolahnya membutuhkan moral dan empati. Di
mana ia harus mematuhi norma yang berlaku di masyarakat, baik norma
tertulis maupun norma tersirat. Hal ini, juga dipengaruhi oleh masa
perkembangannya. Di mana anak menginjak masa sekolah dan mempunyai
tugas perkembangan yang harus mereka jalani, di antaranya pada usia 9-11
tahun merupakan anak yang duduk di bangku kelas 4 SD dan tugas moral
yang ia jalani yaitu penalaran moral makin dipandu oleh rasa keadilan di
mana pada tahap ini dia harus bisa adil dalam hal apapun, di tahap berikutnya
anak ingin menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial hal ini berkaitan
bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain baik teman sebaya maupun yang
lebih tua darinya, dan tahap terakhir adanya agresi beralih ke hubungan
(Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Hal tersebut dapat dilihat apakah Ia
memenuhi tugas perkembangan moralnya atau apakah Ia mengalami
kemunduran dalam tugas perkembangan moralnya.
Di masa kanak-kanak, mereka sudah memiliki rasa empati yang tumbuh
secara bertahap yang diajarkan oleh orang tua maupun lingkungannya. Di
usia 9-11 tahun anak mendapatkan pengajaran di sekolah tentang bagaimana
berempati oleh guru-gurunya yang diterapkan dalam kehidupan sosial. Pada
bagian empati terdapat altruisme, di mana hal ini yang mendorong si anak
tersebut untuk menolong sesama, sebagaimana ia mendapatkan pengajaran
melalui lingkungannya (Baron, 2005). Pada kesempatan ini, dengan
melakukan kegiatan P2M dengan tema empati dan moral yang bertujuan
untuk menumbuhkan rasa hormat kepada pihak atau orang lain, dan dapat
hidup dalam masyarakat yang beragam. Hal ini juga memberikan cara yang
terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik
dalam kehidupannya.

1
B. Permasalahan
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan mengenai moral dan empati
pada anak sekolah dasar yang duduk di bangku kelas 4SD. Adapun
permasalahan yang didapat, diantaranya:
1. Bagaimana cara menumbuhkan rasa empati dan moral kepada siswa?
2. Bagaimana cara agar siswa dapat mengaplikasikannya pada kehidupan
nyata?

C. Tujuan kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan rasa empati siswa pada
sesama dan menumbuhkan moral di dalam diri siswa.Sehingga hal tersebut
dapat menciptakan atau menumbuhkan hubungan yang baik, baik kesesama
maupun lingkungan.

D. Manfaat kegiatan
Adapun manfaat yang didapatkan melalui kegiatan P2M di sekolah ini,
maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa maupun guru, yaitu
sebagai berikut :
1. Diperolehnya seperangkat pengetahuan dan pemahaman tentang moral
dan empati siswa serta cara mengembangkannya dan mengarahkan pada
hal-hal yang positif.
2. Siswa memperoleh bekal mengenai moral dan empati.
3. Siswa dapat mengaplikasikan teori mengenai moral dan empati pada
kehidupan nyata.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Moral Pada Masa Anak-Anak


Piagetmengemukakan bahwa penalaran moral berkembang dalam
tiga tahap. Anak-anak beralih secara bertahap dari satu tahap ke tahap
yang lain pada usia yang bervariasi. Pada tahap pertama, usia 2-7 tahun
(tahap praoperasional) yang didasarkan atas kepatuhan pada pihak otoritas.
Anak kecil berpikir kaku mengenai konsep-konsep moral. Mereka masih
bersifat egosentris, karena mereka tidak dapat membayangkan lebih dari
satu cara untuk melihat persoalan moral. Mereka meyakini bahwa aturan
berasal dari hak otoritas dewasa dan tidak dapat dibengkokkan atau
diubah, bahwa perilaku entah salah atau benar dan bahwa segala kesalahan
pantas diberikan hukuman, tanpa memperdulikan niatnya(Papalia, Olds, &
Feldman, 2009).
Tahap kedua, usia 7/8-10/11 tahun (tahap operasional) dicirikan
dengan fleksibilitas dan sedikit kadar kemandirian didasarkan atas rasa
hormat dan kerja sama yang timbal balik. Sebagaimana anak-anak
berinteraksi dengan lebih banyak orang dan berhubungan dengan banyak
sudut pandang yang luas, mereka mulai membuang ide bahwa ada standar
benar dan salah yang tunggal dan mutlak serta mengembangkan rasa
keadilan mereka sendiri didasarkan atas keadilan atau perlakuan yang
sama untuk semua orang. Karena mereka dapat membuat penilaian moral
yang lebih halus, seperti mempertimbangkan niat dibalik perilaku(Papalia,
Olds, & Feldman, 2009).
Tahap ketiga, usia 11/12 tahun, ketika anak-anak mampu
melakukan penalaran formal. Pada tahap ini adanya kesetaraan memiliki
makna yang berbeda bagi anak yang berkeyakinan bahwa setiap orang
harus diperlakukan sama secara bertahap memberikan jalan untuk ide
pemerataan, mempertimbangkan situasi yang spesifik. Dengan demikian,
seorang anak pada usia ini mungkin berkata bahwa anak berusia 2 tahun

3
yang menumpahkan tinta di atas taplak meja seharusnya diberlakukan
standar moral yang kurang menurut dibandingkan anak berusia 10 tahun
yang melakukan hal yang sama(Papalia, Olds, & Feldman, 2009).
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka perkembangan
moral pada masa anak-anak terdapat satu aspek penalaran moral yaitu
memahami kewajiban timbal balik dan mengantisipasi bagaimana
perasaan seseorang ketika sebuah janji dilanggar, dan anak-anak pada
seluruh tingkat usia memahami bahwa korban yang janjinya tidak ditepati
akan merasa sedih, tetapi anak-anak prasekolah dan taman kanak-kanak
cenderung kurang mengenali dibandingkan anak yang lebih tua bahwa
orang yang melanggar janji juga mungkin akan merasa sedih.
B. MORAL
Moral di dalam pendidikan memiliki strategi pembelajaran yang
sangat diperlukan karena banyaknya perilaku moral di kalangan siswa
seperti membolos, mencontek ketika ujian atau ulangan harian, berkelahi
antar teman (Azizah, 2006).
Peran Pendidikan Moral Pendidikan karakter tidak terlepas dari
pendidikan moral anak. Dalam membentuk karakter anak, pendidikan
moral perlu diprioritaskan. Adanya panutan nilai, moral dan norma dalam
diri anak akan mempengaruhi kualitas moral yang terbentuk. Oleh karena
itu, orang-orang di sekitar anak akan menjadi teladan bagi anak untuk
menentukan perilaku moralnya. Adapun tahap perkembangan moral anak
dapat difokuskan pada tiga hal, yaitu(Kusmariyani, 2011) :
a. Perkembangan Kuantitas Menuju Kualitas.
Ketika anak mulai mengenal larangan orangtua, anak cenderung
menilai dosa atau kesalahan berdasarkan besar-kecilnya akibat
perbuatan yang ditimbulkannya. Dalam kasus konflik keberagaman
misalnya, anak menganggap bahwa menyinggung kelemahan orang
lain dosanya lebih kecil daripada tidak sengaja kakinya menginjak
kaki teman lain sampai sakit. Pada tahap awal perkembangan moral,
anak tidak memperhitungkan unsur motivasi. Baru pada usia yang

4
lebih besar, ia mulai memahami bahwa kualitas suatu perbuatan harus
diperhitungkan dalam menilai benar-salah.
b. Ketaatan Mutlak Menuju Inisiatif Pribadi.
Pada mulanya seorang anak akan menaati apa yang dikatakan
orangtuanya. Inilah kesempatan terbaik orangtua untuk mengajarkan
apa yang harus diajarkannya karena masa ini akan cepat berlalu.
Setelah itu, anak akan lebih terikat dengan perjanjian-perjanjian. Pada
tahap ini, anak akan bermain dengan peraturan yang dapat diubah
sesuai perjanjian sebelumnya. Anak juga sangat peka terhadap
ketidakkonsistenan orangtua, apabila orangtua melakukan perbuatan
yang tidak sesuai dengan yang diajarkannya. Bagi mereka, orangtua
pun seharusnya terikat dengan peraturan yang mereka tetapkan bagi
anak-anaknya. Bila perkembangan moral anak berjalan baik, pada usia
remaja akhir anak telah memiliki prinsip moral yang menjadi miliknya
pribadi dan yang mengarahkan tingkah lakunya. Anak tidak mudah
lagi dipengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, anak akan melakukan
perbuatan berdasarkan prinsip moral yang dimilikinya.
c. Kepentingan Diri Menuju Kepentingan Orang Lain.
Tahap awal perkembangan moral anak adalah egosentris karena
anak masih memusatkan perhatian pada dirinya. Tujuan suatu
perbuatan adalah kesenangan pribadi dan kenikmatan. Bila
perkembangan moral anak berjalan baik, barulah pada usia yang lebih
dewasa, individu dapat melihat kepentingan orang lain dalam
melakukan tindakan moralnya. Bukan itu saja, pengorbanan
kepentingan diri dapat dilakukan demi kesejahteraan teman-teman
sebayanya. Pendidikan moral ini dapat dilakukan tidak terbatas pada
lingkungan tertentu saja. Pendidikan moral dapat dilakukan di
manapun dan kapanpun, terutama di dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Namun pendidikan keluarga merupakan lingkungan yang ideal.
Peran keluarga mendukung terjadinya identifikasi, internalisasi,

5
panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang akan
ditanamkan pada diri anak. Keluarga merupakan lahan yang subur
untuk mengembangkan pendidikan moral. Anak akan belajar dari
pengalaman langsung yang dirasakan sebagai akibat dari contoh orang
tua dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman ini akan menjadi bekal
anak ketika mereka hidup di dalam lingkungan sekolah dan
masyarakat.
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka moral
merupakan sebuah strategi pembelajaran yang memiliki karakter tidak
terlepas dari pendidikan moral anak dan moral. Moral merupakan
norma dalam diri anak akan mempengaruhi kualitas moral yang
terbentuk. Adapun tahap perkembangan anak yang di fokuskan pada 3
tahap yaitu perkembangan kuantitas menuju kualitas, ketaatan mutlak
menuju inisiatif pribadi, dan kepentingan diri menuju kepentingan
orang lain.

C. EMPATI
Empati merupakan respons afektif, dan kognitif yang kompleks
pada distres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk
merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba
menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain. Seseorang
dapat menjadi empatik kepada karakter fiktif sebagaimana kepada korban
terhadap kehidupan nyata. Manusia bahkan menunjukkan empati dengan
tersipu-sipu ketika orang lain terlibat dalam keadaan yang memalukan,
misalnya menyanyi karaoke dengan sumbang (Baron, 2005).
Myers (dalam Sarwono, 2002) menyatakan empati adalah hasrat
untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri. Empati
lebih menitikkan pada kesejahteran orang lain. Djauzi (2004) menjelaskan
kemampuan empati yang ditunjukkan oleh individu akan dapat
membuatnya memahami orang lain secara emosional dan intelektual.
Stephan (1985) menyatakan bahwa orang yang mempunyai rasa empati

6
akan berusaha untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan
dan merasa kasihan terhadap penderitaan orang tersebut. Empati banyak
disebut sebagai motif dasar bagi seseorang untuk bertindak
prososial(Lannotti, 1978). Hoffman (1977) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa pada tingkat empati tinggi, empati sebagai
vicariousaffectivearousalberperan besar. Empati yang rendah, maka
recognition of affectinothers yang mengandung aspek kognitif lebih
berpengaruh dalam ikut serta memberikan dan melahirkan intensi
prososial.
Johnson. dkk (1983) mengemukakan bahwa empati adalah
kecenderungan untuk memahami kondisi atau keadaan pikiran orang lain.
Seorang yang empati digambarkan sebagai seorang yang toleran, mampu
mengendalikan diri, ramah, mempunyai pengaruh, serta bersifat
humanistis. Batson dan coke(Brigham., 1991) mendefinisikan empati
sebagai suatu keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang yang sesuai
dengan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kemampuan merasakan
perasaan ini membuat seorang yang empati seolah mengalami sendiri
peristiwa yang dialami orang lain (Eisenberg, 1989).
Baron (2005) menyatakan bahwa dalam empati juga terdapat
aspek-aspek, yaitu:
a. Kognitif
Individu yang memiliki kemampuan empati dapat memahami apa yang
orang lain rasakan dan mengapa hal tersebut dapat terjadi pada orang
tersebut.
b. Afektif
Individu yang berempati merasakan apa yang orang lain rasakan.

Batson dan Coke(Watson, 1984)menyatakanbahwa di dalamempati juga


terdapataspek-aspek:

7
a. Kehangatan
Kehangatan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang
untuk bersikap hangat terhadap orang lain.
b. Kelembutan
Kelembutan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang
untuk bersikap maupun bertutur kata lemah lembut terhadap orang
lain.

c. Peduli
Peduli merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk
memberikan perhatian terhadap sesama maupun lingkungan
sekitarnya.

d. Kasihan
Kasihan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk
bersikap iba atau belas asih terhadap orang lain.
Berdasarkan uraian diatas antara moral dan empati, dapat dikaitkan
keduanya dengan perkembangan moral menurut Kohlberg,
dimanamereka dalam mengambil suatu keputusan tentang baik- buruk
suatu perilaku berdasarkan pada hal-hal yang disetujui, diterima atau
menyenangkan orang lain(Green, 1989).
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka empati
merupakan sebuah respons afektif, dan kognitif yang kompleks pada
distress emosional orang lain. Empati juga termasuk kemampuan untuk
merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba
menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain. Adapun
aspek-aspek empati yang dikemukakan aron di antaranya kognitif, afektif
yang meliputi kehangatan, kelembutan, peduli dan kasihan.

8
BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah


Alternatif kerangka pemecahan masalah adalah dengan menanamkan nilai-
nilai moral sejak dini dalam diri seorang anak, sehingga merekam
mempunyai aturan yang tidak terlihat yang dapat membatasi pikiran dan
tingkah laku mereka dalam bertindak. (Kusmariyani, 2011)Melalui
pengamatan secara visual, diharapkan anak mampu lebih mudah menangkap
dan menyimpan hal-hal terkait nilai-nilai moral dalam kognitif mereka,
diharapkan juga mereka memiliki kemampuan untuk merasakan keadaan
emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah,
dan mengambil perspektif orang lain. (Baron, 2005).

B. Realisasi pemecahanmasalah
Dalam kegiatan P2M ini kami ini. Kami akan mencoba menampilkan
sebuah drama yang syarat akan nilai-nilai moral, dimana drama yang
sederhana mudah dipahami, lucu, menyenangkan, tetapi tidak lepas dari
pesan-pesan moral yang ingin kami sampaikan. Setelah itu kami akan
memberikan reward pada anak-anak yang berani menemukan pesan-pesan
moral yang terdapat dalam drama kami kepada teman-temannya. Dalam hal
ini reward berfungsi untuk memacu keberanian anak dalam melakukan
tindakan kebaikan dan menyampaikan pesan yang baik kepada sesame teman.
Untuk menutup kegiatan P2M ini, kami akan memberikan sebuah hasta karya
yang berisi pesan-pesan moral. Hasta karya ini kami kemas semenarik
mungkin, sehingga anak akan tertarik untuk membacanya berulang-ulang.
Hal ini bertujuan untuk menanamkan dan membuat anak menjadi ingatakan
pesan moral yang kami sampaikan.

9
C. Khalayak sasaran
Pada kegiatan P2M sasaran kami adalah siswa kelas 4 SD. Dimana pada
usia ini, anak-anak sudah mempunyai hubungan pertemanan yang cukup erat
antar sesama. Selain itu, pada usia ini anak akan mulai belajar nilai-nilai
moral dan empati dari agama maupun beberapa mata pelajaran Umum
disekolah sehingga akan lebih mudah bagi mereka menerima pesan-pesan
moral yang akan kami sampaikan.

D. Metodekegiatan
Metode kegiatan kami yang kami guna kan pada kegiatan observasi dan
P2M ini adalah ilustrasi drama.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil p2m yang kami laksanakan pada SDN1 Kitano martapura timur
tersebut kami melakukan beberapa hal untuk melihat perkembangan mental moral
dan empati pada anak-anak SD kelas 4 SD tersebut,dalam p2m ini kami
melakukan sebuah observasi kepada anak-anak murid dan wawancara terhadap
guru pengajar saat itu, dari anak-anak tersebut kami membuat sebuah drama yang
didalamnya telah kami rangkum terdapat beberapa nilai moral dan rasa empati,
setelah melakukan drama kami pun memberikan beberapa pertanyaan tentang
pesan-pesan yang terdapat dalam kisah drama tersebut kemudian kami buat dalam
soal pertanyaan yang kami bacakan kemudian mereka menjawab dengan cara adu
cepat, dari situ kami melihat anak-anak sangat antusias dalam menjawab,dan dari
10 pertanyaan yang kami berikan mereka dapat 100% benar semua,dari situ kami
dapat melihat bahwa empati dan moral mereka masih baik, mereka tau dapat
membedakan mana yang baik dan tidak baik. Tidak hanya murid,kami juga dalam
p2m ini sempat mewawancara i satu guru pengajar saat itu, dalam hal ini kami
menayakan beberapa hal dalam hal proses belajar mengajar yang ada disekolah
tersebut. Beberapa pertanyaan yang kami tanyakan ialah tentang bagaimana cara
guru mengajar,memberikan tantangan dalam belajar,cara mengajar yang
bervariasi,keluwesan guru dalam mengajar,dan cara penanaman disiplin pada guru
terhadap murid. Dari pertanyaan-pertanyan tersebut kami mendapatkan kan
banyak jawaban yang bervariasi dalam hal mengajar. Dalam mengajar guru
terkadang terdapat beberapa kendala,yakni kurangnya media belajar,seperti papan
tulis dan ruangan yang berdebu. Namun dalam hal berlajar guru terkadang
memmberikan variasi dalam penataan kelas, ada yang menggunakan metode
penataan kelas yang berbentuk U dengan terdapat bunga ditengah. Jadi dari hasil
P2M ini kami mendapat sebuah pembelajaran yang sangat berharga, dapat dilihat
walaupun sekolah ini sedikit tertinggal jarang mendapat perhatian pemerintah
namun dalam hal moral dan empati mereka masih baik walaupun mereka
bersekolah dipinggiran.

11
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari kegiatan p2m yang kami lakukan pada SDN 1 Kitano
kecamatan Martapura timur, kami dapat menyimpulkan walaupun sekolah
ini bisa disebut tertinggal namun dalam hal moral dan empati pada sekolah
ini masih tinggi,dan metode guru-guru disini pun tidak kalah dengan
guru-guru disekolah dikota,hanya saja terbatas dengan kurang nya alat-alat
pendukung media belajar.
B. Saran
Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan,terutama pendidikan
formal karena setiap tahun nya kehidupan ini selalu berubah, bila seorang
anak tidak mendapatkan hak-hak nya dalam belajar maka dapat
diprediksikan masa depan nya mengalami kesulitan dalam bersaing dalam
lingkungan dan kesulitan memenuhi kebutuhannya, namun harus
diperhatikan pula bahwa pendidikan harus lah diimbangi dengan
akhlak,moral,dan empati tiap pelajarnya, jangan sampai dunia pendidikan
hanya mencetak orang-orang yang bersekolah tinggi namun memiliki
moral yang buruk dan tidak memiliki empati atau rasa peduli sesama. Jadi
hendaklah setiap anak mendapatkan pendidikan yang baik dan memiliki
moral dan rasa empati yang baik pula,dengan demikian akan tercipta nya
orang-orang terdidik yang berkualitas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N. (2006). Perilaku Moral dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang


Pendidikan Umum dan Agama. Jurnal Psikologi, 1-16. Dipetik Oktober
06, 2015, dari http://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7078/5530.
Baron, R. d. (2005). Psikologi Sosial. Jilid 2. (Edisi 10 ed.). (R. Djuwita,
Penyunt.) Jakarta: Erlangga.
Brigham., J. C. (1991). Social Psychology (2nd ed.). New York: Herper Collins
Publishers Inc.
Djauzi, S. (2004). Komunikasi dan empati dalam hubungan dokter pasien.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Eisenberg, N. d. (1989). The roots of prosocial behavior in children. New York:
Cambridge University Press.
Fadilah, L. N. (2015). Variasi Pengaturan Tempat Duduk Siswa Dalam Upaya
Meningkatkan Minat Dan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA
Kelas IV di SD Negeri 1 Sawahan Tahun Ajaran 2014/2015. Surakarta:
Naskah Publikasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Dipetik November 13, 2015, dari
http://eprints.ums.ac.id/36721/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Green, M. (1989). Theories of human development, Comperative Apporach. New
Jersey: Practice Hall.
Hoffman. (1977). Sex different in empathy and related behavior. Psychology
Bulletin, 84(4), 712-722.
Johnson. J.A. Check, J. S. (1983). The Structure of empathy. Journal of
personality and social psychology, 45(6), 1299-1312.
Kusmariyani, R. E. (2011). Membangun Karakter Keberagaman Pada Anak.
Jurnal PAUD. Dipetik Oktober 06, 2015, dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Microsoft%20Word%20-
%20(B)%202011%20Juli%20Karakter%20Keberagaman%20pd%20Anak
.pdf
Lannotti. (1978). Effect of role-taking experiences on role-taking, empathy,
altruism and agression. Developmental Psychology, 14, 119-124.

13
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development (10
ed.). (B. Marswendy, Penerj.) Jakarta Selatan: Salemba.
Sarwono. (2002). Psikologi sosial, Individu dan teori-teori psikologi sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.
Stephan, C. W. (1985). Two social psychological. Chicago: The Dorley Press.
Watson. (1984). Psychology science and application. Illionis: Scoot Foresmanr
and Company.

14
LAMPIRAN

15
PANDUAN OBSERVASI PENGELOLAAN KELAS

PETUNJUK :
Observasi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan guru dalam mengelola kelas selama proses
belajar mengajar.
Berilah tanda () pada perilaku guru yang muncul sesuai dengan pengamatan anda untuk setiap pernyataan dibawah ini.
Kemudian isilah keterangan perilaku tersebut secara lebih jelas dan rinci untuk dapat menggambarkan perilaku secara lebih
obyektif jika dirasa pernyataannya di dalam angket masih bersifat implisit dan cenderung memunculkan subyektifitas pengamat, jika
perlu tambahkan keterangan data melalui wawancara dengan guru yang bersangkutan.
IDENTITAS :
Kelas/Kelompok Psi Pendidikan :A/8
Sekolah/Kelas Yang Diobservasi : SDN 1 KITANO MARTAPURA TIMUR / 4
Mata Pelajaran Yang Diobservasi : BAHASA INDONESIA
Nama Guru Yang Diobservasi : FITRIA MAYA INDRIANA
Tanggal/Waktu Observasi : 01 Desember 2015/ 10.15 Wita-Selesai

1
Aspek No Pernyataan () Keterangan
(Hasil Observasi Bentuk Perilaku & Wawancara)
Hangat Dan 1 Mengajardenganpenuhsemangat
Antusias 2 Berinteraksi dan bersikap bersahabatpadasiswa
3 Menguasaibahanpelajaran yang disampaikan
4 Menyampaikan materi dengan suara lantang dan
jelas di dengar
5 Mendengarkandenganbaiksaatsiswabertanya.
6 Memberikanperhatiansecaraindividuadasiswa
7 Membantusiswamengatasikesulitansaat belajar

8 Memberikanmotivasipada siswa saat proses


belajarmengajar di kelas
Tantangan 1 Memilihsiswasecaraacakuntukmenjawabpertanya
an
2 Memberikan remedial padasiswa yang
belummenguasaimateri
3 Memberikan pointambahanketikasiswaaktif
4 Meminta siswamengaitkanmateri yang
telahdipelajaridengancontoh nyata
Bervariasi 1 Menciptakansuasanakondusifdanmenarikdalam
pelajaran
2 Metodepelajaranyang digunakan
bervariasidanmenarik (selain ceramah)
3 Memberikanmetodepengajaran yang
berbedasetiappertemuan
4 Menggunakan media belajar yang
beragamselainpapan tulis
5 Mengubahpenyusunantempat duduk
sesuaidenganmetodebelajar yang digunakan

2
6 Membuatkelompok - kelompokkecilagar siswa
dapatberdiskusi.
Keluwesan 1 Mengaitkanmateri yang
disampaikandengankejadiandalamkehidupanseha
ri-hari
2 Menyampaikanpokokbahasanpelajaran yang
akandatanguntukdipelajarisiswa
3 Menyampaikanmateridenganbahasa yang
mudahdimengerti
4 Berusaha menemukanstrategi-
strategibarudalammengajar
PenekananP 1 Memberiumpanbalik yang positif bagisiswa yang
ada Hal mengajukan pendapat
Positif 2 Memberikanpujiankepadasiswa yang
dapatmenjawabpertanyaan
3 Menegur secara halus pada siswa yang
mengganggu pelajaran (ribut, ngobrol, jalan-jalan)
4 Memberikannilaisecaratransparandanobjektif
Penanaman 1 Memberikansanksi padasiswa yang masuk
Disiplin Diri terlambatatau tidak mengumpulkan tugas
2 Pelajaran dimulai tepat sesuaidenganjadwal yang
ditetapkan
3 Pelajarandiakhiri tepatsesuaidenganjadwal yang
ditetapkan
4 Memainkan HP saatsedangmengajar.
5 Berpakaiankurangrapisaatmengajar di kelas
6 Sering keluar kelasketika proses
belajarmengajarsedangberlangsung

3
4
DOKUMENTASI FOTO KEGIATAN

Kegiatan LAHAS P2M Kelompok 8

Pada : Selasa, 1 Desember 2015

Waktu : 11.00 WITA-Selesai

Gambar 2. Ruang Kelas 4 SDN 1 Sungai Kitano


Martapura

Gambar 1. SDN 1 Sungai Kitano Martapura

Gambar 3. Pengelolaan Kelas Bentuk U Ruang Kelas 4

Gambar 4. Pengelolaan Kelas Bentuk U Ruang Kelas


4

Gambar 5. Proses Pengajaran Bahasa Indonesia

1
Gambar 6. Efektivitas pengajaran dalam Pengelolaan Kelas bentuk U

Gambar 7. Efektifitas dan Kondusifitas Pengelolaan kelas bentuk U

Gambar 8. Serah terima Hadiah Kuis Rangking 1

2
Gambar 9. Foto bersama anak-anak yang memenangkan kuis Ranking 1

Gambar 10. Foto bersama seluruh siswa-siswi


kelas 4 SDN 1 Sungai Kitano Martapu

Gambar 11. Pementasan Drama tema Moral


dan Empati Gambar 12. Kuis Rangking 1

Anda mungkin juga menyukai