BRONKITIS
BRONKITIS
PASIEN BRONKHITIS
C. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, belum ada angka morbiditas bronkitis kronis, kecuali di rumah
sakit sentra pendidikan. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat (National Center
for Health Statistics) diperkirakan sekitar 4% dari populasinya didiagnosa bronkitis
kronis. Angka inipun diduga masih di bawah angka morbiditas yang sebenarnya
karena bronkitis kronis yang tidak terdiagnosis.
Dalam sebuah studi longitudinal 30 tahun dari 1.711 pria Finlandia, kejadian
kumulatif dari bronkitis kronik adalah 42 % pada perokok aktif, 26 % pada mantan
perokok , dan 22 % di pernah perokok. Bronkitis kronik mempengaruhi sekitar 10
juta orang di Amerika Serikat , dan mayoritas adalah antara 44 dan 65 tahun.
Beberapa 24,3 % dari individu dengan bronkitis kronik lebih tua dari 65 tahun , dan,
yang mengejutkan 31,2 % adalah antara usia 18 dan 44 tahun.
D. ETIOLOGI
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara,
alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur.Virus merupakan
penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri.Virus
penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory
Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena
bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium
tuberculosis, Bordatella pertusis, Corynebacterium diphteriae, Clamidia pneumonia,
Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis, H. influenza, Penyebab lain agen
kimia ataupun pengaruh fisik.
Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut yang
berulang, yang dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus, dan pada akhirnya
menyebabkan bronchitis kronik.Penyebab umum untuk bronchitis akut dan kronik
pada anak adalah sebagai berikut.
1. Infeksi virus : adenovirus, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus,
rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus.
2. Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis, H influenza, Chlamydia pneumoniae
(Taiwan acute respiratory [TWAR] agent), Mycoplasma species.
3. Polusi udara, seperti merokok.
4. Alergi
5. Aspirasi kronik atau refluks gastrointestinal
6. Infeksi fungi
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang
mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal
saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap
harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan
menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk.
Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of
breath.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu:
1. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
2. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
3. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
4. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama,
yaitu :
1. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan seseorang
kurang istirahat.
2. Daya tahan tubuh yang menurun.
3. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.
4. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar anak
menurun.
G. KLASIFIKASI
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan
trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering
dijumpai. Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang
menonjol dan karena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa
peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus. Gangguan ini sering juga
disebut laringotrakeo bronkhitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai
umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi.
2. Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah
mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB). BKB ialah keadaan
klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling
sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non
respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis
kronik pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah
disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran
napas dan sebagainya.
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis
kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis
kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran
napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan
mempercepat menurunnya fungsi paru.
I. KOMPLIKASI
1. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
2. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat ` terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
5. Gagal jantung kongestif
6. Pneumonia
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari
hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang
menebal.
Corak paru bertambah.
2. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Tes fungsi paru-paru
b. Gas darah arteri
Analisa gas darah
Pa O2 : rendah (normal 25 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
c. Rontgen dada.
K. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan bronkitis adalah untuk mengurangi gejala batuk,
melegakan pernapasan serta menyembuhkan bronkitis. Terapi bronkitis meliputi :
1. Istirahat yang cukup.
2. Minum cairan yang banyak.
3. Bernapas dalam udara hangat serta menghindari udara dingin dan AC.
4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik.
Rehabilitasi paru: rehabilitasi paru adalah program latihan pernapasan di mana
Anda bekerja dengan seorang terapis pernafasan untuk membantu Anda belajar untuk
bernapas dengan lebih mudah dan meningkatkan kemampuan Anda untuk
berolahraga.
Jenis obat yang dipakai untuk bronkitis:
a. Beberapa jenis obat bronkitis yang sering digunakan oleh dokter adalah :
1. Antibiotik. Bronkitis biasanya terjadi akibat infeksi virus , sehingga antibiotik
tidak efektif. Namun dokter mungkin meresepkan antibiotik jika bronkitis
disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Obat batuk. Jika batuknya kering maka diberikan obat penekan batuk seperti
DMP atau kodein, jika batuknya berdahak maka diberikan obat pengencer dahak
seperti Gliseril Guikolat (GG) dan epexol.
3. Obat lain. Jika Anda memiliki asma atau penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), dokter mungkin merekomendasikan inhaler dan obat-obatan lain untuk
mengurangi peradangan dan membuka bagian dalam paru-paru yang menyempit.
Peningkatan pelepasan
Iritasi Mukosa Bronkus
Histamin
Demam
Batuk produktif Penyempitan jalan
napas Malaise
Ndx. Gangguan
Nyeri Napas pendek keseimbangan
cairan Ndx. Intoleransi
Aktifitas
1. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register, diagnose
medis
2. Riwayat kesehatan :
3. Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi
pernapasan sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap infeksi, allergen, atau
iritan lain, trauma.
4. Pemeriksaan Fisik :
a. B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa
pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita
bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami
peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea
dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema,
Gejala :
1. Takipnea (barat saat aktivitas)
2. Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3. Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali
4. Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5. Riwayat terpajan polusi(rokok dll)
Tanda :
1. Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
2. Penggunaan otot bantu nafas
3. Cuping hidung
4. Bunyi nafas krekel(kasar)
5. Perkusi redup(pekak)
6. Kesulitan bicara kalimat(umumnya hanya kata-kata yang terputus-putus)
7. Warna kulit pucat,normal atau sianosis
8. Clubing finger(jari tabuh)
b. B2 (Blood)
1) Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
2) Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung
redup(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis
c. B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada,
d. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.
e. B5 (Bowel)
Gejala :
1. Mual/muntah
2. Nafsu makan menurun
3. Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
4. Penurunan berat badan.
5. Nyeri abdomen
Tanda :
1. Turgor kulit buruk
2. Edema
3. Berkeringat
4. Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegali
f. B6 (Bone)
Gejala :
1. Keletihan,kelelahan
2. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas
3. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
4. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
1. Keletihan
2. Gelisah
3. Insomnia
5. Pemeriksaaan diagnostik
a. Rongent
Peningkatan tanda bronkovaskuler
b. Tes fungsi paru
Memperkirakan derajad disfungsi paru
c. Volume residu
Meningkat
d. GDA
Memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat atau
normal)
e. Bronkogram
Pembesaran duktus mukosa
f. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen
g. EKG
Disritmia arterial
h. EKG latihan
Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program latihan
B. Diagnosa perawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia,
mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan di rumah
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
selama / adanya proses infeksi akut.
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia,
penyakit akut atau kelemahan
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
Rencana Tindakan:
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
c. Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area
konsolidasi
e. Awasi GDA
Rencana Tindakan:
Rencana Tindakan:
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat
mual dan muntah.
Rencana Tindakan:
a. Awasi suhu.
Rencana tindakan:
Booker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. EGC: Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan
Gunawan, Iriyan. 2006. Bronkitis pada anak.
http://www.asuhankeperawatan.blogspot.com. Diakses tanggal 15 oktober 2017
pukul 16.15 WITA
Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan
Kurniawan. 2010. Makalah
Kesehatan.http://kurniawanwhu.wordpress.com/2010/05/09/makalah-kesehatan/.
Diakses tanggal 16 oktober 2017 pukul 15:35 WITA
Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
dan Pendokumentasian Perawatan PasienEdisi 3. EGC : Jakarta.
Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan Keperawatan.
EGC: Jakarta.
.
.