HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..i
DAFTAR ISIii
DAFTAR GAMBAR..v
DAFTAR LAMPIRAN...vi
BAB I PENDAHULUAN.1
I.1. Latar Belakang1
I.2. Tujuan dan Manfaat..2
I.3. perumusan masalah..3
I.4. Metodologi Pengumpulan Data3
I.5. RuangLingkupKajianKerjaPraktek..4
IV.2. PEMBAHASAN..25
IV.2.1. Kemampuan Produksi Alat.25
IV.2.2. Penggunaan Alat..25
IV.2.3. Keserasian Kerja Alat..26
IV.2.4. Penyediaan Alat Mekanis Untuk Memenuhi Sasaran Produksi26
IV.2.5. Faktor Lain Yang Mempengaruhi Perlu Diperhatikan.27
BAB V PENUTUP.28
V.1. Kesimpulan28
V.2. Saran..28
DAFTAR PUSTAKA...29
LAMPIRAN..30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakan
Operasi dalam pengolahan mineral pada prinsipnya sama seperti yang telah dilakukan ribuan tahun yang lalu.
Tentunya perkembangan peralatan dan system pengolahan pada masa sekarang ini telah sangat lebih modern, tetapi
masalah yang di hadapi tetap sama, yaitu bagaimana mengolah mineral dengan sifatnya yang keras, abarasive,
susunan kristal yang tidak homogen agar mendapat hasil pemisahan yang maksimal
Pemrosesan atau pengolahan mineral adalah untuk meningkatkan mutu atau kualitas dan kegunaan dari suatu
material dasar. Hasil pemrosesan yang dilakukan bisa berupa bongkahan bongkahan mineral dengan ukuran dan
bentuk tertentu, ataupun hasil pengayaan kandungan logam secara maksimum. Pemorosesan mineral yang digolongkan
berdasarkan ukuran produknya dan cara pemrosesannya dibagi menjadi dua yaitu secara kering atau basah. Pada
proses kering tidak diperlukan air dalam proses ini, dan tidak boleh menggunakan air dalam proses ini. Sedangkan
proses basah yaitu penggunaan air untuk efesiensi proses, instalasi yang lebih lengkap, dan tidak diinginkannya debu
sebagai hasil proses.
Batu kapur merupakan salah satu mineral industri yang banyak digukan oleh banyak industri ataupun
konstruksi.salah satunya di industri semen.
Batu kapur dapat terbentuk dengan beberapa cara yaitu,secara organic, secara mekanik, ataupun secara kimia.
Sebagian besar batu kapur dialam terjadi secara organic, jenis ini berasal dari pengendapat, cangkang/rumah kerang
dan siput, foraminifera atau ganggang atau berasal dari binatang koral/kerang. Untuk batu kapur yang terjadi secara
mekanik, sebetulnya bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batu kapur yang terjadi secara organic, yang
membedakan adalah terjadi perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawah oleh arus dan
biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah batu kapur yang
terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Penambangan batu kapur di Indonesia umumnya dilakukan dengan cara tambang Terbuka (Kuari) tanah
penutup(Overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir, dan koral dikupas dahulu dengan menggukan bulldozer atau
power scraperselanjutnya penambangan dilakukan dengan cara pengeboran dan peledakan, sampai diperoleh ukuran
bongkah yang diingikan, bongkahaan yang terlalu besar akan di bor dan diledakan ulang (secondary blasting).
Batu kapur dapat langsung digunakan sebagai bahan baku misalnya pada industri semen,akan tetapi untuk keperluan
lainnya perlu pengolahan terlebih dahulu misalnya dengan pembakaran cara ini dimaksudkan untuk memperoleh kapur
tohr.
1.3.Perumusan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam kerja praktek ini mengenai proses pengolahan batu kapur sebagai bahan baku semen, dengan
mengetahui reduksi ukuran batu kapur yang akan hasilkan dari alat crusher, di PT Semen Gresik
Metode yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah metode kerja praktek langsung dilapangan Data-data
yang ada dilapangan digabungkan dengan teori yang relevan sehingga dari keduanya dapat diperoleh pendekatan
penyelesaian masalah.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. PROFIL PT. SEMEN GRESIK( PERSERO ),Tbk
PT. Semen Gresik (Persero),Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terdiri dari pabrik semen unit I, unit II, unit III, dan unit
IV. Pabrik Semen Gresik unit I dan II terletak di desa Sidomoro kecamatan kebomas kabupaten Gresik dengan luas bangunan 150.000
m2 yang terletak di area 750 Ha. Pabrik semen gresik unit III terletak di desa Sumber Arum kecamatan kerek kabupaten Tuban Jawa
Timur dengan luas bangunan 400.000 m2 yang terletak di area 1.500 Ha.
Adapun pabrik unit III yang terletak di Kerek Tuban terbagi menjadi empat bagian. Sementara ini yang beroperasi adalah pabrik Tuban
I, II dan III sedangkan untuk Tuban IV tidak beroperasi karena kendala modal dan lainnya. Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen
Tonasa digabung menjadi satu yaitu dengan nama Semen Gresik Group. Persaingan yang kian merajalela diantara perusahaan semen
sekarang ini, memberikan motivasi kepada PT.Semen
Gresik (Persero) untuk memberikan pelayanan yang lebih kepada konsumennya. Persaingan tidak hanya terjadi antar produk domestik,
tetapi juga dengan produk impor sesuai dengan prinsip dasar pemasaran yang berorientasi kepada pelanggan (customer oriented)
dimana pelanggan dalam hal ini adalah pemakai semen. Masing-masing perusahaan berusaha membuat produk baru yang diharapkan
dapat mengakomodasi kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.5.1.2. Afiliasi
1. PT. Varia Usaha Beton
PT. Varia Usaha Beton bergerak dalam bidang usaha industri beton dan bangunan, yang meliputi tiga bidang
yaitu: batu pecah mesin (Crushed Stone), beton siap pakai (Read Mix Concrete), dan beton pra cetak (Precast
Concrete).
2. PT. Swabina Gatra
PT. Swabina Gatra bergerak dalam bidang produksi kantong semen, pembersihan kantor (cleaning service), serta
persewaan gudang dan kendaraan.
3. PT. Waru Abadi.
KETERANGAN GAMBAR :
1. limestone Crushing 13. Clinker Cooler
2. Clay Crushing 14. Clinker Storages
3. Clay Storages 15. Central Control Room
4. Limestone Storages 16. Gypsum / Trass Bin
5. Raw Material 17. Cement Finish Grinding
6. Iron Silica Storages 18. Cement Storages Silo
7. Raw Grinding 19. Cement Packing and Load Out
8. Electrostatic Precipitator 20. Masjid
9. Coal Grinding 21. Dormitory
10. Blending Silo 22. Kantor Utama
11. Preheater 23. Utilitas
12. Rotary Kiln 24. Bengkel Pemeliharaan Mesin
Untuk tata letak/lay out pabrik seperti dapat dilihat pada gambar 1, disusun dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Unit unit penyiapan bahan baku seperti limestone dan clay crusher, limestone storage dan clay storage terletak tidak jauh dari area
penambangan, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan sementara sebelum material dibawa ke pabrik untuk diproses
selain itu belt yang digunakan sebagai alat transport bahan baku yaitu Belt Conveyor panjang yakni sekitar 1 km dari pile (storage)
ke raw material bin dan terbagi menjadi 5 alat.
2. Roller Mill dan unit pembakaran seperti Blending Silo, Coal Grinding, Preheater, Kiln dan Cooler terletak disatu area yang saling
berdekatan, hal ini dimaksudkan agar proses aliran material dari alat alat tersebut menjadi lebih mudah dan singkat. Selain itu
proses produksi akan berlangsung lebih cepat karena alat alat tersebut saling terkait satu sama lainnya.
3. Didekat unit penggilingan bahan baku/Roller Mill dan didekat Cooler dipasang Electrostatic Presipitator sebagai alat pemisah debu.
Alasan kenapa EP (electrostatic presipitator) hanya dipasang didekat kedua alat itu adalah :
Pada Roller Mill dan Cooler, debu yang keluar bersama gas pada alat ini memiliki suhu yang cukup tinggi
yaitu 950C dimana hanya Electrostatic Presipatorlah yang dapat bertahan pada suhu tersebut sebab Bag
Filter hanya mampu menangkap debu yang bercampur gas dengan suhu sekitar 400C.
Harga alat ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan Bag Filter yang mempunyai fungsi yang sama.
4. Dum Klinker dan gypsum storage terletak didekat unit Finish Mill sehingga transport material untuk penggilingan akhir sampai menjadi
semen akan lebih mudah dan singkat.
5. Semen Silo dan unit Packer berada pada satu tempat dan letaknya dekat dengan jalan yang merupakan jalur transportasi utama di
pabrik yang mengarah ke pelabuhan, hal ini bertujuan untuk memudahkan truk - truk pengangkut semen keluar masuk pabrik untuk
mendistribusikan ke konsumen.
2.7. IKLIM DAN CURAH HUJAN
Daerah Tuban beriklim tropis, dan setiap tahunnya dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Oktober, sedangkan musim hujan berlangsung dari bulan
November sampai bulan April. Data curah hujan diperoleh dari hasil pengamatan DPU pengairan DATI II Tuban pada daerah
Kerek, dan menjadi arsip di PT. UTSG antara tahun 1992 - 2001. Dari data hasil pengamatan curah hujan rata-rata pada
musim hujan adalah 164 mm/bulan dan curah hujan rata-rata pada musim kemarau adalah 43 mm/bulan. Suhu udara
permukaan diwilayah penambangan, bervariasi antara 26C - 37C dengan suhu udara rata-rata adalah 36C.
2.9. STRATIGRAFI
Menurut hasil pengamatan singkapan batuan yang dilakukan ahli geologi Van Bummelan (1949), daerah ini
termasuk kedalam fisiografi Cekungan Rembang. Stratigrafi regional Cekungan Rembang ini mulai dari yang tertua sampai
yang termuda dapat dilihat pada (Gambar 2).
Berdasarkan hasil pengamatan, pada daerah penambangan batugamping terdapat dua satuan batuan, yaitu :
1. Satuan Batugamping Formasi Paciran
Batugamping pada satuan Formasi Paciran merupakan batugamping terumbu yang berumur pliosen. Secara fisik
batuan ini dapat dibedakan menjadi satuan batugamping keras dan lunak.
Batugamping terumbu keras bersifat kompak, kristalin, berwarna putih sampai coklat kekuningan, mengandung
fosil koral, foraminifera dan moluska. Pada umumnya batugamping ini berongga rongga dan banyak didapat retakan-
retakan yang telah terisi oleh kalsit. Batugamping ini merupakan 80% dari seluruh cadangan batugamping.
2. Satuan Batuan Formasi Notopuro
Ketidakselarasan diatas satuan batugamping formasi paciran diendapkan batuan berumur holosen yang terdiri
dari breksi, batupasir, tufaan dan tuff dan menempati daerah morfologi datar. Bisa dilihat pada gambar 2 dibawah ini.
Umur
Stratigra Litolo Pemeria
Zaman Kala fi gi n
Holosen
Formasi Breksi,
Notopuro batupasir
tufaan & tuf
Akhir
Plistose Formasi
n Kabuh
Tenga
h Batupasir
tufan,
sisipan
Kwarter batulempun
Awal g,
konglomera
t & tuf
Formasi
Lidah
Pliosen
Batulempun
g sisipan
batupasir
Formasi gampingan
Akhir dan batu
Mundu
apung
Formasi
Paciran
Tenga Batugampin
h g napalan,
Formasi batugampin
Wonocolo g dolomitan
Formasi Batugampin
g koral dan
Ledok
Kalkarenit
Formasi
Tersier Bulu
Batugampin
g pasiran,
Miose selang-
seling
n batugampin
Formasi g klastik
Batugampin
Ngrayon g gloukonit
g
Awal Formasi Batugampin
Tawun g pasiran
sisipan
napal
Batugampin
g, batupasir
kuarsa
selang-
seling
batugampin
g klastik
Napal
pasiran dan
batugampin
g bioklastik
BAB III
DASAR TEORI
Semen mempunyai arti kata yang mampu mengikat partikel-partikel menjadi satu.( Riyanto
pada Tahun 1991). Istilah semen pertama kali dikemukakan pada zaman Roma yang
mendapatkan bahwa campuran kapur tohor Gamping yang sudah dibakar (CO) dengan abu
vulkanik dari kata Puzzuoli dapat menimbulkan reaksi terjadinya gumpalan yang menghablur
kembali dan mengeras oleh bangsa Roma disebut sebagai Puzzoland Cement. Kemudian pada
tahun 1824 oleh Joseph Aspdin, menjadi Portland cement dan semen Portland, yang sekarang
ini banyak diproduksi oleh banyak industri semen yang ada di Indonesia saat ini. Industri
Pertambangan merupakan suatu industri yang bergerak dibidang bahan galian logam maupun
nonlogam, dan disisi lain pertambangan memiliki peranan yang sangat penting di berbagai
sektor industri lainnya, seperti industri keramik, industri bahan bangunan, dan lain
sebagainya. Semen merupakan salah satu bahan yang dimanfaatkan oleh industri bahan
bangunan, dimana produk tersebut dapat memberikan kontribusi pada industri pertambangan,
karena menggunakan bahan campuran yang di pakai dalam pembuatan semen terdiri dari
beberapa bahan galian golongan C ( bahan galian industri ), yaitu seperti : batu kapur atau
gamping, dan lempung atau tanah liat.
Batu gamping dipakai sebagai bahan baku utama, dan lempung atau tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir
berupa padatan berbentuk bubuk ( bulk ), Tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
pencampuran dengan air. Batu kapur atau gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida ( CaO), sedangakan
lempung atau tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : silika Oksida ( SiO2), Alumina Oksida (AI2O3), besi oksida
(Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO) . Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk
membentukClinkernya, kemudian dihancurkan dan ditambah dengan Gips ( gypsum ) dalam jumlah yang sesuai dengan ukuran
komposisi yang dibutuhkan.
Crusher merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menghancurkan jenis batuan yang
keras dengan alat alat yang mendukung dalam proses pengahancuran :
- Dump truck
- Hopper
- Feeder
Bahan baku yang diperoleh dari hasil penambangan dan diangkut dengan mengunakan dump
truck kemudian dimasukan kedalam hopper. Fungsi dari alat hopper ini sendiri sebagai alat
penampungan awal untuk memasukan ukuran batuan kedalam crusher.
Hopper digunakan untuk menampung batu kapur yang tidak menggunakan kisi kisi
dibagian atasnya sedangkan yang diperlukan untuk menampung tanah liat, silica dan pasir
besi, dilengkapi dengan kisi kisi . Kisi kisi ini berguna untuk menyaring bahan yang
ukuran diameternya lebih besar dan diperkirakan dapat mengangu system kerja crusher.Alat
penghancur crusher dilengkapi dengan sebuah alat yaitu alat yang berfungsi untuk
mengumpankan bahan baku yang masuk kedalam alat tersebut yang
dinamakan feeder.Crusher berfungsi untuk menghancurkan batu kapur. Crusher terdiri dari
dua bagian yaitu, Bagian yang pertama disebut vibrator kegunaan untuk mengayak atau
menyaring batu kapur. Sehingga batu kapur yang ukuranya lebih kecil akan langsung jatuh
menuju pada belt conveyor. batu kapur yang tertinggal akan secara langsung menuju bagian
yang kedua yaitu bagian yang memeliki alat pengahancur yang dinamakan Hammer. Setelah
mengalami penghancuran batu kapur tersebut akan jatuh menuju belt conveyor yang sama.
Crusher yang digunakan untuk menghancurkan tanah liat dan silica tidak dilengkapi dengan
bagian hammer. Hal ini dilakukan karena bahan bahan tersebut cukup lunak dan terjadinya
proses penghancuran pada bahan bahan seperti tanah liat, silica, pasir besi yang hanya
merupakan proses penggilingan / penghancuran menjadi bahan bahan dengan ukuran lebih
kecil. Setelah mengalami proses penghancuran bahan bahan tersebut dikirim menuju tempat
penyimpanan yaitu Stock Pile dengan menggunakan belt conveyor.
Penyimpanan bahan baku terdiri dari bagian utama :
- Stock Pile
- Bin
Sedangkan alat alat penunjang yang membantu dalam penyimpanan bahan baku adalah:
- Tripper
- Reclaimer
Pada umumnya Stock Pile dibagi menjadi dua bagian yaitu sisi kanan dan sisi kiri. Stock
Pile memeliki bentuk kesamaan yang sama yaitu sebagai tempat penyimpanan bahan baku
digunakan tripper. Stock Pile juga dilengkapi oleh reclaimer , reclaimer ini berfungsi untuk
memindahkan atau mengambil raw material dari Stock Pile ke belt conveyor dengan kapasitas
tertentu dan Sesuai dengan jumlah kebutuhan kerja alat itu sendiri. Kegunaannya untuk
menghomogenkan bahan baku yang akan dipindahkan ke belt conveyor.Selanjutnya bahan
baku dikirim dengan menggunakan belt conveyor menuju tempat penyimpanan kedua.
merupakan awalan masukan proses pembuatan semen yaitu Bin.Semua Bin dilengkapi dengan
alat penditeksi ketinggian atau level indicator. Sehingga apabila Bin tersebut sudah penuh
maka secara otomatis material - material tersebut dimasukan kedalam alat yang
dinamakan bin setetelah itu akan terhenti.Khusus dalam penaganan gypsum. Stock
Pile gypsum tidak dilengkapi dengan reclaimer di daerah Stock Pile. Gypsum dimasukan
kedalam Hopperdengan menggunakan truck penyodok dan dikirim kedalam Bin dengan
menggunakan belt conveyor kapasitas Hopper ini adalah 50 ton.
3.1. DEFINISI CRUSHER
Crusher merupakan mesin yang dirancang untuk menghancurkan/mereduksi ukuran dari suatu jenis material. Crusher dapat
digunakan untuk mengurangi ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah lebih lanjut. Cruseher merupakan
alat yang digunakan dalam proses crushing, Crushing merupakan proses yang bertujuan untuk meliberasi mineral yang diinginkan dari
mineral pengotornya. Crushing biasanya dilakukan dengan proses kering, dan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Prymary crushing,
secondary crushing, dan fine crushing.
Prymari crushing merupakan Merupakan peremukan tahap pertama, alat peremuk yang biasanya digunakan pada tahap ini
adalahJaw Crusher dan Gyratory Crusher. Umpan yang digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan dengan ukuran berkisar
1500 mm, dengan ukuran setting antara 30 mm sampai 100 mm. Ukuran terbesar dari produk peremukan tahap pertama biasanya
kurang dari 200 mm.
Secondary Cruher merupakan peremukan tahap kedua, alat peremuk yang digunakan adalah Jaw Crusher ukuran
kecil, Gyratory Crusher ukuran kecil, Cone Crusher, Hammer Mill dan Rolls. Umpan yang digunakan berkisar 150 mm, dengan ukuran
antara 12,5 mm sampai 25,4 mm. Produk terbesar yang dihasilkan adalah 75 m.
Fine crushing merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing, alat yang digunakan adalah Rolls, Dry Ball Mills,
Disc Mills dan Ring Mills. Umpan yang biasanya digunakan kurang dari 25,4 mm.untuk memperkecil material hasil penambangan yang
umumnya masih berukuran bongkah digunakan alat peremuk. Material hasil dari peremukan kemudian dilakukan pengayakan atau
screening yang akan menghasilkan dua macam produk yaitu produk yang lolos ayakan yang disebut undersize yang merupakan produk
yang akan diolah lebih lanjut atau sebagai produk akhir, dan material yang tidak lolos ayakan yang disebut oversize yang merupakan
produk yang harus dilakukan peremukan ulang.
4. Cone Crusher
Cone Crusher adalah type crusher yang cukup spesial dan customize, prinsip kerja dari
Cone Crusher ini yaitu menghimpit material secara vertical rotary dengan kecepatan rpm yang
cukup sedang sekitar 500 rpm dan bertumpu pada kekuatan pegas. Cone Crusher ini biasa
digunakan sebagai secundery crusher, crusher lanjutan yaitu menghancurkan batuan dengan
ukuran sekitar 5 - 10 cm utk menghasilkan ukuran yang dikehendaki. Kelebihan dari mesin
Cone Crusher ini yaitu bisa menghasilkan struktur pecahan batu yang relatif homogen dengan
bentuk cubical ( kotak) , sehingga sangat cocok untuk memproduksi batu tensla / batu pecah
yang digunakan untuk pembuatan jalan raya.
5. Shredder / Crusher Potong
Crusher Potong / Shredder adalah type crusher yang berfungsi multiguna, bekerja dengan
prinsip memotong material dengan sistem rotary dan terdiri dari gigi pisau yang jumlah nya
relatif banyak. Mesin Crusher ini biasa digunakan untuk menghancurkan / mereduksi ukuran
menjadi serpihan kecil-kecil dari berbagai jenis limbah industri, seperti limbah otomotif,
limbah elektronik, limbah cat, limbah kertas karton, limbah logam plant, dsb.
6. Crusher Plastik.
Crusher ini merupakan type crusher potong juga, tetapi memiliki konstruksi yang agak
berbeda, berkerja dengan sistem potong rotary dengan kecepatan rpm yg cukup tinggi. Biasa
digunakan untuk menghancurkan segala jenis material yang terbuat dari bahan plastik menjadi
serpihan dengan ukuran sekitar 1 cm2.
7. Hammer Mill
Mesin Crusher jenis Hammer Mill ini adalah mesin crusher yang bekerja dengan prinsip pukul
rotary dengan kecepatan rmp yang tinggi. Hampir sama dengan Impact Crusher, tetapi utk
hammer mill biasa menghasilkan produk dengan kehalusan mencapai 80 mesh.
Mesin Hammer mill ini biasa digunakan untuk memproduksi pasir halus, konsentrat mineral,
mineral ore, tepung batu-batuan yg unsur unsur pembentuknya berupa butiran halus seperti
kapur, dolomite, zeolit, dsb.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. PERSIAPAN BAHAN
Penambangan bahan baku di PT. Semen Gresik, Pabrik Tuban meliputi batu kapur (limestone) dan tanah liat (clay), yang dapat
dipenuhi sendiri oleh PT Semen Gresik Tuban.Untuk bahan tambahannya adalah pasir besi diambil dari Jepara, Probolinggo, Cilacap,
Banyuwangi. Oleh karena pasir besi sudah tidak dipakai lagi maka diganti dengan copper slag yang diperoleh dari Gresik. Sedangkan
untuk pasir silika didatangkan dari Bangkalan, Cilacap, Banyuwangi, Cilacap, dan Banyuwangi. Untuk bahan penolong berupa gypsum
dan trass di datangkan dari petrokimia gresik.
Pada unit penyiapan bahan ini meliputi bahan berupa batu kapur dan tanah liat dari penambangan sampai pemecahan awal,
karena untuk batu kapur dan tanah liat di penuhi sendiri oleh PT.semen Gresik.
3. Pengeboran (Drilling)
Untuk penambangan batu kapur terlebih dahulu dilakukan pengeboran guna pembuatan lubang ledak (Blast Hole). Jarak dan
kedalaman lubang bor di sesuaikan dengan kondisi operasi penambangan, yaitu ;
- Diameter lubang : 3 inch
- Kedalaman : 6 9 meter
- Jarak antar lubang 1,5 3 meter.
Peralatan yang di pakai adalah crawl drill dan kompresor.
4. Peledakan (blasting)
Langka pertama peledakan adalah mengisi lubang yang dibor dengan bahan peledak. Lubang yang tidak diisi dengan bahan peledak
berfungsi untuk menahan getaran dan retakan akan ledakan yang di timbulkan.
Bahan peledak yang digunakan terdiri atas ;
- Demotin (Dinamit Amonion Gelatin) sebagai bahan peledak primer
- ANFO (Campuran 96% Amonium Nitrat dan 4% Fuel Oil) sebagai bahan peledak sekunder.
- Detonator sebagai alat pemicu peledakan.material yang diperoleh berukuran maksimal 1,2 meter dengan jumlah
ledakan 40 kali.
5. Pengerukan dan pemuatan ( Hauling and loading )
Batu kapur yang diledakan dikeruk dan diangkut dengan alat angkut shovel dan loader. Selanjutnya diangkut oleh dump truk crusher
dan storage.
6. Penghancuran (Crushing)
Proses penhancuran batu kapur dilalukan di limestone crusher dengan type hammer mill. Di dalam crusher batu kapur mengalami size
reduction dari yang berukuran 80 cm menjadi 10 cm. Tujuan dari proses ini untuk memudahkan dalam proses selanjutnya.
Berdasarkan kadarnya, batu kapur yang berada di temandang dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Batu kapur jenis High Grade (HG) dengan kadar CaO > 51%
2. Batu kapur jenis Medium Grade (MG) dengan kadar CaO antara 49% - 51 %
3. Batu Kapur jenis Low Grade (LG) dengan kadar CaO < 49%
Adapun sifat dari batu kapur adalah sebagai berikut :
a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap : Kaca, dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga
c. Hammer Mill
Hammer Mill merupakan bagian utama pemecah batu kapur yang telah disaring
oleh wobbler feeder. Hammer Mill Crusher terdiri dari 3 ( tiga ) baris dan masing masing
baris terdiri 6 buah hammer.Hammer Crusher ini mempunyai tipe Non Clog Hammer
Mill dengan spesifikasi 7270 HMIS 07 NC CB ,
d. Breaker Plate
Breaker Plate adalah bagian yang berada didepan hammer yang berupa
lempengan logam yang disambung menyerupai antai dan berputar searah jatuhnya
material. Bagian ini berfungsi sebagai penahan batu kapur yang dihentakkan atau
dilemparkan oleh hammer millagar dapat menjadi pecahan material yang lebih kecil dan
untuk mencegah terjadinya penimbunan material. Jarak antara top hammer dengan
Breaker Plate adalah 5 mm , dengan penggeraknya motor induksi 10 Hp putaran 1430
Rpm yang direduksi oleh reducer menjadi 11 RPM.
e. Cleaning Bar
Cleaning bar merupakan bagian yang hampir sama dengan Breaker Plate,
tapi berada di belakang hammer mill berfungsi sebagai pembersih sisa-sisa batuan.
Penggerak cleaning bar ini motor 10 HP dengan rpm 1430 yang direkduksi oleh
reducer menjai 30 rpm. Selanjutnya ditransmisikan kembali melalui roller chain
dengan reduksi sprocket menjadi 12.9 Rpm.
f. Fly Wheel
Fly whell berupa roda gila yang terpasang pada poros hammer untuk menjaga
putaran poros hammer menjadi stabil. Dengan menggunakan momen kelembabaman dari
fly wheel tersebut diharapkan jika terjadi hentakan mendadak karena ada batu keras atau
besar beban poros hammer tidak terlalu besar perbedaannya.
4.4.2. Pemeliharaan
Pengoperasian Alat Crusher dikendalikan dari Control Room (CCR )
masing-masing sehingga mempermudah dalam pengontrolan dan tidak perlu
operator yang berlebihan.
Beberapa hal hal yang harus diperhatikan setiap akan start peralatan adalah :
Pastikan kondisi sekitar peralatan aman dari orang
Pastikan kondisi peralatan yang akan dijalankan dalam kondisi siap dijalankan ,pengecekan meliputi :
- Cek kelengkapan komponen peralatan.
- Cek kekencangan semua sambungan baut-baut dan lain 2
- Pastikan tidak ada benda asing yang berada di dalam atau sekitar peralatan sehingga dapat menggangu
jalannya alat.
- Cek semua control yang ada dilapangan berfungsi semua dan dalam posisi on.
4.4.2.2.Crusher Untuk Tanah Liat (Clay Crusher)
b. Appron Feeder
Appron Feeder , pralatan ini berfungsi sebagai pembawa material dari hopper masuk ke bagian pemecah material (
Clay Cutter ) Appron Feeder ini digerakkan oleh motor dengan reduction gear box menjadi 2.16 rpm.
c. Clay Cutter
Clay Cutter adalah bagian berupa dua buah motor yang berisi blade cutter untuk memecah tanah liat. Dua buah roller
tersebut berputar dengan putaran yang berbeda , yaitu slow roller axle ( Putaran Pelan ) dan Fast Roller Axle (
Putaran Cepat ) yang digerakkan oleh motor yang terpisah.
- Slow Roller axle
Digerakkan oleh motor 110 Kw dengan kecepatan putar 735 rpm dan direduksi melalui Belt pulley menjadi 78.4
rpm. Fungsi utama slow roller ini untuk mendorong material tanah liat kearah bawah. Kedua roller axle ini
berdiameter sama 650 mm.
b. Tripper
Sebagai alat pencurah akhir dari produk crusher yang didalamnya juga terdapat Belt Conveyor. Tripper ini sistem
kerjanya adalah berjalan bolak balik sepanjang pile yang telah ditentukan. Penentuan pile ini mengunakan target
target yang ada, pada saat ini Limestone Storage sepanjang lebih kurang 300 meter dibagi menjadi empat zone pile
rata-rata 75 meter ( zone I , II , III , IV ) .Pembuatan pile dengan alat pencurah tripper ini untuk membuat material
umpan dalam pile nantinya bisa menjadi lebih homogen.
Tripper ini bekerjanya dikontrol oleh unit control Allen Bradley LSC- 500 yang dapat deprogram. LSC-500
menyediakan alat control untuk semua motor penggerak tripper dan interlock logic , dimana alat ini terpasang pada
control panel Tripper. Semua peralatan lapangan, seperti end of travel switch, tension switch, dan lain-lain
merupakan input control yang dihubungkan dengan kabel control dibawa ke LSC-500. Interface signal dari / ke DCS
yang dari Tripper melalui multi Conductor kable. Kable control digulung dalam cable drum yang digerakkan oleh
motor 380 V, demikian juga untuk Cable Power motor penggerak Tripper. Tripper ini dapat dioperasikan secara manual
atau otomatis melalui control panel pada tripper atau melalui DCS.
3. Belt conveyor
Fungsi : mengangkut tanah liat dari clay crusher ke
mix bed storage
kapasitas : 600 ton/jam
kecepatan : 0,5 m/det
Lebar : 1.200 mm
Panjang : 16 900 mm
Motor : 11 Kw, 1.500 rpm
Bahan : Rubber
Jumlah : 1 buah
Mixed pile kosong ( isi penuh = 45.000 ton dengan panjang 150 m ) berdasarkan laporan atau pengisian
mixed pile sesuai kesepakatan ( kurang dari 45.000 ton sesuai panjang pengisian pile).
Posisi reclaimer sudah pindah di posisi mixed pile yang masih penuh.
Jika telah ditetapkan untuk beroperasi maka melakukan perhitungan kebutuhan material batu kapur dan
tanah liat berdasarkan komposisi yang telah ditetapkan oleh laboratorium.
Mixed pile (Limestone Clay) dan correction penuh, sehingga tidak ada tempat untuk mengisi lagi, maka
peralatan di-standby-kan.
Bila ada salah satu alat penunjang (misal alat transport) atau alat utama mengalami gangguan sehingga
tidak dapat operasi, maka semua peralatan di-standby-kan dan dilakukan perbaikan.
I. TUJUAN
1. Memberikan petunjuk cara pembuatan mixed pile (campuran Limestone-Clay).
2. Menjamin hasil pembuatan pile yang berkualitas sesuai yang dipersyaratkan sehingga dapat dipertanggung
jawabkan keakurasiannya sesuai dengan kebutuhan dan jaminan terhadap peralatan yang dipergunakan.
3. Menjamin sistem dokumentasi yang dipersyaratkan, terkontrol dan terkendali.
1. Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses dan Raw Mill.
2. Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan utama
(Limestone Crusher dan Clay Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
3. Posisikan tripper dengan manual di area yang akan diisi material mixed (pile yang kosong).
4. Start group transport pile mulai dari Tripper (241TR1) sampai dengan 241BC1 atau 241BC2.
5. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan beroperasi dengan normal.
6. Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan start goup Limestone Crusher dan
Clay Crusher.
7. Start group Limestone Crusher (231CR1 atau 231CR2) dan Clay Crusher (251CR1).
8. Start Wobbler Feeder (231FE1 atau 231FE2) dan Appron Clay (251AC1) secara bersamaan.
9. Kendalikan feed limestone kurang lebih 1500 Ton/jam dan feed clay menyesuaikan setting prosentase yang
ditetapkan.
10. Kendalikan operasi sampai kondisi normal dengan proporsi material Limestone dan Clay dari Pengendalian
Proses.
11. Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat perolehan produksi di setiap akhir shift.
1. Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses dan Raw Mill.
2. Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan utama
(Limestone Crusher dan Clay Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
3. Posisikan selector lapangan dan tripper dengan manual di area yang akan diisi material mixed (pile yang
kosong).
4. Pastikan selector 242BC6 atau 243BC6 mengarah ke Secondary Crusher 242CR1 atau 243CR1 (forward) kecuali
dengan alasan yang kuat bisa tanpa Secondary Crusher (by pass / reverse).
5. Start group transport pile mulai dari Tripper (242TR1 atau 243TR1) sampai dengan 242BC4 atau 243BC4 dan
Clay Crusher (252CR1 atau 253CR1).
6. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan beroperasi dengan normal.
7. Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan start group Limestone Crusher.
8. Start group Limestone Crusher mulai 242BC3 atau 243BC3 dilanjutkan :
- 242BC1 atau 242BC2 sampai 232CR1 atau 232CR2 (Tuban2).
- 243BC1 atau 243BC2 sampai 233CR1 atau 233CR2 (Tuban3).
9. Start Wobbler Feeder untuk pengisian Surge Bin (242AC1 atau 243AC1).
10. Jika level Surge Bin di atas 50%, start Appron 242AC1 atau 243AC1 dan kendalikan feed kurang lebih 1500
T/jam.
11. Start Appron Clay setelah Appron Surge Bin dengan interval waktu 5 menit untuk Tuban 2 dan 13 menit untuk
Tuban 3 dengan feed clay menyesuaikan setting prosentase yang ditetapkan.
12. Kendalikan operasi sampai kondisi normal dengan proporsi material Limestone dan Clay dari Pengendalian
Proses.
13. Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat perolehan produksi di setiap akhir shift.
3.1. Tuban 1:
Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan start group Limestone Crusher
dan Clay Crusher.
Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses dan Raw Mill.
Posisikan tripper dengan manual di area yang akan diisi material mixed (pile yang kosong).
Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan utama
(Limestone Crusher dan Clay Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
Start group transport pile mulai dari Tripper (241TR1) sampai dengan 241BC1 atau 241BC2.
Kendalikan operasi sampai kondisi normal dengan proporsi material Limestone dan Clay dari
Pengendalian Proses.
Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat perolehan produksi di setiap akhir shift.
Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses dan Raw Mill.
Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan utama
(Limestone Crusher dan Clay Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
Posisikan selector lapangan dan tripper dengan manual di area yang akan diisi material mixed (pile yang
kosong).
Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat perolehan produksi di setiap akhir shift.
Pastikan selector 242BC6 atau 243BC6 mengarah ke Secondary Crusher 242CR1 atau 243CR1 (forward)
kecuali dengan alasan yang kuat bisa tanpa Secondary Crusher (by pass / reverse).
Start group transport pile mulai dari Tripper (242TR1 atau 243TR1) sampai dengan 242 BC4 atau 243
BC4 dan Clay Crusher 252CR1 atau 253CR1.
Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan start group Limestone Crusher.
Kendalikan operasi sampai kondisi normal dengan proporsi material Limestone dan Clay dari
Pengendalian Proses.
Jika level Surge Bin di atas 50%, start Appron 242AC1 atau 243AC1 dan kendalikan feed kurang lebih
1500 ton/jam.
Start Appron Clay setelah Appron Surge Bin dengan interval waktu 5 menit untuk Tuban 2 dan 13 menit
untuk Tuban 3 dengan feed clay menyesuaikan setting prosentase yang ditetapkan.
IV. ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN
I. TUJUAN
1. Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses, Raw Mill dan Swadaya.
2. Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan utama
(Limestone Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
3. Posisikan selector CCR untuk 241BC5 ke arah Correction Pile.
4. Start group transport pile mulai dari 241BC5 sampai dengan 241BC1 atau 241BC2. Pantau dan amati sampai
kondisi peralatan beroperasi dengan normal.
5. Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan start goup Limestone Crusher (231CR1
atau 231CR2).
6. Start group Limestone Crusher.
7. Start Wobbler Feeder dan kendalikan operasi sampai kondisi normal dengan feed limestone kurang lebih 1500
Ton/jam.
8. Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat perolehan produksi di akhir shift.
1. Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses, Raw Mill dan Swadaya.
2. Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan utama
(Limestone Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
3. Posisikan selector lapangan dan tripper secara manual di area yang akan diisi correction (pile
correction).
4. Pastikan selector 242BC6 atau 243BC6 mengarah ke Secondary Crusher 242CR1 atau 243CR1 (forward)
kecuali dengan alasan yang kuat bisa tanpa Secondary Crusher (by pass / reverse).
5. Start group transport pile mulai dari Tripper (242TR1 atau 243TR1) sampai dengan 242BC4 atau
243BC4. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan beroperasi dengan normal.
6. Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan start group Limestone Crusher
(Crusher 1 atau Crusher 2)
7. Start Wobbler Feeder dan kendalikan operasi sampai kondisi normal untuk mengisi Surge Bin Bin
(242AC1 atau 243AC1).
8. Jika level Surge Bin di atas 50% start appron 242AC1 atau 243AC1 dan kendalikan feed kurang lebih
1500 T/jam.
9. Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat perolehan produksi di akhir shift.
3.1 Tuban 1:
Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses, Raw Mill dan Swadaya.
Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan utama
(Limestone Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
Start group Limestone Crusher.
Start Wobbler Feeder dan kendalikan operasi sampai kondisi normal dengan feed limestone kurang lebih
1500 Ton/jam.
Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat perolehan produksi di setiap akhir shift.
Start group transport pile mulai dari 241BC5 sampai dengan 241BC1 atau 241BC2. Pantau dan amati
sampai kondisi peralatan beroperasi dengan normal.
Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan start group Limestone Crusher
(231CR1 atau 231CR2).
Berdasarkan rencana pembuatan pile, lakukan koordinasi dengan Pengawasan Tambang, PT. UTSG,
Pengendalian Proses, Raw Mill dan Swadaya.
Lakukan pengecekan lapangan terhadap semua peralatan mulai transport pile dan peralatan utama
(Limestone Crusher) dan dinyatakan layak operasi serta aman.
Posisikan selector lapangan dan tripper secara manual di area yang akan diisi correction (pile correction).
Pastikan selector 242BC6 atau 243BC6 mengarah ke Secondary Crusher 242CR1 atau 243CR1 (forward)
kecuali dengan alasan yang kuat bisa tanpa Secondary Crusher (by pass / reverse).
Hubungi Main Sub untuk memastikan tegangan cukup untuk melakukan start group Limestone Crusher
(Crusher 1 atau Crusher 2).
Start Wobbler Feeder dan kendalikan operasi sampai kondisi normal untuk mengisi Surge Bin Bin
(242AC1 atau 243AC1).
Jika level Surge Bin di atas 50% start appron 242AC1 atau 243AC1 dan kendalikan feed kurang lebih
1500 ton/jam.
Start group transport pile mulai dari Tripper (242TR1 atau 243TR1) sampai dengan 242BC4 atau
243BC4. Pantau dan amati sampai kondisi peralatan beroperasi dengan normal.
Catat setiap jam kondisi operasional, masalah yang ada dan catat perolehan produksi di setiap akhir shift.
IV. ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN
I. TUJUAN
1. Memberikan petunjuk cara melakukan inspeksi peralatan Crusher.
2. Menjamin hasil inspeksi yang baik sesuai yang dipersyaratkan sehingga dapat dipertanggung jawabkan kevalidannya sesuai dengan
kebutuhan.
3. Menjamin sistem dokumentasi yang dipersyaratkan, terkontrol dan terkendali.
a. Sprocket & chain Periksa kondisi sprocket, kekencangan rantai dan baut pengikat.
b. Link bar & shaft Periksa kondisi link bar ,linkpin dan bronze bushung ( bergeser, retak & aus )
c. Lubrikasi Periksa pelumasan pada bearing dan sprocket.
d. Drive unit Periksa kondisi motor, reducer, tentang : getaran, panas dan kelainan suara.
e. Lain-lain Periksa kelainan pada alat, baut pengikat dan bersihkan kotoran.
2.2. INSPEKSI ROTOR HAMMER
a. Hammer, shaft, liner Periksa kondisi hammer terhadap geseran dengan liner
b. Rubber bushing Periksa kondisi rubber bushing (pecah, kendor, lepas).
c. Bearing rotor hammer Periksa baut pengikat bearing, pelumasan, panas dan kelainan suara.
d. Lubrikasi Periksa tekanan sirkulasi pelumasan bearing : 20-30 psi.
e. Drive unit Periksa kondisi motor, fly wheel tentang getaran, panas dan suara.
f. Lain-lain Periksa kelainan pada alat, baut pengikat dan bersihkan kotoran.
2.3. INSPEKSI WOBBLER FEEDER
a. Sprocket dan rantai Periksa kondisi sprocket, kekencangan rantai dan baut pengikat.
b. Wobbler bars Periksa kondisi wobbler bars, mungkin bergeser.
c. Hidrolik dan lubrikasi Periksa splai tekanan hidrolik kekencangan rantai : 75 - 85 psi.
d. Lubrikasi Periksa tekanan sirkulasi pelumasan bearing : 20 -30 psi.
e. Drive unit Periksa kondisi motor, fly wheel tentang getaran, panas dan kelainan suara.
f. Lain-lain Periksa kelainan pada alat, baut pengikat dan bersihkan kotoran.
Periksa kondisi motor, reducer, tentang : getaran, panas dan kelainan suara
Periksa kondisi motor, fly wheel tentang getaran, panas dan suara.
Periksa kondisi motor, fan, v-belt, tentang getaran, panas dan kelainan suara.
Periksa kondisi motor, reducer tentang : getaran, panas dan kelainan suara.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Program kegiatan praktek kerja lapangan yang telah kami melaksanakan kurang lebih selama 30 hari, terdapat persamaan
dan juga perbedaan antara aspek-aspek pengetahuan, pemahaman dan keterampilan secara teoritis yang telah diperoleh selama di bangku
kuliah, dengan kenyataan yang ada dilapangan.Dan hal itu justru dapat saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Semoga dengan kerja
praktek ini dapat tercipta kesatuan wawasan, pengertian dan gerak langkah antara semua pihak yang terlibat sehingga memungkinkan
terwujudnya atmosfir yang komunikatif dan dinamis dalam pelaksanaan kerja praktek sesungguhnya. Adapun hal-hal penting yang dapat disimpulkan
diantaranya:
1. kerja Praktek merupakan sarana atau wadah untuk menerapkanteori yang didapat selama
kuliah dengan keadaan dilapangan..
2. Pada umumnya kegiatan PKL ini berjalan cukup baik. Namun kami belum sepenuhnya
merasakan bagaimana sebenarnya dunia kerja itu karenatidak jelasnya kegiatan apa saja
yang harus kami lakukan di perusahaan. Tapi ada beberapa hal juga yang memang harus dibenahi
oleh pihak Jurusan agar nantinya dapat menjadikan kegiatan PKL di masa mendatang berjalan jauh
lebih baik lagi.
B. SARAN
Adapun saran yang bisa dipertimbangkan dari Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di PT.Semen Gresik (Persero) Tbk. antara lain :
1. Selama kami melakukan Praktek Kerja Lapangan fasilitas APD (Alat Pelindung Diri) yang kami gunakan tidak sesuai yang kami
harapkan misalnya kacamata, dan ear protector tidak di sediakan oleh bagian K-3.
2. Selama kami melakukan Praktek Kerja Lapangan,seringkali terdapat pekerja dan tamu luar pabrik yang kurang memiliki kesadaran
dalam memanfaatkan APD (Alat Pelindung Diri) yang ada, guna keselamatan diri.