Anda di halaman 1dari 15

Sediaan Kosmetika Wajah Untuk Pria

Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ yang letaknya paling luar untuk melidungi
kerangka manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 2 m2 dengan berat kira-kira
16% dari berat tubuh. Kulit mempunyai berbagai fungsi sebagai perlindung,
penyerap, indera perasa, dan fungsi ekskresi (Setiabudi, 2008). Kulit pada bagian
manusia bervariasi tergantung ketebalan dan keelastisitasannya. Kulit yang elastis
dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan
tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa, kulit yang tipis terdapat pada
muka, dan kulit yang berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2003).
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan
epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas
yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan
ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009).

Gambar. Anatomi Kulit

a. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale (Djuanda, 2003).
1. Stratum Korneum
Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri dari
beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak mempunyai inti sel, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) (Djuanda, 2003).
2. Stratum Lusidum
Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan
lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi
protein yang disebut eleidin, lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan
dan kaki (Djuanda, 2003).
3. Stratum Granulosum
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin
(Djuanda, 2003).
4. Stratum Spinosum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat
ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosun
terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril
atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat
kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel
Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen (Djuanda,
2003).
5. Stratum Germinativum
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan
epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami mitosis dan berfungsi
reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk
kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu
dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin atau clear cell
yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti
gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) (Djuanda, 2003).

2
b. Lapisan Dermis
Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis
yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis
dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis
besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke
epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare
yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas
serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar
lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di
bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung
hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah
umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda.
Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang
serta lebih elastis (Djuanda, 2003).

c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,
besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel
ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula
yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai
cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung
pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak
mata dan penis sangat sedikit.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus
profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil
dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan
anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan
dengan pembuluh darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003).

3
2.1.2.Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku.
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar
palit. Ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil,
terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang
lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003).
Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan
berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan
bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan
terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada
beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan
emosional (Djuanda, 2003).
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila,
areola mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada
manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan
mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan
glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2003).
Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di
telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak
berlumen dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar.
Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat
pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam
lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone
androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi
lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003).
Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian
kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di
atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan
yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku
keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak
mencekung membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian

4
proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas
disebut hiponikium (Djuanda, 2003).
Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang
berada di luar kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan
rambut halus, tidak mengandung pigmen dan terdapat pada bayi, dan rambut
terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai
medula, dan terdapat pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain rambut di
kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan
janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di
dahi dan badan lain disebut rambut velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase
anagen berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per
hari. Fase telogen berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut
terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%, hydrogen
6,36%; nitrogen 17,14%; sulfur 5% dan oksigen 20,80% (Djuanda, 2003).
2.1.3. Prinsip Sediaan Muka Pria
Secara biologis, struktur kulit wajah pria sama dengan wanita namun
memiliki perbedaan dalam beberapa hal karena pengaruh hormonal, yaitu
hormone testosterone. Perbedaan yang terjadi adalah kulit pria menjadi lebih tebal
dibanding wanita. Selain itu pengaruh hormone testosterone membuat wajah pria
menjadi lebih berambut, lebih kasar dengan pori-pori yang lebih besar. Selain itu
produksi minyak dari sebum pria memiliki konsistensi lebih padat dari wanita.
Hal ini menyebabkan pria lebih mudah berjerawat jika pembersihan wajah tidak
dilakukan secara efektif dan usia jerawat menjadi lebih panjang. Faktor fisiologis
seperti ini yang mendukung betapa perlunya perawatan kulit wajah pada pria
untuk menunjang kebersihan, kesehatan, dan penampilan (Vanderbilt Minerals,
2013).
Sehingga prinsip pembersih wajah pada pria disesuaikan dengan jenis
kulitnya yaitu mengeluarkan berbagai zal yang tidak berguna lagi yang terdapat
pada permukaan kulit yang sudah tercemar kotoran dan sel keratin epidermal yang
sudah terlepas. Namun tindakan pembersihan tersebut bukan berarti harus
membersihkan seluruh zat yang ada, karena ada zat yang tetap diperlukan untuk

5
kulit agar kulit tetap sehat, seperti lapisan lemak permukaan kulit (Vanderbilt
Minerals, 2013).

Formulasi Sediaan Wajah pada Pria


1. Pembersih Wajah

(Vanderbilt Minerals, 2013).


Kegunaan :
- Alkyl benzoate sebagai pelarut
- PEG sebagai pelarut
- Cocamidopropyl betadine pelembab dan penyembuh luka
- Decyl glucoside sebagai bahan pengemulsi
- Preservative sebagai bahan pengawet

2. Krim Anti Jerawat

(Zain, 2012).

6
Kegunaan :
- Propolis dan Jeruk Nipis sebagai zat aktif yang memiliki khasiat anti
bakteri
- Gliserin sebagai bahan pengawet, stabilitator dan membantu air atau
alcohol sebagai pelarut
- Tokoferol sebagai pro-oksidan
- Setil alkohol sebagai bahan pelunak
- Propilen glikol sebagai humektan
- Metil paraben (Nipagin) sebagai pengawet
- Propil paraben (Nipasol) sebagai pengawet
- Gliserin monostearat digunakan sebagai pengemulsi nonionic
- Natrium lauril sulfat sebagai surfaktan.
(Zain, 2012).

Sediaan Kosmetika Rambut Untuk Pria


Hair Gel

a.Pengertian dan Kegunaan

Hair gel adalah produk penata rambut pria yang lebih kasar, kaku dan
keras dibanding pomade, karena produk ini membuat rambut tampak
keras, berminyak, dan mengkilap. Penggunaan gel berlebihan bisa
membuat rambut berminyak daripada pomade, dan untuk membuat rambut
tetap teratur dan mengkilap lebih direkomendasikan dengan pomade
karena pomade tidak mengandung alkohol.
Hair gel adalah salah satu produk rambut yang paling tegas untuk
styling pada rambut. Hair gel digunakan untuk memberikan penampilan
yang licin dan rapi biasanya digunakan pada mereka yang memiliki
rambut kering, bisa juga digunakan sebagai produk styling umum jika
diterapkan untuk merendam atau rambut basah. Banyak hair gel digunakan
untuk memberikan / dapat menambahakan definisi ke gaya rambut yang
terlihat kaku dan tidak wajar jika digunakan dengan jumlah banyak.

7
Tujuan dari gel ini adalah membuat rambut kaku dengan gaya rambut
yang diinginkan sehingga akan memberikan penampilan serapi mungkin
karena mereka memiliki jenis gaya rambut yang berbeda-beda.

(Djajadisastra,2004).

b.Formula

Material: %W/W

1. Deionized water 86.74


2. H2OLD EP-1 5.00
3. AMP-95 0.20
4. Lubrajel oil 1.00
5. Thixotrate 2.00
6. Deionized water 4.50
7. Germall 115 0.50
8. Fragrance 0.03
9. Polysorbate 80 0.03

Total 100

(Ernest, 1992).

c. Fungsi Material

1. Air deionisasi
Air Deionisasi ini adalah suatu cara untuk mendapatkan air yang
kualitasnya mendekati Air Suling. Penggunaannya dalam formula ini yaitu
untuk melarutkan bahan-bahan yang larut dalam air tanpa adanya zat
pengotor.

2. H2OLD EP-1
Berbagai Ester Alkil dari PVM / MA Kopolimer, bahan Gantrez dari
Produk Khusus Internasional, adalah salah satu fiksatif pertama yang
diperkenalkan khusus untuk pompa semprotan.Gugus alkil yang berbeda
tersedia dan lagi, sifat dapat disesuaikan dengan mengubah tingkat
netralisasi. Juga dari ISP adalah Vinyl Kaprolaktam / PVP / Kopolimer
Metakrilat dimetilaminoetil, resin larut dalam air disediakan sebagai

8
H2OLD EP-1 dan cocok untuk semprotan VOC bebas 9ilicon dan rendah.
Sebuah akrilat / Hydroxyesters akrilat Kopolimer, Acudyne 255
Rambut fiksatif dari Rohm & Haas, adalah cairan viskositas rendah yang
digunakan untuk memproduksi produk VOC rendah. Ia memiliki berbagai
macam kelarutan dalam 9ilico hydroalcoholic dan berair namun non-norak
dan memberikan retensi keriting tinggi, bahkan di bawah kondisi yang
sangat lembab. Menjadi larut dalam air polimer mudah dihilangkan
dengan shampoo, adalah non-mengelupas setelah menyisir kering dan
memberikan pola semprot baik, bahkan dalam produk kandungan air yang
tinggi.Hal ini diklaim sebagai non-higroskopis, cepat kering dan tidak
menyumbat nozel semprot.

3. AMP
AMP-95 adalah co-dispersant yang sangat efisien untuk
pigmen. Selain itu, AMP-95 memberikan kontribusi terhadap stabilitas pH,
bau rendah, dan sifat anti korosi, selain itu memberikan efek warna yang
lebih tajam.AMP-95 adalah emulsifier efektif untuk polietilen baik oleh
teknik emulsifikasi normal atau dengan tekanan. AMP-95 adalah amina
yang sangat efisien untuk menetralkan gugus asam karboksilat dalam
asam-fungsional resin untuk membuat mereka cocok untuk digunakan
dalam air yang terbawa lapisan dan sediaan berair lainnya. Seperti lapisan
formula menunjukkan kelembaban yang tinggi dan resistensi air yang
lebih besar dari formulasi yang dilakukan berdasarkan netralisasi amin
lainnya.
AMP-95 adalah alkanolamina kinerja tinggi, terbukti sebagai aditif
multifungsi untuk cairan Metalworking. Ini adalah alkalinitas penambah
sangat efisien yang juga memberikan sifat inhibisi
korosi. Penggunaan AMP-95 akan sering meningkatkan blostability
dalam cairan, yang dapat meningkatkan ketahanan cairan. AMP-95
adalah amina paling agresif terhadap binder kobalt dalam perkakas
karbida. Sebagai fitur tambahan, AMP-95 meningkatkan kinerja biocides
triazina, sementara ia mengurangi tingkat formaldehida udara. AMP-

9
95 tidak memberikan kontribusi untuk melepaskan 10ilicon seperti halnya
lainnya amina. AMP-95 merupakan aditif penting untuk perawatan
pribadi 10ilicon10.Hal ini kompatibel dengan 10ilico semua
fiksatif resin.Dapat meningkatkan kekuatan basa dan berat molekul yang
rendah memungkinkan formulator untuk menggunakannya tetapi kurang
signifikan bila digunakan untuk netralisasi resin. Hal ini juga dapat
digunakan untuk menetralisir resin karbomer, diemulsifikasi bersama
sama dengan asam 10ilicon10, membuat amida dan 10ilicon10ve lainnya
digunakan sebagai bahan kosmetik (CTFA / INCI penunjukan : propanol
aminomethyl).

4. Lubrajel oil
Lubrajel Oil adalah cairan dengan viskositas rendah. Meskipun zat
padatnya sama dengan Lubrajel MS, dengan viskositas hanya sekitar 1.000
cps dimana Lubrajel MS memiliki viskositas lebih besar dari 250.000 cps.
Lubrajel Oil merupakan hidrofilik bukan hidrofobik walaupun disebut
oil/minyak.
Meskipun Lubrajel Oil adalah agen kelembaban yang sangat baik,
tetapi sebagian besar sifatnya sangat mirip dengan minyak 10ilicon.Sifat
seperti ini terjadi karena kompleksasi antara dua kopolimer.Lubrajel Oil
adalah pelumas yang sangat baik dan mempunyai karakteristik seperti
spreadability, lembut dan terasa halus untuk krim, lotion dan produk
perawatan matahari.
Lubrajel Oil memiliki sejumlah khasiat yang bermanfaat, ia
digunakan dalam berbagai macam produk. Terutama, digunakan pada
konsentrasi antara 3% dan 5% dalam lotion tangan.Apabila diinginkan
suatu formulasi baru, Lubrajel Oil 10ili diganti dengan minyak 10ilicon.
Formula tersebut tetap akan berminyak dan terasa halus walaupun
mengandung 10ilicon.
Sifat dari Lubrajel Oil yaitu memiliki bentuk cair, viskositas
rendah, tak berwarna, pH dalam suhu 22C yaitu 5.2, viskositas dalam
suhu 22C yaitu 1000 cps (Brookfield DV-II, spindle 3, 50 rpm), Indeks
bias (20 24 C) 1.39, kandungan Methylparaben 0,11% dan

10
Propylparaben 0,03%. Lubrajel Oil umumnya kompatibel dengan sebagian
besar non-ionik senyawa.Asam dan basa kuat, serta zat pengoksidasi,
harus dihindari dalam formulasi.
Lubrajel Oil dalam kondisi baik ditandai dengan memiliki LD lisan
50 lebih besar dari 5 gram per kilogram, tidak menyebabkan iritasi pada
kulit atau mata, dan bukan merupakan sensitizer. Semua bahan baku yang
digunakan dalam Lubrajel Oil adalah dari sintetis atau sayuran segar.
Tetapi tidak ada bahan yang berasal dari hewani.
Lubrajel Oil cukup stabil pada suhu kamar, tetapi tidak
menunjukkan beberapa kerugian viskositas bila disimpan pada kenaikkan
suhu (> 90 F) untuk waktu yang lama.Simpan di suhu kamar dan hindari
kontak dengan asam kuat, alkalis atau Oksidator.Hindari paparan sinar-x.

5. Germal115
DuanamadaganguntukbahankimiainiGermallIIdanGermall
115. Baik dari bahan kimia Germall mengandung agen antijamur yang
baik, dan mereka harus dikombinasikan dengan bahan pengawet
lainnya.Keduanya melepaskan bahan kimia formaldehida, yang dapat
beracun.
6. Polysorbate 80 / Tween 80
Sebagai zat tambahan

7. Fragrance
Sebagai zat tambahan/ zat pewangi (Djajadisastra, 2004).

d.Prosedur Pembuatan

1. Dispersikan H2OLD EP-1 ke dalam air deionisasi.


2. Tambahkan AMP-95 dan aduk hingga campuran terlihat jernih.
3. Tambahkan Lubrajel oil dan aduk hingga beberapa menit kemudian
tambahkan Thixotrate (M1).
4. Tambahkan Germall 115 dalam air deinosisasi pada tempat terpisah
kemudian tambahkan ke dalam campuran M1 dan aduk hingga
terbentuk gel (M2).

11
5. Campur dan aduk Fragrance (parfum) dan polysorbate 80 dalam
tempat terpisah lalu campurkan ke dalam campuran M2 yang telah
berbentuk gel. (Ernest, 1992).

e.Evaluasi Sediaan

2.1.5. Evaluasi Sediaan


1. Uji Mutu Fisik
a. Pengamatan organoleptis
Pengamatan organoleptis terdiri dari warna, bau dan bentuk dari
sediaan (Departemen Kesehatan RI, 1995).
b. Uji pH
Pengujian pH dilakukan dengan cara, menimbang 1 gram sediaan
lalu dilarutkan dengan aquadest 100 ml dan aduk hingga homogen,
kemudian periksa pH menggunakan pH-meter. Nilai pH yang memenuhi
persyaratan adalah sebesar 4,5 6,5 (Rawlins, 2003).
c. Uji Viskositas
Pengujian viskositas menggunakan brookfield viscometer yang
dilakukan dengan cara, pasang spindel yang sesuai lalu celupkan dalam
sediaan lalu catat hasil (Departemen Kesehatan RI, 1995).
d. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar dilakukan dengan cara, timbang sediaan sebanyak
500 mg dan letakkan pada kaca transparan lalu tutup dengan kaca
transparan lainnya dan diberi beban 10 gram, 20 gram, hingga 100 gram
dan biarkan selama 60 detik. Dilakukan hingga memperoleh diameter
sebar yang konstan. Uji daya sebar yang baik sesuai persyaratan yaitu 3
cm 5 cm (Departemen Kesehatan RI, 1995).
e. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara, sejumlah sediaan di oleskan
tipis pada kaca objek yang kering dan bersih lalu tutup dengan cover
glass. Uji homogenitas di amati pada mikroskop. Uji homogenitas

12
dinyatakan baik bila sediaan bertekstur rata dan tidak menggumpal
(Voight, 1994).
f. Uji Kemudahan Tercucikan Air
Uji kemudahan tercucikan air dilakukan dengan cara, oleskan
sediaan sebanyak 1 gram pada telapak tangan dengan luas area 2cm x
2cm lalu dicuci menggunakan sejumlah volume air dengan membilas
tangan. Air yang digunakan untuk mencuci dialirkan melalui buret secara
perlahan lahan, lalu amati secara visual sediaan yang tersisa atau tidak
terdapat sisa pada tangan dan catat volume air yang digunakan (Voight,
1994).

2. Uji Keamanan
Uji Keamanan dilakukan untuk mengetahui adanya iritasi atau tidaknya
pada kulit yang dilakukan dengan melibatkan 10 panelis atau sukarelawan yang
mengoleskan sediaan sebanyak 50 mg pada punggu tangan dengan luas area 2cm
x 2cm lalu amati gejala yang timbul setelah 15, 30 dan 45 menit setelah
pemakaian sediaan tersebut (Voight, 1994).

3. Uji daya bersih


Uji daya bersih dengan cara, bersihkan kedua lengan dengan air dan
keringkan lalu teteskan minyak pada kedua lengan dan ratakan. Oleskan sediaan
pada tangan kanan dan pembanding pada lengan kiri dan urut ringan 2 3 menit.
Bersihkan dengan kapas / tissue. Foto kedua lengan apakah terdapat sisa minyak
atau tidak (Departemen Kesehatan RI, 1995).

4. Uji Aseptabilitas
Uji aseptabilitas bertujuan untuk mengetahui kesukaan konsumen terhadap
produk yang dibuat. dilakukan oleh 10 orang sukarelawan dengan cara melihat
produk, mencium dengan hidung dan meraba produk dengan mengoleskan
sediaan pada tangan (Departemen Kesehatan RI, 1995).

13
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Djajadisastra, J. 2004. Cosmetik stability.Seminar setengah hari HIKI.Depok:
Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia.

Djuanda, S., dan Sri A. S., 2003. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Dermatis.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 126-131.

14
Ernest W. Flick. 1992. Cosmetics and Toiletry Formulations 2nd edition, volume
8.New York: William Andrew Publishing

Rawlins, E. A. (2003). Bentleys Textbook of Pharmaceutics.18th Ed. London :


Bailierre Tindall.
Vanderbilt Minerals. 2013. Mens Care Formulary No. 928. Distributed in the
Interest of Product Development.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Zain, Dicky Muhammad. 2012. Formulasi Krim ANtibakteri dengan Kombinasi
Ekstrak Propolis Lebah (Trigona sp) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia
Swingle). Program Studi Farmasi FMIPA Unisba.

15

Anda mungkin juga menyukai