BAB I
PENDAHULUAN
Geologi merupakan ilmu kebumian. Orang yang mempelajarinya disebut ahli geologi,
geologiawan, atau geologist. Geologi, kelompok ilmu yang mempelajari Bumi secara menyeluruh;
pembentukan, komposisi, sejarah dan proses-proses alam yang telah dan sedang berlangsung
(menjadikan muka bumi seperti saat ini).
Geologi modern berkembang pada akhir abad ke -18, James Hutton merupakan bapak geologi
modern. Pada tahun 1795, James Hutton menerbitkan bukunya yang berjudul: Theory of the Earth
dimana ia mencetuskan doktrin Uniformitarianism (The present is the key to the past, artinya
gaya atau proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini, telah
berlangsung sejak terbentuknya bumi).
Tahun 1912, Alfred Wegener mencetuskan teori pengapungan benua, yang menduga bahwa
pada mulanya benua Amerika Selatan dan Afrika bersatu, dan kemudian berpisah menjadi seperti
saat sekarang yang terpisah oleh samudra Atlantik. Sejak tahun 1960 berkembanglah Teori
Pengapungan Benua ( Continental Drift ) yang sekarang di kenal dengan Teori Tektonik
Lempeng. Teori ini dapat menjelaskan dan menyderhanakan banyak hal mengenai gejala-gejala
alam yang semula di anggap misterius. Seperti gempa bumi yang datangnya secara tiba-tiba dan
gunung api yang tiba-tiba meletus.
Ilmu geologi terus berkembang dan terbagi lagi menjadi ilmu-ilmu yang menjadi dasar geologi.
Cabang-cabang ilmu geologi tersebut diantaranya : Mineralogi, Petrologi, stratigrafi, Paleontologi,
Geologi Struktur, Geomorfologi, Geofisika, Geokimia, dan lain sebagainya.
Untuk masuk ke dalam ilmu geologi yang lebih kompleks diperlukan bekal pengetahuan mengenai
keadaan alam bumi seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita. Gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, badai angin topan, dan banyak lagi jenisnya merupakan hasil atau produk
dari proses yang dapat dipelajari pada ilmu geologi yang lebih spesifik lagi.
BAB II PEMBAHASAN
A. GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI PULAU SUMATERA
Proses pengangkatan pertama dimulai pada Paleogen bawah, pada zaman tersebut terjadi
aktivitas persesaran (fault) dan pembentukan rift atau struktur depresi yang memanjang/ paralel
dengan struktur regional. Pada zaman Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan
sebagian dari bukit barisan sampai di bawah permukaan air laut. Sedimen yang terendapkan
terdapat di bagian barat dan timur dari graben tengah yang sifatnya lokal. Pada zaman Oligo-
Miosen tersebut di Sumatra Selatan terjadi aktifitas volkanisme yang menghasilkan larva andesit.
Pada zaman Miosen tengah terjadi pengangkatan yang besar sehingga membentuk
Geantiklin Sumatra. Pada saat itu terjadi blok patahan-patahan yang diikuti aktivitas vulkanisme.
Intrusi granodiorit terjadi juga pada zaman miosen tengah. Pada zaman ini tidak terjadi penurunan
yang berarti dan terjadi proses pandataran yang cukup lama akibat erosi.
Periode Oregenik yang terakhir terjadi pada zaman Plio-Pleistosen yang mengakibatkan
pembentukan patahan blok dan peremajaan dari rift. Salah satu zone patahan yang terjadi pada
zaman Plio-Pleistosen adalah zone patahan Semangko. Pada zaman Kuarter terjadi kegiatan
gunung api dan kegiatan gunung api pada zaman Kuarter tersebut sebagian besar berasosiasi
dengan sesar, misalnya bila suatu tempat terjadi sesar akan diikuti bentambahnya gunung api yang
baru. Ada juga kegiatan gunung api yang mengakibatkan depresi yang seolah-olah merupakan
hasil dari persesaran.
a) Sumatra Sebelah Barat
Sumatra sebelah barat tersusun atas endapan batuan tersier yang sangat tebal dan bersifat
resistensi terhadap erosi kecil. Singkapan-singkapan batuan yang berumur pretersier di jalur non-
vulkanik sangat jarang ditemukan, sedangkan batuan basalt ditemukan secara lokal. Proses
pengangkatan yang menghasilkan jalur pegunungan non vulkanik terjadi pada zaman Kuarter.
b) Sumatra Sebelah Timur
Pulau Sumatra sebelah timur merupakan bagian dari Dangkalan Sunda terutama yang
tersusun atas batuan sedimen Mesosoikum dan Poleisoikum dan pada bagian atasnya terjadi
intrusi granit. Seluruh daerah ini telah mengalami pendataran dan kenampakan-kenampakan
struktural masih dapat diamati.
1. ZONA SELATAN
v Berupa plato, berlereng miring ke arah selatan yaitu ke arah laut Hindia. Pengikisan banyak
terjadi pada plato.
v Di Jawa Tengah zona ini di tempati oleh dataran aluvial.
v Sebelah utara zona ini berbentuk tebing patahan.
v Pada kala miosen tengah terjadi pelipatan.
2. ZONA TENGAH
v Depresi banyak terjadi di Jawa Timur dan Jawa Barat.
v Muncul gunungapi besar muda, contohnya pada pegunungan Serayu selatan di Jawa Tengah.
v Lembah Serayu banyak terjadi di pegunungan Serayu utara dan selatan.
v Bukit dan pegunungan di Banten.Proses terbentuknya zona ini pada
kala miosen tengahmuda
3. ZONA UTARA
v Pegunungan lipatan bukit-bukit rendah.
v Inti geosinklinal muda.
v Ada selingan gunungapi yang berbatasan dengan dataran aluvial.
v Lipatan pada miosen atas jalur kendeng-Rembang.
v Pengendapan hingga pleistosen.
v Pada pegunungan Kendeng bermaterial gamping.
v Pantai landai dengan endapan dari pegunungan membentuk delta di sebagian besar pantura
Menurut Van Bemmelen, secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibagi ke dalam 7 kondisi geomorfik
sebagai berikut :
1. Vulkan-vulkan berusia kuarter ( Volcanoes-volcanoes)
2. Dataran Aluvial Jawa Utara (Alluvial Palins Nothern Java)
3. Antiklinorium Remban-Madura (Rembang-madura Anticlinorium)
4. Antiklinorium Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng (Bogor, North-Serayu dan
Kendeng-Anticlinorium)
5. Dome dan Igir di Zona Depresi Sentral (Dome and Ridgres in central depretion zone)
6. Zona Depresi Sentral Jawa dan zone Randublatung (Central Depretion zone of Java and
Radublatung zona).
7. Pegunungan Selatan (Southern Mountains)
v Dome dan Igir-igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central
Depression Zone)
Daerah ini berupa pegunungan. Di Jawa Barat adalah pegunungan Bajah yang memanjang dari
Ujung Kulon sampai di Selatan Sukabumi. Bagian tepi Selatan Pegunungan Bajah ini menyentuh
Laut. Di Jawa Tengah, berupa pegunungan Serayu Selatan yang memanjang dari Majenang
sampai ke pegunungan Kulonprogo.
v Zone Depresi Jawa bagian Tengah
Di Jawa Barat zona ini diduduki oleh vulkan-vulkan dalam posisi melingkar (G.Patuhi, G. Tilu, G.
Malabar, G. Mandalawangi, G. Talangabodas, G. Bukittunggal, G. Burangrang dan G. Tangkuban
Perahu). Di Jawa Tengah vulkan-vulkannya posisi yang lurus mengarah Barat Timur.
Sedangkan untuk daerah Jawa Timur di duduki oleh deretan kompleks vulkan seperti kompleks
Lamongan, Kompleks Tengger-Semere, Komplek Ijang dan Komplek Ijen. Kalau dilihat secara
keseluruhan maka deretan vulkan ini mengarah Barat-Timur dengan posisi agak ke Selatan apabila
dibandingkan dengan deretan di bagian Baratnya (Jawa Tengah). Pada batas Jawa Tengah dan
Jawa Timur terdapat vulkan yang mengarah Utara Selatan yaitu vulkan Merapi dan Merbabu.
Vulkan-vulkan ini tumbuh pada pertemuan sesaran antar Zone Ngawi-Kendeng Rodge dengan
sesaran perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di Jawa Barat Zona Bogor ini di antaranya diduduki oleh Tambakan Ridges. Sedangkan untuk
Jawa Tengah antiklinorium ini berupa pegunungan Serayu Utara yang membentang dari sebelah
Utara Bumiayu sampai ke Barat Ambarawa. Di Jawa Timur adalah pegunungunan Kendeng yang
membentangi dari sebelah Timur Ambarawa sampai ke sebelah Barat Wonokromo.
v Daratan Alluvial Jawa Utara (Alluvial Palin of Northern Java)
Tidak semua pantai Utara Jawa berupa dataran Alluvial, di Jawa Barat dataran Alluvial ini
(Dataran pantai Jakarta) membentang dari sekitar Teluk Bantam sampai ke Cirebon. Sedangkan
untuk Jawa Tengah relatif lebih sempit dibanding dengan dataran Alluvial Jawa Barat bagian
Utara. Dataran alluvial di Jawa Tengah membentang dari Timur Cirebon sampai ke Pekalongan.
Kemudian dimulai lagi dari sekitar Kendal sampai Semarang dan dari Semarang dataran alluvial
ini melebar sampai di daerah sekitar Gunung Muria. Di Jawa Timur Bagian Utara tidak diduduki
oleh dataran alluvial melainkan oleh perbukitan yang memanjang dari Barat Purwodadi sampai ke
Utara Gresik (Antiklinorium Rembang). Antiklinorium ini berlanjut ke Madura, yang terpisahkan
oleh Selat Madura. Di Jawa Timur Dataran Alluvial yang relatif agak luas terdapat segitiga
Jombang - Wonokromo Bangil dan diantaranya Bojonegoro Surabaya berbentuk memanjang.
Pada awal Paleogen Sumatera, Kalimantan dan Jawa masih merupakan satu daratan dengan Benua
Asia yang disebut tanah Sunda. Pada Eosen pulau Jawa yang semula berupa daratan, bagian
utaranya tergenang oleh air laut dan membentuk cekungan geosinklin. Sedangkan bagian selatan
pulau Jawa terangkat dan membentuk geantiklin yang disebut geantiklin Jawa Tenggara.
Pada kala Oligosen hampir seluruh pulau jawa terangkat menjadi geantiklin yang disebut
geantiklin Jawa. Pada saat ini muncul beberapa gunung api di bagian selatan pulau ini.
Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsur-angsur mengalami penurunan lagi
sehingga pada Miosen bawah terjadi genang laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan
membentuk pulau-pulau gunung api. Pada pulau-pulau tersebut terdapat endapan breksi vulkanik
dan endapan-endapan laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral dan
gamping foraminifera.
Pada Miosen tengah di sepanjang selatan pulau Jawa pembentukan gamping koral terus
berkembang diselingi batuan vulkanik. Kemudian pada Miosen atas terjadi pengangkatan pada
seluruh lengkung Sunda-Bali dan bagian selatan Jawa. Keberadaan pegunungan selatan Jawa ini
tetap bertahan sampai sekarang dengan batuan penyusun yang didominasi oleh batuan kapur yang
dibeberapa tempat diselingi oleh munculnya vulcanic neck atau bentuk intrusi yang lain.
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari waktu ke
waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi
pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, pelipatan dan
vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara
umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut Barat Daya (NE-SW) yang
disebut pola Meratus, arah Utara Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur Barat (E-W)
disebut pola Jawa.
Pola Meratus di bagian barat dapat dilihat pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah ditunjukkan dari
pola penyebaran singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang Sambung. Sedangkan di bagian
timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, Florence timur, Central Deep.
Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun Jawa, Tinggian
Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak lebih dominan ditunjukkan pada bagian
timur.
Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara
perkembangan ke arah timur tidak terlihat. Pola-pola ini antara lain pola sesar-sesar pembatas
Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada Umumnya berupa
struktur regangan.Pola Jawa di bagian barat diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beri-bis
dan sesar-sesar dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang
terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah sesar
pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik.
Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua.
Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam
jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa
Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda.
Akibat dari pola struktur dan persebaran tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang
tertentu pula. Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan Jawa Utara bagian timur yang
terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa.
Secara lebih terperinci, Dobby membagi Jawa dan Madura atas dasar bentuk permukaan buminya
menjadi :
1. Pantai Selatan yang merupakan daratan dari kapur
2. Daerah perbukitan di bagian teengah.
3. Jalur gunung api yang menjadi sumbu Pulau Jawa
4. Jalur alluvial (endapan) yang memanjang dari Banten menuju Lembah Lusi-Solo sampai Selat
Madura.
5. Pantai utara yang merupakan dataran dari kapur
1. Pantai Selatan
Dinding-dinding pantai selatan Jawa sangat curam. Karena ketika bagian selatan pulau Jawa
terangkat pada Oligosen, gelombang laut selatan Jawa yang besar akan menghantam dinding
pantai sehingga menjadi terjal. Gelombang pantai yang besar ini dikarenakan angin yang
berhembus berasal dari laut lepas (Samudra Hindia).
Contohnya pada pantai Popoh di Tulung Agung. Pantai ini berhadapan langsung dengan laut
lepas dan dinding pantainya sangat terjal. Pada pantai ini terdapat singkapan yang sangat bagus
yaitu diantara lapisan batuan kapur tersisip suatu lapisan yang terdiri dari batuan pasir. Batuan ini
merupakan hasil aktivitas vulkanik yang ada pada saat koral dan foraminifera mulai tumbuh pada
Miosen bawah. Singkapan yang ada dibentuk oleh hantaman gelombang (abrasi) dari Samudera
Hindia.
2. Daerah Perbukitan
Barisan perbukitan dan jalur lembah-lembah adalah bentang alam tua yang sudah sangat terkikis.
Di antara perbukitan itu terdapat suatu alur yang dibeberapa tempat merupakan cekungan,
misalnya Bandung dan Garut. Sedangkan mengarah ke timur semakin melebar dan mulai terbuka
serta melandai sampai sebagian tenggelam di Selat Madura. Ketinggian endapan di daerah ini
menurut Dobby sampai mencapai kira-kira 1200 m, dan membentuk bagian dari susunan dataran
tinggi di Pulau Jawa. Di bagian selatan barisan perbukitan ini ada yang mencapai pantai sebagai
tebing pantai yang curam. Hanya dibeberapa tempat dikatakan bahwa tanah tinggi itu mundur dari
pantai, misalnya di dataran rendah Banyumas.
Kebanyakan gunung api tersebar pada jalur tengah. Bahan-bahan ejektanya menyebar ke
berbagai tempat. Menurut Dobby, hanya gunung api di Banten Selatan yang mengeluarkan lava
asam. Karena itu kesuburan daerah ini agak rendah bila dibandingkan dengan daerah lainnya di
Jawa Barat.
4. Jalur Aluvial Utara
Endapan ini terbentuk oleh sungai yang membawa bahan ejekta gunung api. Karena itu, dataran
ini umumnya cukup subur. Jalur endapan ini menurut Dobby terbagi atas dua bagian :
a. bagian yang sebelah dalam, yang lebih dekat ke pegunungan, dibatasi oleh teras-teras yang
hampir sejajar dengan garis pantai;
b. bagian luar merupakan dataran yang tingginya
justnangeografi di 23.20
Berbagi
Beranda
Lihat versi web
MENGENAI SAYA
Foto saya
justnangeografi
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.