Anda di halaman 1dari 1

Yang akan lebih banyak dibahas di sini adalah Diabetes Melitus (DM) tipe 2.

Memang benar hampir 50%


pasien DM tipe 2 berusia di atas 65 tahun (Majalah Kedokteran Indonesia, 2010). Akan tetapi, beberapa
dekade terakhir ditemukan bahwa usia pasien DM tipe 2 semakin muda. Bahkan, di Jepang sudah mulai
banyak ditemukan pasien DM tipe 2 pada usia 6-15 tahun (care.diabetesjournals.org). Di Indonesia, di
daerah perkotaan sekitar 5,7% penduduk usia di atas 15 tahun menderita diabetes (Riskesdas, 2007).
Diperkirakan 21,3 juta penduduk Indonesia menderita DM pada tahun 2030 (depkes.go.id). Gaya hidup
yang buruk dan berat badan yang terlampau tinggi masih menjadi faktor risiko yang paling
mempengaruhi munculnya DM pada berbagai usia. Oleh karena itu, pencegahan dengan menerapkan
gaya hidup sehat sangatlah penting. Olah raga teratur, stop merokok, makan dengan gizi seimbang, dan
menghindari stress adalah kuncinya.

Tujuan pengobatan DM tipe 2 bukanlah untuk menyembuhkan (karena memang sulit), tapi untuk
mengontrol kadar gula darah sehingga penderita tidak merasakan gejala dan tetap menjaga kualitas
hidup sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti orang lain yang tidak menderita diabetes
(PERKENI, 2011). Jadi, penderita DM sebenarnya dapat beraktivitas normal seperti orang lain dengan
syarat tetap mengontrol kadar gula darahnya, baik dengan pengobatan, maupun yang paling penting
adalah penerapan gaya hidup sehat.

Insulin memang merupakan terapi untuk DM, tapi bukan satu-satunya. Insulin yang disuntikkan sama
fungsinya dengan insulin yang dihasilkan tubuh, yaitu menurunkan kadar gula darah. Suntikan insulin
lebih sering dipakai oleh penderita DM tipe 1 yang tubuhnya tidak bisa memproduksi insulin. Selain itu,
insulin jika diberikan pada pasien DM tipe 2 dengan kondisi kadar gula darah yang sangat tinggi,
kehamilan dengan DM yang tidak terkontrol, dan apabila pasien alergi terhadap obat diabetes lain. Obat
yang dianjurkan adalah obat yang memicu produksi insulin, seperti sulfonylurea dan glinid. Ada juga
obat yang menurunkan produksi gula darah, seperti metformin, dan ada pula obat yang mengurangi
penyerapan gula di usus, seperti acarbose. Semua obat ini harus dibarengi dengan gaya hidup sehat dan
masing-masing obat mempunyai aturan penggunaan masing-masing (PERKENI, 2011). Jadi, segera
konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter keluarga untuk mengetahui aturan yang lebih detail.

Anda mungkin juga menyukai