Anda di halaman 1dari 13

Table of Contents

Pendahuluan .............................................................................................................. 2

Permasalahan ............................................................................................................. 3

Pembahasan ............................................................................................................... 4

Keberadaan & Perkembangan Fintech Di Indonesia............................................................. 4

Cara Pendirian Fintech........................................................................................................ 7

Kelebihan & Kekurangan Fintech ........................................................................................ 8

Keamanan Fintech .............................................................................................................. 9

Respon Bank Konvensional terhadap Fintech .................................................................... 10

Kesimpulan ............................................................................................................... 12

1
Pendahuluan
Pada saat ini kehidupan didalam masyarakat tidak lepas aktivitasnnya dengan menggunakan
teknologi, perkembangan teknologi yang muncul ini memunculkan era baru yaitu era digital yang telah
mempengaruhi pola pikir yang ada didalam masyarakat alam menggunakan informasi, serta
melakukan kegiatan sehari-hari. Perubahan akibat teknologi informasi juga menyebabkan perubahan
di lingkungan di masyarakat baik dibidang sosial, ekonomi, maupun budaya yang berlangsung dengan
cepat. Dengan perkembangan teknologi yang sangat maju, bidang financial juga memiliki
perkembangan ke arah yang lebih efisien dan modern. Dalam bidang perekonomian dunia saat ini
sangat penting untuk memberikan inovasi teknologi didalamnya. Teknologi dan financial memiliki
hubungan yang berkaitan. Saat ini telah hadir teknologi yang mengarah pada inovasi finansial dengan
sentuhan teknologi modern di bidang jasa yang bernama Financial Technology.

teknologi finansial adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi di bidang jasa
finansial, di mana istilah tersebut berasal dari kata financial dan technology (FinTech) yang
mengacu pada inovasi finansial dengan sentuhan teknologi modern). Konsep FinTech tersebut
mengadaptasi perkembangan teknologi yang dipadukan dengan bidang finansial pada lembaga
perbankan, sehingga diharapkan bisa memfasilitasi proses transaksi keuangan yang lebih praktis,
aman serta modern, meliputi layanan keuangan berbasis digital yang saat ini telah berkembang di
Indonesia, yaitu payment channel system, digital banking, online digital insurance, Peer to Peer (P2P)
Lending, serta crowd funding.

FinTech memiliki peningkatan yang pesat dan mengubah sektor bisnis di perbankan harus
mempunyai solusi agar lebih berinovasi. FinTech mempunyai potensi untuk menguntungkan berbagai
pihak yang berada di dalam industri keuangan. FinTech mempunyai peran untuk mempercepat
perluasan jangkauan layanan keuangan. Dengan menggunakan teknologi dan software layanan

2
FinTech menjadi lebih efisien, menurut Otoritas jasa keuangan dengan munculnya Fintech akan
membantu dalam akses permodalan, OJK menilai fintech menyelematkan keberlangsungan UMKM
didaerah yang selama ini belum meratanya inklusi keuangan kemudian dengan munculnya fintech
maka akan adanya akses pembiayaan digital seperti fintech peer to peer landing. Dan fintech sendiri
menyelesaian permasalahan yang dihadapi perbankan saat ini OJK menyadari bahwa proses
penyediaan pembiayaan melalui sektor jasa keuangan tradisional seperti perbankan yang umumnya
cukup kompleks, karena perbankan juga harus memperhatikan aspek prudensial. Kondisi ini justru
bisa diatasi oleh fintech peer to peer lending. Menurutnya, debitur yang unbankable dapat
memanfaatkan jasa penyedia platform pinjam meminjam berbasis teknologi untuk memperoleh
pinjaman demi mengembangkan bisnis UMKM.

Perkembangan dari Fintecth tidak hanya memiliki nilai positif namun juga fintech bisa menjadi
pedang bermata 2 dimana akan muncul masalah seperti bagaimana payung hukum karena perlu
penjelasan mendalam mengenai bentuk perusahaan hal ini didasarkan pada pengalaman fenomena
perusahaan Go-Jek yang pertama kali didirikan pada tahun 2010 yang kemudian booming pada 4-5
tahun setelah didirikan. Yang perlu diperhatikan dari booming-nya Go-Jek karena keberadaannya
mengancam bisnis transportasi konvensional. Jika fenomena FinTech disejajarkan dengan fenomena
Go-Jek, maka tidak menuntup kemungkinan dalam 2-3 tahun ke depan keberadaan FinTech akan
mengancam institusi perbankan nasional. Dan kemudian hal terpenting adalah bagaiamana mengenai
keamanan data yang dimiliki oleh para pengguna fintech karena perlu diketahui bahwa saat ini
kejahatan digital semakin berbahaya, apabila terjadi pencurian data terhadap fintech maka akan
munculnya resiko berkelanjutan yaitu hilangnya kepercayaan nasabah yang justru merupakan dasar
utama dari pertumbuhan fintech ke depannya.

Permasalahan
Dalam makalah ini maka akan membahas mengenai:

1. Bagaimana keberadaan dan perkembangan fintech di Indonesia?


2. Bagaimana cara pendirian Fintech di Indonesia?
3. Apakah kelebihan utama dan kekurangan yang dimiliki Fintech di Indonesia saat ini?
4. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan keamanan yang di hadapi Fintech Indonesia?
5. Apakah memungkinkan terjadinya kolaborasi antara bank konvensional dengan Fintech?

3
Pembahasan

Keberadaan & Perkembangan Fintech Di Indonesia


Fintech adalah sebuah pengembangan dari teknologi keuangan pada sektor jasa keuangan yang
muncul pada abad ke-21. Awalnya, istilah FinTech diterapkan untuk penerapan teknologi back-end ke
konsumen untuk transaksi keuangan. Sejak akhir dekade pertama abad ke-21, istilah ini telah
diperluas untuk mencakup inovasi teknologi di sektor keuangan, termasuk inovasi dalam literasi
keuangan dan pendidikan, perbankan ritel, investasi dan bahkan kripto-mata uang seperti bitcoin.
Istilah teknologi keuangan bisa berlaku untuk setiap inovasi dalam cara orang bertransaksi, melakukan
bisnis. Sejak revolusi internet dan revolusi internet mobile, bagaimanapun, teknologi keuangan telah
tumbuh eksplosif, dan arti fintech, yang awalnya disebut sebagai penerapan teknologi komputer
lanjutan pada back office bank atau perusahaan perdagangan, sekarang memiliki peran lebih luas
pada komersial keuangan. Cara-cara baru pada sektor keuangan terus bermunculan. Hal tersebut
bertujuan untuk memberikan peningkatan layanan. Peningkatan penggunaan teknologi dalam industri
keuangan (fintech) diyakini dapat meningkatkan jangkauan layanan keuangan. Munculnya fintech
telah menciptakan cara bagi semua entitas untuk memiliki akses ke semua alat dan jasa keuangan
dengan biaya yang terjangkau. Kini, teknologi perbankan dan keuangan di era tahun 2000an telah
berakhir dan bertransformasi menjadi Fintech. Saat ini di Indonesia telah bertebaran 142 perusahaan
startup Fintech yang sudah terdaftar di OJK. OJK mengatur Perusahaan startup Fintech di Indonesia
melalui peraturan POJK-Nomor-77-POJK.01-2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi.

Pada beberapa tahun belakangan ini, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan sebuah model
bisnis baru didunia teknologi. Model bisnis dibidang teknologi Seperti tak berhenti menghadirkan
kejutan, pada tahun 2016 kemarin pun kembali muncul sebuah bisnis startup baru yang tiba-tiba
menjadi cukup populer, yaitu financial technology (fintech). Dimana kemunculan ini juga ditambah
dengan hadirnya Asosiasi Fintech Indonesia (AFI) menjadikan fintech. Asosiasi ini bertujuan untuk
menyediakan partner bisnis yang tepercaya dan dapat diandalkan untuk membangun ekosistem
fintech di Indonesia yang berasal dari perusahaan-perusahaan Indonesia dan untuk Indonesia sendiri.
Sampai saat ini terdapat 142 fintech di Indonesia dengan 55 dari pengguna telah menjadi anggota
organisasi. Visi Asosiasi FinTech Indonesia adalah memajukan ekosistem jasa keuangan berbasis
teknologi di Indonesia bersama-sama pelaku industri keuangan lainnya seperti bank, perusahaan
asuransi, perusahaan sekuritas, perusahaan manajemen investasi dan sebagainya. Ada tiga misi yang
diemban FinTech Indonesia yaitu:

4
1. berperan sebagai lembaga riset kebijakan dan hubungan pemerintah untuk membantu
memajukan sektor jasa keuangan berbasis teknologi di Indonesia.
2. terlibat secara aktif dalam komunitas jasa keuangan dan teknologi di Indonesia melalui
program-program pendidikan, dialog dan peningkatan kesadaran dalam mempromosikan dan
memajukan agenda FinTech.
3. menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga FinTech internasional demi terjalinnya
komunikasi dan kerjasama antara komunitas FinTech di Indonesia dengan komunitas FinTech
global, memastikan penerapan best-practice, dialog, dan saling bertukar informasi,
pengetahuan serta keterampilan.

Di Indonesia sendiri walaupun financial technology menunjukkan pertumbuhan yang signifikan,


namun secara porsi keseluruhan belum bisa menggeser peran industri perbankan. Keunggulan
financial technology pada informasi teknologi yang inovatif juga dibarengi dengan sejumlah
kekurangan diantaranya kurangnya manajemen risiko, kesulitan dalam permodalan dan belum terlalu
dipercaya oleh masyarakat.

Jenis-jenis fintech di Indonesia pun berkembang semakin banyak sehingga menuntut pemerintah
untuk mengklasifikasi keberadaannya, Bank Indonesia mengklasifikasikan mereka ke dalam empat
kelompok. Yang pertama adalah crowdfunding dan peer to peer landing. Jika dianalogikan sebagai e-
commerce, klasifikasi pertama ini adalah marketplace. Tapi di sini marketplace khusus finansial, yang
mempertemukan pencari modal dan investor, namun secara keseluruhan Fintech di Indonesia dibagi
menjai berbagai jenis yaitu:

1. Manajemen Aset; yaitu start up fintect yang mengurusi Kesibukan operasional perusahaan,
seperti penggajian, pengelolaan karyawan, sistem pembiayaan, dan lain-lain, sekarang ini
banyak startup yang melihat hal itu sebagai peluang untuk membuka bidang usaha.
Contohnya adalah Jojonomic, salah satu jenis startup yang bergerak dibidang manajemen
aset. Perusahaan ini menyediakan platform Expense Management System untuk membantu
berjalannya sebuah usaha lebih praktis dan efisien. Dengan adanya starup seperti Jojonomic
ini, masyarakat Indonesia bisa lebih paperless, karena semua rekapan pergantian biaya yang
semula dilakukan manual, cukup dilakukan melalui aplikasi untuk persetujuan pergantian
biaya tersebut.
2. crowd funding adalah startup yang menyediakan platform penggalangan dana untuk
disalurkan kembali kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti korban bencana alam,
korban perang, mendanai pembuatan karya, dan sebagainya. Penggalangan dana tersebut
dilakukan secara online. Salah satu contoh startup crowd funding terbesar adalah

5
Kitabisa.com. Startup ini menciptakan wadah agar kita bisa membantu sesama dengan cara
yang lebih mudah, aman, dan efisien.
3. E-Money atau uang elektronik, sebagaimana namanya, adalah uang yang dikemas ke dalam
dunia digital, sehingga dapat dikatakan dompet elektronik. Uang ini umumnya bisa digunakan
untuk berbelanja, membayar tagihan, dan lain-lain melalui sebuah aplikasi. Salah satu dompet
elektronik itu adalah Doku. Doku merupakan sebuah aplikasi yang bisa dengan mudah
diunggah di smartphone. Doku dilengkapi dengan fitur link kartu kredit dan uang elektronik
atau cash wallet, yang dapat kita gunakan untuk berbelanja baik secara online maupun offline
kapan dan di mana saja melalui aplikasi tersebut.
4. Jenis startup yang bergerak di bidang insurance ini cukup menarik. Karena bisanya asuransi
yang kita ketahui selama ini merupakan asuransi konvensional, di mana kita mensisihkan
sejumlah uang perbulan sebagai iuran wajib untuk mendapatkan manfaat dari asuransi
tersebut di masa depan, jenis asuransi startup tidak semua berjalan demikian. Ada pula
startup asuransi yang menyediakan layanan kepada penggunanya berupa informasi rumah
sakit terdekat, dokter terpercaya, referensi rumah sakit, dan sebagainya. HiOscar.com adalah
satu jeni startup seperti ini. Startup ini dibangun dengan tujuan untuk memberikan cara yang
sederhana, intuitif, dan proaktif dalam membantu para pelanggannya menavigasi sistem
kesehatan mereka. Startup ini berkolaborasi dengan para provider atau dengan para dokter
kelas dunia dan rumah sakit terbaik yang ingin bekerja sama untuk membantu mengelola
kesehatan para anggotanya.
5. Peer to peer (P2P) Lending adalah startup yang menyediakan platform pinjaman secara
online. Urusan permodalan yang sering dianggap bagian paling vital untuk membuka usaha,
melahirkan ide banyak pihak untuk mendirikan startup jenis ini. Dengan demikian, bagi orang-
orang yang membutuhkan dana untuk membuka atau mengembangkan usahanya, sekarang
ini bisa menggunakan jasa startup yang bergerak di bidang p2p lending. Adalah
Uangteman.com salah satu contoh startup yang bergerak di bidang ini. Startup ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan finansial masyarakat dengan cara cukup mengisi formulir di
website uangteman.com dalam waktu sekitar 5 menit, dan memenuhi persyaratannya.
6. Bertumbuhnya perusahaan e-commerce memicu pula semakin banyak didirikannya startup
yang menjadi jembatan penghubung antara e-commerce dengan pelanggan, terutama dalam
hal sistem pembayaran. Layanan yang disediakan startup untuk e-commerce ini disebut
dengan layanan payment gateway. Payment gateway memungkinkan masyarakat memilih
beragam metode pembayaran berbasis digital (digital payment gateway) yang dikelola oleh

6
sejumlah start up, dengan demikian akan meningkatkan volume penjualan e-commerce.
Payment gateway satu di antaranya adalah iPaymu.
7. Remittance Remittance adalah jenis startup yang khusus menyediakan layanan pengiriman
uang antar negara. Banyak didirikannya startup remittance ini dalam rangka membantu
masyarakat yang tidak memiliki akun atau akses perbankan. Adanya startup jenis ini sangat
membantu para TKI atau siapa saja yang mungkin salah satu anggota keluarganya berada di
luar negeri, karena proses pengiriman yang mudah dan biaya lebih murah. Di Singapura
misalnya, berdiri sebuah startup fintech bernama SingX.
8. Saham, forex, reksadana, dan lain sebagainya, merupakan investasi yang sudah tidak asing
lagi didengar. Securities dapat dikatakan sebagai jenis startup yang menyediakan platform
untuk berinvestasi saham secara online. Contoh startupnya adalah Bareksa.com. Didirikan
pada tanggal 17 Februari 2013 Bareksa.com adalah salah satu securities startup terintegrasi
pertama di Indonesia yang menyediakan platform untuk melakukan jual-beli reksa dana
secara online, memberikan layanan data, informasi, alat investasi reksa dana, saham, obligasi,
dan lain-lain

Cara Pendirian Fintech


Untuk dapat berjalan secara legal di Indonesia, semua perusahaan fintech harus mendaftarkan
perusahaanya melalui syarat-syarat berikut:

1. Form registrasi berdasarkan peraturan No.77/POJK.01/2016, ditandatangani oleh direktur.


2. Akte pendirian perusahaan dan amandemen (jika ada) yang telah diakui oleh institusi
pemegang otoritas berdasarkan hukum.
3. Daftar nama pemegang saham dan pemilik yang diuntungkan. (Lihat cara membangun
perusahaan di Indonesia).
4. Curriculum Vitae (CV) dewan direktur, komisioner, dan pemegang saham (memiliki setidaknya
20% saham) berdasar dari lampiran pada POJK No.77/POJK.01/2016, bersamaan dengan pas
foto ukuran 46, fotokopi kartu identitas, NPWP, laporan keuangan (termasuk yang terbaru).
5. Fotokopi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
6. Daftar nama pemegang saham dengan saham yang kurang dari 20%.
7. Surat domisili yang dikeluarkan oleh institusi berwenang. Bukti kesiapan untuk membangun
bisnis aktif berhubungan dengan system elektronik.
8. Bukti minimum modal IDR 1,000,000,000
9. Surat pernyataan rekonsiliasi yang berhubungan dengan hak dan kewajiban pengguna (sesuai
dengan format oleh POJK)

7
10. Memiliki SDM yang memiliki latar belakang system informatika.
11. Memiliki setidaknya 1 direktur dan 1 komisioner dengan pengalaman setidaknya 1 tahun di
bidang industry finansial.

Kelebihan & Kekurangan Fintech


Fintech memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh bank konvesional baik secara system maupun
data yang digunakan hal yang paling menjadi utama kelebihan adalah layanan FinTech menawarkan
kecepatan. Dengan teknologi big data, penggunaan algoritma, dan proses online, keputusan kredit
bisa diambil dalam rentang waktu sangat cepat jika dibandingkan bank konvensional. Pengisian
aplikasi dilakukan sepenuhnya melalui online dengan desain teknologi yang sangat memahami
perilaku para penggunanya. Pinjaman diproses tanpa perlu tatap muka dengan nasabah. Wonga,
startup pelopor pinjaman online dari Inggris, memberikan keputusan dan mencairkan pinjaman ke
rekening peminjam dalam hitungan detik. Di Indonesia, sebuah startup pinjaman online sudah bisa
mencairkan pinjaman dalam waktu 1 jam. Sangat berbeda dengan perbankan atau multifinance yang
membutuhkan waktu beberapa hari buat nasabah menerima pencairan dana.

layanan FinTech menawarkan solusi keuangan yang tidak bisa ditawarkan oleh bank. Karena biaya
operasional yang cukup besar, bank memiliki keterbatasan dalam hal minimum pinjaman dan jangka
waktu pinjaman. Sementara, kebutuhan masyarakat seringkali lebih rendah dari batasan minimum
tersebut. Dalam ceruk pasar yang ditinggalkan bank ini, FinTech masuk dengan menawarkan produk
pinjaman dengan plafond lebih rendah dan jangka waktu pendek karena mereka memiliki proses
operasional dan teknologi yang lebih simpel dan efisien. Contohnya, sebuah perusahaan pinjaman
online di Jakarta menawarkan plafond di rentang 1.5 juta sd 2 juta dengan masa kredit 10 hari sampai
30 hari.

layanan FinTech memanfaatkan analisis big data secara komprehensif. Salah satu kekuatan
FinTech adalah penggunaan data. Dalam hal pinjaman, credit scoring digunakan sejak awal dan dalam
setiap fase keputusan kredit. Penggunaan big data membuat keputusan menjadi lebih cepat serta
akurat, dan menghemat biaya operasional karena prosesnya dijalankan secara otomatis dengan
sedikit intervensi. Yang menarik adalah data yang digunakan tidak lagi terbatas pada data finansial
dan demografi, layaknya perbankan konvensional, tetapi juga sudah mulai memanfaatkan data-data
dari media sosial.

Fintech bisa menjangkau daerah-daerah yang belum dijamah oleh bank konvensional dengan
teknologi yang digunakan sehingga ini memunculkan pertumbuhan yang signifikan terhadap

8
pengembangan ekonomi di Indonesia, dan hal ini bisa dimanfaatkan pemerintah untuk memperluas
kegiatan inklusi keuangan,

Kelemahan yang dihadapi oleh fintech adalah masalah regulasi yaitu ketidak jelasan mengenai
posisi yang dihadapi oleh Fintech apakah sebagai perusahan teknologi atau perusahaan keuangan
sehingga perlu regulasi yang tepat agar tidak terjadi masalah seperti yang dihadapi beberapa tahun
terakhir perhal ketidak jelasan identitas perusahan teknologi penyedia trasportasi seperti go-jek, grab
maupun uber.

Kelemahan kedua mengenai keamanan data, Indonesia berada pada peringkat pertama
pertumbuhan tercepat koneksi di dunia. Namun sayangnya, Indonesia menempati peringkat pertama
dengan jumlah cyber crime terbanyak di dunia dan di peringkat kedua dunia terkait kegiatan hacking.
Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya melaporkan ada sekitar 1.627 kasus pidana
sepanjang 2016 dan cyber crime menjadi kasus dengan jumlah tertinggi (1.207 kasus), dimana saat ini
malware (virus, ransomware) merupakan cyber crime yang paling banyak dijumpai di Indonesia.
Semakin erat relasi antara teknologi dan layanan keuangan, dimana kegiatan keuangan dapat
dilakukan kapan saja dimana saja, maka potensi ancaman kejahatan yang lebih sophisticated pun
semakin besar. Tidak ada sektor yang begitu rawan terekspos ancaman ini selain sektor layanan
keuangan terutama fintech.

Namun juga akan adanya kelemahan yang dihadapi oleh fintech mengenai user dalam
menggunakan aplikasi yang ada seperti:

1. Kurang handalnya jaringan yang mengganggu proses transaksi


2. Lemahnya kesadaran pengguna layanan dalam memahami kegunaan dari setiap fitur layanan,
risiko yang dapat terjadi dan cara bertransaksi yang aman
3. Rendahnya pengetahuan pelanggan terhadap penggunaan layanan
4. Rendahnya kesadaran pengguna layanan untuk memberikan data pribadi (karena alasan
privacy) yang sangat berguna untuk mendukung pengaturan dan pengawasan dari pihak yang
berwenang

Keamanan Fintech
Sektor jasa keuangan menangani informasi sensitif baik individu dan perusahaan. Dengan
munculnya fintech, lebih banyak data yang muncul sekarang tersedia dalam format digital, yang

9
membuatnya lebih mudah untuk menganalisa dan menghasilkan informasi namun juga membuat data
lebih rentan terhadap pelanggaran keamanan. Hingga saat ini menurut Asosiasi Fintech Indonesia
belum ada standar keamanan data dalam fintech namun secara teknis, terdapat banyak cara untuk
melakukan pengamanan yang dapat dilakukan baik oleh penyedia layanan maupun pengguna.

Dari sisi penyedia layanan, pertama dapat menggunakan pasangan user id dan password sebagai
proteksi paling dasar. Kedua, dapat menggunakan proteksi tambahan yang dirancang khusus untuk
pengguna, misalnya kartu atau token. Ketiga, menciptakan proteksi yang lebih sophisticated seperti
fitur biometrik. Keempat, menggarap pengamanan data dari sisi jaringan dan server melalui berbagai
teknik. Hal utama yang perlu diperhatikan oleh penyedia layanan terkait pengamanan data adalah
inovasi teknik (pengembangan aplikasi dan pengoperasiannya) dan pengujian proteksi secara berkala
dan terus menerus. Selain itu, investasi serius juga perlu dilakukan - tidak hanya untuk sistem, namun
juga SDM yang kompeten.

Sementara itu dari sisi pengguna, edukasi merupakan kunci. Masyarakat perlu diberi edukasi
bahwa data pribadi terlebih data finansial harus dijaga baik. Masyarakat juga harus berhati-hati
dalam memilih penyedia jasa keuangan. Sekolah-sekolah pun perlu terus didorong untuk mulai
mengajarkan sistem keamanan data sejak dini. Peran pemerintah dan asosiasi terkait juga menjadi
kunci untuk melakukan quality control dan evaluasi terhadap kegiatan perusahaan-perusahaan start
up fintech yang menjamur. Kementerian Informasi dan Komunikasi telah merumuskan Indeks
Keamanan Informasi (KAMI), namun diperlukan lebih banyak terobosan pemerintah di luar respon
terhadap bisnis seperti biasa, dan jangan hanya bersikap reaktif jika muncul kasus. Ke depannya,
diharapkan terdapat kewajiban baku pengamanan dan standar yang dapat digunakan sebagai
panduan bersama oleh pelaku usaha dalam mengukur dan meningkatkan keamanan. Adanya
mekanisme pelaporan dan penanganan kasus jika terjadi menjadi sebuah keharusan agar tidak ada
lagi kekhawatiran terkait keamanan layanan fintech. Resiko selalu ada, namun harus terkontrol dalam
koridor yang dapat diterima.

Respon Bank Konvensional terhadap Fintech


FinTech dapat menggeser kedudukan pasar perbankan tradisional, munculnya perusahaan-
perusahaan keuangan berbasis teknologi atau Financial Technology (FinTech) memaksa industri
perbankan untuk berbenah diri. FinTech tidak saja melayani pembayaran, pinjaman atau jasa
keuangan lain sebagaimana bisnis tradisional perbankan. Dengan kecanggihan teknologi dan inovasi
tiada henti, mereka dapat menjangkau nasabah yang selama ini tidak punya akses ke sistem
perbankan. FinTech pun melayani secara lebih personal dan menjangkau ke masyarakat yang selama

10
ini sama sekali tidak dapat mengakses layanan perbankan. Termasuk ke wilayah-wilayah pelosok, yang
sulit dijangkau perbankan.

untuk menghadapi tantangan dari Fintech maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh bank
konvensional, Pertama, digitalisasi pelayanan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat,
murah, dan mudah ke nasabah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuka rekening digital
melalui telepon pintar. Kedua, mengintegrasikan kegiatan perbankan dengan kehidupan nasabah
sehari-hari. Dengan memahami apa yang dibutuhkan nasabahnya akan merekatkan hubungan bank
dengan nasabah.

FinTech sebetulnya memberikan peluang kepada perbankan untuk berkolaborasi. Jika selama ini
perbankan kesulitan membuka cabang di pelosok mengingat terbatasnya pendanaan, serta sistem
pengawasan dan aturan permodalan yang ketat. FinTech dapat mengatasi kesulitan tersebut,
terutama masalah akses terhadap dana murah. Apalagi aturan sistem keuangan di tiap-tiap negara
berbeda dan belum tegas mengatur bisnis ini. Solusinya adalah dengan berkolaborasi. Perbankan
dapat memanfaatkan sistem teknologi FinTech untuk menjangkau nasabah dan kawasan yang tidak
dapat diakses sistem perbankan tanpa harus membuka cabang fisik. Kemudian FinTech juga mampu
mengakses pendanaan murah untuk meningkatkan aktivitasnya.

11
Dengan melakukan kolaborasi ini maka akan memiliki banyak keuntungan untuk kedua belah
pihak begitu juga nasabah dan juga pemerintah, dengan melakukan kolaborasi maka akan
mempercepat inovasi keuangan, seperti diketahui bahwa Fintech identik dengan karakternya yang
mobile, mudah, dan efisien. Fintech sangat baik dalam hal inovasi, pemanfaatan teknologi, serta gesit
terhadap perubahan pasar. Bank dan lembaga keuangan diberi pilihan untuk mengikuti revolusi digital
atau kehilangan pangsa pasar. Keunggulan komparatif bank seperti basis klien yang besar, data,
navigasi peraturan dan perizinan industri yang lebih baik dapat melengkapi keunggulan startup
fintech. Kolaborasi antara keduanya mampu membuat pergerakan dan inovasi industri keuangan lebih
cepat.

Ke dua adalah Menghasilkan keputusan finansial yang lebih akurat bagi konsumen Nasabah bank
sering kali dihadapkan dengan serangkaian proses pengambilan keputusan yang rumit dan bias. Saat
pengajuan pinjaman misalnya, nasabah mengalami bias saat berkonsultasi dengan pegawai bank. Di
saat yang sama, startup fintech bersama algoritme machine learning membantu proses pengambilan
keputusan tersebut tanpa campur tangan manusia dan tanpa bias. Di sisi lain, pengembangan
algoritme machine learning dan teknologi lainnya membutuhkan modal yang tidak kecil. Seperti yang
diketahui, bank memiliki modal dan kemampuan bersaing yang ketat. Kolaborasi antara keduanya
dapat membawa ekosistem industri keuangan Indonesia selangkah lebih maju.

Ketiga dengan kolaborasi kedua belah pihak juga membantu kegiatan pemerintah dalam hal
inklusi keuangan yaitu mendekatkan layanan keuangan kepada masyarakat belum terjamah dalam hal
tersebut, dengan kebiasaan yang dimiliki masyarakat saat ini dalam penggunaan mobile phone setiap
saat akan mempermudah fintech untuk mendekatkan diri kepada mereka namun fintech kerap
tersandung masalah reputasi dan kepercayaan. Melalui kolaborasi dengan bank, startup fintech dapat
memanfaatkan reputasi bank dan lembaga keuangan yang sudah terbangun bertahun-tahun. Fintech
juga dapat belajar dari pengalaman dan pengetahuan terkait industri keuangan serta manajemen
risiko yang baik dari bank.

Kesimpulan
Pergesaran budaya dan kebiasaan masyarakat mau tidak mau merubah segala aspek yang ada
didalam kehidupan dan salah satunya bisnis, banyak bisnis yang timbul seperti Fintech dan perubahan
jasa keuangan ini mau tidak mau harus dihadapi oleh para pelaku perbankan nasional. Perbankan
nasional hingga saat ini masih banyak yang menganggap bahwa fintech merupakan perusak dan
pengganggu dalam bisnis yang mereka jalankan namun didalam gempuran yang ada masih terdapat

12
peluang untak kolaborasi dimana bekerja sama demi memajukan inovasi didunia industry keuangan
serta menciptakan akses dan kualitas layanan keuangan bagi seluruh masyarakat Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai