Anda di halaman 1dari 4

Cindar Sekar Buana

402251 / Reg 68C

Toyota Motor Company: Losing its Quality Edge?

Summary

Toyota Motor Corporation merupakan produsen mobil terkemuka di dunia.


Selama bertahun-tahun, Toyota Motor Corporation telah membangun reputasi untuk
memproduksi mobil dan truk yang andal. Di Toyota, kualitas diintegrasikan ke dalam
setiap proses manufaktur dan karyawan dari semua divisi memastikan bahwa item
yang rusak tidak diteruskan ke proses selanjutnya. Inti kesuksesan perusahaan adalah
sistem produksi Toyota (TPS), yang memanfaatkan konsep seperti genchi genbutsu,
just-in-time (JIT), Kaizen, Kanban, dan Jidoka untuk mencapai tingkat efisiensi
produksi yang tinggi. Toyota mengakui kualitas sebagai salah satu faktor terpenting
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan berusaha mencapai keunggulan dalam
memproduksi produk berkualitas. Untuk memastikan tidak ada cacat pada produk
jadi, Toyota menyiapkan sistem penjaminan mutu di berbagai divisi, termasuk
pengembangan, pembelian, dan produksi. Untuk mengatasi masalah penjaminan mutu
yang disebabkan oleh globalisasi yang cepat, Toyota mengadopsi Toyota Way, yaitu
satu set prinsip manajemen dan mengkomunikasikannya ke semua pabrik manufaktur
di luar negeri. Karena efisiensinya di bidang manufaktur, Toyota menjadi salah satu
merek yang paling terpercaya di industri otomotif global. Namun beberapa analis
merasa bahwa Toyota telah menjadi korban kesuksesannya sendiri.
Pada pertengahan tahun 2000an, Toyota memperluas fasilitas produksinya
dengan cepat dalam upaya untuk tumbuh secara global dan untuk mencapai tujuannya
menjadi produsen mobil nomor satu di dunia. Pertumbuhan pesat Toyota
mempengaruhi kualitas produknya, pelanggan mulai menghadapi masalah keamanan
terkait di kendaraan Toyota. Analis berpendapat bahwa recall telah merusak reputasi
dan brand image Toyota, serta menghambat profitabilitas. Dalam pencarian pangsa
pasar, Toyota telah mengorbankan kualitas legendarisnya dan mengabaikan prinsip
pengelolaan. Untuk memverifikasi penyebab penarikan kembali dan meningkatkan
kualitas, Toyota membentuk sebuah komite yang dipimpin oleh presidennya Akio
Toyoda pada awal tahun 2010. Panitia tersebut memeriksa setiap proses dalam sistem
produksi Toyota untuk memastikan pengiriman produk berkualitas kepada pelanggan.
Cindar Sekar Buana
402251 / Reg 68C

Analysis

Toyota telah mengelola peningkatan berkesinambungan (continuous


improvement) dalam bisnisnya melalui TQM (Total Quality Management) dan Six
Sigma Quality Program. Toyota menerapkan sistem produksi Toyota Production
System (TPS), yang memanfaatkan konsep seperti genchi genbutsu, just-in-time (JIT),
Kaizen (continuous improvement), Kanban (signboard), dan Jidoka (self regulation).
Toyota Production System (TPS) merupakan pendekatan toyota dalam berproduksi
dengan menggunakan lean manufacturing (perusahaan yang ramping).
TQM dilakukan dengan menciptakan total kualitas budaya yang melibatkan
manajer dan karyawan di semua tingkatan untuk terus meningkatkan kinerja setiap
kegiatan rantai nilai. Di toyota, kualitas meningkat melalui kolaborasi dan komunikasi
antar personil di berbagai divisi, seperti pengembangan, pembelian, produksi, dan
after-sales service.
Six Sigma dilakukan untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha
mengurangi produk cacat dengan menggunakan problem solving tools secara intensif.
Toyota menerapkan Six Sigma dengan mengadopsi sistem Total Quality Control
(TQC) untuk memodernisasi menajemen operasi. Sistem ini menganalisis penyebab
cacat yang terjadi selama produksi dan mengembangkan ukuran untuk mencegahnya.

Analisis Porters Five Forces


Threat of New Entry (Weak):
Untuk memasuki bisnis otomotif dibutuhkan modal yang besar
Adanya kekuatan brand atau merek yang kuat
Diperlukan pengusaaan teknologi yang mencukupi

Supplier power (Weak):


Supplier memiliki daya tawar yang lebih rendah
Pasar didominasi oleh banyak supplier
Switching cost untutk berpindah supplier rendah

Buyer power (Strong):


Pembeli memiliki switching cost yang rendah
Cindar Sekar Buana
402251 / Reg 68C

Pembeli dapat dengan mudah beralih membeli mobil dengan merek lain
Pembeli sensitive terhadap harga

Threat of Substitutes (Weak):


Ada banyak jenis transportasi alternatif seperti sepeda motor, kereta api, bus,
dan pesawat terbang
Kurang adanya kenyamanan dalam transportasi massal

Competitive Rivalry (Very Strong):


Terdapat banyak perusahaan yang bergerak dalam industry yang sama
Adanya permintaan mobil yang meningkat menyebabkan kompetensi antar
perusahaan otomotif

Analisis SWOT
Strenght:
Memiliki posisi pasar yang kuat dan brand yang sudah terkenal
Fokus pada pengembangan dan penelitian
Jaringan produksi dan distribusi yang luas
Melakukan perbaikan secara terus-menerus

Weakness:
Penarikan produk (recall) dapat mempengaruhi brand image
Penururnan penjualan pada segmen tertentu
Alokasi sumber daya yang buruk

Opportunities:
Pertumbuhan industri otomotif global
Memiliki peluang untuk melakukan kemitraan dengan persahaan lain
Prospek yang kuat untuk pasar mobil global yang baru

Threats:
Persaingan yang ketat dalam industri otomotif
Apresiasi Yen menjadi perhatian utama
Bencana alam dapat berdampak pada produksi
Cindar Sekar Buana
402251 / Reg 68C

Conclusion and Recommendation


Perusahaan secara agresif melakukan perluasan pasar global, hal tersebut
membuat Toyota kehilangan folus pada kualitas produk dan gagal dalam menjaga
kualitas standar yang telah ditetapkan. Masalah kualitas yang dihadapi Toyota dan
recall yang dilakukan perusahaab dapat berdampak pada brand image dalam jangka
panjang, sedangkan dalam jangka pendek dapat berdampak pada profitabilitasnya.
Agar dapat mengembalikan reputasi Toyota, maka Toyota harus fokus pada
aspek kualitas. Perusahaan perlu melakukan evaluasi terhadap produk yang dihasilkan
melalui monitoring, perombakan desain, dan quality control secara ketat. Toyota
sebaiknya mengurangi outsorcing pada pabrik dan produksi karena sulit untuk
mengontrol kualitas produksi yang berada di luar Jepang.

Anda mungkin juga menyukai