Anda di halaman 1dari 6

SCIENTIA VOL. 1 NO.

1, FEBRUARI 2011
ISSN : 2087-5045

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR DAN LEMARI


PENDINGIN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN PADA DADIH KERBAU
DENGAN METODA KJELDAHL

Regina Andayani1, Revi Yenti2, Wiwit Gustiva 2


1
Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang
2
STIFI Perintis Padang

ABSTRACT

The research about the influence of storage time in room temperature and
refrigerator on protein consentration of dadih using Kjeldahl method have been done.
Fresh milk (A) was put into two bamboo tubes (tube of B and tube of C) until formed
dadih. Tube B was kept in room temperature while tube of C was kept in refrigenerator
for 2, 4, and 6 days. The research showed that protein concentration of dadih in room
temperature and refrigenerator were reduced. Analysis of one ANOVA showed that
there was a significance value ( P < 0,05) of protein concentration between 2, 4, and 6
days. t-Test analysis showed that concentration of protein in room temperature and
refrigerator were significance difference (P < 0,05) on each days (2, 4, and 6 days).

Keywords : Protein, dadih, metode Kjeldahl method

PENDAHULUAN ditutup dengan daun pisang, plastik dan


ada yang tidak ditutup sama sekali.
Protein dalam tubuh berguna Kondisi ini didiamkan secara alami
sebagai zat pembangun atau selama 2 hari dalam suhu ruang sampai
pertumbuhan karena protein merupakan terbentuk gumpalan. Komponen fisika
pembentuk jaringan baru dalam tubuh dan kimia bambu yang meliputi sifat
terutama pada bayi, anak-anak, ibu permeabilitas, aroma, kadar air, zat
hamil, ibu menyusui dan orang yang warna dan garam anorganik yang
baru sembuh dari penyakit. Protein juga terdapat pada jaringan bambu, berperan
berfungsi sebagai pengatur dalam dalam menentukan mutu dadih
metabolisme tubuh. Selain itu protein (Susilorin et al, 2008; Usman, 2007,
juga merupakan komponen pembentuk Sugianto, 2006).
antibodi untuk mempertahankan daya
tahan tubuh (Detama, 2004; Grinda, Dadih ini banyak dijual di pasar
1986; Almatsier, 2001). tradisional namun berdasarkan
pengamatan, dadih banyak disimpan di
Masyarakat lebih banyak tempat terbuka bahkan terkena cahaya
mengkonsumsi sumber protein hewani matahari, hal ini akan menurunkan mutu
dalam memenuhi kebutuhan protein dari dadih tersebut. Berdasarkan hal di
karena mengandung protein yang tinggi. atas, maka dilakukan penelitian tentang
Salah satu sumber protein hewani yang pengaruh lama penyimpanan pada suhu
sering dikonsumsi adalah dadih. Dadih kamar dan lemari pendingin terhadap
merupakan produk susu fermentasi kadar protein pada dadih kerbau dengan
tradisional khas Minangkabau Sumatra metoda Kjeldahl sehingga dapat
Barat yang proses pembuatannya sangat diketahui perubahan kuantitas protein
sederhana. Susu kerbau yang diperah dadih tersebut. Metoda Kjeldahl
langsung dimasukkan kedalam tabung merupakan metoda yang umum
bambu sebagai wadahnya kemudian digunakan untuk menentukan kadar

53
SCIENTIA VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2011
ISSN : 2087-5045

protein pada makanan (Detama, A. D., menggunakan metode Biuret, Ninhidrin


2004). dan Xanthoprotein.

METODE PENELITIAN 1. Metoda Biuret

Bahan Disiapkan masing-masing


larutan sampel 2 % dalam air. Diambil 1
Susu kerbau diambil dari tempat ml sampel ditambahkan 1 ml NaOH
pemerahan susu di daerah Air Dingin 10%, kemudian ditambahkan beberapa
Solok pada satu ekor kerbau, campuran tetes larutan CuSO4 0,1% dikocok.
selenium (serbuk SeO2, K2SO4, Reaksi positif ditunjukkan dengan
CuSO45H2O), indikator campuran terbentuknya warna ungu (Robinson, T.,
(larutan bromocresol green, larutan 1995).
merah metil, alkohol), asam borat
(H3BO3), asam klorida p.a (Merck), 2. Metoda Ninhidrin
NaOH, aquadest. fenolftalein, natrium
tetraborat (Na2B4O7), CuSO4, pereaksi Disiapkan masing-masing
ninhidrin, asam nitrat pekat (HNO3) dan larutan sampel 2 % dalam air. diambil 1
asam sulfat (H2SO4). ml sampel tambahkan 1 ml pereaksi
Ninhidrin kemudian dipanaskan. Reaksi
Alat positif ditunjukkan dengan terbentuknya
warna biru ( Grinda, A., 1986).
Labu Kjeldhal 100 ml,
seperangkat alat destilasi, pemanas 3. Metoda xanthoprotein
listrik atau pembakar, neraca analitik,
gelas ukur, pipet gondok, seperangkat Disiapkan masing-masing
alat titrasi dan mikroburet, erlenmeyer larutan sampel 2 % dalam air. Ambil 1
250 ml, spatel, tabung bambu dengan ml asam nitrat pekat kemudian
panjang 20 cm dan daun pisang. dipanaskan. Reaksi positif ditunjukan
dengan terbentuknya endapan putih
Pengolahan sampel yang segera menjadi kuning (Grinda, A.,
1986; De Man, J.M., 1999).
Sampel A susu kerbau segar
diperiksa kadar proteinnya, kemudian Uji kuantitatif dengan menggunakan
dimasukkan ke dalam 2 buah tabung metoda Kjeldahl
bambu (tabung B dan tabung C) masing-
masingnya 250 ml. Kemudian dibiarkan Cara kerja untuk masing-masing sampel
selama 2 x 24 jam sampai menjadi sebagai berikut (SNI 01-2891-1992) :
dadih. Sampel tabung B dadih yang
disimpan pada suhu kamar dan sampel a. Tahap Destruksi
tabung C dadih yang disimpan pada
lemari pendingin. Masing-masing Ditimbang sebanyak 0,51 gram
tabung diperiksa kadar proteinnya pada sampel dimasukkan dalam labu
hari ke 2, ke 4 dan ke 6 setelah menjadi Kjeldahl 100 ml, ditambahkan 1
dadih. gram campuran selenium dan 12,5
ml H2SO4 pekat. Labu Kjedhal
Uji kualitatif dengan menggunakan dipanaskan diatas pemanas listrik
metoda Biuret, Ninhidrin dan
Xanthoprotein

Uji kualitatif protein dilakukan


pada susu segar dan dadih dengan

54
SCIENTIA VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2011
ISSN : 2087-5045

mula-mula pada suhu 40oC penampung. Di dalam kondensor


kemudian suhu dinaikkan secara uap akan mengalir menuju
perlahan-lahan sampai 280oC. penampung. Penyulingan diakhiri
Setelah destruksi berlangsung jika hasil destilasi sudah tak bersifat
selama 30 menit belum didapatkan basa lagi. Diperiksa dengan kertas
cairan hijau jernih, maka lakmus, Ujung kondensor dibilas
ditambahkan H2O2 30% sebanyak 2 dengan aquadest. Destilasi ini
tetes destruksi dilanjutkan sampai dilakukan sebanyak 3 x
didapat cairan jernih kehijau- pengulangan.
hijauan. Destruksi disini
berlangsung selama 2 jam. Hasil c. Tahap Titrasi
akhir destruksi didinginkan
kemudian encerkan dan masukkan Hasil destilasi dipindahkan dalam
ke dalam labu ukur 250 ml, tepatkan erlemeyer. Kemudian lakukan titrasi
sampai tanda batas. dengan HCl 0,1 N menggunakan
mikroburet. Titik akhir ditandai
b. Tahap Destilasi dengan perubahan warna hijau
menjadi merah muda. Untuk
Larutan hasil destruksi dipipet 50 blangko dilakukan dengan cara yang
ml dimasukkan kedalam labu sama, dimana sampel diganti dengan
destilasi, kemudian ditambahkan 30 aquadest.
ml NaOH 30% dan beberapa tetes
indikator PP. Kemudian sulingkan Pengolahan Data
selama lebih kurang 10 menit,
sebagai penampung gunakan 25 ml Penentuan kadar protein dapat
asam borat 2% yang telah ditetesi dihitung setelah diketahui persentase
indikator campuran. Labu destilasi kadar nitrogen yang terdapat dalam
dipasang dan dihubungkan dengan sampel dan dikalikan dengan faktor
kondensor dan ujung kondensor konversi: (SNI 01-2891-1992).
harus terbenam dalam cairan

(V1 - V2) x N x 0,014 x fp


%N = x 100
W
% protein = % N x faktor 6,38

Keterangan :

V1 = Volume HCL 0,1 N untuk titrasi larutan sampel (ml)


V2 = Volume HCL 0,1 N untuk titrasi larutan Blangko (ml)
N = Normalitas HCL
W = Bobot sampel ( gram )
Fp = Faktor pengenceran ( 5 kali )

55
SCIENTIA VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2011
ISSN : 2087-5045

HASIL DAN PEMBAHASAN Xanthoprotein menunjukkan hasil


bahwa pada susu segar dan dadih
Hasil uji kualitatif dari susu terdapat protein. Hasil uji kualitatif
segar dan dadih dengan menggunakan dapat dilihat pada tabel1.
metode Biuret, Ninhidrin dan

Tabel I. Uji Kualitatif Sampel Susu Segar dan Dadih

Sampel Metoda Hasil Pengamatan

Susu segar Biuret Ungu Ungu


Xantoprotein Endapan putih Endapan putih
Ninhidrin Biru Biru
Dadih Biuret Ungu Ungu
Xantoprotein Endapan putih Endapan putih
Ninhidrin Biru Biru

Penelitian ini menggunakan setelah 2, 4 dan 6 hari demikian juga


metoda Kjeldahl karena umumnya dengan penyimpanan pada lemari
metoda ini digunakan untuk penentuan pendingin juga diperoleh nilai P yaitu
analisis protein pada makanan. Metoda 0,000 (P<0,05) yang berarti kadar
ini mempunyai kelemahan dimana unsur protein dadih yang disimpan selama 2, 4
N yang terdapat pada protein juga ikut dan 6 hari berbeda secara bermakna.
teranalisis sehingga kadar protein yang Pada uji T terdapat perbedaan yang
diperoleh adalah kadar protein kasar bermakna, kadar protein dadih yang
(Crud protein) dan bukan protein murni disimpan pada suhu kamar dan lemari
(Grinda, A., 1986; Anggorodi, 1994). pendingin pada penyimpanan setelah 2
Setelah diketahui persentase nitrogen hari diperoleh nilai P yaitu 0,048
yang terdapat pada sampel, untuk (P<0,05), penyimpanan setelah 4 hari
menentukan kadar protein dikalikan diperoleh nilai P yaitu 0,007 (P<0,05)
dengan faktor konversi, untuk susu yaitu dan penyimpanan setelah 6 hari
6,38 (SNI 01-2891-1992; Sidarmadji, diperoleh nilai P yaitu 0,002 (P <0,05).
1984; Anggorodi, 1994).

Kadar protein yang diperoleh


pada susu segar adalah 4,5079%.
Sedangkan kadar protein dadih yang
disimpan hari ke 2, 4, 6 pada lemari
pendingin dan suhu kamar mengalami
penurunan. Hasil persentase kadar
protein pada susu segar, dadih yang
disimpan pada suhu kamar dan dadih
yang disimpan pada lemari pendingin
dapat dilihat pada tabel 2, gambar 1 dan
gambar 2. Data yang diperoleh juga
dilakukan uji statistik dengan anova satu
arah dan uji T student. Hasil uji anova
satu arah diperoleh nilai P yaitu 0,000
(P<0,05) dengan nilai tersebut terdapat
perbedaan yang bermakna kadar protein
dadih pada penyimpanan suhu kamar

56
SCIENTIA VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2011
ISSN : 2087-5045

Tabel II. Persentase Kadar Protein pada Susu Segar, Dadih yang Disimpan pada Suhu
Kamar dan Dadih yang Disimpan pada Lemari Pendingin

Sampel Berat Sampel (gr) %N % Protein


Sampel A susu segar 0,5829 0,7065 4,5079 0,0467
Setelah menjadi dadih 0,6019 0,6699 4,2741 0,0392
Setelah 2 hari pada suhu kamar 0,5914 0,6150 3,9240 0,0610
Setelah 4 hari pada suhu kamar 0,5608 0,5408 3,4509 0,0842
Setelah 6 hari pada suhu kamar 0,5797 0,468 2,9858 0,0939
Setelah 2 hari pada lemari
0,6603 0,6331 4,0391 0,0357
pendingin
Setelah 4 hari pada lemari
0,5885 05888 3,7562 0,0613
pendingin
Setelah 6 hari pada lemari
0,6190 0,5358 3,4188 0,0581
pendingin

5
Kadar Protein (%)

4
3
2
1
0
0 hari 2 hari 4 hari 6 hari

Lama Penyimpanan Dadih

Gambar 1. Grafik kadar protein pada dadih yang simpan pada suhu kamar

Gambar 2. Grafik kadar protein pada dadih yang disimpan dalam lemari pendingin

57
SCIENTIA VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2011
ISSN : 2087-5045

Dari data dan grafik yang DAFTAR PUSTAKA


didapat terlihat jelas bahwa semakin
lama penyimpanan maka kadar protein Almatsier, S., 2001, Prinsip Dasar Ilmu
semakin menurun. Penurunan kadar Gizi , Gramedia Pustaka Utama,
protein ini terjadi karena selama proses Jakarta.
fermentasi, bakteri asam laktat, Anggorodi, 1994, Ilmu Makanan Ternak
lactobacillus, streptococcus dan Umum, Penerbit Gramedia
lactococus aktif melakukan proses Pustaka Utama, Jakarata.
proteolitik dan lepolitik menjadi Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H.
substansi yang bisa dimanfaatkan oleh Fleet dan M Wooton, 1987,
bakteri misalnya energi, pada Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.
mekanisme perubahan tersebut biasanya De Man, J. M., 1999, Kimia Makanan,
akan menghasilkan air dan secara Ed. II, Penerbit ITB, Bandung.
otomatis konsentrasi protein dalam Detama, A. D., 2004, Ilmu Gizi untuk
produk fermentasi akan menurun (Bucle Mahasiswa dan Profesi, Jilid I,
etal, 1987). Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Grindra, A., 1986, Biokimia I , Penerbit
Pada data yang didapat terlihat PT. Gramedia, Jakarta.
bahwa susu segar kerbau mempunyai Robinson, T., 1995, Kandungan
kadar proteinnya lebih tinggi dari pada Organik Tumbuhan Tinggi,
dadih. Tetapi pada kenyataannya orang Ed.VI, Penerbit Institut
lebih banyak mengkonsumsi dadih dari Teknologi Bandung, Bandung.
pada susu segarnya disebabkan karena Sisriyenni, D, Zurriyati, Y., 2004,
aroma susu yang khas dapat Kajian kualitas dadih susu
menimbulkan rasa mual maka perlu kerbau didalam tabung bambu
dibuat susu fermentasi sehingga terjadi dan tabung plastik, Jurnal
perubahan fisik dan kimiawi susu. Tidak Pengkajian dan Pengembangan
semuanya orang dapat mencerna susu Teknologi Pertanian, Vol 2, No
dengan baik karena gangguan 2.
pencernaan yang timbul setelah SNI 01-2891-1992, Cara Uji Makanan
mengkonsumsi susu karena tidak dan Minuman, Pusat
terpecahnya laktosa (gula susu) menjadi Standarisasi Industri,
komponen-komponen sederhana yang Departemen Perindustrian.
dapat diserap oleh tubuh yaitu Sudarmadji, 1984, Prosedur Analisa
monosakarida, glukosa dan galaktosa untuk Bahan Makanan dan
(Sisriyenni, dan Zurriyati., 2004). Pertanian, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Sugianto, 2006, Susu Kerbau
Fermentasi Mampu
Kadar protein dadih sangat Menurunkan Kolesterol, Artikel,
dipengaruhi oleh lama dan tempat litbang deptan.
penyimpanan. Semakin lama waktu Susilorini, T. E., M. E. Sawitri,
penyimpanan maka kadar protein pun Muharlien, 2008., Budi Daya 22
semakin menurun. Dadih yang disimpan Ternak Potensial, Penerbit
pada lemari pendingin lebih tinggi kadar Penebar Swadaya, Jakarta.
proteinnya dari pada dadih yang Usman, 2007, Pengolahan Dadih
disimpan pada suhu kamar, hal ini Sebagai Makanan Probiotik
disebabkan karena dadih pada suhu Spesifik Sumatera Barat, Jurnal
kamar mudah terkontaminasi dengan Natur, Vol 5, No 2.
mikroorganisme lain selain bakteri
penghasil asam laktat sehingga dapat
mempengaruhi kadar protein.
58

Anda mungkin juga menyukai