Anda di halaman 1dari 19

PANCASILA DARI SUDUT PANDANG EKONOMI DAN POLITIK

DISUSUN OLEH :

CAESARLA ELINTANG YOLAWATI

FANIA SITA RANI

MUHAMMAD BILLY RAHMAN RABANI

LENI JUNIARTI

SNT-42

UNIVERSITAS MATARAM

2017/2018

1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa taala karena atas izinnya
kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila dari Sudut Pandang Ekonomi dan Politik.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata
kuliah Pancasila. Pembuatan makalah ini menggunakan metode study pustaka, yaitu
mengumpulkan dan mengkaji materi Pancasila dari berbagai referensi. Penyampaian
pembandingan materi dari referensi yang satu dengan yang lainnya akan menyatu dalam satu
makalah saya. Sehingga tidak ada perombakan total dari buku aslinya.

Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon
maaf atas segala kekurangannya.

Matram, 29 September 2017

2
Daftar Isi
Kata Pengantar .. 2

Daftar Isi......... 3

Bab I Pendahuluan.. 4

1.1 Latar Belakang...... 4


1.2 Rumusan Masalah .... 4
1.3 Tujuan ... 4

Bab II Pembahasan . 5

2.1 Pancasila Dari Sudut Pandang Ekonomi dan Politik 5


2.2 Peran Pancasila dalam Mengatur Perekonomian Bangsa Indonesia . 8
2.3 Peran Pancasila dalam mengatur Pembangunan Politik Indonesia ..... .11
2.4 Hubungan Ekonomi dan Pancasila ... 11
2.5 Hubungan Politik dan Pancasila ... 12
2.6 Penerapan Pancasila Dalam Bidang Ekonomi ..... 15
2.7 Penerapan Pancasila Dalam Bidang Politik . 17

Bab III Penutup

3.1 Daftar Pustaka .. 19

3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai


budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negara
Indonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah yang tercantum dalam alinea
keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal itu ditegaskan melalui Instruksi
Presiden RI No.12 Tahun 1968, tanggal 13 April 1968. Penegasan tersebut diperlukan untuk
menghindari tata urutan atau rumusan sistematik yang berbeda, yang dapat menimbulkan
kerancuan pendapat dalam memberikan isi Pancasila yang benar dan sesungguhnya.

Pancasila mempunyai peran di berbagai bidang, di antaranya adalah ekonomi dan


politik. Namun sangat disayangkan sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mengamalkan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan ekonomi maupun politik. Tidak heran maraknya kasus
pembunuhan, pengangguran, perampukan, korupsi, penipuan, dsb disebabkan oleh
penyelewengan nilai-nilai pancasila.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran pancasila dalam mengatur perekonomian bangsa dan membangun


politik
2. Bagaimana sudut pandang pancasila dalam ekonomi dan politik
3. Korelasi Pancasila dengan ekonomi dan politik
4. Penerapan Pancasila dengan ekonomi dan politik

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan kita terhadap nilai-
nilai pancasila, hubungan antara pancasila, ekonomi, dan politik, serta apa saja penerapan
pancasila dalam ekonomi dan politik.

4
Bab II Pembahasan
2.1 Pancasila Dari Sudut Pandang Ekonomi dan politik

Pancasila dari sudut padang politik

Pancasila berasal dari bahasa sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana). Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta Pancasila memiliki dua macam arti yakni :
panca artinya lima
syila artinya batu sendi, alas atau dasar
syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat itu
tertuang pada sila-sila yang terdapat pada Pancasila. Politik adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara.

Namun, pancasila sebagai pandangan poltik tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan
norma-norma yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Sebab, norma-norma itulah yang
menjadi dasar pandangan politik atau etika poltik dari para politikus agar tindakan yang
dilakukan tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku di Indonesia.

1. Norma Agama

Memberi pedoman, ukuran bagi manusia, pedoman atau ukuran ini berupa
norma, baik dalam hubungannya dengan manusia lain, alam dan dengan Tuhan Yang
Maha Esa. Peraturan hidup yang harus diterima manusia ajaran - ajaran yang
bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan
mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa berupa siksa kelak di akhirat.
Contoh norma agama ini diantaranya ialah:

1. Dilarang membunuh.
2. Patuh kepada orang tua.
3. Beribadah menurut agama dan keyakinannya.

5
2. Norma moral/kesusilaan

Adalah norma yang hidup dalam masyarakat yang dianggap sebagai peraturan
dan dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Peraturan hidup yang berasal dari hati
manusia. Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat
penyesalan. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh
seluruh umat manusia. Contoh norma ini diantaranya ialah :

1. Berlaku jujur.
2. Berbuat baik terhadap sesama manusia.
3. Dilarang berkhianat terhadap manusia lain.

3. Norma Kesopanan

Norma yang muncul karena pengaruh dari masyarakat itu sendiri untuk
mengatur pergaulannya agar tidak menyimpang sehingga masing - masing anggota
masyarakat saling hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini
ialah dijauhi atau dikucilkan, karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat
yang bersangkutan itu sendiri. Contoh norma ini diantaranya ialah :

a. Jangan makan sambil berbicara.


b. Hormatilah orang yang sedang berbicara.
c. Hormatilah orang yang lebih tua.

4. Norma Hukum

Peraturan - peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan negara.
Norma ini bersifat mengikat setiap orang sebab dalam Negara yang taat hukum
masyarakat di dalam Negara tersebut harus diatur agar kehidupan setiap
masyarakatnya aman, damai, dan tentram. Pelanggaran terhadap norma ini berupa
sanksi denda sampai hukuman fisik (dipenjara, hukuman mati). norma hukum sebagai
peraturan/ kesepakatan tertulis yang memiliki sanksi dan alat penegaknya. Contoh
norma ini diantaranya ialah :

1. Membunuh dengan sengaja (berencana) dihukum maksimal seumur hidup.


2. Dilarang merokok ditempat umum.

6
3. Dilarang membuang sampah sembarangan.

Pancasila dari Sudut Pandang Ekonomi

Dalam konsep kita, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila.


Pembangunan ekonomi kita pun harus berlandaskan pancasila, sebagai dasar, tujuan dan
pedoman dalam penyelenggaraannya. Atas dasar itu, karena berlandaskan pada keimanan dan
ketaqwaan yang timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan
demikian sistem ekonomi dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga
pembangunan nasional bangsa Indosesia adalah pembangunan yang berakhlak.

Sesuai dengan paradigma pancasila sebagai pembangunan eknomi maka sistem dan
pembangunan ekonominya berdasarkan kepada nilai moral daripada pancasila. Sistem
ekonomi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Oleh karena
itu ekonomi harus berdasarkan pada kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan kemanusiaan,
ekonomi untuk kesejahteraan manusia sehingga kita harus menghindarkan diri dari
pengembangan ekonomi yang hanya berdasarkan pada persaingan bebas, monopoli, dan
lainnya yang menimbulkan penderitaan pada manusia, menimbulkan penindasan,
ketidakadilan, dan kesengsaraan warga negara.

Namun, rendahnya upaya dan kemamuan untuk menafsirkan pancasila dalam bidang
ekonomi yang lebih banyak berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada keteladanan; Kebijakan
pemerintah sendiri menyimpangi pancasila; Social punishment & law enforcement yang
rendah.

Langkah yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai
Pancasila melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan penyadaran
agar ilmu ekonomi ini dikembangkan ke arah ekonomi yang humanistik, bukan sebaliknya
mengajarkan keserakahan & mendorong persaingan yang saling mematikan utk memuaskan
kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna mengimbangi ajaran yang mengedepankan
kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai manusia ekonomi (homo
ekonomikus), telah melepaskan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial (homo socius)
dan mahluk beretika (homo ethicus).

7
2.2 Peran Pancasila Dalam Mengatur Perekonomian Bangsa Indonesia
Agar Pancasila dalam bidang ekonomi tidak dianggap berkiblat ke kapitalisme; Tidak
ada keteladanan; Kebijakan pemerintah sendiri menyimpangi Pancasila; Social punishment
and law enforcement yang rendah. Maka langkah dilakukan adalah perlu digalakkan kembali
penanaman nilai-nilai Pancasila melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu
dimunculkan gerakan penyadaran agar ilmu ekonomi ini dikembangkan ke arah ekonomi
yang humanistik, bukan sebaliknya mengajarkan keserakahan & mendorong persaingan yang
saling mematikan utk memuaskan kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna mengimbangi
ajaran yang mengedepankan kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai manusia
ekonomi, telah melepaskan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial dan mahluk
beretika.
Ekonomi Pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (institutional economics)
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila sebagai ideologi negara, yang
kelima silanya, secara utuh maupun sendiri-sendiri, menjadi rujukan setiap orang Indonesia
yang menekankan pada harmoni mekanisme harga dan social (sistem ekonomi campuran),
bukan pada mekanisme pasar yang bersasaran ekonomi kerakyatan agar rakyat bebas dari
kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan, rasa was-was, dan rasa
diperlakukan tidak adil yang memosisikan pemerintah memiliki asset produksi dalam jumlah
yang signifikan terutama dalam kegiatan ekonomi yang penting bagi negara dan yang
menyangkut hidup orang banyak. Sehingga perlu pengembangan Sistem Ekonomi Pancasila
sehingga dapat menjamin dan berpihak pada pemberdayaan koperasi serta usaha menengah,
kecil, dan mikro (UMKM).
Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan-
bukan, bukan kapitalisme juga bukan sosialisme, menawarkan harapan berupa sistem
perekonomian alternatif yang bersifat komprehensif integral bagi jutaan masyarakat
Indonesia demi mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam Alinea IV
Pembukaan UUD 1945.
1. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi
Karena lamanya sistem control kelembagaan berkembang pula usaha sekaligus
sebagai pengusaha, yang didasarkan atas birokrasi dan wibawa keluarga
pengusaha. Kondisi yang demikian itu, jelas tidak berdasarkan nilai Pancasila
yang melerakan kemakmuran pada paradigma demi kesejahteraan seluruh bangsa.

8
Oleh karena itu, perubahan dan pengembangan ekonomi harus diletakkan pada
peningkatan hartkat martabat serta kesejahteraan seluruh bangsa sebagai satu
keluarga.
Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis
pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai Pancasila yang mengutamakan
kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut :
a. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan
b. Program rehabilitas dan pemulihan ekonomi
c. Transformasi struktur, guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu
diciptakan sistem untuk mendorong percepatan perubahan struktural
(struktural transformation) transformasi struktural ini meliputi proses
perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, ekonomi lemah ke
ekonomi yang tangguh, ekonomi subsistem ke ekonomi pasar, ketergantungan
kepada mandiri.
d. Dengan sistem ekonomi dan mendasarkan nilai pada upaya terwujudnya
kesejahteraan seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan
oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi.

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi


Dalam dunia ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi yang
mendasarkan pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas
kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga lazimnya pengembangan ekonomi
mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang menang.
Atas dasar kenyataan objektif inilah maka di Eropa pada awal abad ke-19
muncullah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yaitu
sosialisme komunisme.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu sendiri adalah untuk
memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena
itu, ekonomi harus berdasarkan pada kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan
kemanusiaan ekonomi untuk kesejahteraan manusia sehingga kita harus
menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya berdasarkan pada
persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang dapat menimbulkan penderitaan
pada manusia, menimbulkan penindasan atas manusia satu dengan yang lainnya.

9
3. Ekonomi Pancasila Diteliti Dari Dalam Dan Pelaksanaan Sila-Sila Pancasila
Dalam Bidang Ekonomi
Pancasila sebagai dasar negara, maka sila-sila yang terdapat pada Pancasila dapat
diterapkan dalam kehidupan ekonomi bangsa, negara dan masyarakat sebagai
berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Menunjukkan bahwa pola perekonomian digerakkan oleh rangsangan-
rangsangan ekonomi, sosial dan moral yang sangat tinggi, yaitu moral
manusia yang beragama sehingga para pelaku ekonomi tidak akan semena-
mena karena adanya pengawas tunggal, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat untuk mewujudkan pemerataan-
pemerataan sosial (egalitarian), sesuai asas-asas kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia
Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional
yang tangguh. Ini berarti nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan
ekonomi.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupan bentuk paling
konkrit dari usaha bersama.
5. Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Hal ini menunjukan pada adanya imbangan yang jelas dan tegas antara
perencanaan di tingkat nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan
kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan ekonomi dan keadilan sosial.
Aturan main yang diturunkan dari setiap sila dalam Pancasila kita bisa melihat
sejauh mana aturan main tersebut telah bisa ditegakkan dalam masyarakat.
Misalnya, dalam sila Persatuan Indonesia kita bisa meneliti setiap kasus
kebijakan ekonomi yang hendak diambil, apakah akan membantu atau tidak
pada peningkatan ketangguhan atau ketahanan ekonomi nasional. Lebih
spesifik lagi bisa diambil contoh apakah setiap utang baru atau kerja sama
ekonomi dengan negara lain bisa membantu atau sebaliknya mengancam
ketangguhan dan ketahanan ekonomi nasional.

10
2.3 Peran Pancasila dalam Mengatur Pembangunan Politik
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila
bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan
menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat
secara berurutan-terbalik:

Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik,


budaya, agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;

Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan


keputusan;

Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan


konsep mempertahankan persatuan;

Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan


yang adil dan beradab;

Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan


kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa.

2.4 Hubungan Ekonomi dan Pancasila

Pada tataran filosofis ekonomi Pancasila tentulah harus dijiwai oleh nilai-nilai-
Pancasila. Atas dasar itu maka Ekonomi Pancasila tidak semata-mata bersifat materialistis,
karena:

1. Berlandas pada keimanan dan ketakwaan yang timbul dari pengakuan kita
pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Keimanan dan ketakwaan menjadi landasan
spiritual, moral dan etik bagi penyelenggaraan ekonomi dan pembangunan.
Dengan demikian Ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral
dan etika, sehingga pembangunan nasional kita adalah pembangunan yang
berakhlak.
2. Ekonomi Pancasila, dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,
menghormati martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia
11
dalam kehidupan ekonomi. Dalam ekonomi Pancasila dengan demikian tidak
dikenal economic animal, yang satu memangsa yang lain.

3. Ekonomi Pancasila berakar di bumi Indonesia. Meskipun ekonomi dunia


sudah menyatu, pasar sudah menjadi global, namun selama masih ada bangsa
dan negara Indonesia, maka ekonomi Indonesia tetap diabdikan bagi
kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia. Sila Persatuan Indonesia
mengamanatkan kesatuan ekonomi sebagai penjabaran wawasan nusantara
dibidang ekonomi. Globalisasi kegiatan ekonomi tidak menyebabkan
internasionalisasi kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi kita tetap
diabdikan untuk kepentingan bangsa Indonesia. Ekonomi Pancasila dengan
demikian berwawasan kebangsaan dan tetap membutuhkan sikap patriotik dari
para pelakunya meskipun kegiatannya sudah mengglobal.
4. Sila keempat dalam Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia
mengenai kedaulatan rakyat dan bagaimana demokrasi dijalankan di
Indonesia. Di bidang ekonomi, Ekonomi Pancasila dikelola dalam sebuah
sistem demokratis yang dalam Undang-undang Dasar secara eksplisit disebut
demokrasi ekonomi.
5. Nilai-nilai dasar sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
menunjukkan betapa seluruh upaya pembangunan kita, seluruh upaya untuk
mengembangkan pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran
yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

2.5 Hubungan antara Politik dengan Pancasila

Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti lima lima dan sila
yang berarti dasar. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar. Tetapi di sini pengertian
pancasila berdasarkan sejarah pancasila itu sendiri. Apabila kita ingin benar-benar
melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuan, maka kita tidak saja
harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal dari Batang Tubuh (the body of
the konstitutin) atau lebih dkenal isi dari UUD 1945 itu, tetapti juga ketentuan-ketentuan
pokok yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena pembukaan UUD 1945
12
(walaupun tidak tercantum dalam satu dokumen dengan Batang Tubuh UUD 1945, seperti
konstitusi (RIS) atau UUDS 1950 misalnya), adalah bagian mutlak yang tidak dipisahkan dari
Konstitusi Republuk Indonesia Tahun 1945; pembukaan dan Batang Tubuh kedua-duanya
telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustua
1945.

Dalam penjelasan resmi dari pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam
Pembukaan UUD 1945 terkandung emapt pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
berdasar atas Persatuan;
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
Negara Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dan berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan;
Negara Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

Khusus bagian/alinea ke -4 dari pembukaan UUD 1945 adalah merupakan asas pokok
pemebentukan pemerintah Negara Indonesia. Isi bagian ke 4 dari Pembukaan UUD 1945 itu
dibagi ke dalam 4 hal:

1. Tentang hal tujuan Negara iondonesia, tercantum dalam kalimat Kemudian


daripada itu dan seluruh tumpah darah indonesia, yang;
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
Memajukan kesejahteraan rakyat
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
3. Tentang hal ketentuan diadakanya Undang-Undang Dasar tarcantum dalam
kalimat yang berbunyi: maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia;
4. Tentang hal bentuk Negara dalam kalimat: yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat;
5. Tentang hal Dasar Falsafah Negara Pancasila.

Sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa serta sila kedua Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab adalah merupakan sumber nilai nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan

13
kenegaraan. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negeri di jalankan sesuai dengan:
1. Asas legalitas ( legitimasi hukum).
2. Di sahkan dan dijalankan secara demokratis ( legitimasi demokratis)
3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip moral / tidak bertentangan dengannya
(legitimasi moral).
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, baik menyangkut kekuasan, kebijaksanan yang
menyangkut publik, pembagian serta kewenangan harus berdasarka legitimasi moral religius
( sila 1 ) serta moral kemanusiaan ( sila 2). Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh
krena itu keadilan dalam hidup bersama ( keadilan sosial ) sebgai mana terkandung dalam
sila 5, adalah merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
dan penyelenggraan negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian
senantiasa harus berdasarkan atas hukum yang berlaku. Negara adalah berasal dari rakyat dan
segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat ( sila 4). Oleh
karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasan negara. Oleh karena itu pelaksanaan
dan pnyelenggraan negara segala kebijaksanaan, kekuasaan, serta kewenangan harus
dikembalikan pada rakyat sebagai pendukung pokok Negara.

Jadi, hubungan pancasila,ekonomi dan politik terdapat pada pancasila sebagai


paradigma pembangunan nasional, termasuk di dalamnya pancasila sebagai paradigma
pembangunan pada bidang ekonomi dan bidang politik. Dimana paradigma sendiri
merupakan kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur,
parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai
kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.

Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam


melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya
nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur
segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar
negara dan ideologi nasional.

Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka
14
tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan
bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.

2.6 Penerapan Pancasila Dalam Bidang Ekonomi

Dalam konsep kita, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila.


Pembangunan ekonomi kita pun harus berlandaskan pancasila, sebagai dasar, tujuan dan
pedoman dalam penyelenggaraannya. Dengan dasar pemikiran tersebut, maka system
ekonomi yang ingin kita bangun adalah sistem ekonomi Pancasila.
Sistem ekonomi diartikan sebagai kumpulan dari institusiyang terintegrasi dan
berfungsi serta beroperasi sebagai suatu kesatuanuntuk mencapai suatu tujuan (ekonomi)
tertentu. Institusi disini siartikan sebagai kumpulan dari norma-norma,peraturan atau cara
berfikir. Dalam pengertian institusi ini juga diartikan juga termasuk institusi ekonomi seperti
rumah tangga, pemerintah, kekayaan, uang, serikat pekerja dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan sisitem ekonomi Pancasila adalah system ekonomi
pasar yang terkeloladan kendali pengelolaannya adalah nilai-nilai Pancasila. Atas dasar itu ,
maka ekonomi Pancasila tidak semata-mata bersifat materialistis, karena berlandaskan pada
keimanan dan ketaqwaan yang timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan demikian system ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan
etika, sehingga pembangunan nasional bangsa Indosesia adalah pembangunan yang
berakhlak.
Jika dilihat dari sila Pancasila, sila tiga dan empat maka dapat diketahui bahwa :
Sila pertama, meningkatkan iman dan kepercayaan yang kuat terhadap Tuhan sehingga
terhindar dari berbagai tindak kejahatan.
Sila Kedua, menunjukkan sikap saling menghargai perbedaan status dan berperilaku adil
terhadap sesama.
Sila persatuan Indonesia mengamanatkan kesatuan ekonomi sebagai penjabaran
wawasan nusantaradi bidang ekonomi. Ekonomi Pancasila dengan demikian berwawasan
kebangsaan dan tetap membutuhkan sikap patriotic meskipun kegiatannya sudah
mengglobal.
Sila keempat pada Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia mengenai
kedaulatan rakyat dan bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia.
Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan betapa seluruh
upaya pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran yang

15
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan pada asas kekeluargaan.

Menurut ISEI, di dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Demokrasi Ekonomi, usaha
negara, koperasi, dan usaha swasta dapat bergerak di dalam semua bidang usaha sesuai
dengan peranan dan hakikatnya masing-masing. Dalam konsep itu usaha berperan sebagai :
1. Perintis di dalam penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang produksi yang belum
cukup atau kurang merangsang prakarsa dan minat penguasa swasta;
2. Pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang penting bagi negara;
3. Pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang mnguasai hajat hidup orang
banyak;
4. Imbangan bagi kekuatan pasar pengusaha swasta;
5. Pelengkap penyediaan barang dan jasa yang belum cukup disediakan oleh swasta dan
koperasi, dan
6. Penunjang palaksanaan kebijakan negara.
Namun, yang menjadi tantangan kita sekarang adalah bagaimana membangun usaha
swasta agar dapat memotori ekonomi kita dalam memasuki era perdagangan bebas.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila meliputi:
(1) ekonomika etik dan ekonomika humanistik (dasar)
(2) nasionalisme ekonomi dan demokrasi ekonomi (cara/metode operasionalisasi)
(3) ekonomi berkeadilan sosial (tujuan)
Kontekstualisasi dan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi cukup dikaitkan
dengan pilar-pilar di atas dan juga dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang harus
dipecahkan oleh sistem ekonomi apapun. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah:
(a) Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan dan berapa jumlahnya;
(b) Bagaimana pola atau cara memproduksi barang dan jasa itu, dan;
(c) Untuk siapa barang tersebut dihasilkan, dan
(d) Bagaimana mendistribusikan barang tersebut ke masyarakat.
Rendahnya upaya dan kemamuan untuk menafsirkan Pancasila dalam bidang
ekonomi yang lebih banyak berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada keteladanan; Kebijakan
pemerintah sendiri menyimpangi Pancasila; Social punishment & law enforcement yang
rendah.

16
Langkah yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai
Pancasila melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan penyadaran
agar ilmu ekonomi ini dikembangkan ke arah ekonomi yang humanistik, bukan sebaliknya
mengajarkan keserakahan & mendorong persaingan yang saling mematikan utk memuaskan
kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna mengimbangi ajaran yang mengedepankan
kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai manusia ekonomi (homo
ekonomikus), telah melepaskan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial (homo socius)
dan mahluk beretika (homo ethicus).

2.7 Penerapan Pancasila dalam Bidang Politik

Penerapan Ideologi Pancasila dalam Parpol di Indonesia

Partai politik di Indonesia harus bertujuan sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional
yang diamanatkan Pembukaan UUD 1945. Pedoman yang perlu dijadikan pegangan dalam
kehidupan partai politik adalah :

Mengaktualisasikan kebersamaan dalam kemajemukan untuk mewujudkan cita-cita


dan tujuan nasional.

Penyampaian aspirasi rakyat dan segenap perilaku partai politik harus menjamin
tegaknya keselarasan dan kerukunan serta budi luhur. Penyampaian aspirasi rakyat
melalui partai politik harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.

Segenap perilaku partai politik selalu bersendi pada keputusan bersama yang
mengikat dan mengandung sanksi terhadap penyimpangan penyalahgunaan kekuasaan
dan wewenang.

Program partai politik harus mengarah pada kokohnya Pancasila sebagai dasar
negara, utuh dan kuatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
berpemerintahan presidensial dan bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik

Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi
peraturan perundang undagan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam

17
hubungannya Dengan legitimasi kekuasaan,hukum serta berbagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraannegara.

Nilai nilai khusus yang termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila silanya, yaitu
sebagai berikut :

1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya memuat pengakuan
eksplisit akan eksistensi Tuhan sebagai sumber dan pencipta, sekaligus
memperlihatkan relasi esensial antara yang mencipta dan yang diciptakan.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab, sila ini memperlihatkan secara
mendasar dari negara atas martabat manusia dan sekaligus komitmen untuk
melindunginya. Asumsi dasar dari sila ini adalah bahwa manusia karena
kedudukannya yang khusus diantara ciptaan ciptaan lainnya, mempunyai hak
dan kewajiban untuk mengembangkan kesempatan untuk meningkatkan harkat
dan martabatnya sebagai manusia. Manusia secara natural dengan akal dan
budinya mempunyai kewajiban untuk mengembangkan dirinya menjadi seorang
yang bernilai.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia, secara khusus meminta perhatian setiap warga
negara akan hak dan kewajiban dan tanggung jawabnya pada negara khususnya
dalam menjaga eksistensi negara dan bangsa.
4. Sila keempat : Demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan, memperlihatkan pengakuan negara serta
perlindungannya terhadap kedaulatan rakyat yang dilaksanakan dalam iklim
musyawarah dan mufakat dalam iklim keterbukaan untuk saling mendengarkan,
mempertimbangkan satu sama lain dan juga sikap belajar saling menerima dan
member. Hal ini berarti bahwa setiap orang diakui dan dilindungi haknya untuk
berpartisipasi dalam kehidupan berpolitik.
5. Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, secara istimewa
menekankan keseimbangan antara hak dan kewajiban setiap warga negara harus
bisa menikmati keadilan secara nyata tetapi iklim keadilan yang merata hanya bisa
dicapai apabila struktur sosial masyarakat secara adil. Keadilan sosial terutama
menuntut informasi struktur struktur sosial, yaitu struktur ekonomi, politik,
budaya dan ideologi kearah yang lebih akomodatif terhadap kepentingan
masyarakat.

18
Bab III Penutup
3.1 Daftar Pustaka

Link:http://rumahmateri.blogspot.co.id/2010/04/sistem-ekonomi-berlandaskan-pancasila.html

Link:file:///E:/Maalik%20World%20Education%20%20Hubungan%20politik%20dengan%2
0pancasila.htm

https://www.slideshare.net/PuspitaMelati/implementasi-nilai-nilai-pancasila-dalam-bidang-
politik

http://viaoktantri.blogspot.co.id/2016/01/penerapan-ideologi-pada-segi-ekonomi.html

19

Anda mungkin juga menyukai