PRAKTIKUM PETROLOGI
1.1 Pendahuluan
1
sebagai pemerian secara mata telanjang. Alat bantu secara optik fisik adalah kaca
pembesar (loupe), sedangkan secara kimiawi adalah larutan HCl 0,1 N. Praktikan
disyaratkan telah mengikuti kuluah dan praktikum kristalografi mineralogi dan
mampu mengenal berbagai macam mineral atau kristal pembentuk batuan.
a. Praktikan akan diarahkan pada penguasaan jenis dan nama batuan secara
megaskopis (makroskopis), melalui pemerian yang mencakup warna, tekstur,
struktur dan komposisi batuan serta sifat sifat lain yang sangat menonjol baik
secara fisik maupun kimiawi. Pemerian megaskopis ini dimaksudkan sebagai
pemerian secara mata telanjang.
b. Praktikan disyaratkan telah mengikuti kuliah dan praktikum kristalografi
mineralogi dan mampu mengenal berbagai macam mineral/kristal pembentuk
batuan.
1.2.1. Acara praktikum petrologi, di bagi menjadi 3 acara yaitu:
1.2.1.1. Acara batuan beku
a. acara i: batuan beku asam
b. acara ii: batuan beku menenga/intermediet
c. acara iii: batuan beku basa
1.2.1.2. Acara batuan sedimen
a. sedimen klastik
b. sedimen non klaastik
c. batuan karbonat (batugamping klastik)
d. batuan karbonat (batugamping non klastik)
1.2.1.3. Acara batuan metamorf
2
Tata tertib praktikum petrologi:
1. Praktikan harus hadir 5 menit sebeluk praktikum dimualai.
2. Praktikan yang terlambat lebih dari 10 menit dianggap tidak hadir.
3. Praktikan dilarang merokok, makan, dan minum di dalam laboratorium.
4. Praktikan yang mengikuti acara praktikum harus memakai pakian (kemeja,
bukan kaos oblong).
5. Praktikan yang tidak hadir 2 kali berturut turut akan dianggap gugur dan akan
mengulang tahun depan.
6. Setelah mengikuti semua acara praktikum, praktikan akan mendapat Surat
Keterangan Selesai Praktikum (SKSP).
7. Pelanggaran terhadap praktikum akan dikenakan sanksi berupa pengurangan
nilai atau dianggap gugur.
2.1. Definisi
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan goelogi yang mempelajari
batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian (deskripsi), cara terjadinya
(aspek genesa interprestasi). Aspek pemerian antara lain meliputi warna, tekstur, struktur,
komposisi, berat jenis, kekerasan ,kesarangan (porositas), krelulusa (permebelitas) dan
klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa-inetrpretasi mencakup tentang sumber asal
(source) hingga proses sampai cara terbentuknya batuan.
Batuan didefennisiskan sebagai semua bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi
dan merupakan suatu agregat (kumpulan mineral-mineral tertentu). Dalam arti sempit,
yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan hasil
pelapukan kimia, fisis, maupun biologis serta proses erosi dari batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan, yaitu :
1. Batuan Beku (Igneous Rocks) adalah kumpulan mineral silikat (yang interlocking)
sebagai hasil pembekuan magma yang mendingin (Huang, 1962).
3
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rocks) adalah batuan hasil litifikasi bahan rombakan
batuan yang berasal dari proses denudasi atau proses hasil reaksi kimia maupun hasil
kegiatan organisme (Pettijohn,1964).
3. Batuan Metamorf arau Batuan Malihan (Metamorphic Rocks) adalah batuan yang
berasal dari suatu batuan yang sudah ada sebelunnya yang mengalami perubahan
tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai perubahan kondisi atau fisika
(tekanan dan temperatur) (Winkler,1967).
Dalam sejarah pembentukannya ketiga jenis batuan tersebut dapat mengalami
jentera(siklus) batuan seperti pada gambar 1,1.
4
Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan sturktur primer
batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal.
Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu :
a. Mineral - mineral felsik, banyak mengandung unsur aluminium (Al), kalsium (Ca),
natrium (sodium, Na), kalium (potassium : K), dan silium (Si), umunya berwarna
cerah. Mineral tersebut antara lain kuarsa, plagioklas, orthoklas, muskovit.
Granit Rhyolit
b. Mineral mineral mafic, mengandung banyak unsure Magnesium (Mg), dan besi (Fe).
Umumnya mineral mineral ini berwarna gelap, misalnya olivin, piroksen,
hornblende, biotit.
Gabro Basalt
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral mineral
mafic umumnya mengkristal pada suhu yang relative lebih tinggi dibanding dengan
mineral felsik. Secara sederhana dapat dilihat pada bowen reaction series.
Pada bowen reaction series, mineral yang terbentuk pertama kali dalah mineral
yang labil dan mudah terubah menjadi mineral lain. Mineral yang dibentuk pada
5
temperatur rendah adalah mineral yang relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri, yang terbentuk
pertama kali adalah olivin sedangkan mineral yang terbentuk terakhir adalah biotit.
Tabel 2.1. Reaksi seri Bowen (1928) dari mineral-mineral utama pembentuk batuan beku.
Discontinous series continous series
(temperatur tinggi : magma basa)
Olivin Anortit 1.400o C
Amphibol Andesin
Biotit Oligoklas
Albit
Potassium feldspar
Muskovit
6
Kuarsa 800o C
7
Piroksen-Hornblende-Plagioklas
Hornblende-Plagioklas-Biotit-Kuarsa
c. Kelompok batuan asam
Hornblende-Biotit-Orthoklas-Plagioklas
Hornblende-Biotit-Muscovit-Plagioklas-Kuarsa
Biotit-Muscovit-Orthoklas, dan sebagainya
8
Struktur batuan beku adalah kenampakan hubungan antara bagian bagian batuan
beku yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada
pengamatan dalam skala besar atau singkapan di lapangan seperti lava bantal yang
terbentuk di lingkungan air laut, struktur aliran dan lainnya. Pada batuan beku, struktur
yang sering ditemukan adalah :
a. Massif : bila batuan pejal, tanpa retakan atau lubang lubang gas atau apabila pada
batuan tidak menunnjukkan fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
b. Pillo lava : atau lava bantal merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstruksi
tertentu, yang dicirikan oleh massa yang berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk
ini berdiameter 30 60 cm dan jaraknya berdekatan. Struktur ini khas pada batuan
volkanik bawah laut.
c. Jointing : bila batuan tampak mempunyai retakan. Kenampakan ini akan mudah
diamati pada singkapan di lapangan. Struktur ini termasuk columnar jointing.
d. Vesikuler : dicirikan dengan adanya lubang lubang gas. Stuktur ini dibagi menjadi
tiga yaitu :
- Skorian ; bila lubang lubang gas saling berhubungan (lubang lubang gas tidak
teratur), berbentuk membulat atau elips, rapat sekali sehingga berbentuk seperti
rumah lebah.
- Pumisan ; bila lubang lubang gas saling berhubungan dan di dalam lubang
lubang gas tersebut terdapat serat serat kaca.
- Aliran ; bila ada kenampakkan aliran kristal kristalnya maupun lubang lubang
gas.
- Amygdaloidal ; bila lubang lubang gas telah terisi oleh mineral- mineral sekunder
seperti zeolit, kerbonat dan bermacam silika.
e. Xenolith : struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk
atau tertahan ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentu akibat peleburan tidak
sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
f. Autobreccia : struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen fragmen dari lava itu
sendiri.
9
warna batuan batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merrupakan hasil dari rangkaian
proses sebelum, selama dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
2.3.4.1. Tingkat atau Derajat Kristalin
Tingkat atau derajat kristalin merupakan keadaan proprsi antara massa kristal dan
massa gelas dalam batuan. Tingkat atau derajat kristalin pada batuan beku tergantung dari
proses pembentukan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan
terdapat cukup energi pertumbuhan kristal padasaat melewati perubahan fase dari cair
menjadi padat sehingga akan terbentuk kristal kristal yang berukuran besar. Bila
penurunan suhu relativ cepat maka kristal kristal yang dihasilkan kecil kecil dan tidak
sempurna. Apabila pembekuan magma sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk
karena tidak ada energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal sehingga
akan dihasilkan gelas. Tingkat kristalin batuan beku dapat dibagi menjadi :
a. Holokristalin ; bila seluruh batuan tersusun atas kristal kristal mineral.
b. Hypokristalin atau Hypohyalin atau Merokristalin ; bila batuan beku terdiri dari
sebagian kristal da nsebagian gelas.
c. Holohyalin ; bila seluruh batuan oleh gelas.
2.3.4.2. Granularitas
Garanularitas merupakan ukuran butir mineral atas sifat tekstural yang mudah
dikenali dalam batuan beku. Berdasarkan pengamatan dengan mata telanjang atau
memakai loupe, maka tekstur batuan beku dibagu dua, yaitu :
a. Afanitik adalah kenampakan butir individu mineral di dalam batuan beku sangat halus
sehingga mineral penyusunnya tidak dapat dimati secara mata telanjang atau dengan
loupe. Contoh : basalt,
10
Gambar 2.4. Contoh tekstur afanitik pada batuan basalt
11
2.3.4.3. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan suasana hubungan mineral di dalam suatu batuan
beku.
2.3.4.3.1. Bentuk Butir
Untuk kristal kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat
kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses
kristalisasi mineral-mineral pembentukan batuan. Dilihat dari pandangan dua dimensi,
bentuk mineral dibedakan menjadi :
a) Euhedral ; apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang-bidang kristal
yang jelas. Bentuk kristal euhedral merupakan indilkasi bahwa mineral tersebut
terbentuk sangat awal. Hal ini dimungkinkan mengingat masih tersedia ruang yang
cukup untuk membentuk mineral secara sempurna.
b) Subhedral ; apabila bentuk mineral tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang
dibatasi oleh bidang-bidang mineral. Bentuk butir yang subhedral merupakan indikasi
bahwa ketika mineral tersebut terbentuk, ruang yang tersedia tidak memadai lagi untuk
membentuk mineral secara sempurna.
c) Anhedral ; apabila bidang batas mineraldi dalam batuan beku tidak jelas. Bentuk butir
yang anhedral merupakan indikasi bahwa mineral-mineral ini terbentuk pada fase
paling akhir dari rangkaian proses pembentukan suatu batuan, untuk mengisis rongga
yang tersedia.
12
b) Inequigranular
Suatu batuan beku disebut memiliki tekstur inequigranular apabila ukuran kristal
pembentuk tidak seragam. Suatu batuan beku disebut memiliki teksutur inequigranular
apabila ukuran kristal pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
- Faneroporfiritik ; bila kristal mineral yang besar (Fenokris)dikelilingi kristal
mineral yang lebih kecil (masa dasar) dan dapat dikenal dengan mata telanjang.
Contoh : Diorot Porfir.
- Porfiroafanitik, bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang afanitik. Contoh :
Andesit Porfir.
Didalam batuan beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin
terdapat kristal berukuran butir besar, disebut fenokris, dikelilingi oleh kristal mineral yang
lebih kecil (masa dasar/groundmass). Kenampakan demikian disebut tekstur porfir atau
porfiri atau firik. Tekstur holokristalin porfiritik adalah apabila didalam batuan beku itu
terdapat kristal besar (fenokris) yang tertanam didalam masa dasar kristal yang lebih halus.
Tekstur hipokristalin porfiritik diperuntukan bagi batuan beku yang mempunyai fenokris
tertanam didalam masa dasar gelas. Tekstur vitrofirik adalah tekstur dimana mineral
penyusunnya secara dominan adalah gelas, sedangkan kristalnya hanya sedikit (< 10%)
c) Gelas (Glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.
13
2.3.5. Komposisi Mineral
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu :
a. Kelompok Granit-Riolit ; berasal dari magma yang bersifat asam, terutama
tersusun oleh mineral kuarsa, orthoklas, plagioklas-Na, kadang terdapat
hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah sedikit.
b. Kelompok Diorit-Andesit ; berasal dari magma yang bersifat intermediet,
terutama tersusun atas mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan
kuarsa.
c. Kelompok Gabro-Basalt ; tersusun dari magma asal yang bersifat basa yang
terdiri dari mineral-mineral olivine, plagioklas-Ca, piroksen dan hornblende.
d. Kelompok Ultrabasa ; terutama tersusun oleh olivine, piroksen. Mineral lain
yang mungkin adalah plagioklas-Ca dalam jumlah yang sangat kecil.
1. Mineral felsik adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku,
berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsure-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral
felsik dibagi menjadi tiga yaitu Feldspar, felspatoid (foid) (leusit, nefelin, sodalit)
dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul
dan sebaliknya.
14
2. Mineral mafik (mineral yang berwarna gelap) terdiri dari: kelompok mineral olivine
(forsterite dan fayalite), kelompok mineral piroksen yang dibgi menjadi 2 (dua)
yaitu orto piroksen dan klino piroksen. Yang termasuk dalam orto piroksen antara
lain : diopsit, augit, pigeonit, aigirin, spodemen,jadeit,amfibol (hornblende,
lamprobolit, riebeckit, glukofan) dan biotit.
b. Mineral Tambahan (accessory mineral)
Merupakan mineral-mineral ubahan (altersi) dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan, reaksi hydrothermal maupun hasil matamorfisme terhadap mineral utama.
Mineral-mineral sekunder ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma.
Mineral sekunder ini terdiri dari :
Adalah mineral primer yang tidak membentuk Kristal ata amorf. Mineral ini
sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan
beku luar atau batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi (volcanic
glass)
15
Pengamatan dan daya ingat yang kuat dalam mengidentifikasi sifat khas dari
mineral mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum. Tabel 2.3 berikut
disajikan beberapa contoh cirri-ciri mineral berdasarkan sifat fisik mineral yang dapat
dikenali secara megaskopis.
16
Garnet Coklat merah Polygonal, membutir Tidak ada Kilap kaca / mutiara
Halite Tak berwarna, Kubus, massif, Sempurna Sebagai garam
putih, merah membutir evaporit
Gypsum Tak berwarna, Memapan, membutir, Sempurna Lembar-lembar tipis
putih menyerat terjadi dari evaporit
Anhidrit Putir, abu-abu, Massif, membutir Sempurna Karena evaporit
biru pucat (umumnya)
17
e. Cerat (streak) : adalah warna mineral dalam bentuk serbuk, cerat dapat sama atau
berbeda dengan mineral lain
f. Belahan: adalah kecenderungan mineral untuk membelah paa suatu atau lebih arah
tertentu sebagai bidang arah permukaan rata
g. Pecahan: adalah kecenderungan untu terpisah dalam arah yang tak beraturan.
Macamnya :
- Konkoidal : kenampakan seperti pecahan botol, contoh : kuarsa
- Fibrous: kenampakan berserat, contohnya: asbes, augit
- Even: bidang pecahan halu, contohnya: minerl-mineral lempungan
- Uneven: bidang pecahan kasar, contohnya : magnetit, garnet
- Hackly: bidang pecahan runcing-runcing, contohnya: mineral-mineral logam.
18
3) Relative memiliki tubuh yang kecil yakni hanya pluton-pluton yang kecil.
Bentuknya khas dari intrusi ini adalah : intrusi silinder atau pipa. Sebagian
besar merupakan sisa dari korok atau gunungapi tua, biasanya disebut vulkanik
nek (teras gunungapi)
19
dasar komposisi minerfal pembentuknya. Sebenarnya analisa kimia dan mineralogy
berhubungan erat, seperti yang ditunjukkan pada daftar nilai kesetaraan SiO2 dalam mineral
berikut ini :
a. Mineral Felsik : kuarsa 100%, alkali feldspar 64% - 66%, oligiklas 62%, andesine
59% - 60%, labradorite 52% - 53%.
b. Mineral Mafik : hornblende 42% - 50%, biotit 35% - 38%, augit 47% - 51%,
magnesian dandiopsit piroksen 50% - 55%, dan lain-lain.
Dengan melihat komposisi mineral dan teksturnya, dapat diketahui jenis magma asal,
tempat pembentukan, pendugaan temperatur pembentukan dan lainnya.
20
beku yang tersusun oleh gelas saja disebut obsidian dan apabila bertekstur
perlapisan disebut Perlit.
f. Batuan beku dalam asam dinamakan diorit kuarsa atau granodiorit, sedangkan
batuan beku luarnya disebut dasit. Mineral penyusunnya hampir mirip dengan
diorit atau andesit, tetapi ditambahkan kuarsa dan alkali feldspar, sementara
plagioklasnya secara berangsur berubah ke asam.
g. Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin,piroksen dan plagioklas
basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basal. Batuan beku dalam
menengah disebut diorit. Tersusun oleh piroksen, amfibol dan plagioklas
menengah, sedangkan batuan beku luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan
basal ada nama batuan transisi yang disebut andesit basal(basaltic andesit).
h. Dunit tersusun seluruhnya oleh minerl olivin sedangkan piroksenit oleh piroksen
dan anortosit oleh plagioklas basa.peridotit terdiri dari mineral olivin dan piroksen;
norit secara dominan terdiri dari piroksen dan plagioklas basa. Batuan beku luar
ultramafik umumnya bertekstur gelas atau vitrofirik dan disebut pikrit.
Penamaan batuan beku sering ditambah aspek tekstur, struktur dan atau komposisi
mineral yang sangat menonjol.contoh andesit,porfir, basal vesikuler dan andesit
piroksen. Penamaan nama batuan beku berdasarkan komposisi mineral umumnya
diberikan apabila presentase kehadirannya minimal 10 % perkiraan presentase
kehadiran mineral pembentuk batuan ditunjukan oleh gambar 2.7.
21
22
Gambar 2.7 diagram presentase untuk perkiraan komposisi berdasarkan volume
23
2.4 Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik (pyro = api, clastics = butiran atau pecahan), merupakan bagian
dari batuan vulkanik. Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik,
secara khusus terbentuk oleh proses vulkanik yang eksplosif (letusan) gunung api.bahan
bahan yang dikeluarkan dari pusat erupsi gunung api kemidian mengalaki lithifikasi sebelum
atau sesudah mengalami perombakan oleh air atau es.
2.4.1. Genesa
Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi empat tipe utama, yaitu :
a. Endapan Jatuhan Piroklastik (Piroclastic Fall Deposits)
Endapan piroklastik ini dihasilkan dari erupsi eksplosif yang melemparkan material
material vulkanik ke atmosfir dan jaatuh disekitar erupsi. Bahan piroklastik setelah
dilempar dari pusat vulkanik langsung jatuh ke darat melalui medium udara. Ciri yang
nampak dari endapan ini adalah berlapis baik, dan pada lapisannya akan
memperlihatkanstruktur butiran bersusun, dengan beberapa struktur yang pada strata
sedimen, antara lain kenampakan gradasi normal pada pumis maupun lithic fragments.
Contoh endapan ini adalah : agglomerate, breksi, piroklastik, tuff dan lapili.
Jika bahan bahan piroklastik seelah dilempar dari pusat erupsi yang berada di darat
maupun di bawah permukaan laut kemi\udian diendapkan pada kondisi air yang tenang
dan tidak mengalami reworking serta tidak tercampur dengan bahan yang bukan
piroklastik, maka jenis ini tidak didapatkan struktur struktur sedimeninternal dan
komposisi seluruhnya dalam bahan piroklastik. Bila dilihat paleoenvironment, maka jenis
ini termasuk batuan sedimen dengan provenance piroklastik.
24
meliputi : glowing avalanvhe, lava collapse, hot ash avalanche. Aliran ini umumnya
berlangsung pada suhu tinggi antara 5000 - 6000C.
d. Lahar
Pada suhu di atas 1000C material piroklastik cenderung tertransport oleh media
berfase gas. Jika media pembawa berupa air dengan suhu rendah maka terbentuk
semacam aliran lumpur yang disebut lahar. Istilah ;akar ini berasal dari bahasa Indonesia
yang kini digunakan secara internasional.
Sebagaimana halnya piroklastik, aliran lahar ini lebih terkonsentrasi di lembah, alur
dan tempat lain yang bertopografi rendah. Panjang aliran lahar dapat mencapai 10 20
km, bahkan dibeberapa tempat diketahui alirannya mencapai lebih dari 300 km dari
sumbernya. Ciri cirri umum endapan lahar : tidak ada pemalihan, graded dan reverse
bedding, tidak ada perlapisan, sering dijumpai adanya fragmen kayu, lebih padat atau
kompak dari endapan piroklastik aliran.
Cara terjadinya lahar :
- Terbentuk lengsung dari erupsi melalui danau kepundan atau disebut laha panas
- Berasal dari endapan piroklastik aliran panas yang kemidian bercampur dengan
salju atau air menuju lereng gunung api.
25
Aspek litologi dapat dipakai untuk klasifikasi batuan piroklastik. Dasar klasifikasi
yang sering dipakai antara lain :
a. Ukuran Butir
Batas kisaran ukuran butir dan peristilahannya tersaji dalam table berikut ini :
Bom gunung api adalah klastika batuan gunung api yang mempunyai struktur
struktur pendinginannya pada saat magma dilontarkan dan membeku secara cepat di
udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur yang sangat khas adalah
struktur kerak roti (bread crust structure). Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk
membulat, tetapi hak ini sangat tergantung dari keenceran magma pada saat dilontarkan.
Semakin encer magma yang dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek butiran
pada saat dilontarkan, sehingga bentuknya bervariasi. Selain itu, karena adanya
pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas tersebut serta pendinginan yang
sangat cepat maka pada bom gunung api tersebut struktur vasikuler serta tekstur gelasan
dan kasar pada permukaannya. Bom gunung api berstruktur vesikuler didalamnya
berserat kaca dan sifatnya ringan disebut batu apung. Batu apung (pumice) ini umumnya
berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging dan bahkan
coklat sampai hitam. Batu gamping umumnya dihaslkan oleh letusan besar atau kuat
suatu gunung api dengan magma berkomposisi asam hingga menengah, serta relatif
26
kental. Bom gunung api yang juga berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat
serat kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti rumah lebah disebut skoria (scoria).
Bom gunung api ini jenisnya merah, coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat dari batu
apung dan dihasilkan oleh letusan gunung berapi lemah berkomposisi basa serta relitif
encer. Bom gunung api berwarna hitam, struktur masif, sangat khas bertekstur gelasan,
kilap kaca, permukaan halus, pecahan konkoidal (seperti botol pecah) dinamakan
obsidian.blok atau bongkah gunung api dapat merupakan bom gunung api yang
bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai hipokristalin dan tidak terlihat
adanya struktur-struktur pendinginan. Dengan demikian blok dapat merupakan pecahan
daripada bom guung api, yang hancur pada saat jatuh di permukaan tanah/batu. Bom dan
blok gunung api yang berasal dri pendinginan magma secara langsung tersebut disebut
bahan magmatic primer, material esensial (juvenile). Blok juga dapat berasal dari pecahan
batuan dinding (batuan gunung api yang terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan
aksesori), atau fragmen non-gunungapi yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan
aksidental).
Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf gelas, tuf kristal,
dan tuf litik, apabila komponen yang dominan masing masing berupa gelas atau kaca,
kristal dan fragmen batuan. Tuf juga dapat dibagi menjadi tuf basal, tuf andesit, tuf dasit
dan tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan beku. Apabila klastiknya tersusun oleh fragmen
batu apung atau skoria dapat juga disebut tuf batu apung atau tuf skoria. Dekian pula
untuk aglomerat skoria, breksi batu apung, breksi skoria, batu lapili batu apung, batu
lapili skoria.
27
Dengan demikia, pada prinsipnya batuan piroklastika adalah batuan beku luar
yang bertekstur klastika. Hanya saja pada proses pengendapan, batuan piroklastik ini
mengikuti hukum hukum didalam proses pembentukan batuan sedimen.
28
4. Breksi vulkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung dilava
atau akibat pergerakan lava yang sebelum mengalami pembantuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada tepi
kerak dan gerakan mengalir setelah pendinginan (Fisher, 1960, Wrigth dan Brown,
1963, Mac Donald, 1972)
b. Breksi letusan akibat letusan gas, yang terkandung di lava sehingga terjadi
fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku.
5. Breksi vulkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil fragmentasi, batuan
yang telah ada sebelum mengalami pengerjaan oleh proses vulkanisme:
a. Breksi intrusi : yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang diterobos
magma dalam matriks batuan beku (Harker, 1908 dan Bowes, 1960)
b. Eksplosion brecia ; merupakan breksi hancuran batuan karena adanya ledakan
vulkanik yang terjadi dibawa permukaan (Wrigth dan Bowes, 1960)
c. Tuffsite brecia ; merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan yang
intrusi magma dengan tuff sebagai matriks yang mengandung bekas aliran gas
didalamnya (Wrigth dan Bowes, 1960)
6. Breksi vulkanik epiklastik
a. Breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran lumpur pekat
berupa pencampuran antara butiran vulkanik berukuran beragam dengan bahan non
vulkanik (Fisher, 1960)
b. Batu pasir tuffan atau konglomerat tuffan merupakan batuan sedimen
epiklastik yang terangkut juga didalamnya komponen piroklastik misalnya pumis atau
shard.
c. Batu pasir atau konglomerat vulkanik merupakan batuan epiklastik yang
tersusun dari fragmen fragmen yang berupa vulkanik yang telah mengalami erosi
dan pengangkutan yang kemudiang diendapkan.
29
identifikasi batuan beku dalam lebih dititk beratkan pada hubungan unit unit pembentuk
batuan yaitu kristal kristal mineral.
2.5.2. Petrogenesa
Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek
terbentuknya batuan mulai dari asal usul atau sumber, proses primer terbentuknya batuan
hingga perubahan perubahan (proses sekunder) pada batuan tersebut. Untuk batuan beku,
sebagai sumbernya adalah magma. Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian
dari pembentukan berbagai bentuk magma sampai dengan terbentuknya berbagai bentuk
30
batuan beku, termasuk lokasi pembentukannya. Setelah batuan beku itu terbentuk, batuan itu
kemudian terkena proses sekunder, antara lain berupa oksidasi, pelapukan, ubahan
hidothermal, penggantian mineral (replacement), dan malihan, sehingga sifat fisik maupun
kimianya dapat berubah total dari batuan semula atau primernya.
Sejarah terbentuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama (dalam ukuran
waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan bumi, sehingga tidak dapat
diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya bersifat interpretatif. Pembuktian
mungkin dapat ditujukkan berdasarkan hasil hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun
hanya pada batas batas tertentu. Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data
obyektif atau deskriptif hasil pemerian yang meliputi yang meliputi warna, tekstur, stuktur,
komposisi mineral dan kenampakan khusus lainnya.
Berdasarkan pengetahuan teori dari kliah mineralogi kristalografi, kuliah petrologi
dan membaca buku literature, diharapkan praktikan dapat menjelaskan petrogenesa batuan
peraga yang dijadikan bahan praktikan, berdasarkan data pemeriannya.
Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek
terbentuknya batuan mulai dari asal usul atau sumber, proses primer terbentuknya batuan
hingga perubahan perubahan (proses sekunder) pada batuan tersebut. Untuk batuan beku,
sebagai sumbernya adalah magma. Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian
dari pembentukan berbagai jenis magma samapai dengan terbentuknya berbagai jenis macam
batuan beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku itu terbentuk, batuan itu
kemudian terkena proses sekunder antara lain berupa oksidasi, pelapukan, ubahan
hidothermal, penggantian mineral (replacement), dan malihan, sehingga sifat fisik maupun
kimianya dapat berubah total dari batuan semula atau primernya.
Sejarah terbentuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama (dalam ukuran
waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan bumi, sehingga tidak dapat
diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya bersifat interpretatif. Pembuktian
mungkin dapat ditujukkan berdasarkan hasil hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun
hanya pada batas batas tertentu. Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data
obyektif atau deskriptif hasil pemerian yang meliputi yang meliputi warna, tekstur, stuktur,
komposisi mineral dan kenampakan khusus lainnya.
Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsiipnya untuk mencari jawaban atau
penjelasan terhadap pertanyaan Mengapa (Why) dan Bagaimana (How) terhadap data
perian batuan. Misalnya, mengapa batuan beku luar bertekstur gelasan dan berstruktur
vesikuler, sedangkan batuan beku dalam bertekstur kristalin dan berstruktur massif? Mengapa
31
basalt berwarna gelap sedangkan pegmatik berwarna cerah? Bagaimana terjadinya olivine
terjadi bersama kuarsa dan biotit di dalam satu batuan? Bagaimana terbentuknya andesit dari
basalt dan rolit?
Berdasarkan teori dari kuliah mineralogi kristalografi, kuliah petrologi dan
membaca buku literatur, diharapkan praktikan dapat menjelaskan petrogenesa batuan peraga
yang dijadikan bahan praktikum, berdasarkan data pemeriannya.
32
Laporan Resmi Praktikum Petrologi
Acara Batuan Beku
Deskripsi Batuan
Deskripsi Komposisi
Fenokris :
a. Plagioklas ; abu-abu, kilap kaca, bentuk primatik panjang, subhedral, ukuram 2-5 mm,
terdapat sriasi pada pemukaannya, penyebaran merata, kelimpahan 30%
b. Piroksen : warna hitam kehijauan, kilap kaca, bentuk prismatik pendek subhedral, ukuran
1-3 mm, penyebaran kurang merata, kelimpahan 20%
c. Kuarsa : tidak berwarna, kilap kaca, bentuk anhedral, ukuran 0,5-1mm, penyebaran tidak
merata, kelimpahan 5%
d. Hornblende : warna hitam, kilap kaca, bentuk prismatik panjang subhedral, ukuran 1-3
mm, penyebran tidak merata, kelimpahan 5%
Massa dasar : warna abu-abu, ukuran afanitik, penyebaran merata, kelimpahan 40%
33
Mengetahui,
Asisten Acara
(.......................)
34
BAB III
BATUAN SEDIMEN
35
dan longsoran gravitasi, gerakan tanah, atau tanah longsor). Batuan sedimen juga dapat
terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, sillika, garam dan material lain.
Batuan sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi,
kurang lebih sekitar 75% dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan metamorf
hanya tersingkap sekitar 25% dari permukaan bumi. Oleh kerena itu, batuan sediment
mempunyai arti yang sangat penting, kerena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di
permukaan bumi.
36
tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut ( karang ), terkumpulnya
cangkan binatang ( fosil ), atu terkuburnya kayu kayu sebagai akibat penurunan daratan
menjadi laut.
Golongan Detritus
halus, terdiri dari: Golongan Detritus
Batulanau kasar, terdiri dari:
Batulempung Breksi
Serpih Konglomerat
Napal Batupasir
SEDIMEN ORGANIK
SEDIMEN KIMIA
SEDIMEN MEKANIS
KALKARENIT
BATUGAMPING
KLASTIK
OOLIT BIOKLASTIK
GOLONGAN
KARBONAT
DOLOMIT
BATUGAMPI BATUGAMPIN
NG G TERUMBU
KRISTALIN
38
Gambar 1.2 klasifikasi berdasarkan ukuran butir. a) pasir lanau-lempung ;
b) kerikil-pasir-lanau dan lempung (pican vide tucker, 1982)
Untuk batu pasir biasanya juga digunakan kalsifikasi batu pasir dari Dott (1964), yaitu
sebagai berikut
39
hitam, serta dan coklat. Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
a. Warna mineral pembentuk batuan sedimen. Contoh : jika mineral pembentuk batuan
sedimen didominasi oleh kuarsa, maka batuan akan berwarna putih.
b. Warna massa dasar atau matrik atau wrana semen
c. Warna material yang menyelubungi (coating material), contoh : batu pasir kuarsa yang
diselubungi oleh glaukonit, akan berwarna hijau.
d. Derajat kehalusan butir, penyusunnya pada batuan dengan komposisi yang sama jika
semakin halus ukuran butir, maka warnamya cendrung lebih gelap.
Dengan demikian warna batuan sedimensangat bervariasi, terutama sangat tergantung
pada komposisi bahan penyusunnya. Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
pengendapan, jika kondisi lingkungannya rediksi, maka warna batuan menjadi lebih
gelapdibnading pada lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak mengandung banyak
material organik (organic matter), mempunayi warna yang lebih gelap.
1.3.2. Tekstur;
Menurut Pettijhon (1975), tekstur batuan sedimen adalah seegala kenampakan yang
menyangkut butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir, dan orientasi butir. Tekstur
batuan sedimen, mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yamg telah dialami
batuan tersebutterutama selama proses transportasi dan pengendapannya. Tekstur juga dapat
digunakan untuk menginterprestasikan lingkungan pengendapan batuan sedimen.
Secara umum tekstur batuan sedimen menjadi dua yaitu, tekstur klastik dan non
klastik. Namun demikian apabila batuannya sudah sanngat kompak dan telah terjadi
rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu berstekstur kristalin. Batuan
sedimen kristalin umum terjadi pada batu ganping dan batuan sedimen kaya silika yang
sangat kompak dan keras.
40
1.3.4. Tekstur Klastik
Tekstur klastik unsur dari tekstur batuan sedimen klastik meliputi :
1. Fragmen : butiran pada sedimen klastik yang berukuran lebih besar dari pasir.
2. Matrik : butiran pada batuan sedimen klastik yang berukuran lebih kecil dari
fragmen dan diendapkan bersama sama dengan fragmen.
3. Semen : material halus pada batuan sedimen klastik yang menjadi pengikat. Semen
diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen semuanya berupa silika, kalsit,
sulfat atau oksidasi besi.
1.3.4.1. Ukuran Butir (Grain Size). Pemerian ukuran butir pada batuan sedimen klastik
menggunakan skala Wentworth (1922), yaitu :
Tabel. Pemerian ukuran butir pada sedimen klastik Wentworth (1922)
Ukuran Butir (mm) Nama Butir Nama Batuan
> 256 Bogka (boulder) Breksi : jika fragmennya
berbentuk runcing.
Konglomerat : jika
64 256 Berangnkal (couble)
fragmennya berbentuk
membulat.
4 64 Kerakal (pebble)
24 Kerikil (granile)
Pasir sangat kasar (very coarse
12
sand)
-1 Pasir kasar (coarse sand)
- Pasir sedang (medium sand) Batu Pasir
1/8 - Pasir halus (very fine sand)
Pasir sangat halus (very fine
1/16 - 1/8
sand)
1/16 1/256 Lanau (silt) Batu Lanau
< 1/256 Lempung (clay) Batu Lempung
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopis. Ukuran butir
lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti
pasir tetapi sanagat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di
tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan tersa
sangat licin.
Besar butir pada batuan sedimen klastika pada dipengaruhi oleh :
1. Jenis pelapukan
2. Jenis transportasi
3. Waktu atau jarak transportasi
41
4. Resistensi butiral mineral
1.3.4.2. Bentuk Butir.
Kebundaran (roundness) adalah tingkat membundar atau meruncingnya butiran, sifat
ini hanya dapat diamati pada batuan sedimen klastika kasar. Tingkat kebundaran butir
dipengaruhi oleh komposisi butir, uluran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport.
Butiran dari mineral yang resisten seperti kuarsa dan sirkon akan berbentuk kurang bundar
dibandingkan butiran dari mineral kurang risesten seperti feldspar dan piroksen. Butiran
berbentuk lebih besar dari kerakal akan lebih mudah membundar dari yang berukuran pasir.
Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran dari jenis butir yang sama, makin
jauh jarak transport butiran akan bundar.
Menurut Pettijohn, dkk (1987), berdasarkan kebundaran atau kerincingan butir
sedimen maka tingkat kebundaran dibagi menjadi enam kategori. Keenam batasan pemerian
kebundaran tersebut adalah :
a. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
b. Meruncing (menyudut) tanggungan (subrounded)
c. Meruncing (menyudut) tanggungan (subangular)
d. Membundar (membulat) (subrounded)
e. Membundar (membulat) (rounded)
f. Sangat membundar (membulat) (well-rounded)
Gambar 1.4. Tingkat kebundaran dan keruncinagn batuan sedimen (Pettijohn, dkk 1987)
3.3.4.3. Pemilahan (Sorting). Pemilahan adalah tingkat keseragaman dari ukuran besar butir
penyusun betuan sedimen (gambar 1 - 5), terdiri dari :
1. Pemilahan Baik, bila ukuran besar butir didalam batuan sedimen merata atau sama
besar, pemilahan ini biasanya terjadi pada batuan sedimen kemas tertutup.
2. Pemilahan Sedang, bila ukuran besar butir di dalam batuan sedimen ada yang seragam
dan ada yang tidak seragam.
42
3. Pemilahan buruk, bila ukuran besar butir di dalam batuan sedimen tidak merata,
terdapat matrik dan fragmen (sangat beragam, berukuran halus hingga kasar).
Pemilahan jenis ini umumnya terdapat pada betuan sediment kemas terbuka.
3.3.4.4. Kemas atau Fabric. Di dalam batuan sedimen ada dua jenis kemas yaitu :
a. Kemas Tertutup, bila butiran fragmen saling bersentuhan atau bersinggungan
atau berhimpitan satu sama lain (grain atau clast supported). Apabila ukuran butir
fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported.
Tetapi ukuran butir ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast
supported.
b. Kemas Terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena
diantaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix
supported). Fragmen mengambang dalam matrik.
43
a. Struktur Sedimen Primer (primary sedimentary structures), struktur sedimen yang
terbentuk akibat proses sedimentasi, seingga struktur ini mencerminkan mekanisme
pengendapananya. Contoh struktur sedime primer; perlapisan (planar atau strtifikasi) ika
tebal perlapisan > 1cm dan disebut laminasi apabila < 1cm. Struktur perlapisan dan
laminasi pada batuan terbentuk kerena ada perubaan kondisi fisik, kimia, dan biolaogi,
misalnya terjadi pada energi arus sehingga terjadi perubaan ukuran butir yang
diendapkan. Macam macam perlapisan dan laiminasi; a) perlapisan/laminasi sejajar
(normal): lapisan/laminasi batuan tersusun secara horizontal dan saling sejajar satu
dengan yang lainnya. b) perlapisan/laminasi simpang siur (cross bedding/lamination):
perlapisan atau laminasi batuan saling potong memotong satu dengan yang lainya. c)
graded bedding: terjadi perubaan ukuran butir yang bergadasi baik secara normal (gradasi
butirnya makin alus ke arah atas) atau gradasi terbalik (makin kasar kearah atas). Gambar
1.6 menunjukan struktur sedimen primer.
A B
44
Gambar 1.6. jenis struktur sedimen primer. A. Graded Bedding, B. Cross Stratification, C.
Berbagai jenis struktur perlapisan/laminasi
A
B
C D
45
Gambar 1.7 jenis-jenis struktur sedimen sekunder a) flute cast, b) ripple mark; c) convolut
struktur; d) mud cracks
c. Struktur yang terbentuk oleh aktivitas organisme di lingkungan sedimentasi, antara lain :
cetakan kaki binatang (footprints of various animals), jejak (track and trail); Track:
berupa tapak organisme, Trail: jejak berupa seretan bagian tubuh organisme, Galian
(burrow) lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme, cetakan (Cast and Mold)
Mold; bagian tubuh organisme, Cast ; cetakan dari mold.
46
Batuan ini terbentuk dari mineral organik yang barasal dari tumbuhan. Untuk batu
bar dibedakan bedasarkan kandungan unsur karbonat, oksigen, hidrogen, air dan
tingkat pengembangan. Contohnya lignit, bitominous coal, anthracite.
d. Batuan sedimen silika
Batuan sedimen silika ini terbentuk oeh proses organik dan kimiawi. Contohnya
adalah rijang (chert), radiolaria dan tanah diatome.
e. Batuan sedimen karbonat
Batuan ini terbentuk baik oleh prises mekanis, kimiawi atau organik. Contoh
batuan karbonat adalah framestone, boundstone, packstone, wackstone, dan
sebagainya.
b. Tekstur Amorf
Tekstur ini disebut juga tekstur non kristalin adalah tekstur pada batuan sedimen non
klastik yang disusun oleh mineral yang tidak membentuk kristal.
47
1.4.2. Struktur
Struktur pada batuan sedimen non klastikterbentuk dari proses reaksi kimia ataupun
kegiatan organisme. Jenis jenis struktur pada batuan sedimen non klastik :
a. Struktur Fosiliferus ; apabila batuan sedimen non klastik disusun atau komposisi batuan
tersebut terdiri dari fosil (sedimen organik).
b. Struktur oolit ; apabila suatu fragmen klastik diselubungi atau dilingkupi oleh mineral
mineral non klastik, bersifat konsentris dengan diameter <2 mm.
c. Pisolitik ; butiran karbonat berbentuk bulat atau elips yang mempunyai satu atau lebih
struktur laminae yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya pertikel
karbonat atau butiran kuarsa memiliki ukuran >2 mm disebut pisoid.
d. Konkresi ; kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolit tetapi menunjukkan
adanya sifat konkresi.
e. Cone in cone ; struktur pada batu gamping kristalin yang menunjukkan pertumbuhan
kerucut per kerucut.
f. Biohem ; tersusun oleh organisme murni dan bersifat insite.
g. Biostrome ; seperti biohem tetapi bersifat klastik. Biohem dan biostome merupakan
struktur luar yang hanya tampak di lapangan.
h. Septaria ; sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempungan. Ciri khasnya adanya
rekahan rekahan yang tidak teratur sebagai akibat penyusutan bahan lempung tersebut
karena proses dehidrasi yang kemudian celah celah yang terbentuk terisi oleh kristal
kristal karbonat yang kasar.
i. Geode ; banyak dijumpai pada batu gamping, berupa rongga rongga terisi oleh kristal
kristal yang tumbuh kearah pusat rongga tersebut. Kristal bisa beripa kalsit maupun
kuarsa.
j. Stylolite ; merupakan hubungan antar butir yang bergerigi.
48
d. Serpih : adalah batu lempung yang menunjukkan struktur fasility (sifat belah yang tidak
menerus)
e. Napal : adalah batu lempung dengan kandungan karbonat sangat tinggi (30 40%)
Untuk ukuran butir yang lebih besar dari pasir :
a. Konglomerat : jika butirnya berbentuk membulat
b. Breksi : jika butirnya menunjukkan bentuk runcing
49
Contoh Deskripsi
No. Urut :1
No. Peraga : BSK 107
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen berwarna coklat kekuningan, tekstur batuannya klastik, terdapat matriks dan
fragmen, ukuran butir 3,5 2,2 mm (kerikil), sedangkan ragmen berukurn kerikil, sortasi
sedang, kemas terbuka, bentuk butirnay membulat (weel rounded) sampai membulat sangan
baik (vary weel rounded) struktur masif, komposisi matiks adalah kuarsa dan felspar,
komposisi fragmen adalah batuan beku yang mempunyai komposisi kuarsa, basalt, andesit,
rijang.
Deskripsi komposisi
Komposisi:
Fragmen : Kuarsa, basalt, andesit, rijang
Matriks : Kuarsa, felspar
Semen : Silika
Petrogenesa : batuan terbentuk dari asil transportasi dan deposisi materal sedimen yang
diangkut oleh arus dengan energi sedang. Bila diliat dari bentuk butirannya yang membulat
maka diperkirakan batuan yang suda mengalami transportasi yang jauh.
50
Mengetahui,
Asisten acara
(....................)
51
BAB IV. BATUAN KARBONAT
2.1 Pendahuluan
Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari mineral mineral karbonat.
Dalam prakteknya adalah terutama batu gamping (linestone) dan dolomite. Menurut Pettijohn
(1975), batuan karbinat adalah batuan yang fraksi karbonat lebih besar dari fraksi non
karbinat. Fraksi karbonat tersusun atas unsure logam + CO3 seperti aragoni, kalsit, dolomite,
magnesit, ankerit, dan siderit, sedangkan fraksi non karbonat antara lain mineral kuarsa,
feldspar, lempung, gypsum, anhidrit, glaukonit dan terdapat dalam beberapa lingkungan
seperti ditunjuk pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Beberapa lingkungan khas tempat terbentuknya batuan Karbonat (Redrawn from
Tucker et al. 1990)
Batuan karbonat menarik untuk dipelajari karena antara lain memiliki arti penting
dalam mengungkap kondisi lingkungan dimasa lampau, memiliki proses diagenesa yang
menarik, memiliki corak, kilap dan nilai estetika karena seringkali ditemukan kerangka atau
cangkang binatang binatang laut, ooid (bulatan bulatan kecil berukuran pasir kasar)
sehingga menarik pula untuk direkayasa menjadi berbagai bentuk ornamen dan asesoris
rumah tangga.
Batuan karbonat mempunyai keistimewaan dalam proses pembentukannya yaitu dapat
terjadi secara insitu dari larutan, praktis tidak ada detritus darat, dapat terjadi secara kimiawi
52
maupun secara biokimia dan pada proses tersebut organisme turut berperan, dapat pula terjadi
dari butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian
diendapkan ditempat lain. Batuan karbonat dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari
batuan karbonat yang lain (contoh yang lain adalah proses dolomitsasi, yaitu proses
perubahan mineral kalsit menjadi dolomit).
Hal lain dari proses pembentukan batuan karbonat adalah terbentuknya klastik sebagai
fragmentasi atau pembentukkan sekunder (contoh batu gamping oolit) dan pengendapannya
menyerupai detritus.
Batuan karbonat penyusun 10% - 20% dari seluruh batuan sedimen yang ada
dipermukaan bumi ini. Meskipun batuan karbonat secara volumetric lebih kecil jika
dibandingkkan dengan batuan sedimen silisiklastik, tetapi tekstur, struktur, dan fosil yang
terkandung di dalam batuan karbonat dapat memberikan informasi yang cukup penting
mengenai lingkungan laut purba, kondisi paleoekologi, dan evolusi bentuk bentuk
kehidupan, terutama organisme organisme laut. Meskipun sebagian batuan karbonat
terbentuk pada laut dangkal (supratidal - subtidal), seperti terumbu, batuan karbonat juga
terbentuk di laut dalam sebagai endapan pelagic atau turbidit, seperti chalk, dan
chetylinestone. Selain pada lingkungan laut, batuan karbonat juga terbentuk di danau dan
pada tanah (soil) yang disebut sebagai caliche (vodose pisoid) (Tucker, 1982).
Batuan karbonat dipelajari secara tersendiri, karena beberapa alasan sebagai berikut :
terbentuk pada cekungan dimana dia diendapkan (intrabasinal) tergantung pada aktivitas
organisme, mudah berubah oleh proses diagenesis akhir, hampir 50% tersusun oleh
endapan endapan laut, mewakili seluruh zaman biologi mulai dari Proterozoik samapai
Kenozoik, proses pembentukannya tidak sama dengan proses pembentukan batuan sedimen
silisiklastik, tekstur dan komposisi mineral karbonat tidak menunjukan provanense batuan
asal, dan batuan karbonat berasal dari subtidal carbonate factory (middle-outer shelf).
53
c. Dolomite; hamper serupa dengan mineral kalsit, tetapi secara petrografis dapat terjadi
secara langsung dari presipitasi air laut, tetapi lebih besar terjadi akibat pergantian
(replacement) mineral kalsit.
Mineral karbonat lainnya adala: magnesit (MgCO3) dan siderit (FeCO3), ankerite
(Ca(Fe,Mg)(CO3)2), yang hadir dalam batuan karbonet dalam jumlah sedikit.
Endapan endapan karbonat pada saat ini terutama tersusun oleh aragosnit,
disamping itu juga kalsit dan dolomite. Aragonit tersebut kebanyakan berasal dari rposes
bigenik (ganggang ijau/kalkareus atau green algae) atau hasil presipitasi langsung dari air laut
secara kimiawi. Aragonit jarang dijumpai pada batuan karbonat purba. Aragonit adal polimorf
metastabil dari CaCO3, dan mudah beruba jadi kalsit dalam kondisi berair (aqueous).
Aragonit ini bersifat tidak stabil, artinya segera setela terbentuk akn beruba jadi kalsit. Oleh
54
kerena adanya substitusi Ca oleh Mg, maka kalsit pada endapan karbonat masa kini ada 2
macam yaitu: a) low- Mg calcite, apabila kandugan MgCO3 < 4%, dan terbentuk pada daera
yang dingin. b) high- Mg calite, apabila kandugan MgCO3 4%, dan terbentuk pada daerah
yang hangat.
Dolomith terbentuk pada daerah yang subratidal dan danau air tawar, tetapi
mempunyai nilai kepentingan yang kebih kecil jika dibandingkan dengan aragonit dan kalsit.
Dolomit pimer, merupakan hasil presipitasi langsung dari air laut secara kimia (12%), dan
dolomit sekunder merupakan hasil proses penggantian (replacement) atau desebut proses
dolomitasi.
55
b. Peloid; dalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, alips atau meruncing, tersusun oleh
mikrit dan tanpa struktur internal. Ukura butirnya antara <0,1 0,5 mm.
Gambar 2. 4 butiran Karbonat non skeletal jenis agregat (lump/grapestone) (Tucker 2001)
2.3.2. Skeletal grain (butiran cangkang);
Adalah butiran dari bagian resisten organisme dalam batu gamping, baik yang masih
utuh maupun yang suda hancur. Butiran yang masuk dalam kategori ini adalah;
fragmen koral, molluska, pecahan crinoid, sisa ganggang dan cangkang foraminifera.
2.3.3. Sparit;
56
Merupakan komponen karbonat terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas, berukuran
0,002 1mm secara mikroskopis.
2.3.4. Mikrit;
Merupakan Lumpur karbonat mikrokristalin, berukuran halus sekitar 4 (micrometer),
dan secara mikroskopis mempunyai kenampakan yang keruh, kecoklatan, terbentuk
baik secara mekanis maupun kimiawi pada saat pengendapan berlangsung.
57
b. Butiran saling menyangga (grain supported)
c. Sebagai butiran didukung oleh Lumpur dan sebagian butirannya saling mengangga
(partial).
Berdasarkan factor-faktor tersebut di atas, Dunham (1962) mengklasifikasikan batuan
Karbonat sebagai berikut (Gambar 2.5)
Gambar 2.5 klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapannya (Dunham 1962)
a. Mud Supported ;
Jika jumlah butiran kurang dari 10 %
Jika jumlah butiran lebih banyak dari 10 %
b. Grain supported
Dengan matriks : Packstone
Sedikit atau tanpa matriks : Grainstone
c. Komponen yang saling terikat pada waktu pengendapan, dicirikan dengan adanya
struktur tumbuh : Boundstone
d. Tekstur pengendapan yang tidak teramati jelas : Cristaline Carbonate
58
Berdasarkan cara terjadinya, Embry & Klovan membagi batu gamping menjadi 2
kelompok yaitu : batu gamping allochothon dan batu gamping autochon. Batu gamping
autochon adalah bat ugamping yang komponen penyusunnya berasal dari organism yang
saling mengikat selama pengendapannya. Batu gamping ini dibagi atas 3, yaitu : bafflestone
(tersusun oleh biota berbentuk bercabang), bindstone (tersusun oleh biata berbentuk bergerak
atau lempengan) dan framestone (tersusun oleh biota kubah atau kobis)
Batu gamping allotchon adalah batu gamping yang komponennya berasal dari
sumbernya fragmentasi mekanik, kemudian mengalami transportasi dan diendapkan kembali
sebagai partikel padat. Batu gamping ini dibagi menjadi 6 macam yaitu : mudstone,
wackstone, packstone, grainstone, floastone, dan rudstone
Dengan demikian klasifikasi Embry & Klovan sangat tepat untuk mempelajari
terumbu dan tingkat energi pengendapan, seperti ditunjukan pada gambar 2. 6
Gambar 2.6 sketsa jenis batu gamping terumbu menurut Embry & Klovan, (James, 1971)
59
jernih dan mozaik dalam asahan tipis, berfungsi sebagai pore filing cement.
Sparite analog dengan semen pada clean sandstone.
Berdasarkan perbandingan relatif antara allochem, micrite, dan sparite serta jenis
allochem yang dominnan, maka folk membagi batu gamping menjadi empat family seperti
yang terliha pada gambar 2. 7 batu gamping tipe I dan II disebut allochemical rock (allochem
> 10%), sedangkan batu gamping tipe III disebut sebagai orthochemical rock (allochem
10%). Batas ukuran butir yang digunakan oleh Folk untuk membedakan antara butiran
(allochem) dan micrit adalah 4 mikron (lempung).
Batu gamping tipe I analog dengan batu pasir/konglomerat tang tersortasi bagus dan
terbentuk pada high-energi zone. Batu gamping tipe II analog batu pasir lempung atau
konglomerat lempung dan terbentuk pada low-energi zone dan batu gamping tipe III analog
dengan batu lempung dan terbentuk pada kondisi yang tenang (lagoon)
Prosedur pemberian nama batuan menurut Folk adalah sebagai berikut :
1. Jika interclast> 25 % interclast rock
2. Jika interclast 25% lihat persentase oolitnya
3. Jika oolit > 25% oolite rock
4. Jika interclast 25% dan soolit 25%, lihat perbandingan fosil dengan pellet, yaitu :
Fosil : pellet 3> 1 biogenetik rock
Fosil : pellet < 3 : 1 pellet rock
Fosil : pellet 3 : 1, 1 : 3 biogenetic pellet rock.
60
Aturan penamaan batuan adalah sebagai berikut. Kata pertama dalah jenis
Allochem yang dominan dan kata kedua adalah jenis orthochem yang
dominan. Contoh : intrasparite, biomicrite dll.
2.5.1.1. Tekstur
Sama dengan pemerian batuan sedimen klastik hanya berbeda istilah saja, meliputi :
Nama Butir Ukuran Butir
Rudite 1 mm
Arenit 0,062 1 mm
Lutite 0,062 mm
61
Pellet : merupakan fragmen yang menyerupai oolit tetapi tidak
menunjukkan adanya struktur konsentris.
b. Mikrit : identik dengan matrik dalam sedimen klastik yang merupakan kristal kristal
karbonat dengan ukuran lebih kecil dari 0,01 mm, yang terbentuk pada saat sedimen serta
mengisi rongga antar butir.
c. Sparit : merupakan hablul hablur kalsit yang jelas teramati
2.5.1.3. Struktur
Pemeriannya sama dengan pemerian batuan sedimen klastik.
62
timbale (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn), emas (Au), dan greisen, sedangkan endapan yang
terbentuk pada batuan samping disebut skarn.
63
Contoh Deskripsi
No. urut :1
No. peraga : BSK 108
Jenis batuan : Batuan karbonat (Batugamping Klastik)
Batuan sedimen berwarna putih kekuning-kuningan, struktu massif, tekstur (ukuran butir ;
arenit) terdapat allochem berupa interclast, mikrit karbonatan sparit karbonatan
Deskripsi komposisi
Komposisi mineral: Allochem : interclast
Mikrit : karbonat
Sparit : karbonat
Petrogenesa
Batugamping ini terbentuk dari hasil pengendapan kembali detrital batu gamping asal. Hal ini
didukung oleh adanya interclast yang menunjukkan bahwa sebagian besar fragmen terdiri
dari atas butiran-butiran dari hasil abrasi batugamping yang telah ada.
Mengetahui,
Asisten acara
()
64
Contoh Deskripsi
No. urut :2
No. peraga : BSK 109
Jenis batuan : Batuan karbonat (Batugamping non-Klastik)
Batuan sedimen berwarna putih kekuning-kuningan, struktu batuan konkresi , tekstur amorf,
komposisi mineral : dolomit, struktur konkresi
Deskripsi komposisi
Komposisi mineral: Dolomit
Petrogenesa
Batugamping ini terbentuk dari proses-proses kimiawi, terbentuk dari mono mineral
(dolomit)
Mengetahui,
Asisten acara
()
65
BAB V. BATUAN METAMORF
4.1. Pendahuluan
Batuan metamorf merupakan hasil malihan dari batuan induk, baik batuan beku,
batuan sedimen, maupun batuan metamorf itu sendiri yang ditunjukan dengan adanya
perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid
state) tanpa melalui fase cair, akibat adanya perubahan temperatur (T) (200 0 - 6500), tekanan
(P) yang tinggi ( 1 atm < P < 10.000 atm) dari kondisi kimia di kerak bumi (pada kedalaman
3 20 km) (Blatt dkk, 1982).
Winkler (1987) menyatakan bahwa proses proses metamorfisme itu mengubah
mineral mineral suatu pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika
dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Jackson (1970) mengemukakan bahwa selama terjadinya metamorfosa komposisi
kimia batuan dapat mengalami perubahan ataupun tetap sehingga metamorfosa dapat
dibedakan menjadi:
a. Metamorfosa Isokimia (sistem tertutup), yaitu metamorfosa yang tidak melibatkan
atau hanya sedikit melibatkan perubahan komposisi kimia batuan.
b. Metamorfosa Allokimia (sistem terbuka), yaitu metamorfosa yang melibatkan
perubahan komposisi kimia batuan secara nyata, tipe metamorfosa ini sering disebut
juga metasomatisme.
66
Huang (1962), faktor faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah
perubahan
temperatur, tekanan yang adanya aktivitas kimia fluida atau gas. Perubahan temperatur dapat
terjadi oleh karena berbagai macam sebab antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi
magmatik dan perubahan gradien geothermal.
Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan/friksi selama
terjadinya metamorfosa umumnya pada suhu 500 5500 yang ditandai dengan munculnya
mineral mineral Fe Mg carpholite, glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite, atau
stilpnomelane. Sedangkan batas terjadinya metamorfosa sebelum terjadinya pelelehan adalah
berkisar 6500 - 11000 C tergantung jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu (a)
metamorfosa tingkat rendah (low grade metamorphism) dan (b) metamorfosa tingkat tinggi
(high grade metamorphism) (Gambar 1). Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak
kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta
(sedimen, beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah
tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur
malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).
Gambar 3.1 memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah
medium dan tingkat tinggi (Sill dkk, 1986).
67
Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah yang
sempit berkisar antara beberapa kilometer saja. Jenis metamorfosa ini dapat dibedakan
menjadi:
a. Metamorfosa kontak
Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar kontak
masa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan
material yang dilepaskan oleh magma serta kadang oleh deformasi akibat gerakan
magma. Zona metamorfosa kontak disebut contact aurelo (gambar 3.2.). Proses yang
terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antar mineral dan fluida serta
penggantian/penambahan material. Lebar daerah penyebaran panas tersebut berkisar dari
beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Pada metamorfosa kontak batuan
disekitarnya berubah menjadi hornfels (batutanduk) yang susunannya tergantung pada
batuan sedimen asalnya. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus.
Gambar 3.2. Menunjukan contact aureole disekitar intrusi batuan beku (Gillen, 1982)
b. Pirometamorfosa/Metamorfosa Optalic/Kaustik/Thermal
Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukan efek hasil
temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi vulkanik atau
quasy vulkanic. Contohnya pada xenolith atau pada zona dike.
c. Metamorfosa Dislokasi/Kataklastik/Dinamo
Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif,
seperti pada patahan. Proses metamorfosanya terjadi pada lokasi dimana batuan ini
68
mengalami proses penggerusan secara mekanik yang disebabkan oleh faktor penekanan
(kompresional) baik tegak maupun mendatar. Batuan yang dihasilkan bersifat non
fosilasi dan dikenal sebagai fault brecia, fault gauge, atau milonit.
d. Metamorfosa Hidrothermal/Metasomatisme
Metamorfosa Hidrothermal terjadi akibat adanya perkoliasi fluida atau gas yang panas
pada jaringan antara butir atau pada retakan retakan batuan sehingga menyebabkan
perubahan komposisi mineral. Perubahan juga mempengaruhi oleh adanya confining
presure.
e. Metamorfosa Impact
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya
mineral Coesite dan Stoshovite.
f. Metamorfosa Retrograde
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga kumpulan mineral
metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur
yang lebih rendah.
69
orogenesa dan intrusi magmatik. Perubahan komposisi mineral umumnya tidak sempurna
sehingga sering ditemukan butiran mineral sisa (relict) dari batuan asalnya. Dikenal pula
istilah metamorfosa diasthathermal untuk metamorfosa burial pada tatanan tektonik
ekstensial. Proses kejadiannya hampir tidak berkaitan sama sekali dengan aktifitas
orogenesa maupun intrusi tetapi lebih merupakan suatu proses yang bersifat regional atau
lebih dikenal dengan proses epirogenesa.
c. Metamorfosa Dasar Samudera (ocean floor)
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar
pegunungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan
umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut menyebabkan
mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.
70
Gambar 3.3 Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara umum (Gillen,
1982)
71
Struktur gneissic terbentuk oleh adanya perselingan lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral mineral graanular (misalnya
feldspar dan kuarsa) dengan mineral mineral tabular atau prismatik (misalnya mineral
ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus, melainkan terputus
putus. Terdiri dari mineral mineral yang mengingatkan pada batuan beku seperti
kuarsa, feldspar dan mafik mineral. Struktur ini mempunyai sifat banded dan mewakili
metamorfosa regional derajad tinggi. Batuannya disebut gneis (Gambar 3.4d.)
a b
4.3.1.2 Sturktur non foliasi. Struktur ini terbentuk oleh mineral mineral equidimensional
dan umumnya terdiri dari butiran butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum
dijumpai antara lain:
a. Hornfelsic/Granulose
Struktur Hornfelsic terbentuk oleh mozaik mineral mineral equidimensional dan
equigranular dan umumnya berbentuk poligonal, terbentuk pada bagian dalam kontak
sekitar tubuh batuan beku. Umumnya merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada
foliasi tetapi batuan halus dan padat. Batuannya disebut Hornfels (batutanduk).
b. Mylonitic
Struktur mylonitic juga dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa
kataklastik. Ciri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan
goresan goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral mineral primer.
Batuannya disebut mylonite (milonit).
72
Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang mengalami
metamorfosa dinamo, batuan berbutir halus dan liniasinya ditunjukkan oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk rentikuler terkadang masih menyimpan lensa batuan
asalnya.
c. Cataclastic
Struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal. Struktur ini
hampir sama dengan struktur milonit hanya butirannya yang lebih kasar umumnya
membentuk kenampakkan breksiasi. Batuannya disebut Cataclasite(Kataklasit).
d. Phyllonite
Struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel dan
butiran mineralnya lebih kasar dibandingkan struktur milonitik, malah mendekati tipe
struktur filit.
73
b) Tekstur Granoblastik apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensial,
batas mineral bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.
c) Tekstur Lepidoblastik adalah tekstur yang didominasi oleh mineral mineral pipih dan
memperlihatkan orientasi yang sejajar, seperti mineral mineral biotit, muscovit dan
sebagainya.
d) Tekstur Nematoblastik: apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatik yang sejajar
dan terarah.
e) Tekstur Idioblastik: apabila mineral penyusunnya didominasi oleh kristal berbentuk
euhedral
f) Tekstur Xenoblastik: apabila mineral penyusunnya didominasi oleh kristal berbentuk
anhedral
74
ini dinamakan idioblastik, hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara umum batuan metamorf
disusun oleh mineral mineral tertentu (tabel 3.1).
Tabel 3.1 Ciri-ciri fisik mineral-mineral penyusun batuan metamorf (Gillen, 1982)
Secara khusus mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu
(1). Mineral stress dan (2) Mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil
dalam kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh tegak lurus
terhadap arah gaya/stress meliputi: mika, tremolit aktinolit, hornblende, serpentin, silimanit,
kianit, seolit, glaukopan, klorit, epodit, staurolit, dan antolit. Sedang mineral anti stress
adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan, biasanya berbentuk equidimensional,
meliputi: kuarsa, feldspar, garnet, kalsit, dan kordierit.
Selain mineral stress dan anti stress ada juga mineral yang khas dijumpai pada batuan
metamorf antara lain:
a. Mineral mineral yang khas pada metamorfosa regional seperti : silimanit, kyanit,
andalusit, staurolit, dan talk
b. Mineral mineral yang khas pada metamorfosa termal seperti : garnet, grafit dan
korundum
c. Mineral mineral khas yang dihasilkan dari efek larutan kimia, seperti eopdit, wolastonit
dan klorit
75
Winkler (1965), menemukan beberapa mineral khas yang dihasilkan oleh
metamorfosa regional, yang didasarkan atas derajat metamorfosa, yaitu derajat rendah terdiri
dari : kalsit, biotit, derajat menengah terdiri dari almadin, kyanit, dan derajad tinggi :
Silimanit..
76
ultramilonit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan
mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera, rekristalisasi mika, batuannya
disebut philonit.
h. Serpentit: batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral mineral dari kelompok
serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan dari
77
alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan
piroksen.
i. Skarn: marmer yang tidak bersih atau kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur
silikat seperti garnet, epidot dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan komposisi
batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.
78
Contoh format laporan resmi batuan metamorf
Hari/Tanggal : .............................
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
No. Peraga : .............................
Deskripsi batuan
Batuan berwarna abu abu, struktur fosiasi skistosik, tekstur kristoblastik, subhedral
(hipdioblastik), lepidioblastik, komposisi: muskovit (50%), kuarsa (25%), klorit (10%), dan
garnet (15%)
Deskripsi Komposisi:
Muskovit, warna abu abu cerah, kilap kaca, belahan 1 arah, ukuran 1 3 mm, bentuk
subhedral, penyebaran merata.
Kuarsa, tidak berwarna putih, kilap kaca, ukuran 0,5 1 mm, bentuk anhedral,
penyebaran merata.
Klorit, warna hijau, kilap lemak, ukuran 1 mm, berbentuk subhedral, penyebaran tidak
merata.
79
Nama Batuan: SEKIS MIKA GARNETAN (Travis, 1955)
Petrogenesa
Berdasarkan struktur yang berfoliasi sekistosik, maka batuan ini terbentuk oleh proses
proses metamorfosa regional dinamotermal derajat sedang tinggi. Dilihat dari komposisinya
yang dominan adalah mika dan kuarsa, maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan asal dari
batuan ini adalah batulempung.
Mengetahui
Asisten Acara
(...............................)
6.1. Kritik
Praktikum petrologi adalah memberikan gambaran bagi semua mahasiswa
pertambangan yang sedang mempelajari batuan untuk bisa mengidentifikasi semua jenis
batuan mulai dari batuan beku sampai pada batuan metamorf. Mahasiswa pertambangan
yang sedang mempelajari batuan juga dituntut agar bisa mengidentifikasi batuan di
lapangan (observasi lapangan). Dalam hal ini minimnya peralatan laboratorium yang
membuat praktikum petrologi ini berjalan tidak efektif, dan juga kurangnya batuan di
laboratorium yang membuat praktikan tidak menguasai sepenuhnya semua jenis batuan
pada saat dilapangan.
6.2. Saran
Praktikan sangat mengharapkan agar di praktikum petrologi selanjutnya agar bisa
berjalan dengan baik. Hal ini harus ditunjang dengan perlengkapan dan peralatan
laboratorium petrologi yang memadai, semua jenis batuan harus tersedia, dan juga
diharapkan agar semua praktikan yang melakukan praktikum petrologi agar bisa menjaga
dan memelihara semua perlengkapan dan peralatan laboratorium yang ada beserta semua
jenis batuan.
80
81