PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan & Kegunaan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
dipengaruhi oleh unsur hara, cahaya, jarak tanam dan teknik budidaya. Batang
berfungsi sebagai penopang tanaman, mendistribusikan hara dan air dalam
tanaman dan sebagai cadangan makanan. Kerebahan tanaman dapat menurunkan
hasil tanaman secara drastis. Kerebahan umumnya terjadi akibat melengkung atau
patahnya ruas batang terbawah, yang panjangnya lebih dari 4 cm (Makarim dan
Suhartatik, 2009).
Daun padi tumbuh pada batang dan tersusun berselang-seling pada tiap
buku. Tiap daun terdiri atas helaian daun, pelepah daun yang membungkus ruas,
telinga daun (auricle) dan lidah daun (ligule). Daun teratas disebut daun bendera
yang posisi dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Satu daun pada
awal fase tumbuh memerlukan waktu 4-5 hari untuk tumbuh secara penuh,
sedangkan pada fase tumbuh selanjutnya diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu
8-9 hari. Jumlah daun pada tiap tanaman bergantung pada varietas. Varietas
varietas baru di daerah tropis memiliki 14-18 daun pada batang utama (Makarim
dan Suhartatik, 2009).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai
dinamakan spikelet yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma,
palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior.
Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas
cabang primer dan sekunder. Tiap unit bunga padi pada hakikatnya adalah floret
yang hanya terdiri atas satu bunga, yang terdiri atas satu organ betina (pistil) dan
enam organ jantan (stamen). Stamen memiliki dua sel kepala sari yang ditopang
oleh tangkai sari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu ovul yang
menopang dua stigma. Malai terdiri atas 8-10 buku yang menghasilkan cabang-
cabang primer yang selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah
(pedicel) tumbuh dari buku-buku cabang primer maupun cabang sekunder
(Yoshida, 1981).
Pertumbuhan tanaman padi dibagi dalam tiga fase, yaitu fase vegetatif (awal
pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai) fase generatif/reproduktif
(primordial sampai pembungaan), dan fase pematangan (pembungaan sampai
gabah matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ
vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot, dan luas
4
daun. Lama fase reproduktif untuk kebanyakan varietas padi di daerah tropis
umumnya 35 hari dan fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan masa
pertumbuhan ditentukan oleh lamanya fase vegetatif. Varietas IR64 matang dalam
110 hari mempunyai fase vegetatif 45 hari, sedangkan IR8 yang matang dalam
130 hari fase vegetatifnya 65 hari (Makarim dan Suhartatik, 2009).
2.2.1. Gabah
Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah
dipisahkan dari tangkainya. Asal kata "gabah" dari bahasa Jawa gabah. Dalam
perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan
padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam jumlah besar dilakukan
dalam bentuk gabah. Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu
hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan.
Bobot gabah beragam dari 12-44 mg pada kadar air 0%, sedangkan bobot sekam
rata-rata adalah 20% bobot gabah. Perkecambahan terjadi apabila dormansi benih
telah dilalui. Benih tersebut berkecambah apabila radikula telah tampak keluar
menembus koleorhiza diikuti oleh munculnya koleoptil yang membungkus daun
(Makarim dan Suhartatik, 2009).
Umumnya sruktur butir gabah terdiri atas (Widayanti 1993). :
a. Sekam (kulit gabah) yang biasanya berwarna coklat atau kehithm-
hitaman dibentuk oleh "palea" dan "glume".
b. Kulit bagian dalam (culticula) berwarna tak tentu dari putih sampai
coklat kehitaman. Bagian ini terdiri dari 5 lapisan yang dapat dilihat
dengan mikroskop.
c. Bagian padi (endosperm) yang sebagian besar terdiri dari sel-sel yang
dapat dimakan dengan dua komponen utama yaitu amilosa dan
amilopektin.
d. Lembaga (germ) bagian ini masih terlihat setelah sekam dilepas dan
beras disosoh, namum tak terdapat pada beras putih.
e. Bagian kulitnya merupakan 18-28 % dari berat butir gabah pada tingkat
kadar air 13% berat basah.
5
Gambar 1. Struktur gabah (Griest, 1975).
2.2.2. Benih
Menurut Peraturan Pemerintah no 44 tahun 1995 Benih adalah semua
bentuk bahan tanaman dari proses generatif berupa biji maupun vegetatif seperti
stek, cangkok, umbi dan lain-lain. Pada taraf batasan agronomi benih yang
ditanam akan menghasilkan produksi setinggi mungkin dan diupayakan melestari.
Produksi benih yang tinggi sangat tergantung dari teknologi dilapangan dan
pascapanen sehingga produk benih dapat diidentifikasikan atas dasar kemurnian
genetiknya. Varietas yang dihasilkan selain unggul dalam produksi, varietas juga
harus memiliki sifat yang jelas berbeda dari varietas lainnya yang sebelumnya
sudah beredar seragam kinerja tanaman dan pertanamannya (uniform), mantap
(stable) dalam keunggulan sifat kinerja tanaman dan pertanaman. Oleh karena itu
6
diperlukan jaminan suatu benih yang baik itu harus benar juga diinformasikan
kepada konsuman oleh pihak produsen, selain itu diperlukan jaminan oleh pihak
ketiga yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah yaitu sertifikasi benih.
Sertifikasi benih dilakukan agar benih yang dipasarkan terjamin mutunya dan
benar informasinya.
7
yang diinginkan memerlukan banyak waktu dan tenaga serta tempat
yang luas. Selain itu pengeringan cara ini sangat tergantung pada musim
atau iklim. Berbeda halnya dengan pengeringan dengan menggunakan
alat yang dengan kemampuannya dapat mengantisipasi kondisi-kondisi
yang tidak diinginkan (Widayanti, 1993).
Hall (1977). Menyatakan faktor yang mempengaruhi pengeringan
ini terbagi dalam 2 kelompok yaitu yang berhubungan dengan udara
pengering dan yang berhubungan dengan bahan yang dikeringkan.
Faktor yang berhubungan dengan udara pengering adalah suhu udara,
kecepatan volumetrik, dan kelembaban udara sedangkan faktor yang
berhu- bungan dengan bahan yang dikeringkan adalah bentuk, kadar air,
ketebalan lapisan dan tekanan partial.
Udara yang merupakan medium bagi pengeringan biji-bijian
merupakan campuran antara udara kering dan uap air Udara kering ini
dapat diperoleh secara alamiah maupun secara mekanis. Perolehan udara
secara alamiah yaitu dengan memanfaatkan angin sedangkan perolehan
udara secara mekanis yaitu dengan menggunakan kipas angin. Udara
yang akan cigunakan untuk pengeringan dapat dipanaskan terlebih
dahulu atau tanpa pemanasan. Semakin tinggi suhu udara pengering,
semakin cepat laju pengeringan. Namun suhu itu tidak boleh melampaui
suhu maksimum pengeringan yang tergantung dari jenis biji-bijian yang
akan dikeringkan dan tujuan pemanfaatan berikutnya. Suhu maksimum
pengeringan gabah untuk tujuan konsumsi yaitu 60C (Brooker et al,
2008).
b. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai proses penanganan
pasca panen yang mempunyai nilai yang penting. Penyimpanan biji-
bijian dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu penyimpanan secara
karungan dan penyimpanan secara curah. Tempat yang digunakan untuk
menyimpan secara curah dapat berupa gudang, lumbung, silo, dan
berbagai macam wadah lain yang terbuat dari bambu, tanah liat, metal
dan kayu. Penyimpanan secara curah mempunyai beberapa keuntungan
8
jika dibandingkan dengan penyimpanan secara karungan. Keuntungan
itu adalah penanganan yang mekanis dan cepat, biaya operasi rendah,
potensi susut kecil demikian pula perlindungan terhadap tikus dan
serangga tidak lah sulit. Selain itu kehilangan karena tercecer pun dapat
dikurangi (Hall, 1977). Adapun kerugiannya adalah investasi yang tinggi
dan kurang fleksibel.
Lumbung didefinisikan sebagai alat atau bangunan untuk
menyimpan bahan kering dengan aman, terhindar dari serangan hama.
Berdasarkan perbandingan tinggi dan sisi sisi penampangnya, konstruksi
unit penyimpan biji bijian dapat dibedakan menjadi tipe vertikal dan tipe
horisontal. Pertimbangan yang umum diperhatikan dalam menentukan
pemilihan tipe penyimpan adalah harga dan kesediaan tanah atau tempat
bangunan, sifat bahan dan cara penanganannya, periode pengisian dan
pengeluaran, biaya konstruksi, harapan umur konstruksi dan hubungan
antara proses penyimpanan dengan proses selanjutnya (Safitri, 2010).
Dalam proses penyimpanan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Kadar Air
Kadar air kesetimbangan (Higroskopis) didefinisikan kadar
air biji bijian pada saat setimbang dengan kadar air udara
sekitar. Kadar air ini dipakai untuk menentukan apakah suatu
bahan akan menyerap atau melepaskan air di dalam udara pada
RH atau temperatur tertentu Hubungan antara kadar air dan
RH dapat dilihat pada Tabel 1.
Lama penyimpanan dipengaruhi oleh kadar air dan jenis
biji-bijian, (Brooker et al, 2008) menyatakan bahwa padi
dengan kadar air antara 16% sampai 25% pada saat panen
membutuhkan pengurangan kadar air sehingga 12% sampai
14% untuk penyimpanan aman selama 1 tahun. Kadar air
12.5% sampai 14% merupakan jaminan keamanan dari
serangan serangga dan jamur.
9
Tabel 1. Kadar air kesetimbangan gabah dalam persen
basis basah (Brooker et al, 2008).
Kadar Air (%) Kadar Air (%)
RH
25C 30C
10 5.9 4.9
20 8.0 7.0
30 9.5 8.4
40 10.9 9.8
50 12.2 11.1
60 13.3 12.3
70 14.1 13.3
80 15.2 14.8
90 19.1 19.1
10
tumbuh dan berkembang Hal ini akan membawa akibat
menurunnya daya kecambah untuk benih, perubahan warna,
timbulnya panas dan kelapukan, perubahan biokimia,
kemungkinan muncul racun serta kehilangan bahan kering.
Umumnya semua jamur gudang dapat tumbuh pada bahan-
bahan yang berkadar air setimbang dengan udara yang
memiliki kelembababn relatif 70% sampai 90%. Selain
temperatur dan kelembaban, pertumbuhan jamur pun dapat
dipengaruhi oleh kadar air, kondisi gabah serta, banyak benda
dan organisme asing pada tumpukan gabah. (Widayanti, 1993).
3. Serangga
Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga itu meliputi
kerusakan kecambah, panas dan kondensasi uap air serta
tumbuhnya jamur, kontaminasi akibat sekresi serangga dan
sarangnya serta isi biji yang dimakan oleh serangga.
(Widayanti, 1993).
4. Tikus
Tikus merupakan salah satu penyebab utama kehilangan bahan
pangan biji-bijian pada proses penyimpanan. Umumnya karena
konstruksi yang mudah diserang tikus. Kerusakan yang
disebabkan oleh tikus ini antara lain kerusakan akibat kesukaan
tikus pada biji-bijian (dimakan tikus), hasil sekresi, kerusakan
pada bangunan penyimpan akibat digerogoti tikus (Hall, 1977).
5. Migrasi Uap Air
Migrasi uap air umum terjadi di daerah subtropis di mana biji-
bijian disimpan dalam keadaan panas dan udara sekitar
penyimpan jauh lebih rendah. Migrasi uap air ini terjadi pada
bagian tertentu di dalam lumbung. Akumulasi ini terutama
disebabkan karena adanya pergerakan udara dalam lumbung
akibat efek pindah panas. Permukaan biji-bijian dingin pada
bagian atas akan mengakibatkan terjadinya kondensasi
sehingga kadar air pada bagian itu akan meningkat. Pindah
11
panas konveksi di dalam penyimpanan curah terjadi karena
adanya gradien suhu yang disebabkan perbedaan suhu antara
bahan dengan udara luar. Perbedaan ini erat kaitannya dengan
jenis biji bijian, jenis lumbung dan lokasi geografis (Hall,
1977).
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Rata-rata konsumsi beras per kapita per tahun 2015.
BPS.go.id. diakses tanggal 6 Maret 2017.
Brooker DB et al., 2008. Drying Cereal Grain. Connecticut: The AVI Publishing
Company Inc. Wesport.
Grolleaud M., 2001. Postharvest Losses : Descovering the Full Story Overview of
The Phenomenon of Losses During The Post Harvest System. Rome;
FAO.
Hall DG, Reeve MJ, Thomasson AJ, dan Wright VF.1977. Water retention,
porosity and density of field soils. Technical Monograph No. 9. Soil
Survey of England and Wales, Harpenden.
Safitri H. 2010. Kultur antera dan evaluasi galur haploid ganda untuk
mendapatkan padi gogo tipe baru. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 1 Terjemahan
Diah R. Lukman dan Sumaryo. ITB, Bandung.
13
Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor.
Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. IRRI. Los Banos. Laguna,
Philippines.
14
LAMPIRAN
15