Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan tumbuhan yang tidak
memiliki fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan atau respirasi, transport
solut, translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrien, diferensiasi, pembentukan
karbohidrat, protein dan lipid. Metabolit sekunder yang seringkali hanya dijumpai
pada satu spesies atau sekelompok spesies berbeda dari metabolit primer (asam
amino, nukelotida, gula, lipid) yang dijumpai hampir di semua kingdom
tumbuhan.
Metabolit sekunder yang merupakan hasil samping atau intermediet metabolisme
primer:
Berperan penting pada dua strategi resistensi, yaitu: a) level struktur, phenyl
propanoid adalah komponen utama polimer dinding polimer lignin dan suberin, b)
menginduksi antibiotik pertahanan yang berasal dari fenolik dan terpenoid
(fitoaleksin)
Melindungi tumbuhan dari gangguan herbivor dan menghindari infeksi yang
disebabkan oleh patogen mikrobia. Tumbuhan menggunakan metabolit sekunder
sebagai antibiotik atau agen sinyal selama interaksi dengan patogen
Menarik polinator dan hewan penyebar biji
Berperan sebagai agen kompetisi antar tanaman
Memberikan kontribusi yang bernilai terhadap hubungan antara tumbuhan dan
lingkungannya
Kelompok utama metabolit sekunder ada tiga, yaitu: terpen, senyawa fenol dan
produk sekunder mengandung nitrogen.
SENYAWA SEKUNDER YANG MENGANDUNG NITROGEN
alkaloid yang terutama disintesis dari asam-asam amino
Di tumbuhan senyawa ini tidak sebanyak fenolik dan terpenoid
Senyawa ini penting dalam aktivitasnya sebagai obat dan toksin
Disintesis dari asam amino aromatik dan alifatik
Alifatik via siklus TCA
Aromatik melalui lintasan asam shikimat
Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang menghasilkan satu atau Iebih gula (kon) diantara
produk hidrolisisnya dan sisanya berupa senyawa bukan gula (aglikon).
Bila gula yang terbentuk adalah glukosa maka golongan senyawa itu disebut
glukosida, sedangkan bila terbentuk gula Iainnya disebut cilikosida. Di alam ada
0- glikosida, C-glikosida, N-glikosida, dan S-glikosida. Secara kimia, senyawa ini
merupakan asetal , yaitu hasil kondensasi gugus hidroksil gula dengan gugus
hidroksil dan komponen aglikon, serta ggs hiaroksil sekunder di dalam molekul
gula itu sendiri juga menga-lami kondensasi membentuk cincin oksida. Secara
seder-hana glikosida merupakan guta eter. Bentuk alfa dan beta mungkin saja ada,
namun di alam atau di dalam tanaman hanya bentuk beta (13) yang ada.
Dan segi pandang biologi, glikosida berperan dalam tumbuhan terlibat dalam
fungsi pengaturan-penga-turan, perlindungan, dan kesehatan, sedangkan untuk
manusia ada yang digunakan datam pengobatan. Dalam segi pengobatan,
glikosida menyumbang hampir setiap kelas pengobatan, misalnya sebagai obat
jantung (kardiotonika) contohmya: glikosida digitalis, strophantus, squill,
corivallaria, apocynum, dll. ; sebagai obat pencahar (laxantia), misalnya
antrakinon dalam sena, aloe, kelembak, kaskara sagrada, frangula, dll.; sebagai
penyedap atau lokal iritan, misalnya alilisotiosianat; seba-gai analgesika, misalnya
gaulterin dan gondopuro meng-hasilkan metilsalisilat.
Glikosida saponin
Golongan senyawa ini tersebar luar dalam tumbuhan tinggi. Saponin, seperti
sabun, membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa bila digojog;
berasa pahit menggigit; simplisia yang mengandung saponin menye-babkan bersin
dan mengiritasi selaput lendir. Dapat menchemolisis butir darah merah dan toksik
terhadap hewan brdarah dingin (racun ikan). Bila dihidrolisis menghasilkan
aglikon yang disebut sapoenin. Sapogenin dapat diisolasi dalam bentuk kristal bila
dilakukan asetilasi. Proses ini dapat digunakan untuk memurnikan sapogenin.
Saponin yang lebih beracun disebut sapotoksin. Liquiritiae Radix dan
Sarsaparllae Cortex mengandung saponin, demikian juga daging buah Sapindus
rarac.