Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
1. KONSEP TEORI KASUS
A. Definisi
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian (WHO, 2014 dalam Latifah
2016).Stroke adalah gangguan fungsi otak yang timbulnya mendadak, berlangsung
selama 24 jam atau lebih, akibat gangguan peredaran darah di otak (Yayasan Stroke
Indonesia, 2010). Stroke diklasifisikan menjadi dua yaitu stroke iskemik dan
perdarahan (Hemoragik). Stroke adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang
mengalami kelumpuhan atau kematian karena terjadinya gangguan perdarahan di otak
yang menyebabkan kematian jaringan otak (Batticaca, 2009 dalam Latifah 2016).
Stroke Iskemik atau Non-Hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh
suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang
menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan (AHA, 2015).
Stroke Iskemik atau non-hemoragik merupakan stroke yang disebabkan
karena terdapat sumbatan yang disebabkan oleh trombus (bekuan) yang terbentuk di
dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak (Sylvia, 2005 dalam Latifa
2016).

B. Anatomi Pembuluh Darah Otak


Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi
neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar
1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50%
glukosa yang ada di dalam darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal.
Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang
terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan
otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah
vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai
sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior
bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi
dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau
pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi
sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabutserabut saraf ke target organ

Gambar. Sel gilia pada otak

Gambar. Pembuluh darah di otak


Gambar. Bagian otak dan fungsi otak

Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan


pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan
tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia
(kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia
urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak
bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat
mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.

Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

Hemisfer Kiri Hemisfer Kanan

- Mengalami - Hemiparese sebelah kiri tubuh


hemiparese kanan - Penilaian buruk
- Perilaku lambat dan - Mempunyai kerentanan terhadap sisi
hati-hati kontralateral sehingga memungkinkan
- Kelainan lapan terjatuh ke sisi yang berlawanan
pandang kanan tersebut
- Disfagia global
- Afasia
- Mudah frustasi

D. PATOFISIOLOGI
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi
lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

1. Keadaan pembuluh darah.


2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke
otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah
otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya
embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena
gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting
terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral
yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral
dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
Pathway
E. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan stroke memiliki 3 tujuan, yaitu:
1. Mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik non
infark.
2. Memperbaiki cedera otak.
3. Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel didaerah
penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamat.

Penatalaksanaan umum pasien stroke:

a. Aktifitas
Bed rest dibutuhkan untuk penghematan energi dan menurunkan metabolisme,
sehingga tidak meningkatkan metabolisme otak yang akan memperburuk
kerusakan otak. Kepala dan tubuh atas dalam posisi 300 dengan bahu sisi yang
lemah diganjal bantal.
b. Perawatan
Prinsip 5 B, yaitu:
1. Breathing (pernapasan)
a) Mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala hambatan, baik akibat
hambatan yang terjadi akibat benda asing ataupun sebagai akibat strokenya
sendiri.
b) Melakukan oksigenasi.
2. Blood (tekanan darah)
a) Mengusahakan otak tetap mendapat aliran darah yang cukup.
b) Jangan melakukan penurunan tekanan darah dengan cepat pada masa akut
karena akan menurunkan perfusi ke otak.
3. Brain (fungsi otak)
a) Mengatasi kejang yang timbul.
b) Mengurangi edema otak dan tekanan intrakranial yang tinggi.
4. Bladder (kandung kemih)
Memasang kateter bila terjadi retensi urin.
5. Bowel (pencernaan)
a) Mengupayakan kelancaran defekasi.
b) Apabila tidak dapat makan per oral, maka dipasang NGT.
c) Medikasi

Pada pasien stroke non hemoragik:


1. Neuroprotektif
Neuroprotektif untuk mempertahankan fungsi jaringan yang dapat dilakukan
dengan cara hipotermia dan atau obat neuroprotektif.
a) Hipotermia
Cara kerja metode ini adalah menurunkan metabolisme dan kebutuhan
oksigen sel- sel neuron. Dengan demikian, neuron terlindung dari
kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia berkepanjangan atau eksitotoksisitas
yang dapat terjadi akibat jenjang glutamat yang biasanya timbul setelah
cedera sel neuron.
b) Obat neuroprotektif
Obat ini berfungsi untuk menurunkan metabolisme neuron, mencegah
pelepasan zat- zat toksik dari neuron yang rusak, atau memperkecil respon
hipereksitatorik yang merusak dari neuron- neuron di penumbra iskemik
yang mengelilingi daerah infark pada stroke. Jenis obat neuroprotektif,
antara lain antagonis kalsium, anatagonis glutamat, dan antioksidan.
2. Trombolisis
Trombolisis dapat membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang
berlangsung (3-6 jam pertama), misalnya dengan rt-PA (recombinant tissue-
plasminogen). Pengobatan ini hanya boleh diberikan pada stroke iskemik
dengan onset kurang dari 3 jam dan hasil CT scan normal.
3. Antikoagulasi
Antikoagulasi untuk mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi
trombus dan untuk penderita yang mengalami kelainan jantung, namun
memiliki efek samping trombositopenia.
4. Pemantauan irama jantung untuk pasien dengan aritmia jantung atau iskemia
miokard. Bila fibrilasi atrium respons cepat, maka dapat diberikan digoksin
0,125- 0,5 mg intravena atau verapamil 5-10 mg intravena atau amidaron 200
mg drips dalam 12 jam.
5. Tekanan darah yang tinggi pada stroke iskemik tidak boleh diturunkan dengan
cepat karena akan memperluas infark dan perburukan neurologist. Aliran
darah yang meningkat akibat tekanan perfusi otak yang meningkat bermanfaan
bagi daerah otak yang mendapat perfusi marginal (penumbra iskemik). Tetapi
tekanan darah terlalu tinggi, dapat menimbulkan infark hemoragik dan
memperhebat edema serebri.
Hipertensi diobati jika tekanan darah sangat tinggi pada 3 kali pengukuran
selang 15 menit:
a) Sistolik > 220 mmHg
b) Diastolik > 120 mmHg
c) Tekanan arteri rata- rata >140 mmHg

c. Nutrisi
1) Mengontrol edem serebri dengan pembatasan cairan atau penggunaan
manitol.
2) Pada 24 jam pertama diberikan cairan emergensi intravena dan selanjutnya
diberikan cairan kristaloid atau koloid sesuai kebutuhan.
3) Pasien gangguan menelan atau gangguan kesadaran diberikan makanan cair
melalui pipa nasogastrik (NGT).
4) Jumlah total kalori pada fase kut 25 kkal/kgBB/hari dengan komposisi lemak
30-35%, protein 1,2-1,5 gr/kgBB/hari dan atau sesuai keadaan.
d. Observasi Umum dan Tanda Vital
Observasi neurologis dan tanda vital secara rutin pada 24-48 jam pertama dengan
tujuan mengetahui sejak awal komplikasi medis atau neurologis yang dapat
menambah morbiditas dan mortalitas stroke.
e. Terapi
1. Fisioterapi
a) Mobilisasi untuk mencegah deep vein thrombosis (DVT) maupun
kompikasi pulmonal.
b) Pasien imobil latihan ruang lingkup sendi untuk mencegah kontraktur.
c) Fisioterapi dada, fungsi menelan, dan berkemih.
2. Terapi wicara
Terapi wicara harus dilakukan sedini mungkin pada pasien afasia dengan
stimulasi sedini mungkin, terapi komunikasi, terapi aksi visual, terapi
intonasi melodik, dan sebagainya.
3. Depresi
Depresi diobati sedini mungkin dengan obat antidepresi yang tidak
mengganggu fungsi kognitif.
f. Edukasi
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai stroke, sehingga
dapat mengendalikan factor- factor resiko yang dapat mencetuskan timbulnya
stroke berulang

F. Pencegahan
Pencegahan untuk stroke non-hemoragik ada dua yaitu (Mansjoer dkk, 2000):
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara menghindari rokok, stres mental,
alkohol, kegemukan (obesitas), konsumsi garam berlebih, obat-obat golongan
amfetamin, kokain dan sejenisnya. Mengurangi kolesterol dan lemak dalam
makanan, mengendalikan hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit
vaskular aterosklerotik lainnya serta perbanyak konsumsi gizi seimbang dan
olahraga teratur.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup yang
berisiko seperti hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes melitus
dengan diet dan obat hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung dengan
antikoagulan oral, dislipidemia dengan diet rendah lemak dan obat anti
dislipidemia, dan berhenti merokok, serta hindari kegemukan dan kurang gerak

G. Komplikasi Stroke
Komplikasi stroke meliputi Hipoksia Serebral, penurunan aliran darah
serebral, dan luasnya area cedera.
1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi darah adekuat ke
otak.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (pemberian intarvena) harus menjamin
penurunn viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik.
(Smeltzer & Bare, 2002)
2. KONSEP DASAR ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukanaktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar,disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala,kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obatadiktif, kegemukan
d. .Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

1. Ketidakefektifan Setelah Monitorang neurologis


Perfusi jaringan dilakukan
serebral b.d tindakan 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
aliran darah ke keperawatan bentuk pupil
otak terhambat. diharapkan
2. Monitor tingkat kesadaran klien
suplai aliran
darah keotak 3. Monitir tanda-tanda vital
lancar dengan
kriteria hasil: 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah

- Nyeri 5. Monitor respon klien terhadap pengobatan


kepala / vertigo
berkurang 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
sampai de-ngan7. Observasi kondisi fisik klien
hilang
-
Berfungs Terapi oksigen
inya saraf
dengan baik 1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
- Tanda-tanda2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
vital stabil
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan
sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7. Monitor respon klien terhadap pemberian
oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen
selama aktifitas dan tidur

2 Kerusakan Setelah 1. Libatkan keluarga untuk membantu


komunikasi dilakukan memahami / memahamkan informasi dari / ke
verbal b.d tindakan klien
penurunan keperawatan,
sirkulasi ke otak diharapkan 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan
klien mampu penuh perhatian
untuk
3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek
berkomunikasi dalam komunikasi dengan klien
lagi dengan
kriteria hasil: 4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata

- dapat 5. Berikan arahan / perintah yang sederhana


menjawab setiap interaksi dengan klien
pertanyaan
6. Programkan speech-language teraphy
yang diajukan
perawat 7. Lakukan speech-language teraphy setiap
interaksi dengan klien
- dapat
mengerti dan
memahami
pesan-pesan
melalui gambar
- dapat
mengekspresik
an perasaannya
secara verbal
maupun
nonverbal

3 Defisit perawatan Setelah 1 Kaji kamampuan klien untuk perawatan


diri; dilakukan diri
mandi,berpakaian, tindakan
makan, keperawatan, 2 Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat
diharapkan bantu dalam makan, mandi, berpakaian dan
kebutuhan toileting
mandiri klien
3 Berikan bantuan pada klien hingga klien
terpenuhi,
sepenuhnya bisa mandiri
dengan kriteria
hasil: 4 Berikan dukungan pada klien untuk
menunjukkan aktivitas normal sesuai
- Klien dapat
kemampuannya
makan dengan
bantuan orang 5 Libatkan keluarga dalam pemenuhan
lain / mandiri kebutuhan
- Klien dapat perawatan diri klien
mandi de-ngan
bantuan orang
lain
- Klien dapat
memakai
pakaian dengan
bantuan orang
lain / mandiri
- Klien dapat
toileting
dengan bantuan
alat

4 Kerusakan Setelah 1 Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak


mobilitas fisik b.d dilakukan aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
kerusakan tindakan
neurovas-kuler keperawatan 2 Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
selama, ekstrimitas yang parese / plegi dalam toleransi
diharapkan nyeri
klien dapat
3 Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
melakukan
mencegah atau mangurangi bengkak
pergerakan
fisik dengan 4 Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan
kriteria hasil : dan kemampuan klien
- Tidak 5 Motivasi klien untuk melakukan latihan
terjadi sendi seperti yang disarankan
kontraktur otot
dan footdrop 6 Libatkan keluarga untuk membantu klien
latihan sendi
- Pasien
berpartisipasi
dalam program
latihan
- Pasien
mencapai
keseimbangan
saat duduk
- Pasien
mampu
menggunakan
sisi tubuh yang
tidak sakit
untuk
kompensasi
hilangnya
fungsi pada sisi
yang
parese/plegi

5 Resiko kerusakan Setelah 1 Beri penjelasan pada klien tentang: resiko


integritas kulit b.d dilakukan adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
immobilisasi fisik tindakan tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi
perawatan luka tekan)
selama,
diharapkan 2 Berikan masase sederhana
pasien mampu
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
mengetahui
dan - Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk
mengontrol pelicin
resiko dengan
kriteria hasil : - Lakukan masase secara teratur

- Klien - Anjurkan klien untuk rileks selama masase


mampu menge-
- Jangan masase pada area kemerahan utk
nali tanda dan
menghindari kerusakan kapiler
gejala adanya
resiko luka - Evaluasi respon klien terhadap masase
tekan
- Klien
mampu 3 Lakukan alih baring
berpartisi-pasi
dalam - Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
pencegahan - Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin
resiko luka untuk mengurangi kekuatan geseran
tekan (masase
sederhana, alih- Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit
ba-ring,
manajemen - Observasi area yang tertekan (telinga,
nutrisi, mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
manajemen skapula)
tekanan).
4 Berikan manajemen nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Monitor intake nutrisi
- Tingkatkan masukan protein dan
karbohidrat untuk memelihara ke-seimbangan
nitrogen positif
5 Berikan manajemen tekanan
- Monitor kulit adanya kemerahan dan
pecah-pecah
- Beri pelembab pada kulit yang kering dan
pecah-pecah
- Jaga sprei dalam keadaan bersih dan
kering
- Monitor aktivitas dan mobilitas klien
- Beri bedak atau kamper spritus pada area
yang tertekan

Anda mungkin juga menyukai