TINJAUAN TEORITIS
1. KONSEP TEORI KASUS
A. Definisi
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian (WHO, 2014 dalam Latifah
2016).Stroke adalah gangguan fungsi otak yang timbulnya mendadak, berlangsung
selama 24 jam atau lebih, akibat gangguan peredaran darah di otak (Yayasan Stroke
Indonesia, 2010). Stroke diklasifisikan menjadi dua yaitu stroke iskemik dan
perdarahan (Hemoragik). Stroke adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang
mengalami kelumpuhan atau kematian karena terjadinya gangguan perdarahan di otak
yang menyebabkan kematian jaringan otak (Batticaca, 2009 dalam Latifah 2016).
Stroke Iskemik atau Non-Hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh
suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang
menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan (AHA, 2015).
Stroke Iskemik atau non-hemoragik merupakan stroke yang disebabkan
karena terdapat sumbatan yang disebabkan oleh trombus (bekuan) yang terbentuk di
dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak (Sylvia, 2005 dalam Latifa
2016).
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia
(kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia
urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak
bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat
mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
D. PATOFISIOLOGI
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi
lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena
gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting
terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral
yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral
dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
Pathway
E. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan stroke memiliki 3 tujuan, yaitu:
1. Mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik non
infark.
2. Memperbaiki cedera otak.
3. Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel didaerah
penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamat.
a. Aktifitas
Bed rest dibutuhkan untuk penghematan energi dan menurunkan metabolisme,
sehingga tidak meningkatkan metabolisme otak yang akan memperburuk
kerusakan otak. Kepala dan tubuh atas dalam posisi 300 dengan bahu sisi yang
lemah diganjal bantal.
b. Perawatan
Prinsip 5 B, yaitu:
1. Breathing (pernapasan)
a) Mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala hambatan, baik akibat
hambatan yang terjadi akibat benda asing ataupun sebagai akibat strokenya
sendiri.
b) Melakukan oksigenasi.
2. Blood (tekanan darah)
a) Mengusahakan otak tetap mendapat aliran darah yang cukup.
b) Jangan melakukan penurunan tekanan darah dengan cepat pada masa akut
karena akan menurunkan perfusi ke otak.
3. Brain (fungsi otak)
a) Mengatasi kejang yang timbul.
b) Mengurangi edema otak dan tekanan intrakranial yang tinggi.
4. Bladder (kandung kemih)
Memasang kateter bila terjadi retensi urin.
5. Bowel (pencernaan)
a) Mengupayakan kelancaran defekasi.
b) Apabila tidak dapat makan per oral, maka dipasang NGT.
c) Medikasi
c. Nutrisi
1) Mengontrol edem serebri dengan pembatasan cairan atau penggunaan
manitol.
2) Pada 24 jam pertama diberikan cairan emergensi intravena dan selanjutnya
diberikan cairan kristaloid atau koloid sesuai kebutuhan.
3) Pasien gangguan menelan atau gangguan kesadaran diberikan makanan cair
melalui pipa nasogastrik (NGT).
4) Jumlah total kalori pada fase kut 25 kkal/kgBB/hari dengan komposisi lemak
30-35%, protein 1,2-1,5 gr/kgBB/hari dan atau sesuai keadaan.
d. Observasi Umum dan Tanda Vital
Observasi neurologis dan tanda vital secara rutin pada 24-48 jam pertama dengan
tujuan mengetahui sejak awal komplikasi medis atau neurologis yang dapat
menambah morbiditas dan mortalitas stroke.
e. Terapi
1. Fisioterapi
a) Mobilisasi untuk mencegah deep vein thrombosis (DVT) maupun
kompikasi pulmonal.
b) Pasien imobil latihan ruang lingkup sendi untuk mencegah kontraktur.
c) Fisioterapi dada, fungsi menelan, dan berkemih.
2. Terapi wicara
Terapi wicara harus dilakukan sedini mungkin pada pasien afasia dengan
stimulasi sedini mungkin, terapi komunikasi, terapi aksi visual, terapi
intonasi melodik, dan sebagainya.
3. Depresi
Depresi diobati sedini mungkin dengan obat antidepresi yang tidak
mengganggu fungsi kognitif.
f. Edukasi
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai stroke, sehingga
dapat mengendalikan factor- factor resiko yang dapat mencetuskan timbulnya
stroke berulang
F. Pencegahan
Pencegahan untuk stroke non-hemoragik ada dua yaitu (Mansjoer dkk, 2000):
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara menghindari rokok, stres mental,
alkohol, kegemukan (obesitas), konsumsi garam berlebih, obat-obat golongan
amfetamin, kokain dan sejenisnya. Mengurangi kolesterol dan lemak dalam
makanan, mengendalikan hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit
vaskular aterosklerotik lainnya serta perbanyak konsumsi gizi seimbang dan
olahraga teratur.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup yang
berisiko seperti hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes melitus
dengan diet dan obat hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung dengan
antikoagulan oral, dislipidemia dengan diet rendah lemak dan obat anti
dislipidemia, dan berhenti merokok, serta hindari kegemukan dan kurang gerak
G. Komplikasi Stroke
Komplikasi stroke meliputi Hipoksia Serebral, penurunan aliran darah
serebral, dan luasnya area cedera.
1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi darah adekuat ke
otak.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (pemberian intarvena) harus menjamin
penurunn viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik.
(Smeltzer & Bare, 2002)
2. KONSEP DASAR ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukanaktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar,disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala,kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obatadiktif, kegemukan
d. .Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
C. RENCANA KEPERAWATAN