Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

1. DEFINISI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang peningkatan tekanan
darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolik
lebih besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90 mmHg, saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wikipedia, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi
batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan
peningkatan volume aliran darah darah (Hani, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai
hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah
waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90
mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak


(sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) dengan kerusakan organ
target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam
hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan
organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau
jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk
dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan
referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.

2. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Klasifikasi hipertensi menurut WHO Tekanan darah normal yaitu bila
a. sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama
dengan 90 mmHg
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension :

1) Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2) Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole 180 mmHg dan/atau diastole 120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat
tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak,
mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :
I. Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi
essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 95%) penderita termasuk hipertensi
primer. Hipertensi primer juga didapat terjadi karena adanya faktor keturunan, usia
dan jenis kelamin.
II. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik
lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh darah utama
ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22). Sekitar 5
10% penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1
2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil
KB (Elsanti, 2009 : 114

KLASIFIKASI HIPERTENSI
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)

Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)

Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)

Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi Krisis Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden
krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

3. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi.
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah
meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:


1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data


penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d) Kebiasaan hidup
e) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
f) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
g) Kegemukan atau makan berlebihan
h) Stress
i) Merokok
j) Minum alcohol
k) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a) Ginjal
b) Glomerulonefritis
c) Pielonefritis
d) Nekrosis tubular akut
e) Tumor
f) Vascular
g) Aterosklerosis
h) Hiperplasia
i) Trombosis
j) Aneurisma
k) Emboli kolestrol
l) Vaskulitis
m) Kelainan endokrin
n) DM
o) Hipertiroidisme
p) Hipotiroidisme
q) Saraf
r) Stroke
s) Ensepalitis
t) SGB
u) Obat obatan
v) Kontrasepsi oral
w) Kortikosteroid

5. MANIFESTASI KLINIS
a) Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Sulit bernafas saat beraktivitas
10. Muka merah
11. Tengkuk terasa pegal
12. Keluar darah dari hidung secara tiba-tiba
b) Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan
diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan
kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan
ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah
umumnya.
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya
kenaikan TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat
mentolelir kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai
contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati,
gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik >
140 mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada penderita
hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi
ensefalopati demikian juga pada eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul
walaupun TD 160/110 mmHg.

6. PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,
dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini
dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi
intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama
pada retina, otak dan ginjal.Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan
dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal
dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun
penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak
mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan
diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang
dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis
hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita
feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang
menetap atau berkala.
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan
bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg 160 mmHg, sedangkan pada
penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 120 mmHg. Pada keadaan hiper
kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg,
sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan
mempercepat timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri
bisa terjadi melalui beberapa cara:
a) Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan
lebih
banyak cairan pada setiap detiknya.
b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan
keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.
7. Phatway
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis
penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan
pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari
keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada
otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2
jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan
sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering
digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada,
pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit.
Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-
25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap

Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5


Parameter Hipertensi Mendesak Hipertensi Darurat

Biasa Mendesak
Tekanan > 180/110 > 180/110 > 220/140
darah
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sesak napas nokturia, dysarthria,
sering kali tanpa kelemahan, kesadaran
gejala menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema paru,
kerusakan organ target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia
target, tidak ada penyakit jantung
penyakit kardiovaskuler,
kardiovaskular stabil
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar,
obat oral, pendek terapi obat IV
naikkan dosis
Rencana Periksa ulang Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
dalam 3 hari 24 jam

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5: Obat hipertensi oral 3,5
Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus
Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 jam Hipotensi, gagal ginjal,
ulangi per 30 min ; SL 10-20 stenosis arteri renalis
; SL, 25 mg min/2-6 jam
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk,
ulangi per jam mulut kering
Propanolol 10 - 40 mg PO; 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
ulangi setiap 30 jantung, hipotensi
min ortostatik
Nifedipine 5 - 10 mg PO; 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,
ulangi setiap 15 gangguan koroner
menit

SL, Sublingual. PO, Peroral


Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk
pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6: Obat hipertensi parenteral 3,5
Obat Dosis Efek / Lama Perhatian khusus
Kerja
Sodium 0,25-10 mg / kg langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan
nitroprusside / menit sebagai menit setelah jangka panjang dapat
infus IV infuse menyebabkan keracunan tiosianat,
methemoglobinemia, asidosis,
keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5-10 Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
sebagai infus IV min methemoglobinemia;
membutuhkan sistem pengiriman
khusus karena obat mengikat pipa
PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit
sebagai infus IV min kepala, peningkatan tekanan
intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan
per 250 cc jam koroner
Glukosa 5%
mikrodrip
5-15 1-5 min/ 15- Takikardi, mual, muntah, sakit
Diltiazem ug/kg/menit 30 min kepala, peningkatan tekanan
sebagi infus IV intrakranial; hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi


emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang
tepat sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi
dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5
Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah
Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera
mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan
nicardipine iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2 jam
labetalol
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam
labetalol
Kelebihan Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
katekolamin
Hipertensi Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
ensefalopati
Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam
hemorrhage nicardipine
Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi


Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika
hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita
dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti
hipertensi intravena ( IV ).
1) Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun
venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 2 dosis 1 6
ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.:
2) Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan
dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 5 menit,
duration of action 3 5 menit. Dosis : 5 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek
samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
3) Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V
bolus. Onset of action 1 2 menit, efek puncak pada 3 5 menit, duration of action
4 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 75 mg
setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock,
mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
4) Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 1 jam,
i.v : 10 20 menit duration of action : 6 12 jam. Dosis : 10 20 mg i.v bolus : 10
40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta
Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi
volume intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke
volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
5) Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15
60 menit. Dosis 0,625 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6) Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 20
mg secar i.v bolus atau i.m. Onset of action 11 2 menit, duration of action 3 10
menit.
7) Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi
sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 4 mg / menit secara infus i.v. Onset
of action : 1 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi,
ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.
8) Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 80 mg
secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5
10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,
bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam,
duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan
komplikasi lebih sering dijumpai.
9) Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf
simpatis. Dosis : 250 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 60
menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + )
demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of
actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai
untuk terapi awal.
10) Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-
pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan
titrasi dosis. Onset of action 5 10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam
atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa
sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma
putus obat.
Pengobatan khusus krisis hipertensi
a. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya
tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah,
bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif,
reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang
dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan :Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan
Trimetapan.
b. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari
bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila tensi
telah terkontrol.
Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan
mempercepat perbaikan
c. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan berakibat
kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala, palpitasi,
keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
d. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas. Bila
terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya adalah nyeri
dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi :
didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan tekanan darah
pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan
darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium
Nitroprusid.
e. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan : Hidralazin
kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
f. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena
penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah
disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan. Penurunan
tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-
120 mmHg Obat pilihan.
g. Pemeriksaan penunjang
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2) Pemeriksaan retina
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7) Foto dada dan CT scan

9. KOMPLIKASI
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol
dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang
sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal
ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,
gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan
yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma
yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (TransientIschemic Attack/TIA).
Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada
proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko penyakit kardiovaskuler pada
pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah
atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok,
dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada
individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang
penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10
mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini,
Waren, et. al, 2009).

10. DIAGNOSIS
Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.
a. ANAMNESIS
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting ditanyakan
:
1) Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
2) Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
3) Usia, sering pada usia 30 70 tahun.
4) Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
5) Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )
6) Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada ).
7) Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
8) Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

11. PENGKAJIAN
Hipertensi biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.
Tanda dan Gejala

a. Tanda umum adalah:


1) Sakit kepala hebat
2) nyeri dada
3) pingsan
4) tachikardia > 100/menit
5) tachipnoe > 20/menit
6) Muka pucat

b. Tanda Ancaman Kehidupan :


1) Sakit Kepala Hebat
2) nyeri dada
3) peningkatan tekanan vena
4) shock / Pingsan

A. Pengkajian
1) Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
I. Airway
a) yakinkan kepatenan jalan napas
b) berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c) jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
II. Breathing
a) kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
b) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-
valve-mask ventilation
d) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
e) Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f) Lakukan pemeriksan system pernapasank
g) Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti
paru
III. Circulation
a) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b) Kaji peningkatan JVP
c) Monitoring tekanan darah
d) Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
e) Sinus tachikardi
f) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
IV. Disability
a) kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b) penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim
dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di
ICU.

2) Aktivitas / istirahat

Gejala :

a) Kelemahan
b) Letih
c) Napas pendek
d) Gaya hidup monoton

Tanda :
a) Frekuensi jantung meningkat
b) Perubahan irama jantung
c) Takipnea
d) Sirkulasi

3) Gejala Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,


penyakit serebrovaskuler
Tanda :
a) Kenaikan TD
b) Nadi : denyutan jelas
c) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
d) Bunyi jantung : murmur
e) Distensi vena jugularis
f) Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler
mungkin lambat
4) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan ).
Tanda :
a) Letupan suasana hati
b) Gelisah
c) Penyempitan kontinue perhatian
d) Tangisan yang meledak
e) otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
f) Peningkatan pola bicara
g) Eliminasi
h) Gejala Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )
5) Makanan / Cairan
Gejala :
a) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol.
b) Mual
c) Muntah
6) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
a) BB normal atau obesitas
b) Edema
c) Kongesti vena
d) Peningkatan JVP
7) Neurosensori
Gejala :
a) Keluhan pusing / pening, sakit kepala
b) Episode kebas
c) Kelemahan pada satu sisi tubuh
d) Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
8) Pernapasan
Gejala :
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b) Takipnea
c) Ortopnea
d) Dispnea nocturnal proksimal
e) Batuk dengan atau tanpa sputum
9) Riwayat merokok
Tanda :
a) Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b) Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c) Sianosis
10) Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
a) Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
b) Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
c) Penggunaan obat / alcohol
12. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Suprajitno, 2004)
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data
yang diperoleh dari pengkajian
1. Berkaitan dengan keluarga
a. Data demografi dan sosiokultural
b. Data lingkungan
c. Struktur dan fungsi keluarga
d. Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
e. Perkembangan keluarga
2. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
a. Fisik
b. Mental
c. Emosi
d. Sosio
e. Spiritual
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan
tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu :
a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal ini
yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah
kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan factor
yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
terutama yang dialami anggota keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
1) Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?
4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarga?
5) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative)
terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
6) Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan?
7) Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga keshatan?
8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat
untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat,
penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelahtindakan, dan cara
perawatannya)
2) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakuakan anggota
keluarga
3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota
keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber
keuangan/financial, fasilitas fisik, dukungan psikososial).
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau
membutuhkan bantuan kesehatan.
d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
rumah sehat yang seha, perlu dikaji tentang :
i. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar
lingkungan rumah.
ii. Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan.
iii. Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap
sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan
iv. Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat
dilakukan keluarga
v. Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.
e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan di masyaraka, perlu dikaji tentang:
1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan keshatan yang
dapat dijangkau keluarga.
2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas keshatan
melayani.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani?
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat
apakah penyebabnya?

Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa


keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus Hipertensi adalah
(Mubarak, 2012) :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti,
tanda atau gejala penyakit Hipertensi.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Hipertensi berhubungan dengan keluarga tidak
memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Hipertensi.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan Hipertensi.
4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit Hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap
faktor pencetus Hipertensi.
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan Hipertensi berhubungan dengan sikap keluarga
yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau
kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke
tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Hipertensi.

B. Menentukan Diagnosa Keperawatan


Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas
masalah dengan menggunakan proses skoring seperti pada tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.6
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan
Maglaya, 1978.
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah :
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Krisis 1

2Kemungkinan masalah dapat diubah


Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk diubah
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat harus ditangani 2
Masalah yang tidak perlu 1 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring
1. Tentukan skor untuk setiap criteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3. Jumlahkan skor untuk semua criteria
4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
c. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan
umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria
dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada criteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga
dengan Hipertensi ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
1. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit Hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit Hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Hipertensi setelah dua
kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
Hipertensi
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit Hipertensi, serta pencegahan dan pengobatan
penyakit Hipertensi secara lisan.
Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit Hipertensi.
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Hipertensi.
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Hipertensi berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai
sifat, berat dan luasnya masalah Hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat
lebih lanjut dari Penyakit Hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan Hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat
Hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
1) Diskusikan tentang akibat penyakit Hipertensi.
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita Hipertensi .
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan
dan perawatan Hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit Hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita Hipertensi setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit Hipertensi.
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit Hipertensi secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit Hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus
Hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang
pengaruh lingkungan terhadap penyakit Hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit Hipertensi.
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Hipertensi .
Intervensi :
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit Hipertensi misalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda
yang tajam dan licin,
b) Gunakan alat pelindung kaki yang tidak licin .
c) Menghindari tempat ataupun lokasi yang berisik, suhu dingin,
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna


perawatan dan pengobatan Hipertensi berhubungan dengan sikap keluarga yang
kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang
tepat untuk mengatasi penyakit Hipertensi setelah dua kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit
Hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Hipertensi.

4. Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi


Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan
kearah perilaku hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
Hipertensi, yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit Hipertensi
1) Menjelaskan arti penyakit Hipertensi.
2) Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Hipertensi.
3) Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Hipertensi berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai
sifat, berat dan luasnya masalah Hipertensi, yaitu :
1) Mendiskusikan tentang akibat penyakit Hipertensi.
2) Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang menderita Hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan
dan perawatan Hipertensi, yaitu :
1) Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes
Hipertensi.
2) Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan
olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit Hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus
Hipertensi, yaitu :
1) Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya
lantai licin.
2) Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sandal.
3) Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan Hipertensi berhubungan dengan sikap keluarga yang
kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Hipertensi.
1) Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan Hipertensi.
5. Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun
rencana baru yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
Hipertensi adalah:
a. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Hipertensi.
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan Hipertensi.
c. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderi Hipertensi ta.
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan.
e. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin Office
Pract 2010;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2009:43-50
Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari sampai Juni 2008. Diakses 20 Februari 2011 :
Http://yayanakhyar.wordpress.com
Baike (2010). Hubungan genetik terhadap penyakit kardiovaskuler. Diakses 20 februari 2011
: http://baike.baidu.com/view/2130696.htm
Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi. Diakses 12 April 2011: http:
//www.depkes.org.
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on Hypertension.
Diakses 20 Desember 2010 : http://www.dinkesjatengprov.go.id
Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi, &
Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta
Ganong, William F (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai