Anda di halaman 1dari 14

PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

ANALISIS POTENSI DAN CADANGAN BATUBARA DENGAN


METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY DI DAERAH
MASSENRENGPULU KECAMATAN LAMURU
KAB. BONE, PROV. SULAWESI SELATAN

Hamid Umar
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Makassar, 90245
Telp./Fax: (0411) 580202
e-mail: h4midumar@yahoo.com

Abstrak
Analisis potensi dan cadangan batubara pada Daerah Massenrengpulu ini menggunakan
metode Geolistrik Resistivity yang dimaksudkan untuk menduga seberapa besar potensi
lapisan batubara di daerah ini bisa diambil sehingga bisa digunakan untuk menghitung besar
cadangan yang dapat dikembangkan ke tahap eksploitasi agar dapat dijadikan sebagai data
referensi penentuan lapisan-lapisan batubara yang potensi di daerah tersebut. Metode
penelitian dengan langsung mengambil data geolistrik resistivity dan pemetaan geologi
terbatas, kemudian mengolah, menghitung dan menganalisis data geolistrik dan
menasabahkannya ke dalam data geologi kemudian membuat model penampang dua dimensi
kondisi ketebalan dan kedalaman lapisan batubara di Daerah Massenrengpulu. Secara umum
kondisi lapisan batubara di daerah ini ada dua lapisan, dimana lapisan pertama berada pada
kedalaman 1,5 2,5 meter dengan ketebalan antara 0,5-1,0 meter dan lapisan kedua pada
kedalaman antara 7,5 15,5 meter dengan ketebalan antara 1,0 -2,5 meter. Luas areal
pelamparan batubara 120 Ha yang berisi sekitar 15% dengan ketebalan rata-rata batubara
2,5 meter di Daerah Massenrengpulu, sehingga jumlah cadangan batubara sekitar 0,585 juta
ton dengan jenis bituminus.
Keywords: geolistrik resistivity, lapisan batubara, ketebalan lapisan, jumlah cadangan

PENDAHULUAN

Kemajuan dunia, khususnya di bidang industri dewasa ini semakin meningkat dengan adanya penemuan
penemuan bahan tambang baik logam maupun non logam yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan bahan baku
industri yang berada di berbagai tempat di belahan dunia khususnya yang berada di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Untuk mengikuti perkembangan tersebut, maka perlu diadakan kegiatan penyelidikan
geologi umum, baik yang sifatnya hanya peninjauan umum maupun yang sifatnya sudah tahap penyelidikan
eksplorasi dan bila prospek menunjukkan potensi yang bisa dikembangkan, maka selanjutnya kegiatan survei
ditingkatkan lebih detail untuk mengungkap keberadaan bahan galian di daerah yang akan dikembangkan
tersebut. Dalam menentukan objek dan lokasi penyelidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang ada, dan
kemungkinan pemanfaatannya bagi pengelola dan masyarakat seluruhnya secara umum harus dilibatkan dan turut
merasakan kemajuan yang ada.

Pemanfaatan batubara sebagai bahan baku industri menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yang dipacu
oleh kenaikan harga BBM yang semakin tidak menentu. Batubara banyak digunakan sebagai bahan pembangkit,
sumber tenaga maupun sebagai bahan untuk industri kecil. Dari hasil penyelidikan dalam pencarian endapan
mineral tertentu, dijumpai bahwa keterdapatan endapan mineral tertentu berada juga pada suatu tempat dan
kondisi geologi tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh genesa atau proses kejadian mineral tersebut. Proses
geologi yang berlangsung sering diikuti oleh pembentukan cebakan mineral dimana pada kondisi dan tempat
tertentu cebakan tersebut sering bersifat ekonomis maupun tidak ekonomi.

Oleh karena itu perlu diadakan survei dan penyelidikan eksplorasi untuk melihat kondisi tersingkapnya lapisan
batubara tersebut dengan pemetaan geologi setempat, dilanjutkan dengan kegiatan survei dan pengukuran
geolistrik resistivity untuk mengetahui keberadaan lapisan batubara di bawah permukaan tanah dan hubungannya
dengan batuan sekitarnya pada Daerah Massenrengpulu, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6


TG4 - 1
Analisis Potensi dan Cadangan Hamid Umar
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

METODE PENELITIAN

Kajian Laporan Geologi Regional

Kajian laporan geologi regional dilakukan terhadap kondisi geologi sekitar Daerah Massenrengpulu khususnya
mengenai kondisi geologi yang masuk dalam lembar Peta Geologi dan kajian kondisi topografi dari peta rupa
bumi Indonesia serta hasil kajian atau publikasi yang berada dekat dengan lokasi penelitian, yaitu meliputi:

a. Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Bone Bagian Barat, Sulawesi yang berskala 1 : 250.000.
b. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Lalebata yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal skala 1 : 50.000.
c. Data-data geologi dan pengukuran geolistrik yang berada dekat dengan lokasi penelitian.

Pemetaan Geologi Setempat

Kegiatan ini merupakan pengamatan dan pengukuran langsung yang dilakukan di lapangan. Pemetaan Geologi
Setempat ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi lokal daerah penelitian dengan melakukan
pengukuran kedudukan lapisan batuan (strike / dip), melihat tingkat ketebalan soil dan pelapukan yang terjadi di
daerah ini, serta memperhatikan kondisi struktur local (struktur mikro) maupun struktur geologi regional yang
mengontrol daerah ini. Kondisi Geologi lokal tetap mengacu pada kondisi geologi regional yang dijelaskan pada
Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Bone Bagian Barat, Sulawesi dengan skala 1 : 250.000, yang dikeluarkan
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung.

Kondisi geologi regional dan geologi lokal (setempat) daerah penelitian sangat menentukan dalam hal melihat
potensi dan menghitung cadangan batubara yang ada daerah tersebut. Adapun metode pemetaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:

Penelusuran daerah-daerah yang memungkinkan didapat singkapan batuan, khususnya singkapan lapisan
batubara, misalnya di lokasi sungai, jalan, lereng, lembah atau puncak-puncak bukit.
Pengeplotan posisi singkapan di atas peta dasar yang berupa peta topografi berskala 1 : 25.000 sebagai hasil
perbesaran peta topografi skala 1 : 50.000.
Pendeskripsian terhadap unsur-unsur geologi, khususnya litologi yang berkaitan dengan lapisan penutup dan
pembawa batubara serta lapisan batubara itu sendiri.
Analisis kondisi bawah permukaan berdasarkan hubungan seluruh singkapan geologi (kedudukan batuan:
strike/dip) dan pengaruh struktur geologi serta akan dinasabahkan dengan pemodelan dan penampang
vertikal hasil pengukuran geolistrik resistivity.

Pelaksanaan Pengukuran Geolistrik Resistivity

Pengukuran Geolistrik Resistivity yang dilakukan dalam penelitian di daerah ini menggunakan metode
pengambilan data secara Schlumberger dengan ketentuan sebagai berikut:

Pengukuran data lapangan diambil dengan system sounding sebanyak 7 titik duga (titik GL.14 sampai dengan
titik GL.20), dengan panjang bentangan kabel (2 x 150 meter).
Dari 7 titik sounding geolistrik, kemudian dibuat menjadi 6 penampang korelasi dari titik-titik sounding
tersebut sepanjang lokasi yang mempunyai potensi lapisan batubara.
Hasil perhitungan dan analisis software res2dinv kemudian dinasabahkan dengan data geologi lokal dan
regional daerah penelitian, sehingga akurasi ketebalan dan keterdapatan lapisan batubara akurat.

Pengolahan data hasil perhitungan pengukuran geolistrik resistivity dilakukan di Laboratorium Geologi Laut dan
Geofisika Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

Data yang diperoleh dari pengukuran berupa harga besar arus (I) dan beda potensial (V) titik pengamatan.
Harga resistivitas semu dihitung dari faktor konfigurasi pengukuran dan perbandingan harga beda potensial
(V) dan kuat arus (I) pengukuran.
Harga resistivitas semu yang telah didapatkan dari perhitungan lapangan dipetakan terhadap kedalaman
semu, kemudian dimasukkan ke dalam program SURFER untuk melakukan konturing sehingga diperoleh

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012


TG4 - 2
PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

penampang harga resistivitas semu terhadap semua kedalaman semu untuk setiap lintasan pengukuran di titik
geolistrik tersebut.
Penampang resisitivitas semu di atas digunakan untuk menginterpolasi data resisitivitas semu ideal dengan
asumsi bahwa perlapisan bawah permukaan antar titik pengukuran saling berhubungan.
Hasil interpolasi dijadikan input untuk memasukkan data ke dalam program RES2DINV untuk melakukan
pemodelan lapisan resistivitas tanah bawah permukaan dengan bantuan komputer.
Pemodelan resistivitas bawah permukaan dilakukan dengan menggunakan inversi metode sehingga untuk
setiap lintasan akan diperoleh penampang model perlapisan resistivitas listrik bawah permukaan, dengan
menentukan nilai resistivity lapisan batubara berdasarkan hasil pengukuran nilai resisitivity di atas lapisan
batubara tersebut di lapangan.
Penampang ini ditafsirkan untuk memprediksi kondisi nilai resistivity pada masing-masing lapisan, sehingga
diperoleh gambaran kondisi lapisan batubara bawah permukaan di sepanjang lintasan pengukuran
berdasarkan nilai resisitivity lapisan batubara yang sudah ditentukan dan hasil penasabahan data geologi lokal
dan regional daerah penelitian.
Setelah itu ditentukan kedalaman dan ketebalan lapisan batubara yang terekam dalam penampang lintasan
pengukuran geolistrik resistivity di daerah tersebut.

Analisis Potensi dan Cadangan Batubara

Berdasarkan hasil pemetaan geologi setempat yang mengacu pada kondisi geologi regional serta berdasarkan
hasil pengukuran geolistrik resisitivity, maka langkah untuk menentukan potensi dan cadangan batubara di daerah
penelitian adalah sebagai berikut:

Mengukur kedudukan lapisan batuan (Strike/dip), khususnya lapisan batubara pada saat pemetaan geologi
setempat yang mengacu pada kondisi geologi regional, sehingga penyebaran lapisan batubara dapat
ditentukan arah dan perkiraan kedalamannya.
Memperhatikan kondisi geologi struktur secara lokal dan regional yang mengontrol daerah penelitian,
khusunya lapisan batubara, sehingga bias memprediksi kedalaman dan ketebalan lapisan batubara di daerah
penelitian.
Hasil pengukuran Geolistrik Resistivity yang sudah dinasabahkan dengan data geologi lokal dan regional
akan menampilkan dalam bentuk penampang resistivity kondisi potensi lapisan batubara yang bias
didapatkan di daerah penelitian.
Menentukan kedalaman dan ketebalan lapisan batubara di daerah penelitian serta arah pelamparannya dalam
menentukan luas dan persentase keterdapatan lapisan batubara untuk menghitung jumlah cadangan batubara
yang terdapat di lokasi penelitian.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Tahanan Jenis Batubara di dalam Lempung


dengan Konfigurasi Schlumberger
Jenis Batubara/ Tahanan Jenis
Posisi Rho (Ohm-m)
Bituminus
- Sejajar bidang perlapisan 138 200
- Tegak bidang perlapisan 281 461
- Miring 60 207 345
Semi-antrasite
- Sejajar bidang perlapisan 453 754
- Tegak bidang perlapisan 331 485
- Miring 60 234 - 355
Batubara ditanam pada kedalaman 10 cm di bawah permukaan lempung
(Azhar, 2001)

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6


TG4 - 3
Analisis Potensi dan Cadangan Hamid Umar
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Gambar 1. Lokasi Penelitian Potensi dan Cadangan Batubara di Daerah Massenrengpulu, Bone.

Peralatan dan Bahan Dalam Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian potensi dan cadangan batubara dengan metode geolistrik
resistivity di daerah ini, diantaranya:

Gambar 2. Peralatan Geolistrik Resistivity dan Lainnya

Peta Geologi Regional Daerah Massenrengpulu (Peta Geologi Pangkajene dan Bone Bagian Barat).
Peta Topografi Daerah Massenrengpulu dan sekitarnya (Peta Topografi Lembar Lalebata).
Kompas Geologi
Palu Geologi
GPS MAP Tipe Garmin 76 CSx

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012


TG4 - 4
PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Buku catatan lapangan


Kamera Digital
Komputer dan Laptop
Satu unit alat Geolistrik Resistivimeter (Naniura NRD 300 HF)
Roll kabel ukuran 500 meter 2 buah
Roll Kabel ukuran 100 meter 2 buah
Elektroda Potensial 2 buah
Elektroda Arus 2 buah
Palu Godam untuk elektroda Potensial dan elektroda arus
Pita ukur / Rol meter ( 50 meter )
Radio Komunikasi (Handy Talking) 3 buah
Tabel Data dan Alat tulis menulis

HASIL DAN BAHASAN

Geologi Regional Daerah Penelitian

Kondisi Geologi Regional Daerah Massenrengpulu didasarkan pada Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Bone
Bagian Barat (1982), oleh Rab Sukamto. Berdasarkan pembagian satuan morfologi secara regional maka daerah
Penelitian ini secara khusus hanya dapat dibagi menjadi satu satuan morfologi, yaitu ; Satuan morfologi pedataran
bergelombang. Satuan morfologi ini menempati lokasi secara keseluruhan wilayah penelitian di Daerah Desa
Massenrengpulu Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.

Ketinggian rata-rata satuan ini berkisar antara 75 200 meter di atas muka laut. Puncak tertinggi yaitu Bulu Taipa
(209 m) yang berada di sebelah barat laut lokasi penelitian. Secara umum pola aliran sungai di daerah ini adalah
dendritik. Stadia sungai pada umumnya muda menjelang dewasa dicirikan dengan bentuk penampang dinding
sungai berupa antara huruf V dan U dengan sungai utama yang mengalir di tengah lokasi penelitian adalah
Sungai Ulaweng yang merupakan anak sungai Walanae.

Berdasarkan susunan litologi (batuan) di daerah penelitian, maka kondisi stratigrafinya dapat dijelaskan
berdasarkan formasi batuan yang menyusun daerah penelitian dan sekitarnya dari batuan yang berumur paling
tua hingga paling muda adalah sebagai berikut:

Formasi Balangbaru (Kb), formasi ini terdiri dari sedimen flis yang didapatkan secara setempat-setempat di
bagian tengah daerah ini dan berumur Kapur, diduga tertindih secara tidak selaras dengan Formasi Mallawa.

Formasi Mallawa (Tem), formasi ini terdiri dari batupasir, konglomerat, batulempung dan setempat ditemukan
adanya lapisan batubara yang penyebarannya di bagian tengah daerah ini berumur Miosen Eosen serta tertindih
secara selaras dengan Formasi Tonasa.

Formasi Tonasa (Temt), formasi ini terdiri dari: Batugamping; Formasi Tonasa yaitu terdiri dari batugamping
koral pejal, sebagian terhamburkan, berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit,
berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis baik, berselingan dengan napal globigerina
tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan
batugamping pasiran. Formasi ini tersebar di bagian tengah memanjang timur barat yang berumur Miosen Awal,
diduga tertindih secara tidak selaras dengan Formasi Camba.

Formasi Camba (Tmc), formasi ini terdiri dari batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi.
Formasi Camba yaitu terdiri dari batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunung api, batupasir tufaan
berselingan dengan tufa, batupasir dan batulempung; bersisipan napal, batugamping, dan batubara. Warna
beraneka dari putih, coklat, merah, kelabu muda sampai kehitaman, umumnya mengeras kuat; berlapis-lapis
dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufa berbutir halus hingga lapili. Tufa lempungan berwarna merah
mengandung banyak mineral biotit. Batugamping pasiran mengandung koral dan moluska; batulempung kelabu
tua dan napal mengandung fosil foram kecil; sisipan batubara setebal 30 - 50 cm. Berumur Miosen Akhir.

Batuan Terobosan Basal (b) dan Diorit (d), terdiri dari lelehan basal dan intrusi (retas) basal dan diorit. Umur
formasi batuan ini adalah Pliosen Akhir.

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6


TG4 - 5
Analisis Potensi dan Cadangan Hamid Umar
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Secara regional kondisi struktur geologi yang mengontrol daerah penelitian secara umum dapat dijelaskan bahwa
Daerah Penelitian termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat (Sukamto, 1973), terutama terdiri dari batuan
malihan, batuan sedimen, batuan gunung api dan batuan terobosan yang bersifat basal hingga diorit.

Struktur utama di Daerah Penyelidikan berarah umum relatif barat laut tenggara. Sebagai Sesar utama adalah
sesar geser dengan arah umum barat laut - tenggara. Beberapa struktur lipatan di lokasi penyelidikan ini
berkembang cukup baik. Akibat gaya-gaya yang berkembang pada lokasi penyelidikan dapat diamati secara jelas
pada beberapa singkapan yang memperlihatkan adanya indikasi ciri-ciri struktur yang mencirikan adanya unsur
unsur utama struktur geologi seperti kekar, perlipatan dan patahan (sesar).

Kedudukan batuan yang dapat teramati dilokasi penyelidikan umumnya terdiri atas kedudukan batuan yang
mempunyai jurus barat laut tenggara (N 305 E N 320 E) dan arah kemiringan timur laut dengan besar dip
sekitar 4 hingga 10. Dengan melihat kedudukan batuan yang ada di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa
pada daerah penyelidikan terdapat struktur lipatan yang terdiri dari sayap lipatan dan di beberapa singkapan
dijumpai lipatan-lipatan minor. Akibat intensitas struktur patahan yang berkembang pada lokasi, di beberapa
tempat terlihat zona hancuran dan zona patahan yang tegas berarah relatif barat laut-tenggara. Gejala indikasi
sesar baik sesar geser maupun sesar normal terlihat jelas di lapangan dan hasil analisa peta geologi dengan melihat
kelurusan kontur dan topografi. Arah umum patahan atau sesar ini relatif berarah barat laut tenggara.

Daerah ini telah terjadi beberapa kali gejala tektonik. Pada Kala Awal Eosen - Miosen terjadi genang laut dari
daerah transisi hingga laut dangkal yang membentuk sedimen batupasir yang terdapat sisipan batubara dan
sedimen laut dangkal membentuk Formasi Tonasa. Pada Kala akhir Miosen, kegiatan gunung api membentuk
batuan gunung api Formasi Camba dan mengendapkan sedimen laut Formasi Camba. Kegiatan tersebut disertai
dengan terobosan basal dan diorit yang menerobos semua satuan yang lebih tua. Terobosan ini membawa larutan
hidrotermal yang kaya akan bijih sulfida dan membentuk endapan bijih sulfida terutama sulfida. Terobosan ini
disertai dengan pengangkatan dan penyesaran.

Singkapan Batubara di Daerah Massenrengpulu

Secara umum Daerah Desa Massenrengpulu Kecamatan Lamuru merupakan daerah yang memiliki banyak
potensi bahan galian, diantaranya adalah batubara yang menjadi lokasi Penelitian di daerah ini, yang meliputi
pemetaan geologi setempat dan pengukuran geolistrik resistivity pada lokasi pedataran bergelombang, alur-alur
sungai kecil, punggungan perbukitan yang dijadikan sebagai lintasan geologi untuk mengamati litologi pada
batuan yang tersingkap khususnya batubara. Lokasi-lokasi yang dijadikan lintasan pemetaan geologi setempat
dan pengukuran geolistrik resistivity adalah di alur-alur lembah bukit, tepi jalan dan aliran sungai-sungai kecil
yang menyebar di Daerah penelitian, khususnya pada daerah yang mempunyai singkapan batubara.

Batubara di Daerah Massenrengpulu ini berdasarkan pengamatan pada singkapan di lapangan dan hasil deskripsi
sampel batubara yang tersingkap menunjukkam ciri fisik batuan berdasarkan ciri stratigrafi adalah merupakan
sisipan dalam batulempung karbonatan yang merupakan bagian dari Formasi Mallawa (Tem).

Lokasi singkapan batubara yang terdapat di sekitar lokasi penelitian sebanyak 4 titik singkapan yang tersebar di
daerah sekitar Desa Massenrengpulu, yang meliputi 2 titik singkapan di Desa Tenripakkua, 1 titik singkapan di
Desa Patukku dan 1 titik singkapan di lokasi focus penelitian yaitu Desa Massenrengpulu. Keberadaan batubara
tersebut secara umum dijumpai pada alur sungai-sungai kecil yang terdapat pada ketiga lokasi desa tersebut.
Selain dialur-alur sungai, juga dijumpai pada di lereng bukit yang terkupas di Desa Tenripakkua.

Sebaran batubara di Daerah Massenrengpulu melampar relatif barat laut tenggara, dengan kemiringan lapisan
batubara sekitar antara 13 22 atau relatif melampar. Dengan adanya indikasi dan singkapan batubara di daerah
tersebut maka kegiatan penelitian batubara dengan metode geolistrik resistivity difokuskan pada lokasi tersebut
yaitu di Daerah Desa Massenrengpulu Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Potensi Batubara di Daerah Massenrengpulu

Berdasarkan pengamatan singkapan di Daerah Massenrengpulu, yang terdapat di daerah penelitian


memperlihatkan kedudukan jurus lapisan (strike/dip) batuan yang relatif melampar barat laut tenggara dan

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012


TG4 - 6
PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

kemiringannya relatif melampar antara 15o - 23o. Lokasi titik singkapan batubara berada di alur sungai dan tebing
sungai yang bagian atasnya sebelah kiri dan sebelah kanannya merupakan areal persawahan.

Sebaran titik pendugaan dan lintasan pengukuran geolistrik resistivity di sekitar titik singkapan batubara yaitu
meliputi titik pengukuran GL 15, GL 16, GL 17, GL 18, GL 19 dan titik pengukuran GL 20. Lokasi titik
pendugaan dan pengukuran Geolistrik di daerah ini relatif di berada di sebelah utara singkapan barubara karena
orientasi penyebaran batubara relatif berarah ke barat laut tenggara dengan kemiringan yang relatif melampar
sehingga diharapkan pada topografi yang lebih rendah di sebelah utara lapisan penutup/over burden lebih tipis
dan keberadaan batubara lebih dangkal.

Titik pendugaan dan pengukuran geolistrik resistivity yang berada di sekitar singkapan batubara Daerah
Massenrengpulu di wakili oleh titik pengukuran GL 14. Ketebalan lapisan batubara yang ditemukan di lokasi
pengukuran ini agak tipis hanya berkisar antara 0,56 1,76 meter. Ciri-ciri batubara di lokasi ini berwarna kusam
kehitaman, melapuk dan bayak pecah-pecah dengan pecahannya menyudut, sebagian konkoidal, mengandung
oksida besi dan belerang.

Pengukuran Geolistrik Resistivity di Daerah Massenrengpulu

Pelaksanaan pengukuran geolistrik resistivity di daerah Masserengpulu dilakukan sebanyak 7 titik sounding
dengan menghasilkan 6 buah penampang resistivity yang disebar pada lokasi daerah singkapan batubara, sekitar
lokasi singkapan dan daerah yang diperkirakan masih mempunyai potensi lapisan batubara.

Hasil penampang resistivity berdasarkan pengolahan software Res2dinv dan penasabahan data geologi di daerah
penelitian menghasilkan gambaran potensi lapisan batubara di daerah Massenrengpulu yang secara umum dapat
dijelaskan secara detail untuk tiap lintasan pengukuran sebagai berikut.

a. Lintasan 1 pada titik GL.14

Titik GL.14 yang menghasilkan lintasan 1 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas
bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 3), lapisan batubara berada pada kedalaman antara
7.5 10 meter di bawah permukaan (warna hitam), dengan ketebalan rata-rata sekitar 2.5 meter yang tidak
menerus tetapi diperkirakan terdapat hanya secara setempat-setempat.

Gambar 3. Penampang Lintasan 1 dari Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-14 di Daerah
Massenrengpulu

Tabel 2. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 1 titik
GL.14
Kedalaman
Lapisan Litologi Keterangan
(m)
Soil dan Batuan Penutup, ada singkapan
Pertama 0 1.5 Lempung tanah liat dan batupasir
batubara (nilai resistiviti = 30 50)
Kedua 1.5 7.5 Batulempung Lapisan impermeabel
Batulempung karbonatan, terdapat
Ketiga 7.5 10 sisipan batubara diduga batubara (nilai resistiviti = 30 50)
Keempat 10.5 17.5 Batulempung, Batulanau Lapisan impermeabel
Kelima ? ? ?

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6


TG4 - 7
Analisis Potensi dan Cadangan Hamid Umar
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

b. Lintasan 2 pada titik GL.15

Titik GL.15 yang menghasilkan lintasan 2 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas
bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 4), lapisan batubara berada pada kedalaman antara
9.5 11 meter di bawah permukaan (warna hitam), dengan ketebalan rata-rata sekitar 2.5 meter yang tidak
menerus tetapi diperkirakan terdapat secara setempat-setempat.

Gambar 4. Penampang Lintasan 2 Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-15 di Daerah


Massenrengpulu.

Tabel 3. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 2
titik GL.15
Kedalaman
Lapisan Litologi Keterangan
(m)
Pertama 03 Lempung tanah liat dan batupasir Soil dan Batuan Penutup (OB)
Kedua 3 9.5 Batulempung lapisan impermeabel
Batulempung karbonatan, terdapat
Ketiga 9.5 11 sisipan batubara diduga batubara (nilai resistiviti = 30
Keempat 11 17,5 Andesit 75)duga intrusi
Di
Kelima ? ? ?

c. Lintasan 3 pada titik GL.16

Titik GL.16 yang menghasilkan lintasan 3 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas
bawah permukaan yang ditandai oleh varia warna (Gambar 5), lapisan batubara berada pada kedalaman antara 5
6 meter di bawah permukaan (warna hitam), dengan ketebalan rata-rata sekitar 1 meter yang tidak menerus
tetapi diperkirakan terdapat hanya secara setempat-setempat.

Gambar 5. Penampang Lintasan 3 Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-16 di Daerah


Massenrengpulu.

Tabel 4. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 3
Titik GL. 16
Kedalaman
Lapisan Litologi Keterangan
(m)
Pertama 01 Lempung tanah liat dan batupasir Soil dan Batuan Penutup (OB)
Kedua 15 Batulempung Batuan Penutup (OB)

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012


TG4 - 8
PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Tabel 4. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 3
Titik GL. 16 (lanjutan)
Kedalaman
Lapisan Litologi Keterangan
(m)
Batulempung karbonatan, terdapat
Ketiga 56 sisipan batubara
diduga batubara (nilai resistiviti = 13
20)
Keempat 6 13.5 Batulempung Lapisan impermeabel
Kelima 13.5 17.5 Andesit Di duga intrusi
Keenam ? ? ?

d. Lintasan 4 pada titik GL.17

Titik GL.17 yang menghasilkan lintasan 4 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas
bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 6), lapisan batubara berada pada kedalaman antara
22.5 meter dan 1215.5 meter di bawah permukaan (warna hitam), dengan kedalaman sekitar 7 meter di bawah
lokasi pengukuran.

Gambar 6. Penampang Lintasan 4 dari Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-17 di Daerah
Massenrengpulu.

Tabel 5. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 4 Titik
GL.17
Kedalaman
Lapisan Litologi Keterangan
(m)
Pertama 02 Lempung tanah liat, pasir Soil dan Batuan Penutup (OB)
Batulempung karbonatan, terdapat
Kedua 2 2.5 sisipan batubara diduga batubara (nilai resistiviti = 10 20)
Ketiga 2.5 9.5 Batupasir lapisan impermeabel
Keempat 9.5 12.0 Batulempung, lanau lapisan impermeabel
Batulempung karbonatan, terdapat
Kelima 12,0 15.5 sisipan batubara diduga batubara (nilai resistiviti = 10 20)

e. Lintasan 5 pada titik GL.18 dan titik GL.19

Titik GL.18 dan Titik GL.19 yang menghasilkan lintasan 5 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran
nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh warna biru, biru muda, dan coklat-merah hingga ungu (lihat
penampang Gambar 7), lapisan batubara berada pada kedalaman antara 13.5 15 meter di bawah permukaan
(warna hitam) dengan ketebalan rata-rata sekitar 1.5 meter.

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6


TG4 - 9
Analisis Potensi dan Cadangan Hamid Umar
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Gambar 7. Penampang Lintasan 5 dari Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-18 dan GL.19
yang berada di Daerah Massenrengpulu.

Tabel 6. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 5 Titik
pengukuran Geolistrik GL.18 dan GL.19
Kedalaman
Lapisan Litologi Keterangan
(m)
Pertama 05 Lempung tanah liat dan batupasir Soil dan Batuan Penutup (OB)
Kedua 5 13.5 Batulempung Batuan Penutup (OB)
Batulempung karbonatan, terdapat
Ketiga 13.5 15 sisipan batubara diduga batubara (nilai resistiviti = 30 75)
Keempat 15 17.5 Andesit diduga intrusi
Kelima ? ? ?

f. Lintasan 6 pada titik GL.20

Titik GL.20 yang menghasilkan lintasan 6 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas
bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 8), tidak kelihatan adanya indikasi lapisan batubara.
Tetapi pada kondisi kedalaman 10.5 13.5 meter di bawah permukaan terindikasi ada lapisan batulempung yang
bagian bawahnya terindikasi terintrusi batuan andesit.

Gambar 8. Penampang Lintasan 6 Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-20 berada di Daerah
Massenrengpulu.

Tabel 7. Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas Lintasan 6
Titik GL.20
Kedalaman
Lapisan Litologi Keterangan
(m)
Pertama 05 Lempung tanah liat dan batupasir Soil dan batuan lepas
Kedua 5 10.5 Batulempung Lapisan batuan
Ketiga 10.5 13.5 Batulempung, pasir Lapisan batuan
Keempat 13.5 17.5 Andesit Di duga intrusi
Kelima ? ? ?

Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik resistivity dan penasabahan data geologi terlihat bahwa variasi nilai
tahanan jenis batubara di Daerah Massenrengpulu, Kecamatan Lamuru tergolong bernilai resistivitas rendah,

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012


TG4 - 10
PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

yaitu berkisar antara ; 10 20 ohm.m, sehingga dapat digolongkan kedalam jenis Bituminus pada posisi hampir
sejajar terhadap bidang perlapisan (Azhar, 2001). Namun pada lokasi topografi yang agak tinggi, maka nilai
resistivitas batubara menjadi 30 75 ohm.m, hal ini dipengaruhi oleh saturasi air permukaan yang dapat
mengakibatkan menurunnya nilai tahanan jenis (resistivitas semu) lapisan batuan, mengingat pada saat
dilakukannya pengukuran daerah penelitian yang berada di areal persawahan yang sementara berisi air.

Untuk mendapatkan hasil korelasi yang baik antara pengukuran geolistrik resistivity dan penasabahan data
geologi dengan kondisi sebenarnya lapisan batubara di Daerah Massenrengpulu ini, maka perlu dilakukan
kegiatan uji test pit (sumur uji, kedalaman terbatas) atau pengeboran (bisa mencapai kedalaman 20 meter) di
beberapa titik dengan mengacu pada hasil pola penampang nilai resistivitas batubara dan pola kedudukan batuan
yang memiliki jurus relatif baratlaut tenggara dengan sudut kemiringan batuan yang relatif landai berkisar antara
7 18 derajat. Pada beberapa lokasi yang mengalami struktur, kondisi kedudukan batuan berubah secara drastis
terutama kemiringannya yang kadang mendekati tegak (vertikal) sekitar 80.

Cadangan Batubara di Daerah Massenrengpulu

Lapisan batubara di Daerah Massenrengpulu ini ada dua lapisan yang dijumpai pada 2 titik, yaitu GL.14 dan
GL.17, sedangkan yang satu lapisan terekam pada titik GL.15, GL.16, GL.18 dan GL.19. Dari hasil penasabahan
data geologi menunjukkan bahwa secara umum daerah Massenrengpulu mempunyai 2 (dua) lapisan batubara,
dimana lapisan pertama berada pada kedalaman 1,5 2,5 meter dengan ketebalan antara 0,5 1,0 meter. Lapisan
kedua berada pada kedalaman 7,5 15.5 meter dengan ketebalan 1,0 2,0 meter.

Berdasarkan hasil pemetaan geologi setempat diketahui luas areal pelamparan yang mempunyai sisipan lapaisan
batubara sekitar 120 Ha dengan persentasi areal yang mengandung lapisan sekitar 15%. Ketebalan rata-rata
lapisan batubara di Daerah ini dari total dua lapisan hanya sekitar 2,5 meter, dan berat jenis batubara itu sendiri
adalah sebesar 1,3 ton/m3.

Berdasarkan data luas penyebaran batubara (120 Ha x 15%) di kali dengan ketebalan rata-rata lapisan batubara
(2,5 meter) serta berat jenis batubara, maka jumlah cadangan batubara di Daerah Massenrengpulu hanya sekitar
0,585 juta ton dengan kualitas secara pengamatan makro berupa bituminous.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Geolistrik Resistivity dan pemetaan geologi setempat di Daerah Massenrengpulu
Kabupaten Bone, secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:

Lapisan batubara yang terindikasi di Daerah Massenrengpulu, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone terdapat
sebagai sisipan di batulempung pada Formasi Mallawa dengan ketebalan yang bervariasi.
Singkapan batubara di Daerah Massenrengpulu kedudukan relatif barat laut tenggara dan kemiringannya
5 - 23, ketebalan agak tipis antara 0,56 1,76 meter, ciri-ciri batubara di lokasi ini berwarna kusam
kehitaman, melapuk dan banyak pecah-pecah dengan pecahannya menyudut, sebagian konkoidal,
mengandung oksida besi.
Hasil pengukuran geolistrik resistivity dan penasabahan dengan data geologi dari 7 titik lokasi survei
terindikasi ada penyebaran batubara pada titik GL.15, GL.16, GL.17, GL.18, dan titik GL.19, sedangkan
pengukuran titik GL.14 dilakukan di atas lokasi singkapan batubara.
Lapisan batubara di daerah ini secara umum 2 (dua) lapisan yaitu terdapat pada kedalaman 1,5 2,5 meter
dan kedalaman sekitar 7.5 15 meter dengan tebal rata-rata total lapisan batubara sekitar 2,5 meter yang
kondisi keterdapatannya setempat-setempat (lensa-lensa) dan sebagian terpotong oleh struktur geologi.
Luas daerah penyebaran lapisan batubara di Daerah Massenrengpulu 120 Ha dengan persentasi sebaran
sekitar 15%, dengan kualitas batubara berupa bituminous dan jumlah cadangan batubara di daerah ini sekitar
0,585 juta ton dengan.

SARAN

Dari hasil pengukuran geolistrik dan pemetaan geologi setempat di lokasi daerah penelitian disarankan:

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6


TG4 - 11
Analisis Potensi dan Cadangan Hamid Umar
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Melakukan penelitian yang lebih detail pada daerah tersebut untuk mendapatkan hasil akurasi pengukuran
cadangan batubara yang lebih baik.
Dalam penelitian detail tersebut, dilakukan kegiatan uji test pit (sumur uji) atau pengeboran di beberapa titik
dengan mengacu pada hasil pola penampang geolistrik resistivity lapisan batubara dan pola kedudukan
batuan di daerah tersebut. Sumur uji biasanya terkendala dalam hal kedalaman yang terbatas (5 meter),
sehingga untuk mencapai kedalaman yang lebih dalam sebaiknya digunakan pengeboran yang bisa sampai
kedalaman (30 meter). Karena untuk mendapatkan hasil korelasi yang baik dari hasil penelitian geolistrik
resistivity dan pemetaan geologi setempat dengan kondisi sebenarnya lapisan batubara di lokasi.
Untuk pembuatan test pit (sumur uji) atau pengeboran yang akan dilakukan di Daerah Massenrengpulu maka
sebaiknya dilakukan di lokasi titik koordinat GL.16 (0439,894S ; 11956,796E), titik koordinat GL.17
(0439,884S ; 11956,827E) dan titik koordinat GL.19 (0439,829S ; 11956,811E)

DAFTAR PUSTAKA

Aisnutomo, Tommy, (1999), Peran Batubara sebagai Energi Alternatif di Abad Mendatang, Bandung.
Anggayana, K,. (1999), Genesa Batubara, Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Intitut
Teknologi Bandung.
Azhar, (2004), Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger untuk Penentuan Tahanan Jenis
Batubara, Jurnal Nature Indonesia, Bandung.
Badgley, P.,C., (1959), For The Exploration Geologist, Colorado School Mines, P. 187-193.
Berkman, D.,A., (1989), Field Geologists Manual (3rd Ed.), Monograph No. 9, The Australasian Institute of
Mining and Metallurgy, Victoria.
Billings, M.,P., (1990), Structural Geology, (3rd Ed.), Prentice-Hall of India, Private Limited, New Delhi.
Kalmiawan, P., Sismanto, A., & Suparwoto, (2000). Survey of Resistivity Method to Investigate the Krakal Hot
Spring in Desa Krakal, Kecamatan Alian, Kabupaten Kabumen, Propinsi Jawa Tengah. Bandung,
Prosiding PIT HAGI ke-25.
Loke, M.,H., (1999a), Electrical Imaging Surveys for Environmental and Engineering Studies: A practical quide
to 2-D and 3-D Surveys. Malaysia, Penang.
Loke, M.,H., (1999b), RES2DINV Rapid 2D Resistivity & IP Inversion (Wenner, dipole-dipole, pole-pole, pole-
dipole, Schlumberger, rectangular arrays) on Land, Underwater and Cross-borehole Surveys; Software
Manual Ver.3.3 for windows 3.1, 95 and NT. Malaysia, Penang.
Rab, Sukamto., (1982), Geologi Lembar Pangkajene dan Watangpone Bagian Barat, Sulawesi, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan
Energi, Bandung.
Telford, W.,M, (1976), Applied Geophysics, Cambridge University Press, London, Inggris.
Todd, D.,K., (1980), Groundwater Hydrology, Second Edition, John Willey, New York, USA.
Van Nostrand, Robert, G,. & Kenneth, L., Cook, (1966), Interpretation of Resistivity Data, Washington.
Geological Survey.

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012


TG4 - 12
PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Peta Lokasi Penelitian Geolistrik Resistivity dan Pemetaan Geologi Daerah Massenrengpulu

Peta Geologi Regional Daerah Massenrengpulu Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6


TG4 - 13
Analisis Potensi dan Cadangan Hamid Umar
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012


TG4 - 14

Anda mungkin juga menyukai