Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PENYAKIT HIPOPARATIROIDISME

TUGAS SEMINAR KELOMPOK


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN PENYAKIT
HIPOPARATIROIDISME

KELAS II A
OLEH

I GEDE ADHI SUPRADNYANTO


11.018

AKADEMI KEPERAWATAN PPNI


KENDARI
2013
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH dengan judul ASKEP
HIPOPARATIROIDISME dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
mahasiswa dalam memahami tentang penyakit dari Hipoparatiroidisme
tersebut. Isi dari makalah ini, terdapat uraian dan penjelasan tentang defenisi,
penyebab serta penatalaksanaan dari hipoparatiroidisme yang akan kami
uraikan dalam bentuk tulisan yang ringkas dan jelas.Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih atas kesempatan dan masukan positif yang diberikan oleh dosen
medical bedah bagi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang
telah bekerja sama dan terima kasih atas kritik dan saran yang telah
diberikan.Kami sebagai penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi
kita semua.

Lepas dari segala kekurangan yang ada semoga makalah ini dapat
bermanfaat

Manokwari, 2 Nofember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulis ......................................................................................................... 1
a. Tujuan umum ....................................................................................... 1
b. Tujuan khusus ....................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
PENYAKIT HIPOPARATIROID
A. Defenisi ...................................................................................................................... 3
B. Klasifikasi ................................................................................................................. 3
C. Penyebab ................................................................................................................... 4
D. Patofisiologi .............................................................................................................. 4
E. Manifestasi klinik .................................................................................................... 5
F. Komplikasi................................................................................................................ 6
G. Penatalaksanaan ...................................................................................................... 6
H. Pengkajian ................................................................................................................ 7
1. Anamnesis ............................................................................................... 7
2. Pemeriksaan fisik ................................................................................... 7
3. Pemeriksaan penunjang ........................................................................ 8
a. Pemeriksaan laboratorium ............................................................. 8
b. Pemeriksaan diagnostik................................................................... 8
I. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 8
J. Rencana tindakan keperawatan (intervensi) ........................................................ 8
K. Evaluasi..................................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak
dapat mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
Hipoparatiroidisme adalah keadaan berkurangnya kerja dari pada
kelenjar paratiroid yang di sertai penurunan kadar kalcium dalam serum
hingga menyebabkan tetani. Hipoparatiroid juga merupakan gabungan
dari gejala produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid
hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat
disekresi dalam jumlah yang cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui
secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit
hipoparatiroid, antara lain :
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:

Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi


Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat
(acquired)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipoparatiroidisme?
2. Apa klasifikasi dari hipoparatiroidisme?
3. Apa saja yang menyebabkan terjadinya hipoparatiroid?
4. Apa manifestasi klinis hipoparatiroidisme?
5. Apa saja komplikasi dari hipoparatiroidisme?
6. Bagaimana penatalaksanaan hipoparatiroidisme?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan hipoparatiroid?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Dapat menjelaskan tentang bagaimana konsep dan pendekatan asuhan
keperawatan pada klien dengan hipoparatiroid.
2. Tujuan khusus
a. Dapat menjelaskan definisi hipoparatiroid
b. Dapat menjelaskan etiologi dari hipoparatiroid
c. Dapat menjelaskan patofisiologi dari hipoparatiroid
d. Dapat menjelaskan manifestasi klinis dari hipoparatiroid
e. Dapat menjelaskan klasifikasi dari hipoparatiroid
f. Dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada klien hipoparatiroid
g. Dapat menjelaskan penatalaksaan medis pada klien hipoparatiroid
h. Dapat menjelaskan komplikasi dari hipoparatiroid
i. Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hipoparatiroid

D. Manfaat Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III (KMB
III)
b. Sebagai bahan diskusi pada matakuliah KMB III
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT
HIPOPARATIROIDISME

A. Definisi
Hipoparatiroid adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan tetani
sebagai gejala utama (Haznam).
Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak
dapat mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat
cukup hormon paratiroid atau parathyroid hormone (PTH).
Hipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme
kalsium dan fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang
kurang sehingga menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011)
Hipoparatyroidisme adalah hiposekresi kelenjar paratyroid yang
menimbulkan syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi
kalsium rendah tetapi phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani
akibat dari pengangkatan atau kerusakan kelenjar paratyroid (Tjahjono,
1996)
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid
hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat
disekresi dalam jumlah yang cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.

B. Klasifikasi
Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik
hipoparatiroid, dan hipoparatiroid pascabedah.
1. Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu
dalam uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia.
2. Simpel idiopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa.
Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan
antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal.
Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita
hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa,
kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
3. Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid
atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang
terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah
untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior.
Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu
kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi
tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis
walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.

C. Etiologi
Penyebab hipoparatirodisme yang paling sering di temukan oleh
sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat akibat suplai darah
terganggu atau setelah jaringan kelenjar paratiroid di angkat pada saat di
lakukan tiroidektomi, paratiroidektomi atau di seksi radikal leher.
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui
secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit
hipoparatiroid, antara lain :
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
a. Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total
tiroidektomi
b. Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat
(acquired)
2. Hipomagnesemia
3. Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
4. Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada
kelenjar-kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher.
Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau
mungkin berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi
kelenjar-kelenjar paratiroid bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam
tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid, ovari, atau adrenal.
Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini berbeda dari
hiperparatiroidisme, kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh
membuat terlalu banyak PTH.

D. Patofisiologi
Hipoparatiroidisme di sebabkan oleh defisiensi parathormon yang
mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan
penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia). Tanpa adanya
parathormon akan terjadi penurunan absorbsi intestinal kalsium dan
makanan dan penurunan resorbsi kalsium dari tulang dan di sepanjang
tubulus renalis. Penurunan eksresi fosfat melalui ginjal menyebabkan
hipofosfaturia, dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan
hipokalsiuria. Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari
metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa
sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%)

Perjalanan Sehingga Terjadi Hipoparatiroidisme


Hiperparatiroidisme

Dilakukan penanganan dengan oprasi

Jaringan terlalu banyak diangkat

Kalsium serum
Fosfat serum

Hipoparatiroidisme
E. Manifestasi Kelinik
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang
berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah.
Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic
aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal
dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam
adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan
articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam
keadaan ekstensi.
Dalam tetanic aequivalent :
1. Disfagia dan disartria
2. Kelumpuhan otot-otot
3. Aritmia jantung
4. Gangguan pernapasan
5. Epilepsi
6. Gangguan emosi seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil
7. Gangguan ingatan dan perasaan kacau
8. Perubahan kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata
9. Kulit kering dan bersisik
10. Rambut alis dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang
11. Kuku tipis dan rapuh
12. Erupsi gigi terlambat dan tampak hipoplastik

Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada


ectoderm :

1. Rambut tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.


2. Kulit kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula
dan bulla.
3. Kuku tipis dan kadang-kadang ada deformitas.
Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi
tidak baik dan keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering
terdapat katarak pada hipoparatiroidisme.

F. Komplikasi

1. Hipokalsemia
Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari
9 mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya
kelenjar paratiroid waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi
autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut.

2. Insufisiensi ginjal kronik


Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi,
karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini
disebabkan tidak adanya kerja hormon paratiroid yang diakibatkan
oleh keadaan seperti diatas (etiologi).

G. Penatalaksanaan
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa
diklasifikasikan sebagai kelainan idiopatik atau didapat (akuisitas).

1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan
pemberian intravena 10-20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau
chloretem calcium) atau dalam infus. Di samping kalsium intravena,
disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D 100.000 U
per oral.
2. Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun
ialah untuk meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat
dengan cara diet dan medikamentosa. Diet harus banyak mengandung
kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas pemberian
alumunium hidroksida dengan maksud untuk menghambat absorbsi
fosfor di usus.
Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih
baik bila ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan
hipoparatiroid, harus waspada terhadap kemungkinan terjadi
hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan untuk
menurunkan kadar kalsium serum.

H. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan utama : Biasanya Klien merasa ada kelainan bentuk
tulang , pendarahan yang sulit berhenti , kejang-
kejang , kesemutan dank lien merasa lemas /
lemah .
Riwayat kesehatan :
1. Riwayat penyakit saat ini
Tanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan
disekitar mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki .
2. Riwayat penyakit dahulu :
Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi
khususnya pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid.
Tanyakan pada klien apakah ada riwayat penyinaran pada leher .

3. Riwayat penyakit keluarga:


Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan Hipoparatiroid.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing) : amati bunyi suara nafas . pada klien
hipoparatiroid biasanya terdengar suara stridor, suara serak.
b. B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi
c. B3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari,
kaki. Kesemutan, tremor, hiperefleksia, tanda chvosteks dan
trousseaus positif papil edema, labilitas emosional, peka
rangsang, ansietas, perubahan dalam tingkat kesadaran, tetani
kejang
d. B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal
e. B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen
f. B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan
kuku buruk yang deformitas dan gampang patah, kulit kering.
Amati apakah ada kelainan bentuk tulang
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
- Kalsium serum rendah.
- Fosfat anorganik dalam serum tinggi.
- Fosfatase alkali normal atau rendah.
b. Diagnostik
- Foto Rontgen
- Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis
di tengkorak.
- Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan
pleksus koroid.
- Density dari tulang bisa bertambah.
- EKG: biasanya QT-interval lebih panjang

I. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang


diakibatkan oleh hipokalsemia.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme laring akibat
aktivitas kejang.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.
J. Intevensi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
1 Resiko cedera Agar klien tidak a. Pantau tanda- a. Untuk
tanda vital dan mengetahui
berhubungan mengalami
reflek tiap 2 jam kelainan sedini
dengan resiko cedera. sampai 4 jam. mungkin.
b. Pantau fungsi b. Untuk
kejang atau tetani Kreteria hasil :
jantung secara mengetahui
yang diakibatkan Reflek normal, terus abnormalitas dari
menerus/gambar gambaran EKG.
oleh hipokalsemia. tanda vital
an EKG. c. Untuk mencegah
stabil, makan c. Bila pasien terjadinya
dalam tirah injuri/jatuh.
diet dan
baring berikan d. Untuk
minum obat bantalan pagar menghindari
tempat tidur dan cedera yang
seperti yang
pertahakan terjadi akibat
dianjurkan, tempat tidur benda yang
dalam posisi terdapat di
kadar kalsium
rendah. lingkungan
serum normal. d. Bila aktivitas sekitar klien dan
kejang terjadi mencegah
ketika pasien kerusakan lebih
bangun dari berat akibat
tempat tidur, kejang.
bantu pasien e. Antisifasi
untuk berjalan, terhadap
singkirkan hipokalsemia
benda-benda dengan cara
yang penanganan
membahayaka, medis.
bantu pasien f. Pemberian
dalam kalsium yang
menangani terlalu cepat akan
kejang dan mengakibatkan
reorientasikan tromboflebitis
bila perlu. hipotensi.
e. Kolaborasi g. Untuk membantu
dengan dokter memenuhi
dalam kekurangan
menangani kalsium dalam
gejala dini tubuh.
dengan h. Untuk
memberikan dan mengontrol kadar
memantau kalsium serum.
efektifitas cairan
parenteral dan
kalsium.
f. Pemberian
kalsium dengan
hati-hati.
g. Berikan
suplemen
vitamin D dan
kalsium sesuai
program.
h. Kaji ulang
pemeriksaan
kadar kalsium.
2 Ketidakefektifan Dalam waktu a. Siapkan a. Supaya
peralatan memudahkan
pola napas 1x24 jam setelah
penghisap dan karena serangan
berhubungan diberikan jalan nafas oral bisa secara tiba-
di dekat tempat tiba.
dengan spasme intervensi, pola
tidur sepanjang b.Untuk
laring akibat nafas klien waktu. memudahkan
b. Siapkan tali dalam tindakan
aktivitas kejang. kembali efektif.
tracheostomi, apabila terjadi
Kreteria hasil : oksigen, dan sumbatan jalan
peralatan nafas.
a. Frekwensi,
resusitasi c. Untuk mengetahui
irama, dan
manual siap suara dan keadaan
kedalaman
pakai sepanjang jalan nafas.
pernafasan
waktu. d.Adanya stridor
normal.
Edema laring: suatu tanda
b. Auskultasi paru
c. Kaji upaya adanya oedema
menunjukan
pernafasan dan laring.
bunyi yang
kualitas suara e. Kolaborasi
bersih.
setiap 2 jam. dengan dokter
d. Auskultasi untuk untuk
mendengarkan mempertahankan
stridor laring jalan nafas tetap
setiap 4 jam. terbuka karena
e. Laporkan gejala perawat terbatas
dini pada dokter akan hak dan
dan kolaborasi wewenang.
untuk f. Agar perawat bisa
mempertahankan siap-siap untuk
jalan nafas tetap melakukan suatu
terbuka. tindakan.
f. Intruksikan g.Untuk mencegah
pasien agar penekanan jalan
menginformasik nafas/mempertaha
an pada perawat nkan jalan nafas
atau dokter saat untuk tetap
pertama terjadi terbuka.
tanda kekakuan h.Bila terjadi kejang
pada tenggorok otomatis O2 ke
atau sesak nafas. otak menurun
g. Baringkan sehingga bisa
pasien untuk berakibat fatal ke
mengoptimalkan seluruh jaringan
bersihan jalan tubuh termasuk
nafas, pernafasan.
pertahankan i. Kolaborasi
kepala dalam dengan dokter
posisi kepala dalam hal
dalam posisi tindakan
alamiah, garis wewenang dokter
tengah. (pengobatan dan
Kejang: tindakan).
h. Bila terjadi j. Untuk mencegah
kejang: terjadinya
pertahankan serangan berulang.
jalan nafas,
penghisapan
orofaring sesuai
indikasi, berikan
O2 sesuai
pesanan, pantau
tensi, nadi,
pernafasan dan
tanda-tanda
neurologis,
periksa setelah
terjadi kejang,
catat frekwensi,
waktu, tingkat
kesadaran,
bagian tubuh
yang terlibat dan
lamanya
aktivitas kejang.
i. Siapkan untuk
berkolaborasi
dengan dokter
dalam mengatasi
status efileptikus
misalnya:
intubasi,
pengobatan.
j. Lanjutkan
perawatan untuk
kejang.
3 Intoleran aktivitas Dalam perawatan a. Kaji pola a. Untuk
aktivitas yang membandingkan
berhubungan 2x24 jam lalu. aktivitas sebelum
b.Kaji terhadap sakit dan yang
dengan penurunan diharapkan klien
perubahan dalam akan diharapkan
cardiak output. dapat memenuhi gejala setelah perawatan.
muskuloskeletal b.Untuk memantau
kebutuhan
setiap 8 jam. keberhasilan
aktivitas. c. Kaji respon perawatan.
terhadap c. Untuk melihat
Kreteria hasil :
aktivitas: Catat suatu
a. Tingkat perubahan tensi, perkembangan
aktivitas nadi, pernafasan, perawatan
meningkat hentikan terhadap aktivitas
tanpa dispnoe, aktivitas bila secara bertahap.
tachicardi atau terjadi d.Dengan
peningkatan perubahan, merencanakan
tekanan darah. tingkatkan perawatan, perawat
b. Melakukan keikutsertaan dengan klien dapat
aktivitas tanpa dalam kegiatan mempermudah
bersusah payah. kecil sesuai suatu keberhasilan
dengan karena datangnya
peningkatan kemauan dari
toleransi, ajarkan klien.
pasien untuk e. Untuk mengatasi
memantau kelelahan akibat
respon terhadap latihan.
aktivitas dan f. Untuk menghemat
untuk penggunaan energi
mengurangi, klien.
menghentikan
atau meminta
bantuan ketika
terjadi
perubahan.
d.Rencanakan
perawatan
bersama pasien
untuk
menentukan
aktivitas yang
ingin pasien
selesaikan:
Jadwalkan
bantuan dengan
orang lain.
e. Seimbangkan
antara waktu
aktivitas dengan
waktu istirahat.
f. Simpan benda-
benda dan
barang lainnya
dalam jangkauan
yang mudah bagi
pasien.

K. Evaluasi
1. Mencapai fungsi pernapasan adekuat
a. Menunjukan frekuensi pernapasan dan kedalaman pernapasan
normal, dan kekuatan otot normal.
b. Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih.
c. Mentaati program medikasi yang telah ditetapkan.
d. Mengihindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi, yang
dapat memperberat gejala.
2. Mengalami pemulihan krisis Hipoparatiroidisme
a. Menyebutkan tanda dan gejala.
b. Mentaati program medikasi.
3. Klien tidak mengalami cedera apa bila ada kejang berulang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak


dapat mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
Hipoparatiroidisme adalah keadaan berkurangnya kerja dari pada
kelenjar paratiroid yang di sertai penurunan kadar kalcium dalam serum
hingga menyebabkan tetani. Hipoparatiroid juga merupakan gabungan
dari gejala produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid
hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat
disekresi dalam jumlah yang cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui
secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit
hipoparatiroid, antara lain :
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:

1. Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi


2. Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat
(acquired)

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Rumarhobo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Endokrin. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Ed.8. Jakarta : EGC.
Hipoparatiroidisme. http://www.totalkesehatananda.com/hipoparatiroid.html
diakses tanggal 1 Mei 2011
Hipoparatiroid http://andysunaryo.blogspot.com/2011/04/askep-
hipoparatiroid.html diakses tanggal 5 Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai