Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Praktek kerja lapangan adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan
pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di luar kampus,
dihadapi.
Oleh karena itu, untuk memenuhi perkembangan ilmu sains dan teknologi maka
diperlukan sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya. Oleh karena itu Stikes Nani
melaksanakan kegiatan PKL yang dianggap cukup relatif, karena selain dapat menimba ilmu
pada dunia kerja secara langsung juga dapat menerapkan ilmunya dalam masyarakat.
Terobosan ini sangat besar manfaatnya mengingat mahasiswa tidak hanya menimba
pengalaman di Rumah Sakit khususnya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit tetapi dapat menambah
pengetahuan dan wawasannya dalam menghadapi dunia kerja khususnya bagi seorang farmasis.
Diharapkan dari kegiatan ini mahasiswa mampu membuka dan memperluas wawasan
berfikir tentang dunia ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pada bidang kefarmasian serta
sejauh mana peranan ilmu farmasi sebagai ilmu terapan yang banyak memberikan kontribusi
secara aktif dalam pemanfaatan dan pemberdayaan serta penggunaannya dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga konsep kerangka berfikir ilmiah pun terus dapat teraplikasi
secara optimal dalam segala bidang kehidupan yang penuh tantangan dan konseptibilitas.
1. Mempelajari struktur organisasi rumah sakit dan instalasi farmasi rumah sakit.
2. Mempelajari tugas dan fungsi rumah sakit dan instalasi rumah sakit.
3. Mempelajari cara pelayanan perbekalan farmasi, yaitu pasien rawat jalan, pasien rawat inap,
4. Mempelajari cara pengolahan perbekalan farmasi di rumah sakit, yaitu perencanaan, pengadaan,
TINJAUAN PUSTAKA
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit oleh WHO (1957) diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh,
(Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap
kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau
pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks menggunakan gabungan alat ilmiah
khusus dan rumit dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam
menghadapi dan menangani masalah medic modern yang semuanya terikat bersama-sama dalam
maksud yang sama untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).
Visi
terapi, alat dan perlengkapan fasilitas fisik ke dalam satu sistem terkoordinasi untuk memberikan
Misi
Melaksanakan fungsi sebagai institusi yang mampu memberikan pelayanan kesehatan
kepada penderita baik sebagai penderita rawat jalan di rumah sakit maupun penderita rawat
tinggal di poliklinik, unit gawat darurat, kantor dokter di rumah sakit, di rumah jika diperlukan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit,
rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan, pelayanan kesehatan preventif adalah
kuratif adalah kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin, serta pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah
kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi
lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
tentang pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, adalah melaksanakan upaya kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
a. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kepada pasien dengan beragam jenis penyakit
b. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai jenis diagnosis
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada masyrakat yang diagnosis penyakit
Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan profesi dan tidak memiliki hubungan
Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat tidurnya sesuai
pola berikut ; di bawah 50 tempat tidur, 50-99 tempat tidur, 100-199 tempat tidur, 200-299
tempat tidur, 300-399 tempat tidur, 400-499 tempat tidur, 500 tempat tidur atau lebih.
Berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah
sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah
diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu
kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan
a. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
b. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
c. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
d. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian/ unit atau fasilitas di Rumah
Sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluan Rumah Sakit itu sendiri. Seperti diketahui, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan,
distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, PIO, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional. Berdasarkan hal-hal tersebut, definisi yang umum dari
IFRS dapat didefinisikan sebagai suatu departemen atau bagian di suatu rumah sakit
dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
professional,
tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan;
kesehatan di Rumah Sakit; pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup
pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program
Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi kesehatan, dan kepada profesi
farmasi oleh apoteker Rumah Sakit yang kompeten dan memenuhi syarat.
Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker Rumah Sakit yang
memenuhi syarat.
Menjamin praktik profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan dan pemeliharaan standar
etika profesional, pendidikan dan pencapaian, dan melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi.
Meningkatkan penelitian dalam praktik farmasi rumah sakit dan dalam ilmu farmasetik pada
umumnya.
Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktik farmasi rumah sakit kontemporer bagi
Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua
perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat
tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. Berkaitan dengan
pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita
dan menjamin pelayanan bermutu tertinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal.
Jadi, IFRS adalah satu-satunya unit di Rumah Sakit yang bertugas dan bertanggung jawab
sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat/ perbekalan kesehatan
yang beredar dan digunakan di rumah sakit tersebut. IFRS bertanggung jawab mengembangkan
suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi
kebutuhan berbagai bagian/ unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik
dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik.
II.2.3 Lingkup Fungsi IFRS
Untuk melaksanakan tugas dan pelayanan farmasi yang luas tersebut, IFRS mempunyai
berbagai fungsi, yang dapat digolongkan menjadi fungsi non klinik dan fungsi klinik. Fungsi non
klinik biasanya tidak secara langsung dilakukan sebagai bagian terpadu dan segera dari
pelayanan penderita serta lebih sering merupakan tanggung jawab apoteker rumah sakit. Fungsi
non klinik biasanya tidak memerlukan interaksi dengan professional kesehatan lain, sekalipun
semua pelayanan farmasi harus disetujui oleh staf medik melalui Panitia Farmasi dan Terapi
(PFT). Sebaliknya, fungsi klinik adalah fungsi yang secara langsung dilakukan sebagai bagian
terpadu dari perawatan penderita atau memerlukan interaksi dengan professional kesehatan lain
Lingkup fungsi farmasi klinik adalah perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan
kembali; distribusi dan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di
Lingkup fungsi farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam program
rumah sakit, yaitu : pemantauan terapi obat (PTO); evaluasi penggunaan obat (EVO);
penelitian; pengendalian infeksi di Rumah sakit; sentra informasi obat; pemantauan dan
pelaporan reaksi obat merugikan (ROM); sistem formularium, panitia farmasi dan terapi; sistem
pemantauan kesalahan obat; buletin terapi obat; program edukasi in-service bagi apoteker,
Salah satu persyaratan dalam penerapan sistem manajemen mutu menyeluruh adalah
adanya organisasi yang sesuai, yang dapat mengakomodasi seluruh kegiatan pelaksanaan fungsi.
Struktur organisasi dapat dikembangkan dalam 3 tingkat, yaitu :tingkat puncak, menengah
dan garis depan. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan dan
pemfungsian yang efektif dari sistem mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah
kebanyakan kepala bagian/ unit fungsional bertanggung jawab untuk mendesain dan menerapkan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan mutu dalam daerah/ bidang fungsional mereka, untuk
mencapai mutu produk dan/ atau pelayanan yang diinginkan. Manajer garis depan terdiri atas
personel pengawas yang secara langsung memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan
dengan mutu selama berbagai tahap memproses produk dan/ atau pelayanan.
Pendistribusian obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah sediaan obat
disiapkan oleh IFRS sampai dengan dihantarkan kepada perawat, dokter, atau profesional
II.3.1 Definisi
Sistem Distribusi Obat (SDO) untuk penderita rawat tinggal yang diterapkan bervariasi
dari rumah sakit ke rumah sakit, hal itu tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan
keberadaan fasilitas fisik, personel, dan tata ruang rumah sakit. Sistem distribusi obat di rumah
sakit adalah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu
dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat dan beserta informasinya
kepada penderita. Sistem distribusi obat mencakup penghantaran sediaan obat yang telah di-
dispensing IFRS ke daerah tempat perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan obat,
ketepatan penderita, ketepatan jadwal, tanggal, waktu dan metode pemberian, dan ketepatan
(PRT), yaitu :
1. Distribusi Individual
obat oleh IFRS sesuai dengan yang ditulis pada order atau resep atas nama Penderita Rawat
Sistem ini umumnya digunakan oleh rumah sakit kecil dan swasta. Sistem ini
memfasilitasi metode yang baik untuk mengatur pembayaran obat pasien dan menyediakan
a) Resep dapat langsung dikaji oleh apoteker, yang juga dapat memberi keterangan atau informasi
d) Terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu penyiapan obat.
2. Distribusi obat persediaan lengkap diruangan ( total floor stock )
Sistem distribusi total floor stock adalah kegiatan penghantaran sediaan obat sesuai
dengan yang ditulis dokter pada order obat, yang dipersiapkan dari persediaan di ruang oleh
perawat dan dengan mengambil dosis / unit obat dari wadah persediaan yang langsung diberikan
Pada sistem ini, kebutuhan obat atau barang farmasi dalam jumlah besar baik untuk
kebutuhan dasar ruangan maupun kebutuhan individu pasien yang diperoleh dari instalasi farmasi
disimpan di ruang perawatan. Kebutuhan obat individu langsung dapat dilayani oleh perawat
a) Sering terjadi salah obat, baik salah order obat oleh dokter, salah peracikan oleh perawat
Sistem kombinasi ini yaitu merupakan kombinasi antara sistem resep individual dengan
sistem total floor stock , dimana penyampaian obat kepada pasien berdasarkan permintaan
dokter. Pada sistem ini sebagian obat disiapkan oleh instalasi farmasi dan sebagian lagi disiapkan
dari persediaan obat yang terdapat diruangan. Obat yang disediakan di ruangan adalah obat yang
diperlukan oleh banyak pasien, setiap hari dan biasanya harganya relatif murah mencakup obat
resep atau obat bebas. Sistem ini timbul karena banyaknya kekurangan sistem total floor stock .
b) Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara apoteker, dokter, perawat dan pasien.
terdiri atas satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal
dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu, penderita hanya membayar obat
Pada prinsipnya sistem ini mirip dengan sistem individual resep dibawa ke instalasi
farmasi untuk disiapkan. Akan tetapi, resep tersebut tidak seluruhnya disiapkan seperti halnya
pada sistem individual, umumnya yang disiapkan hanya untuk kebutuhan 24 jam. Obat yang disiapkan
itu dimasukkan ke dalam wadah yang warnanya berbeda untuk pemberian pagi, siang danmalam.
Setelah diberi label secukupnya, selanjutnya obat yang telah disiapkan tersebut tidak diserahkan
kepada pasien, tetapi dimasukkan ke dalam trolley / kereta obat khusus untuk unit dose dan
b) Membutuhkan modal awal yang besar terutama untuk pengemasan kembali dan rak medikasi
Suatu sistem distribusi obat yang efisien dan efektif sangat tergantung pada desain
sistem dan pengelolaan yang baik. Suatu sistem distribusi obat yang didesain dan dikelola baik
2. Mutu dan kondisi obat/ sediaan obat tetap stabil dalam seluruh proses distribusi
7. IFRS mempunyai akses dalam semua tahap proses distribusi untuk pengendalian, pemantauan,
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, menyatakan bahwa sistem distribusi untuk pasien
rawat jalan merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi atau desentralisasi
penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
a. Pemilihan
Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria
panitia farmasi dan terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna
transaksi pembelian.
b. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
1. Daftar obat esensial nasional (DOEN) atau formularium, standar terapi rumah sakit dan
4. Penetapan prioritas
5. Siklus penyakit
6. Sisa stok
8. Perencanaan pengembangan
c. Pengadaan
3. Sumbangan/droping/hibah
d. Produksi
sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
e. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau
sumbangan.
f. Penyimpanan
yang ditetapkan:
g. Pendistribusian
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sitesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menyebabkan
Undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika :
a. Golongan I
1. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papever
Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan
2. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae termasuk
3. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua
tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara
4. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun yang dapat diolah secara langsung
6. Tanaman ganja, semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji,
buah, jerami, hasil olehan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan
hasis.
9. Asetorfina:3-0-acetiltetrahidro-7-(1-hidroksi-1-metilbutil-6, 14 endoetenoporipavina.
b. Golongan II
2. Alfameprodina : -3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiredina
3. Alfametadol : -6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanol
piperidinil]-N-fenilpropanamida
6. Alilprodina : 3-alil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
c. Golongan III
1. Asektildihidrokodeina
3. Dihidrokodeina
4. Etilmorfina : 3-etilmorfina
5. Kodeina : 3-metilmorfina
6. Nikodikodina : 6-nikotinildihidrokedeina
7. Nikokodina : 6-nikotinilkodeina
8. Norkodeina : N-dimetilkodeina
9. Polkodina : morfoliniletilmorfina
II.5 Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat,baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika,yang
berkhasiat psikoaktif melaui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
a. Golongan I
2. Etisiklidina : ()-4-etil-2,5-dimektosi--fenetilamina
3. Etriptamina : N-etil-1-fenilsikloheksilamina
4. Mekatinona : ()-N--dimetil-3,4-metilendikoksi)fenetilamina
b. Golongan II
4. Fenmetrazina : 3-metil-2-fenilmorfolin
5. Fenmetrazina : 3-metil-2-fenilmorfolin
c. Golongan III
2. Flunitrazepam : 2-etil-2-fenilflutarimida
TINJAUAN UMUM
RSUD Labuang Baji Makassar didirikan pada tahun 1938 oleh Zending Gereja
Genoformat Surabaya, Malang dan Semarang sebagai rumah sakit zending. RSUD Labuang Baji
di resmikan pada tanggal 12 Juni 1938 dengan kapasitas 25 buah tempat tidur. Pada masa perang
dunia ke II, rumah sakit ini digunakan oleh pemerintah kotapraja Makassar untuk penampung
penderita korban perang. Pada tahun 1946-1948 RSUD Labuang Baji mendapat bantuan dari
pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT) dengan merehabilitasi gedung-gedung yang hancur
akibat perang. Pada tahun 1949-1951, Zending mendirikan bangunan 2 permanen sehingga
kapasitas tempat tidur menjadi 170 buah. Pada tahun 1952-1955, Pemerintah Daerah Kotapraja
Makassar diberikan tambahan beberapa bangunan ruangan sehingga kapasitas tempat tidur
menjadi 190 buah. Sejak saat itulah (1995) RSUD Labuang Baji dibiayai oleh pemerintah daerah
Pada tahun 1960, Zending RSUD Labuang Baji diserahkan kepada pemerintah daerah
tingkat I Sulawesi Selatan dengan akreditasi rumah sakit tipe C. Tanggal 16 Januari 1996 melalui
Peraturan Daerah Propinsi Dati.I Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 1996, kelas rumah sakit
menjadi Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan, Peraturan Daerah tersebut diserahkan oleh
Menteri Dalam Negeri pada tanggal 7 Agustus 1996. Terakreditasi 5 bidang pelayanan pada
tahun 2000 dan pada tanggal 13 September 2002 melalui PERDA Prov. Sul-Sel No. 6/Tahun
2002 RSUD Labuang Baji berubah status dari rumah sakit kelas B non pendidikan menjadi BP
RSUD Labuang Baji yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah. Desember 2004 terakreditasi (yg kedua kalinya) 12 bidang pelayanan
dengan status akreditasi penuh dan RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan melalui
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008 sebagai implementasi Peraturan
a. Visi
b. Misi
III.3 Visi dan misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
a. Visi
b. Misi
3. Menciptakan suasana aman dan nyaman bagi petugas Instalasi Farmasi, petugas kesehatan lain
Terselenggaranya pelayanan kefarmasian dengan mutu, cakupan dan efisiensi yang tinggi yang
selanjutnya dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian bagi pengguna jasa di rumah sakit serta
Berfungsinya organisasi farmasi rumah sakit yang di dukung oleh tatalaksana organisasi yang
Memantapkannya sistem informasi yang di dukung oleh data yang akurat, lengkap, sah, relefan,
dan mutakhir.
Poliklinik Mata
Poliklinik Endokrin
Poliklinik Bedah
Poliklinik THT
Poliklinik Jiwa
Poliklinik Saraf
Unit Hemodialisa
Poliklinik Kardiologi
General Chek Up
Poliklinik Fisioterapi
Poliklinik Jantung
Poliklinik Paru
6 (enam) ruang perawatan khusus (Ruang Bedah Sentral, Bedah Kebidanan/ Kandungan,
Perawatan Khusus/RPK, Rawat Intensif, Hemodialisa, Kamar Bersalin), dan Perawatan CVCU
Rumah Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
pemerintah, dimana menjadi BP RSUD Labuang Baji yang berada dibawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Gubernur melalui sekretaris daerah. RSUD Labuang Baji merupakan
Rumah Sakit umum yang memberi pelayanan kepada masyarakat dengan berbagai jenis
diagnosis penyakit. RSUD Labuang Baji Makassar merupakan rumah sakit tipe B, dimana
RSUD Labuang Baji mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik lebih dari 11
Spesialis dan subspesialis yaitu poli endoktrin, poli syaraf / jiwa, poli THT, Poli mata, poli
interna, poli kardio, poli paru, poli anak, poli bedah, poli obgyn, poli kulit, poli gigi dan poli
radiologi.
Perencanaan pengadaan barang dibuat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, dimana
dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Pengadaan tersebut
dibuat perencanaannya oleh Kepala Instalasi Farmasi dengan disetujui Direktur Rumah Sakit
Indonesia, Nasional dan Rumah Sakit, Daftar Obat Esensial National (DOEN), Standar Terapi
Rumah Sakit, Data catatan medic, Anggaran yang tersedia, Penetapan skala prioritas, Siklus
penyakit, Sisa stock yang ada, Data pemakaian periode yang baru, Rencana pengadaan.
Pengadaan barang farmasi di RSUD Labuang Baji Makassar dengan 2 cara, yaitu
Secara Tender (oleh panitia pembelian barang farmasi), barang yang dipesan dengan sistem
tender adalah barang pakai habis/alat kesehatan dan obat non generik/paten dan secara langsung
dari pabrik/distribusi/Pedagang Besar Farmasi(PBF) rekan, barang yang dipesan secara langsung
Cara penerimaan barang di RSUD Labuang Baji yaitu rekanan mengirim atau
menyerahkan barang farmasi kepada panitia pemeriksaan dan penerimaan barang berdasarkan
surat pesanan atau Surat Perintah Kerja (SPK). Panitia pemeriksaan dan penerimaan barang
membuat berita acara lalu menyerahkan barang farmasi kepada penanggung jawab logistic
farmasi untuk kebenaran kualitas dan kuantitas barang serta menandatangani berita acara
penerimaan barang, kemudian barang tersebut diserahkan kepada petugas gudang untuk
selanjutnya disimpan.
Setelah barang diterima dan dicek, selanjutnya adalah proses penyimpanan barang /
obat di gudang. Penyimpanan obat harus disesuaikan dengan suhu tertentu sesuai jenis obatnya.
Tetapi tidak semua obat harus disimpan pada suhu tertentu, adapula obat yang disimpan pada
suhu normal. Pengaturan suhu dilakukan dengan tujuan agar obat yang disimpan digudang, pada
saat dilakukan pengepakan obat dalam keadaan baik atau bagus. Suhu yang tidak sesuai akan
merusak obat. Misalnya saja pada tablet salut gula, apabila tablet salut gula disimpan pada suhu
yang panas, maka obat tersebut dapat meleleh dan tidak dapat digunakan sehingga harus
disimpan pada suhu yang sejuk. Selain itu obat yang harus disimpan pada suhu yang dingin
adalah vaksin, injeksi dan supositoria. Vaksin harus disimpan pada kulkas, tetapi suhunya harus
diatur sesuai ketetapan suhunya (suhu kamar), dengan menyesuaikan sediaan dengan ketentuan
obat-obat yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat mengenai jenis dan jumlah obat dari
gudang farmasi RSUD Labuang Baji serta merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit
pelayanan kesehatan.
Instalasi dengan melakukan pengawasan dan bimbingan kepada petugas/ pelaksana Instalasi
farmasi dan memberikan informasi kepada direktur rumah sakit setiap bulannya atas
Pelaporan di RSUD Labuang Baji Makassar ada banyak format pencatatan dan
pelaporan yang dilaksanakan oleh petugas di Instalasi Farmasi baik laporan harian, bulanan,
maupun tahunan. Laporan-laporan yang dilaksanakan antara lain, yaitu kartu stock, buku induk
sebagai alat control dari mutasi obat setiap bulan, laporan pengadaan obat dan laporan
resep setiap 3 tahun dan evaluasi mutu pelayanan dilakukan setiap akhir tahun. Pelayanan
instalasi farmasi RSUD Labuang Baji Makassar memiliki 4 unit pelayanan, yaitu Apotek Rawat
Jalan, Apotek Instalasi Rawat Darurat (IRD), Apotek Rawat Inap dan Pelayanan di ruangan.
V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Organisasi dalam rumah sakit dikepalai oleh seorang Direktur dengan memiliki wakil
direktur dari tiap bagian dan sub bagian. Dimana Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang dikepalai
oleh seorang apoteker untuk mengkoordinir bawahannya.
Tugas dan fungsi rumah sakit yaitu, pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki tugas mengelola
mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
kepada penderita sampai pengendalian perbekalan farmasi dengan fungsi klinik dan non klinik.
Cara pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan secara
langsung berinteraksi pada pasien sedangkan untuk pasien rawat inap dilakukan oleh perawat
dan untuk pasien IRD dengan palayanan kepada perawat atau anggota keluarga.
Cara pengolahan perbekalan farmasi dirumah sakit yang meliputi perencanaan yang
disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan, pengadaan yang dilakukan dengan cara tender
dan pemesanan langsung, penerimaan dengan cara rekanan mengirim atau menyerahkan barang
farmasi kepada panitia pemeriksaan dan penerimaan barang berdasarkan surat pesanan atau Surat
Perintah Kerja (SPK), penyimpanan dengan cara penyusunan abjad dan FIFO serta penyimpanan
obat disesuaikan dengan suhu yang seharusnya dan pendistribusian dilakukan secara merata pada
apotek dan depo.
V.1 Saran
1. Sebaiknya menjelaskan kepada pasien pada saat pemberian obat demi mencegah kesalahan
pengobatan yang tidak diinginkan.
2. Sebaiknya dilakukan peningkatan pengontrolan dan pengawasan terhadap persediaan obat untuk
meminimalkan kekosongan obat di Apotek rumah sakit, salah satunya dengan peningkatan
kedisiplinan dalam pencatatan kartu stok obat agar kontrol persediaan obat lebih mudah
dilakukan.
3. RSUD Labuang Baji dapat meningkatkan pelayanan disetiap unitnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anief, Moh. 1998. Manajemen Farmasi. Gadjah Mada University press : Yogyakarta.
2. J.P. Siregar, Charles. 2003. Farmasi Rumah Sakit. Buku kedokteran EGC : Jakarta.
3. Badan Kerja Sama Teknis. 1989. Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Yang Baik.
ASEAN : Bangkok.
4. Partodiharjo, Subagyo. 2008. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Esensi : Jakarta.
5. Martono, Lydia Harlina, dkk. 2008. Peran Orang Tua dalam Mencegah dan Menanggulangi
6. Undang-undang RI No.36 dan 44. 2009. Kesehatan dan Rumah Sakit. Citra umbara : Bandung.
7. Rumate, Frans. 2005. Peraturan Perundang-undangan bidang Farmasi dan Kesehatan. Farmasi
UNHAS : Makassar.