3. Intervensi Keperawatan
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dan
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi :
a) Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial
b) Berikan perawatan kulit
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
c) Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi
d) Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. sistemik
(kolaborasi).
e) Berikan antiseptic topical ; antibiotic
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal. tidak mengalami tanda mal nutrisi. Menununjukkan perilaku,
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai.
Intervensi
a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi pasien.
b) Observasi dan catat masukkan makanan
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2) Infeksi tidak terjadi.
3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
metabolik, mual, muntah dan berkurangnya nafsu makan, yang ditandai dengan pasien
mengatakan nafsu makan berkurang dan mual, pasien hanya menghabiskan porsi diet yang
disajikan rumah sakit, pasien hanya menghabiskan porsi diet yang disajikan rumah sakit,
bising usus 10 x/menit , BB : 43 Kg, Status Nutrisi Under Weight, konjungtiva tanpak anemis,
klien tanpak lemah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum yang ditandai dengan, pasien
mengatakan lemah, aktivitas berat (berjalan menuju kamar mandi) dibantu oleh anak atau
perawat, pasien terlihat lemah, pasien dalam melakukan aktivitas; diseka, berjalan menuju
kamar mandi selalu dibantu oleh anak atau keluarganya, adanya keterbatasan aktivitas, terjadi
penurunan kekuatan otot, ketergantungan pasien dalam beraktifitas dengan suami dan anaknya.
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar ditandai dengan, pasien
mengatakan nyeri didaerah epigastrium, terdapat nyeri tekan didaerah perut bagian kanan atas,
danya kelemahan umum, disertai rasa nyeri didaerah hepar, P : Nyeri pada epigastrium, Q :
Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, R : Terdapat di bagian epigastrium, S : Skala nyeri 4 (0- 5), T :
Nyeri yang dirasakan hilang timbul.
4. Gangguan psikologis (Cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap penyakit
yang sedang dihadapinya ditandai dengan klien mengatakan cemas dengan keadaannya saat
ini, klien selalu menanyakan tentang kondisinya sekarang,ekspresi wajah klien dan keluarga
cemas dan gelisah, pasien kurang berkomunikasi dengan baik dengan petugas kesehatan,
namun pada saat dilakukan pengkajian pasien dapat bekomunikasi dengan baik dengan sanak
keluarganya.