Anda di halaman 1dari 12

Nama : Muhammad Misbah Ahmad Ruhani

NIM : I011 17 1529


Kelas : Peternakan D

TUGAS LEMBAR KERJA PEND. AGAMA ISLAM

7. Buatlah sebuah uraian tentang keunggulan konsepsi akhlak dan penerapannya


Jawab :
Akhlak adalah sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan
dan perbuatan. Dengan akhlak itu manusia akan menempati posisi yang paling
utama di antara semua makhluk (ahsani taqwim). Secara aktif, seorang Muslim
harus berusaha agar dirinya memiliki akhlak yang sempurna sehingga dapat
melaksanakan tugas dan kewajibannya baik sebagai hamba maupun Khalifah
Allah. Sebagai hamba, ia akan menjadi makhluk yang taat beribadah kepada-Nya,
dan sebagai Khalifah, ia akan aktif mengambil peran mengatur dan menata
kehidupan secara Islami yang mampu mewujudkan rahmatan lil alamien.
Adapun secara pasif, seorang Muslim akan selalu menjaga dirinya, agar dia tidak
terperosok keluar dari martabat manusia atau bahkan ke dalam kualitas yang
lebih rendah, yaitu kualitas asfala saafilien (Qs. At-Tien : 57). Sikap hidup yang
lurus, benar, dan sesuai dengan fithrah manusia, itulah yang mampu mengubah
dunia menjadi arena melaksanakan tugas ke-Khalifahan

Akhlak sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena tanpa akhlak
dunia akan kacau, disebabkan tidak adanya disiplin, tidak adanya rasa saling
menghargai, tidak adanya saling menghormati, tidak ada rasa kasih sayang, tidak
ada kejujuran, tidak ada keadilan. Tiadanya akhlak, akan menimbulkan saling
menguasai, saling menindas, saling menipu, saling memeras. Dan bila itu yang
terjadi, maka masyarakat akan berantakan.

Sejarah telah membuktikan hancurnya suatu masyarakat atau negara bukan


disebabkan oleh kuatnya musuh dari luar, melainkan lebih disebabkan oleh
kebobrokan dan keserakahan masyarakat atau warganya, khususnya para
pemimpinnya. (Abul ala al Maududi dalam Ethical Viewpoint of Islam
mengatakan : The greatest problem that has confronted man from immemorial is

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 1


the moral problem, all other problems, sosial, economic, polical etc., are only
aspect of this master problem). Karena itulah Muhammad Rasulullah saw. diutus
Allah untuk menertibkan kehidupan dunia dengan menyempurnakan akhlak,
karena memang dalam satu aspeknya, agama adalah akhlak yang baik.
Secara garis besarnya, akhlak dalam Islam dapat dikelompokkan dalam empat
kategori sebagai berikut :

- Akhlak kepada Allah


Ujud konkrit akhlak kepada Allah ialah penyerahan diri kepada-Nya
secara total. Konsekuensi penyerahan diri kepada Allah secara total itu ialah
taat kepada-Nya, Sehingga seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada
Allah, akan melaksanakan apa saja yang diperintahkan kepadanya, ia akan
selalu menerima perintah itu dengan mengucapkan samina wa athana, dalam
hal ini ia akan selalu terlihat tekun menjalankan ibadah serta aktif dalam
berjihad, beramal shaleh untuk membangun masyarakat.
Sebagai seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada Allah, maka ia
akan hidup dalam kehati-hatian (taqwa, menjaga dirinya) agar tidak melanggar
peraturan Allah, agar hidupnya berada pada jalan kebenaran. Sebagai seorang
yang mengerti akan akhlak kepada Allah, maka ia akan selalu mencintai (hub)
Allah, takut (khauf), harap (raja), terima kasih (Syukr), ikhlas, ridha dan
tawakkal kepada-Nya.
- Akhlak kepada diri sendiri
Islam mengajarkan kepada setiap Muslim untuk menjaga dirinya sendiri
agar tidak terperosok keluar dari martabat manusia dan agar hidupnya baik
dan selalu berbahagia. Untuk itu, dalam hidup dan kehidupannya senantiasa
dia harus berusaha agar menjalankan ibadah (sholat) dengan khusyu,
menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna,
mengeluarkan zakat, menjaga kehormatan, tidak melakukan perbuatan tercela,
tidak melampaui batas, memelihara amanah dan memelihara sholatnya (Qs. Al
MuMinun : 2-9)
Mereka juga adalah orang-orang yang rendah hati, yang di malam hari
sujud kepada Tuhan, hidup sederhana, tidak kikir dan tidak boros, tidak
melakukan syirik, tidak aniaya dan nista, suka bertaubat dan beramal shaleh,
tidak bersumpah palsu, bersedia menerima kritik dan koreksi, selalu berikhtiar

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 2


dan berdoa untuk kebaikan diri, keluarga dan anak keturunannya (Qs. Al
Furqan : 63-67).
Selain bertingkah laku baik, seorang Muslim juga orang yang suka bekerja
keras untuk mencari rizki Allah guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan
keluarganya dan untuk kepentingan beribadah kepada Allah. Oleh karena itu ia
akan bekerja melaksanakan firman-firman Allah untuk mencari rizki-Nya (Qs.
Al Mulk : 15, dan Qs. al Qashas : 77).
Selanjutnya sebagai seorang Muslim ia akan selalu menjaga diri agar
fisiknya selalu segar dan kuat sehingga mampu bekerja dan beramal, dan
karena itu ia akan hidup secara teratur. Siang bekerja dan malam beristirahat
(Qs. An Naba : 9-11).
Salah satu kunci untuk dapat mengolah, mengatur dan memakmurkan
dunia adalah ilmu. Ilmu merupakan sesuatu yang spesifik bagi manusia.
Manusia yang beriman dan juga berilmulah yang akan diberi martabat yang
tinggi di sisi Allah (Qs. Al Ahqaf : 9, dan Qs. al Mujaddilah : 11).
Dengan demikian, maka setiap Muslim harus selalu melengkapi pribadinya
dengan ilmu. isyarat-isyarat dan fenomena ilmu bayak ditunjukkan oleh al
Quran dan setiap Muslim dianjurkan untuk menangkap isyarat dan fenomena
alam itu (Qs. Yasin : 38-40, dan Qs. Fushilat : 53).
- Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia diciptakan Allah untuk tujuan-tujuan tertentu, antara lain adalah
sebagai Khalifahnya. Sebagai Khalifah, maka antara manusia satu dengan
lainnya akan saling berhubungan, dan karena itulah manusia dikodratkan
menjadi makhluk sosial. Manusia tidak akan dapat hidup secara sendirian, ia
perlu berteman, perlu berkeluarga dan berketurunan dan juga bermasyarakat.
Maka dalam menata hubungan-hubungan ini, Allah memberikan pedoman
agar manusia selalu suka berlaku adil (Qs. Al Maidah : 8), atas dasar keadilan
itu manusia dianjurkan untuk tolong menolong (Qs. Al Maidah : 2), antara
yang kuat dengan yang lemah, antara lain dengan zakat, shadaqah dan infaq
(Qs. Al Baqarah : 177).
Sebaliknya Allah mengecam keras orang-orang yang egois, materialistik,
yang kikir, meskipun mereka itu mengaku Muslim. Namun sesungguhnya
justru mereka itu adalah para pendusta agama (Qs. Al Maun : 1-7)

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 3


Sementara itu dalam hubungannya dengan orang-orang yang bukan
Muslim, diberikan aturan-aturan untuk saling mengerti dan memahami
identitas masing-masing (Qs. Ali Imran : 64), oleh karena kita umat manusia
pada dasarnya adalah umat yang satu (Qs. Al Baqarah : 213).
Atas dasar pedoman-pedoman itu semua, seorang Muslim akan hidup di
tengah-tengah masyarakat untuk mengelola dunia, melaksanakan tugas
keKhalifahan, menjadi suatu masyarakat yang baik dan harmonis.
- Akhlak kepada sesama makhluk
Manusia adalah makhluk pengemban amanah, karena manusia telah
menyanggupkan diri untuk mengemban amanah itu (Qs. Al Ahzab : 72) dan
untuk itu manusia diprogram untuk menjadi Khalifah di bumi, memelihara,
mengatur dan memakmurkannya (Qs. Al Baqarah : 30).
Oleh karena itu, manusia dilarang melakukan perbuatan yang dapat
merusak lingkungannya. Al Quran telah mengingatkan, bahwa kerusakan di
bumi kebanyakan dilakukan oleh manusia sendiri (Qs. Ar Rum : 41) dan
menyuruh manusia belajar dari pengalaman sejarah (Qs. Ar Rum : 42)
Manusia perlu memiliki akhlak syaqafah (belas kasih) kepada semua
makhluk, tidak merusak atau membunuh tanpa suatu alas an (sebab) yang
dapat dipertanggung jawabkan. Disamping itu manusia juga harus mempunyai
sifat himayah (memelihara), karena dengan memelihara alam dan lingkungan,
maka alam pun akan menjadi ramah dan akrab kepada manusia. Sebagai
Khalifah Allah, manusia dapat memanfaatkan semua benda dan semua
makhluk yang adadi alam ini, namun semua itu dipergunakan secara
bertanggung jawab dan tidak berlebih-lebihan (isyraf).
Agar manusia dapat bergaul dengan mesra dengan alam, manusia perlu
belajar dengan sifat-sifat dan tingkah laku alam, dengan cara mempelajari
hukum-hukum alam dan semua rahasia di belakang benda-benda dan makhluk-
makhluk tersebut. Dan inilah yang dianjurkan oleh Allah agar setuap manusia
suka memikirkan fenomena alam (Qs. Ali Imran : 190-191).
8. Buatlah sebuah uraian mengapa antara wahyu dan akal atau agama dengan ipteks tidak
boleh dipertentangkan
Jawab :
Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu.
Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 4


mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Al-Quran dan sunnah rasul.
Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial
knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari Allah.
Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya
bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Biah diniah (iklim keagamaan) tidak cocok bagi iklim ilmu karena adanya
pertentangan keduanya adalah tidak benar. Beberapa nash agama, sejarah dan
realita menolak sangkaan ini. Nash agama justru menyeru dan mengajak bicara
kepada akal. Seseorang dipandang sebagaimukalaf (dikenai perintah dan larangan
agama) karena memiliki kemampuan untuk memahami, dan mendapat tugas
untuk mengamalkannya dan berijtihad terhadap maksudnya serta diseru untuk
memecahkan masalah-masalah yang tidak ada nash dan pernjalasannya.
Wahyu telah menyerahkan kepada akal persoalan dunia agar ditangani secara
bebas. Para muhaqqiqin dari ulama umat ini memandang wahyu dan akal sebagai
dua pemandu mahluk menuju haq.
Dengan demikian, maka akal adalah pemandu, sedang agama adalah
penolong. Tanpa akal, agama akan lenyap dan tanpa agama, akal akan bingung.
Gabungan keduanya disebut oleh Allah Azza wa Jalla sebagai Nuurun al
Nuurin, cahaya di atas cahaya (An Nuur:35).

Artinya: Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan


cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 5


memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali mengatakan bahwa syariah
(agama) dan akal itu satu sama lain saling membutuhkan. Ilmu akal itu bagaikan
makanan sedang ilmu syariah itu laksana obat. Orang yang sakit jika tidak diberi
obat akan bahaya karena makanan.
Imam Al-Ghazali menolak anggapan bahwa ilmu akal itu kontradiksi dengan
ilmu syariah. Anggapan ini datang dari orang yang buta tentang hakikat akal.
Kemudian dalam kitabnya Al-Iqtishad Fi Al-Itiqad, Al-Ghazali mengatakan
bahwa kelompok haq dan Ahlus Sunnah ialah mereka yang berjalan di antara
tuntutan syariah dan akal dan yang yakin bahwa antara syarat (wahyu) dan
kebenaran rasional tidaklah bertentangan.

9. Buatlah sebuah uraian tentang konsep islam dalam kehidupan pluralis dan multicultural
Jawab :
Islam sebagai suatu ajaran tentang kehidupan manusia merupakan suatu
pandangan yang tidak dapat diperdebatkan lagi di kalangan kaum muslim. Akan
tetapi, bagaimana Islam difahami dan diterapkan oleh pemeluknya dalam
kehidupan, dalam kontek inilah, terletak persoalan yang sebenarnya. Karena
Islam sebagai ajaran itu satu (tunggal) tetapi polyinterpretable (pemahaman
terhadap Islam itu beragam).
Sampai batas tertentu, respons agama terhadap kecenderungan
multikulturalisme memang masih ambigu. Hal itu disebabkan, agama kerap
dipahami sebagai wilayah sakral, metafisik, abadi, samawi, dan mutlak. Bahkan,
pada saat agama terlibat dengan urusan duniawi sekalipun, hal ini tetap demi
penunaian kewajiban untuk kepentingan samawi. Berbagai agama, tentu saja,
berbeda-beda dalam perkara cara dan berbagai aspek, namun agama-agama
tersebut hampir seluruhnya memiliki sifat-sifat demikian itu. Karena sakral dan
mutlak, maka sulit bagi agama-agama tersebut untuk mentoleransi atau hidup
berdampingan dengan tradisi kultural yang dianggap bersifat duniawi dan
relativistik. Oleh karena itu, persentuhan agama dan budaya lebih banyak
memunculkan persoalan daripada manfaat. Apalagi, misalnya dalam konteks
Islam, kemudian dikembangkan konsep bidah yang sama sekali tidak
memberikan ruang akomodasi bagi penyerapan budaya non-agama.

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 6


Secara ideal tidak ada masalah dalam ketentuan normatif agama, semua
berujung pada kebaikan universal , baik dalam relasi vertikal antara manusia
dengan Allah (hablun min-Allah), maupun dalam relasi horizontal sesama
manusia (hablun min-annas), baik di dunia maupun di akherat kelak. Namun
secara faktual, tidak jarang, agama justru menjadi dalih untuk memicu konflik,
atau minimal menjadi sumber pembenaran atas berlangsungnya sengketa
berdarah. Sampai-sampai sebagian sosiolog berpendapat, bahwa agama
disamping berfungsi sebagai pemersatu, juga pemecah belah, seperti misalnya
faktor fanatisme agama yang menjadi pemicu terjadinya perang salib (yang
banyak merugikan dua belah pihak).
Karena itu, dengan asumsi agama berperan penting dalam pembentukan
budaya, maka apa yang terkandung dalam gagasan multikulturalisme
sesungguhnya menyangkut eksistensi agama itu sendiri. Agama bukan hanya
diakui sebagai kekayaaan yang unik, melainkan bisa menjadi sesuatu yang ikut
lebur dalam tempat percampuran (melting pot) budaya. yang diakui sebagai
milik bersama. Kekalahan dalam perang nilai dapat melahirkan penyakit
schizophrenia, kepribadian ganda, atau bahkan kehilangan jati diri sama sekali
pada kalangan generasi muda.
Dalam upaya membangun hubungan sinergi antara multikulturalisme dan
agama, menurut Munim A Sirry minimal diperlukan dua hal yaitu : Pertama,
penafsiran ulang atas doktrin-doktrin keagamaan ortodoks yang sementara ini
dijadikan dalih untuk bersikap eksklusif dan opresif. Penafsiran ulang itu harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga agama bukan saja bersikap reseptif terhadap
kearifan tradisi lokal, melainkan juga memandu di garda depan untuk
mengantarkan demokrasi built-in dalam masyarakat-masyarakat beragama.
Kedua, mendialogkan agama dengan gagasan-gagasan modern. Saat ini,
umat beragama memasuki suatu fase sejarah baru di mana mereka harus mampu
beradaptasi dengan peradaban-peradaban besar yang tidak didasarkan pada
agama, seperti kultur Barat modern. Kita tak mungkin menghindar dari ide-ide
dan teori-teori sekuler. Itu berarti, menyentuh istilah-istilah dengan gagasan non-
religius itu merupakan tugas paling menantang yang dihadapi kaum Muslim pada
zaman modern ini.
Karakteristik ajaran yang multiinterpretasi mengisyaratkan keharusan
pluralitas dalam tradisi Islam. karena itu, sebagaimana telah dikatakan oleh

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 7


banyak pihak, Islam tidak dapat dan tidak seharusnya dilihat dan dipahami
secara monolitik. Hal ini mengindikasikan Islam yang empirik dan aktual karena
berbagai perbedaan dalam konteks sosial, ekonomi dan politik akan berarti lain
lagi bagi orang Islam lainnya.
Oleh karena realiata kemajemukan merupakan fakta yang tidak dapat
dipungkiri, maka sejatinya seorang muslim harus bersikap toleran, terbuka, dan
dinamis. Berbagai konflik yang bersumber dari perbedaan-perbedaan sering
terjadi. Kata kunci untuk memecahkan persoalan kekerasan kemudian adalah
"pluralisme", keragaman realitas. Pluralisme ingin memperkenalkan kepada
manusia akan adanya keanekaragaman, kegandaan atau dualitas budaya, pikiran,
ideologi, ras, keyakinan, jenis kelamin sosial, geografis dan sebagainya.
Pluralisme sesungguhnya adalah fakta dan realitas kehidupan manusia yang tak
bisa ditolak. Tuhanlah yang menciptakan keragaman tersebut. (Q.S. al-Rum, 22).
Akan tetapi keanekaragaman seharusnya tidak hanya dilihat sebagai fakta atau
realitas kultural semata-mata. la juga seharusnya tidak diberi label-label atau
klasifikasi-klasifikasi yang dihadap-hadapkan secara dikotomis : kuat-lemah atau
atas-bawah, kanan-kiri, positif-negatif, laki-laki-perempuan, dan dilanggengkan.
Pluralisme seharusnya diberi makna sebagai proses saling melengkapi untuk
menjadi "manunggal".
Sejauh yang dapat dibaca dalam sejarah peradaban Islam, upaya ke arah
membangun toleransi dan membiarkan keberagaman realitas telah banyak
dilakukan oleh sejumlah orang. Mereka berusaha rnendorong orang untuk
"memikirkan". Mereka lalu bekerja memadukan antara pemaknaan tekstualis dan
substansialis, antara naql dan aql, antara syari'ah dan hikmah dan antara yang
lahir dan yang batin. Satu di antaranya adalah Ibnu Rusyd al Hafid melalui
bukunya yang terkenal : "Fashl Maqal fi Maa Baina al Syari'ah wa al Hikmah
min al Ittishal". Ibnu Rusyd melalui buku ini mencoba mencari jalan keluar bagi
kemelut perebutan makna di atas. Dia terlebih dahulu menegaskan tidak adanya
perbedaan kaum muslimin dalam hal bahwa agama Islam adalah ilahiyah, dan
bahwa agama atau Tuhan menginginkan kehidupan manusia yang baik dan
bahagia, seperti manusia menginginkannya. Menurutnya naql dan aql atau agama
dan filsafat bukanlah dua hal yang berhadapan secara dikotomis. Ia mengatakan:
"al haqqu la yudhad al haqq bal yuwafiquh wa yusyhadu lahu", kebenaran tidak
akan bertentangan dengan kebenaran tetapi saling merestui dan mendukung.

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 8


10. Buatlah sebuah uraian tentang pemberdayaan potensi umat Islam untuk mewujudkan
masyarakat madani
Jawab :
Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam
terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan
di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi,
politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat
terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu,
seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
1. Kualitas SDM Umat Islam
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110 yang Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat
Islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah
ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas
SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang
dimaksud dalam Al-Quran itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil.
2. Posisi Umat Islam
SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang
unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik,
ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam
lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum
mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku di
negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum
dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan
akhlak Islam.
11. Buatlah sebuah uraian tentang kebudayaan islam sebagai filter dalam menyikapi era
globalisasi
Jawab :

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 9


Di zaman era globalisasi ini pertukaran budaya, seni dan kemajuan ilmu
pengetahuan semakin di galakkan. Sudah barang tentu hal tersebut ada yang
membawa dampak positif dan ada pula yang membawa dampak negatif terhadap
masyarakat suatu bangsa. Melalui siaran televisi, internet, gaya hidup suatu
bangsa diberi kebebasan untuk mempengaruhi bangsa-bangsa lain.
Oleh sebab itu bangsa yang dipengaruhi itu dituntut untuk melakukan filter
terhadap pengaruh-pengaruh yang datang melalui media tersebut. Globalisasi
merupakan konsekuensi dari adanya kemudahan tekhnologis informasi dan
komunikasi masa yang dampaknya meluas pada bidang ekonomi, politik, sosial
dan budaya. Oleh karena itu kehadirannya tidak dapat dihindari dari dalam
kehidupan ini. Namun sebaliknya, kehadirannya membutuhkan kecerdasan dan
kerja keras, bukan dengan sikap pasrah, malas dan tidak kreatif. Memasuki era
globalisasi dengan segala implikasinya tentu saja membutuhkan kesiapan dan
keunggulan untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa yang tidak
memiliki kesiapan dan keunggulan untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain
akan mengalami ketertinggalan.
Ilmu-ilmu ke islaman di perlukan dalam menjawab tantangan era globalisasi
dikarenakan ilmu-ilmu tersebut berdasarkan atas Al-Quran dan As sunnah. Kedua
sumber pokok dalam Islam tersebut mengatur tata hubungan antara manusia
dengan Tuhan yang disebut juga dengan jiwa agama dan mengatur hubungan
antara manusia dengan manusia serta mengatur hubungan manusia dengan alam
sekitarnya. Tata hubungan manusia dengan Tuhan itu bertahan tidak akan
berubah-ubah sebagaimana di teladankan oleh baginda Rasul. Sementara tata
hubungan manusia dengan manusia semenjak Islam diturunkan selalu mengalami
perubahan. Tata hubungan ini adalah jiwa kebudayaan. Prinsip-prinsip
kebudayaan itu bertahan tetap, karena ditetapkan oleh Islam itu sendiri, tetapi
pelaksanaan nya selalu berubah.
Dengan demikian umat Islam yang sedang mengarungi globalisasi tidak akan
kaku dan tidak akan panik dalam melihat kemajuan-kemajuan Barat terutama dari
segi keilmuan dan tekhnologinya. Kemajuan tersebut akan dimanfaatkan nya
sedemikian rupa tanpa mengabaikan nilai-nilai ke Islaman yang gunanya untuk
membangkitkan Islam itu kembali dengan gaya baru. Karena tidak mungkin umat
islam akan kembali kezaman kejayaan nya dalam peradaban dan keilmuannya

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 10


pada masa lampau. Tetapi yang mungkin adalah mengambil nilai-nilai kejayaan
tersebut dalam arti positip yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan barat.
Hal tersebut terdapat dalam Al-Quran yaitu QS.An-Nahl:90

Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.

Di lain sisi tidak sedikit umat islam memandang, bahwa era globalisasi
merupakan zaman yang menyeret manusia untuk jauh dari konsepsi masyarakat
Islam. Kemudian banyak berkembang ideologi-ideologi sekuler yang
bertentangan dengan konsep ajaran Islam itu sendiri. Dalam menyikapi era
globalisasi ini hendaknya umat Islam terlebih dahulu memahami peta
masalahnya. Hal ini dikarenakan globalisasi merupakan tantangan dan tantangan
itu memerlukan jawaban. Untuk menjawab tantangan tersebut maka
diperlukanlah peran dari ilmu-ilmu ke islaman yang bertujuan agar kehadiran
globalisasi dapat di manfaatkan secara positip demi maksimalisasi keuntungan
dan mengurangi eksis negatifnya demi minimalisasi kerugian.

12. Buatlah sebuah uraian tentang upaya implementasi sistem politik Islam dalam
kehidupan bernegara
Jawab :
Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem
politik (a political sistem), Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan
teori-teori perundang-undangan dan politik. Islam merupakan sistem peradaban
yang lengkap, yang mencakup agama dan Negara secara bersamaan
(M.Dhiaduddin Rais, 2001:5).
Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah
beliau membangun Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 11


utama undang-undang Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang sama menjadi
kepala agama dan kepala Negara.
Kata sistem berasal dari bahasa asing (Inggris), yaitu system, artinya
perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu
totalitas atau susunan yang teratur dengan pandangan, teori, dan asas. Sedangkan,
kata politik berasal dari bahasa latin yaitu politicus yang berarti hubungan warga
negara. Dalam bahasa arab politik diartikan dengan siyasah yang artinya
mengemudi, mengendalikan dan mengatur. Menurut Abdul Qadir Zallum,
menyatakan bahwa politik atau siyasah mempunyai makna mengatur urusan
rakyat, baik dalam maupun luar negeri. Politik dilaksanakan oleh pemerintah dan
rakyat. Negara adalah institusi yang mengatur urusan tersebut secara praktis
sedangkan rakyat mengoreksi pemerintah dalam melakukan tugasnya. Politik
dalam Islam menjurus pada kegiatan umat mengenai usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan.
Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya:




"Dan katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik
dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada
sisi Mu kekuasaan yang menolong." (AI Isra': 80)
Berdasarkan landasan tersebut para ulama' menyatakan bahwa:
"Allah menghapuskan sesuatu perkara melalui kekuasaan negara apa yang
tidak dihapuskan Nya meIaiui al Qur'an".
Di sisi lain, terdapat persamaan makna antara kata hikmah dan politik.
Sementara ulama mengartikan hikmah sebagai kebijaksanaan, atau kemampuan
menangani suatu masalah, sehingga mendatangkan manfaat atau menghindarkan
mudharat.
Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem
pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atasdasar untuk melaksanakan
seluruh hukum syariat Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara
Islam atau Darul Islam.

I011 17 1529_Muhammad Misbah Ahmad Ruhani 12

Anda mungkin juga menyukai