TAHUN 2014
Skripsi
Disusun Oleh:
Pikih Pratama
109101000060
JAKARTA
2014
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, 19 Agustus 2014
ABSTRAK
Dengan adanya urbanisasi dan peningkatan jumlah kendaraan yang terjadi begitu
pesat terutama di kota-kota besar dapat menimbulkan polusi udara di lingkungan. Dilihat
dari sumbernya pencemaran udara terbesar berasal dari asap buang kendaraan. Efek dari
emisi kendaraan bermotor dapat menyebabkan masalah kesehatan yang mengurangi
kemampuan paru-paru, salah satunya terhadap operator SPBU. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan KVP.
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik yang bertujuan melihat
hubungan antara variabel dependent dan independent dengan menggunakan desain cross
sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2014. Sampel pada
penelitian ini adalah semua operator SPBU di wilayah Kecamatan Ciputat yang bersedia
menjadi sampel, yakni 42 orang. Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner,
timbangan, microtoise, EPAM 505, dan Spirometer.
Hasil penelitian ini menunjukan operator SPBU yang mengalami penurunan
KVP sebanyak 30 dengan persentase (71, 4%). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui
bahwa variabel yang berhubungan dengan KVP adalah variabel debu total (P-value
0,000), jenis kelamin (P-value 0,008), kebiasaan merokok (P-value 0,035), dan masa
kerja (P-value 0,019). Sedangkan untuk variabel umur, kebiasaan olahraga, status gizi,
riwayat penyakit tidak berhubungan dengan KVP.
Untuk mencegah terjadinya penurunan KVP pada operator SPBU disarankan
agar perusahaan mewajibkan dan menyediakan masker kepada pekerja, pekerja mulai
membiasakan diri rutin berolahraga, dan pekerja membiasakan diri untuk tidak merokok.
Kata kunci: Operator SPBU, Kapasitas Vital Paru (KVP), debu total, merokok.
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH PROGRAM
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Undergraduate Thesis, 19th August 2014
Factors Associated With Genesis Vital Lung Capacity Of Gas Station Operator in the
District Of Ciputat 2014
ABSTRACT
Both the urbanization and increasing the number of vehicles that occur so rapidly, especially in
big cities can cause air pollution in the environment. The largest source of air pollution is from
vehicle emission. The effect of motor vehicle emissions can cause health problems that reduce
the ability of the lungs, one of them is to the operator of gas stations.
Therefore, this study was conducted to determine the factors associated with Vital Lung
Capacity.
This study was an analytic epidemiologic study aimed to see the relationship between the
dependent and independent variables using a cross sectional design. It was conducted in March-
July 2014. Samples in this study were all operator stations in the District of Ciputat who were
willing to become sample, they are 42 operators. The instrument in this study was a
questionnaire, scales, microtoise, EPAM 505, and spirometer.
These results indicated that gas station operators had decreased 30 percentage Vital Lung
Capacity (71, 4%). Based on the results of statistical tests known that variables related to Vital
Lung Capacity was total dust (P-value 0.000), gender (P-value 0.008), smoking (P-value 0.035),
and tenure (P-value 0.019). As for the variables of age, exercise habits, nutritional status, disease
history were not associated with Vital Lung Capacity.
To prevent a decrease in Vital Lung Caapacity gas station operators it is recommended that the
company obliged and provides masks to the workers. They alsonshould start to do regular
exercise and stop smoking.
Keyword: Operators of gas stations, Vital Lung Capacity, total dust, smoking
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Email : pikihpratama_k3@yahoo.com
Hidayatullah Jakarta
Jakarta
2012
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat Allah SWT,
Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayah-NYA jualah maka penulis
Berhubungan dengan Kejadian KVP pada Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun
2014. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah
SAW, yang atas perkenan ALLAH, telah menghantarkan umat manusia ke pintu
Selama penulisan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri,
banyak orang-orang disekitar yang telah membantu baik moril ataupun materil.
1. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang begitu tak
terhingga, tak mengenal waktu bekerja demi anakmu ini. Doa yang selalu
tercurah disepanjang waktu, dan dorongan semangat demi kelak bisa menjadi
anak yang berbakti serta membanggakan Bapak dan Ibu. Adik kandung penulis
Farhan Fadjrin yang telah tenang di surga nya Allah SWT bersama Rasulullah
Iting Shofwati, ST., MKKK. Makasih teruntuk semangat dan ilmunya kepada
kami. Awal pertama ketemu mudah-mudah2n akan membuat saya selalu ingat
ibu. Dipelihara kesehatan bersama keluarga dan anak-anakknya yang saleh dan
shaleha.
4. Buat ibu Dewi Utami Iriani, Ph. D selaku dosen pembimbing terimakasih untuk
5. Fazar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan
6. Bapak Ir. Bambang, SP, MKKK terimakasih untuk ilmu dan kebaikannya
bersama keluarga kepada kami. Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK terimakasih
7. Ibu DR. Ela Laelasari, M. Kes selaku dosen penguji, terimakasih untuk
8. Bapak dr. Yuli P Satar, MARS selaku dosen penguji terimakasih buat
masukan2 dalam penulisan ini. Mudah2n bapak dan keluarga sehat selalu.
Aamiin.
9. Bapak dr. Gatot Sudiro, H, Sp. P selaku dosen penguji dari luar. Makasih buat
viii
10. Buat Om Yono dan Cing Ela terimakasih untuk bantuannya selama saya kuliah.
11. Untuk teman-teman K3 makasih buat semuanya, ALLAH SWT luar biasa
12. Buat sahabatku Zainul fadillah, SKM terimakasih banyak untuk semuanya.
Buat sahabatku Ersa Anugraha Putra yang selalu sabar dan rendah hati.
13. Buat guru-guruku di TK, SD, MTs N 3, MAN 4 Model Jakarta, di perkuliahan
yang masih ingat sama saya. Ikatan batin ini yang akan memperkuat tali
14. Buat ka Nur Najmi Laila selaku PJ Lab K3 ataupun kaka senior di Kesmas
15. Buat kamu semesta, tempat dimana aku dilahirkan, tumbuh hidup dan
berkembang menjadi pribadi yang matang, lebih baik di depan. I love you
semesta!
yang telah diberikan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT, aamiin. Terakhir
sekiranya semoga hasil ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca umumnya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK.ii
LEMBAR PERSETUJUAN...iv
LEMBAR PENGESAHAN..v
KATA PENGANTARvii
DAFTAR ISI..x
DAFTAR TABELxv
DAFTAR GAMBARxvi
DAFTAR LAMPIRANxvii
BAB I PENDAHULUAN
x
2.1.3 Mekanisme Pernafasan13
2.3 Debu21
3.3 Hipotesis.48
4.3.1 Populasi..49
4.3.2 Sampel....49
xi
4.6 Pengolahan Data...55
4.7.1 Univariat...57
4.7.2 Bivariat.57
2014..61
tahun 201461
tahun 2014.66
xii
5.3 Analisa Bivariat
5.3.1 Hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di
2014..68
5.3.4 Hubungan antara massa kerja dengan KVP pada operator SPBU di
BAB VI PEMBAHASAN
6.3.1 Hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di
Kecamatan Ciputat tahun 201478
6.3.4 Hubungan antara massa kerja dengan KVP pada operator SPBU di
Kecamatan Ciputat tahun 2014.94
xiii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan97
7.2 Saran..99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.2 Gambaran frekuensi KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat
Tahun 2014..61
Tabel 5.3 Gambaran frekuensi debu total pada operator SPBU di Kecamatan
Tabel 5.4 Gambaran frekuensi karakteristik individu (umur dan jenis kelamin) pada
kebiasaan olahraga, status gizi dan riwayat penyakit) pada operator SPBU
Tabel 5.6 Gambaran massa kerja pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun
2014.66
Tabel 5.7 Hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di
Tabel 5.8 Hubungan antara karakteristik individu dengan KVP pada operator SPBU
Tabel 5.9 Hubungan antara karakteristik gaya hidup dengan KVP pada operator
Tabel 5.10 Hubungan antara massa kerja dengan KVP pada operator SPBU di
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan adanya urbanisasi dan peningkatan pesat jumlah mobil di sebagian kota-
kota besar, maka akan adanya peningkatan polusi udara. Untuk memenuhi
kebutuhan masa kini, semakin banyak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)
yang mendapatkan izin untuk didirikan. Disamping itu pula dengan meningkatnya
bensin sebagai bahan bakar utama pada kendaraan bermotor. Efek dari emisi
kendaraan bermotor adalah merupakan masalah yang besar. Pajanan dari bensin
(minyak bumi) dan knalpot yang menyebabkan masalah kesehatan yang dapat
Dilihat dari sumbernya, pencemaran udara terbesar berasal dari asap buangan
100 persen timbal, 70,50 persen carbon monoksida, 8,89 persen oksida nitrogen,
18,34 persen hidro karbon, serta 1,33 persen partikel. Berbagai pencemaran udara
tersebut akan memberikan efek yang sangat buruk terutama terhadap sistem
Studi yang dilakukan di New Delhi tahun 1996 menunjukan 7.500 orang
meninggal dan 2,5 juta orang harus dirawat karena tingkat populasi udara yang
memiliki kontribusi sampai 60% terhadap pencemaran udara terutama pada musim
1
2
Pada dasarnya kontribusi gas buang kendaraan terhadap pencemaran udara dan
memiliki tingkat emisi rendah terutama agar sistem pembakaran lebih baik, bahan
bakar terbakar sempurna, penggunaan material yang lebih ringan, kuat dan tahan
korosi, serta penggunaan bahan bakar gas buang yang tidak beracun dan tidak
Maka dari itu peraturan tentang emisi gas buang dan penggunaan bahan bakar
sudah diimplementasikan di USA, Jepang, Eropa dan akan meluas keseluruh dunia.
Untuk mencapai emisi gas buang yang diperbolehkan, emisi gas buang kendaraan
bermotor harus dikurangi dari 90% sampai 99%. Hal ini disebabkan semakin nyata
dan besarnya dampak emisi gas buang khususnya hidrokarbon (HC) dan karbon
monoksida (CO) terhadap kesehatan manusia dan secara langsung juga berdampak
kepada kualitas pencemaran udara ambien dan pencemaran global. Dampak HC dan
peredaran darah dan akan secara langsung menghalangi masuknya oksigen yang
dibutuhkan oleh tubuh. Gas CO bersifat racun metabolis, bereaksi secara metabolis
yang menghambat fungsi hemoglobin dalam darah untuk membawa oksigen dari
terjadi gangguan berapa jaringan tubuh dan otak, seperti fungsi panca indera
3
pusing, lemah, pandangan kabur setelah 8 jam, gangguan syaraf dan terjadinya
Bensin lebih mudah untuk menguap pada kondisi udara yang panas,
penelitian yang dilakukan pada operator SPBU di kota Bhopal, didapatkan hasil
bahwa terjadi pengurangan yang signifikan terlihat pada FEV1 (volume ekspirasi
paksa dalam 1 detik), FVC (kapasitas vital paksa) dalam pekerja pompa bensin
yang terkena lebih dari 5 tahun, laju aliran yaitu FEF (forced expiratory flow) 25-
75%, PEFR dan PIFR juga menurun secara signifikan di pekerja yang terpapar lebih
Menurut penelitian yang dilakukan di kota Mysore (India) di dapatkan hasil ada
statistik penurunan yang signifikan dalam FVC (forced vital capacity) yaitu volume
minimum, FEV1 (forced expired volume) yaitu volume udara yang diekspirasikan
selama detik pertama maneuver FVC dan dalam kelompok studi jika dibandingkan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata terbukti bahwa hubungan
paparan efek bergantung pada lamanya paparan (Sumamur, 1996). Kondisi kerja
tertentu yaitu dengan tingkat paparan tinggi, maka penyakit akibat kerja akan timbul
di tahun-tahun yang akan datang. Pekerja SPBU rata-rata memiliki waktu kerja
sehari 8 jam. Pekerja SPBU memiliki risiko yang tinggi untuk terpapar bahan kimia
4
bermotor yang sedang menunggu antrian pengisian bahan bakar, ataupun kendaraan
Operator SPBU adalah seseorang yang bekerja 8 jam sehari di dalam lingkungan
SPBU sebagai petugas pengisi bensin terhadap kendaraan bermotor. Operator SPBU
paru). Operator SPBU yang tepat berada di pinggir jalan raya dapat tercemar polusi
udara dari gas buang kendaraan bermotor seperti CO, NO, HO dan uap bensin
(benzene). Namun pada dasarnya nilai KVP seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh
konsentrasi paparan debu yang diterima saja, hal itu juga dipengaruhi oleh
karakteristik yang terdapat pada individu pekerja seperti usia, alat pelindung diri,
jenis kelamin, status gizi, masa kerja, riwayat merokok dan riwayat penyakit (Sirait,
2010).
KVP dengan alat uji spirometer terhadap 10 operator SPBU di wilayah Kecamatan
Ciputat pada bulan Maret-April 2014. Didapatkan hasil bahwa sebanyak 5 (50%)
perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kapasitas vital
paru pada operator SPBU, sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat
dilakukan tindakan pencegahan bagi manajemen terhadap pekerja dan unsur terkait.
5
Maka dari itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
Tahun 2014.
Salah satu titik area dengan pencemaran udara tinggi adalah di SPBU. Petugas
ini juga memiliki risiko tinggi terpapar bahan kimia berbahaya dari pembakaran
yang tidak sempurna kendaraan bermotor yang sedang menunggu antrian pengisian
bahan bakar, ataupun kendaraan yang berangkat setelah mengisi bensin. Posisi
raya yang memudahkan petugas pengisian operator SPBU terpapar emisi dari
pengendapan gas emisi kendaraan bermotor dalam paru-paru karena terhirup oleh
mengalami restriksi dan obstruksi (mixed). Sebagian dari operator SPBU yang telah
dilakukan pengujian merasakan hal seperti sesak nafas, pusing, serta diikuti dengan
mual ketika mereka sedang bekerja karena pengaruh dari uap bensin dan emisi gas
buang kendaraan.
6
2014?
Tahun 2014?
Tahun 2014?
Tahun 2014
2014
8
dan operator SPBU mengenai penurunan nilai dari fungsi paru yang
penelitian lebih lanjut pada operator SPBU yang berada pada area
Kecamatan Ciputat tahun 2014. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain
cross sectional (potong lintang). Sasaran peneliti adalah operator SPBU. Data-
data yang akan diperoleh yaitu berasal dari data primer. Data primer
dilakukan uji statistik dengan rumus chi-square untuk melihat hubungan antara
TINJAUAN PUSTAKA
berlangsung.
b. Fungsi pernafasan
c. Jalur pernafasan
laring atau kotak suara yang dapat menghasilkan berbagai macam bunyi.
Dari laring menuju ke trakea yang terbagi menjadi dua cabang utama
bronkus kanan dan kiri. Dalam setiap paru bronkus terus bercabang
10
11
d. Pertahanan paru
pertahanan tubuh yang penting pada paru-paru terbagi atas (Price, 1995):
0,5 mikron dapat masuk sampai ke alveoli tetapi dapat keluar bersama
sekresi.
4) Fagositosis
Paru-paru terdiri dari 2 bagian , kiri dan kanan, yang terletak hampir di
tengah rongga dada, diantara kedua paru-paru, dengan posisi yang lebih ke
paru-paru sebelah kiri lebih kecil sedikit dari paru-paru kanan. Dengan
12
demikian dapat dimengerti paru-paru kiri hanya terdiri dari 2 bagian (lobus),
untuk paru-paru kanan (satu saluran pernafasan untuk setiap bagian) dan dua
untuk paru-paru kiri. Ketiga saluran pernafasan ini segera terbagi atas
saluran yang lebih kecil, saluran yang lebih kecil dan seterusnya, hingga
karbondioksida,
darah dari sebelah kanan jantung, dan arteri saluran pernafasan yang
datang dari sebelah kanan jantung membawa darah dengan oksigen yang
telah dipindahkan dari jaringan yang telah dilaluinya. Darah ini tidak dapat
pernafasan yang datang dari sebelah kiri jantung melalui jalan aorta.
Seperti semua arteri yang lain, arteri yang membawa darah dari sebelah
ini terletak berdampingan sedemikian rupa hingga hanya satu lapis dari sel
13
yang tipis yang memisahkan udara dan darah. Lapisan sel ini demikian tipis
sehingga oksigen dapat melewati dengan bebas dari udara ke darah, dan
Tetapi udara dapat dibawa masuk ke dalam paru-paru melalui kegiatan otot
udara akan segera mengisi ruangan yang telah tersedia. Dengan demikian
saat otot menjadi rileks, dada kembali kepada ukurannya yang semula, dan
Otot yang terletak diantara tulang iga dan otot tertentu di leher. Otot-otot
Diafragma adalah otot yang berbentuk kubah (dome) terletak pada tingkatan
bawah dari tulang iga, yang memisahkan dada dari abdomen (perut). Jantung
dan paru-paru terletak diatas diafragma, sedangkan hati, perut, dan limpa
ada di abdomen. Ini akan menyebabkan paru-paru menjadi lebih luas. Otot
antara tulang iga juga akan berkontraksi diafragma, sebab itu menolong
diafragma dan otot diantara tulang iga. Bila otot dinding abdomen
dengan cepat. Bila ini tidak terjadi akan mengakibatkan timbulnya suatu
Sama seperti seluruh otot dalam tubuh manusia, aksi dari otot pernafasan
dikontrol oleh urat syaraf. Sebagaimana anda ketahui, anda dapat bernafas
lebih cepat, lebih dalam atau menahan untuk sementara. Hal ini disebabkan
oleh saraf pengontrol sadar yang dimiliki dan otot yang berhubungan dengan
otomatis oleh saraf pusat yang berada disebelah bawah dari otak. Saraf pusat
bahkan dapat mengontrol seberapa cepat dan dalam anda bernafas, jikalau
irama yang lebih cepat dari pada saat beristirahat (Kuantraf et. al, 1992).
perlu menyatukan dua volume atau lebih. Kombinasi seperti ini disebut sebagai
cadangan jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir respirasi normal
ditambah volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500
ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah
4. TLC (total lung capacity) kapasitas total paru adalah volume maksimum
mungkin (kira-kira 5800 mililiter). Jumlah ini sama dengan kapasitas vital
sama dengan volume cadangan inspirasi (IRV) ditambah volume tidal (VT)
dan volume cadangan ekspirasi (ERV). Ini adalah jumlah udara maksimum
yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi
16
Kapasitas vital paru juga dapat diartikan jumlah udara maksimal yang
(Tambayong, 2001). Ada pun nilainya diukur dengan cara seorang individu
pengukurannya:
pernafasan serta beberapa aspek fungsi pernafasan lain. Hasil dari tes fungsi
paru tidak dapat untuk mendiagnosis suatu penyakit paru-paru tapi hanya
1. Normal
Nilai volume dan kapasitas paru pada orang normal sekitar 20% dari
yang diramalkan. Nilai akan berubah sesuai posisi, usia, jenis kelamin,
17
tinggi badan dan pekerjaan (Graber et. Al, 2006). Nilai FVC atau FEV1
pada satu detik pertama ekspirasi. FVC hanya dapat dicapai setelah
tercapai sampai waktu 15 detik (Ikawati, 2009). FVC pada orang yang
dan asma (Graber et. Al, 2006). Kelainan obstruksi merupakan setiap
FEV1 dan FVC menurun, karena jalan nafas tetap terbuka. Ekspirasi
bisa cepat dan selesai dalam waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap
normal atau malah meningkat, tetapi volume data yang terhirup dan
kriteria, yaitu:
80% Normal
Uji fungsi paru atau lung function test atau disebut juga pulmonary
gangguan fungsi paru. Adapun alat yang dapat digunakan untuk mengukur
dengan sederhana, tidak rumit, tidak bersifat invasive, dan dilakukan dengan
Pada dewasa muda yang sehat nilai normalnya adalah 80% tetapi nilai ini
dapat menurun sampai 60% pada orang tua. Nilai normal juga bervariasi
diperlukan latihan yang benar bagi pasien agar didapat hasil yang akurat.
Hasilnya harus dapat diulang (repeatable) dengan akurasi tidak kurang dari
tergantung pada ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), umur serta jenis
volume paru utama yang diperoleh dibagi atas volume statis paru dan
volume dinamis paru yang terdiri dari (Guyton, 2008 dan Graber et.al,
2006):
20
1200 mililiter.
2.3 Debu
tambang besi, batu bara, pengecatan mobil, dan lain-lain (Ahmadi, 1990).
lain dari bahan organic ataupun anorganik. Golongan debu juga terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. Padat
1) Dust
2) Fumes
Timbal (Plumbum)
3) Smoke
b. Cair (Liquid)
Partikel cair biasanya disebut mist atau fog (awan) yang dihasilkan
melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh: hair spray atau obat
nyamuk semprot.
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara baik
dalam maupun di ruang gedung (indoor atau outdoor pollution) debu sering
a. Particulate matter
Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak
ber difusi, dan turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer
lingkungan kerja biasanya berasal dari bahan baku dan hasil produksi. Jika
bumi. Namun, terkadang debu ini relative tetap berada di udara, debu
Permukaan debu dapat menempel satu dengan yang lain dan dapat
penggumpalan.
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain
paru-paru. Apa yang terjadi dengan debu itu, sangat tergantung dari pada
ditahan oleh jalur pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5
debu yang partikelnya berukuran kurang dari 0,1 mikron bermassa terlalu
kecil, sehingga tidak hinggap di selaput lendir atau alveoli, oleh karena
Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit atau kelainan paru yang disebabkan
oleh faktor-faktor risiko ditempat kerja antara lain berupa: debu, gas dan uap.
Kelainan yang terjadi dapat berupa: kelainan akut, kelainan kronik. Adapun
penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu, gas uap (Djojobroto, 1999):
25
a. Penyakit paru interstial: asbes, batubara, silica, beryllium, jamur, antigen burung
d. Asma : bulu binatang, toluene di isosianat, garam platina tepung dan debu kapas
Penilaian cacat pada penyakit paru akibat kerja didasarkan kepada hasil
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas vital paru pada operator SPBU
tahun 2014
Nilai KVP merupakan suatu gambaran dari fungsi sistem pernafasan. Penurunan
fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis sehingga frekuensi lama
seseorang bekerja pada lingkungan tempat kerja yang berdebu dan faktor-faktor
internal yang terdapat pada diri pekerja (karakteristik pekerja) merupakan hal utama
adalah:
26
1) Debu total
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau
sering dimasuki pekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya. Adapun sumber bahaya debu dalam bentuk gas yang
a. Karbon monoksida
tergantung pada jenis senyawa C yang bereaksi dengan O2, tetapi juga
tercemar gas CO tidak dapat dilihat oleh mata karena karbon monoksida
(CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna,
sifat lain gas ini mudah terbakar, mudah meledak dan lebih ringan dari
buang kendaraan berkisaran antara 10-15 ppm dan sudah sejak lama
Gas Nitrogen oksida (NOx) terdiri dari dua macam; NO dan NO2,
selama proses pembakaran dan ekstrasi panas. Kedua macam gas ini
bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara fisis umum sulit
diamati karena tidak berbau dan tidak berwarna. Sementara gas NO2
bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang menyengat dan
c. Hidrokarbon (HC)
pembakaran yang tidak efisien, terutama dari bahan bakar yang lebih
terdiri dari senyawa alifatik, aromatic, dan alisiklik. Pada suku rendah
HC dapat berupa gas pada suku sedang berupa cairan serta berupa
padatan pada suku tinggi. HC yang berupa gas akan tercampur dengan
zat atau senyawa pencemar lainnya, dalam bentuk cairan maka hc akan
d. Oksidan fotokimia
2) Karakteristik individu
a. Umur
satunya yaitu fungsi paru (Mengkidi, 2006). Faal paru pada tenaga kerja
2006).
antara usia dengan kelainan faal paru pada tenaga kerja. Umur
proses penuaan. Semakin tua umur manusia maka akan semakin besar
2001).
penurunan KVP akan cepat setelah usia 40 tahun. Faal paru sejak masa
pada usia 19 sampai 21 tahun. Setelah usia tersebut nilai faal paru akan
b. Jenis kelamin
besar. Oleh karena itu, laki-laki memerlukan oksigen yang lebih banyak
kebutuhan oksigen normal sebesar 4-5 liter dan pada perempuan, 3-4
liter (Pearce, 2009). Arus ekspirasi lebih besar pada laki-laki dan
a. Aktivitas olahraga
(Mengkidi, 2006)
oksigen dapat ber difusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang
nilai kapasitas vital paru orang Indonesia yang tidak olahraga adalah
4,2 liter. Kapasitas vital paru pada seorang atlet akan lebih besar dari
30% - 40% (Guyton, 1997). Itu juga ditunjang oleh penelitian yang
dan KVP.
Latihan fisik yang teratur atau olahraga yang rutin sesuai dengan
kesegaran dan ketahanan fisik yang optimal, pada saat latihan terjadi
31
b. Aktivitas merokok
mengeluarkan ukus kental yang sulit didorong keluar dari saluran nafas.
Infeksi saluran nafas bawah lebih sering terjadi pada perokok aktif dan
dengan jumlah batang per hari, akan lebih berat risiko yang
banyak.
secara luas. Penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata
1997).
penyebab utama kematian akibat kanker dan termasuk jenis tumor yang
Society, lebih dari 419.000 orang mati akibat kanker paru, dan 85-90
2004).
per tahun adalah 28,7 mL untuk non perokok, 38,4 mL untuk bekas
25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru,
karena kecelakaan lalu lintas dan 250 orang diantara mereka akan
pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang rokok
(Aditama, 1997).
dikalikan dengan lama merokok dalam tahun. Nilai yang dihasilkan dari
35
c. Status gizi
beratnya pekerjaan. Tingkat gizi, terutama bagi pekerja kasar dan berat
Berat Badan
IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Table 2.6
Kerugian Berat Badan yang Kurang Ideal
Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan
kebutuhan.
Bila hal ini berlangsung secara lama, maka simpanan zat gizi akan
zat gizi maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zat-zat gizi
37
karoten.
asam laktat dan piruvat pada kekurangan tiamin. Bila keadaan ini
memiliki volume paru yang besar dan luas, sehingga kapasitas parunya
d. Riwayat penyakit
dan pada kelemahan otot pernafasan (Price, 1995). Selain itu juga,
menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja
(Sumamur 1996).
2. Pneumonia
KVP.
3. Atelektasi
4. Asma
39
5. Tuberkolosis (TBC)
a. Massa kerja
pada nilai kapasitas vital paru yang timbul pada pekerja sangat
Hal ini bergantung pada tiga hal yakini, kadar debu di dalam udara,
signifikan (p) sebesar 0,018 dengan p = 0,018 < alfa =0,05. Dapat
responden.
b. Jam kerja
Data jumlah jam kerja per minggu pada aktivitas pekerja yang
(Budiono, 2007).
c. APD masker
pada nilai kapasitas vital paru yang timbul pada pekerja sangat
Hal ini bergantung pada tiga hal yakini, kadar debu di dalam udara,
signifikan (p) sebesar 0,018 dengan p = 0,018 < alfa =0,05. Dapat
responden.
d. Riwayat pekerjaan
keluhan pada akhir minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan
untuk kembali bekerja, setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah
e. Beban kerja
dapat berupa beban fisik dapat mempengaruhi nilai dari KVP seseorang.
Kerangka teori (gambar 2.1) diperoleh dari hasil modifikasi berbagai sumber.
Budiono (2007) bahwa usia mempengaruhi penurunan KVP setelah usia 30 tahun,
tetapi penurunan akan cepat terjadi setelah usia 40 tahun. Jenis kelamin (Pearce,
2009), massa kerja (WHO, 1995), aktivitas merokok (Anshar, 2005), aktivitas
pekerjaan (sumamur, 1996), penggunaan APD masker (Mengkidi, 2006), jam kerja
per minggu (Budiono, 2007) dan beban kerja (Guyton dan Hall, 1997). Berdasarkan
hasil dari modifikasi tersebut dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut:
43
Debu total
Karakteristik Individu:
Umur
Jenis kelamin
Aktivitas merokok
Status gizi
Riwayat penyakit
Karakteristik latar
belakang pekerjaan:
Massa kerja
Jam kerja
APD masker
Riwayat pekerjaan
Beban kerja
Modifikasi dari sumber : (Budiono, 2007; Pearce, 2009; WHO, 1995; Anshar; 2005;
Mengkidi, 2006; Guyton, 1997; Sumamur, 1996; Mengkidi, 2006; Budiono, 2007; Hall,
1997).
Gambar 2.1
Kerangka teori
BAB III
Pada penelitian ini yang menjadi variable bebas (independent) untuk diteliti
adalah debu total, karakteristik individu (jenis kelamin, umur), gaya hidup (aktivitas
olahraga, aktivitas merokok, status gizi, riwayat penyakit), masa kerja. Sedangkan
variabel terikatnya (dependent) adalah kapasitas vital paru pada pekerja operator SPBU
di Kecamatan Ciputat Tahun 2014. Sedangkan variabel yang tidak diteliti ialah jam kerja
(karena semua memiliki waktu jam kerja yang sama yaitu 8 jam dalam sehari), beban
kerja (karena pekerjaan memiliki beban yang sama dan tidak ada perbedaan aktivitas di
dalam bekerja), penggunaan masker (dikarenakan hampir semua populasi tidak memakai
masker di saat melakukan aktivitas pekerjaan), dan riwayat pekerjaan (semua pekerja
tidak memiliki riwayat pekerjaan terpapar debu sebelumnya). Kerangka konsep pada
44
45
Debu total
Karakteristik Individu:
- Umur
- Jenis kelamin
Gaya Hidup:
- Aktivitas olahraga
- Status gizi
- Riwayat penyakit
Masa kerja
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
46
No. Variabel Deskripsi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
No. Variabel Deskripsi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
4. Jenis kelamin Perbedaan biologis dan Pengisian Kuesioner dan 1. Perempuan Ordinal
fisiologis yang dibawa kuesioner oleh pengecekan 2. Laki-laki
sejak lahir dan tidak peneliti dengan KTP
dapat diubah wawancara
5. Aktivitas Rokok Aktivitas merokok yang Pengisian Kuesioner 1. Merokok Ordinal
dilakukan secara teratur kuesioner oleh 2. Tidak Merokok
atau rutin dalam setiap peneliti dengan
harinya wawancara
6. Aktivitas Olahraga Latihan fisik teratur yang Pengisian Kuesioner 1. Tidak melakukan Ordinal
dapat meningkatkan kuesioner oleh olahraga (Tidak)
kemampuan kapasitas peneliti dengan 2. Melakukan olahraga
pernafasan pekerja. wawancara (Ya)
7. Status Gizi (IMT) Suatu kondisi yang Kuesioner, Kuesioner 1. Berisiko (kurus < Ordinal
menggambarkan keadaan melihat jarum 18,5 dan gemuk
gizi pada orang dewasa ukur pada Timbangan >25)
dengan memperhitungkan timbangan dan injak 2. Normal
indeks masa tubuh (IMT) microtoise
Microtoise
8. Riwayat Penyakit Keadaan dimana karyawan Melakukan Kuesioner 1. Pernah Ordinal
pernah atau tidak wawancara, 2. tidak pernah
mengalami penyakit saluran kemudian
pernafasan akut, kronis mendeskripsikan
(asma, tuberculosis, batuk gejala-gejala yang
berdahak, peneumia atau pernah dirasakan
paru-paru basah). seperti : sesak,
pusing, batuk, dll)
9. Masa Kerja Panjangnya waktu Pengisian Kuesioner 1. lama (> 5 tahun) Ordinal
terhitung mulai pertama kuesioner oleh 2. baru (< 5 tahun)
kali pekerja masuk kerja peneliti dengan
hingga saat penelitian wawancara
berlangsung
48
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di
olahraga, status gizi, riwayat penyakit) dengan KVP pada operator SPBU di
4. Ada hubungan antara masa kerja dengan KVP pada operator SPBU di
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat
hubungan antara dua variabel yaitu dependen dan independen. Dengan menggunakan
variabel dependen (informasi atau gambaran situasi yang ada) dalam waktu bersamaan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juli dan bertempat di SPBU yang berada
4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh operator SPBU yang ada di
4.3.2 Sample
hipotesis beda proporsi (2-tailed). Berikut adalah rumus uji hipotesis beda 2
proporsi:
Keterangan:
49
50
Tabel 4.1
Total jumlah sampel minimal dalam penelitian adalah 12. Karena untuk 2
ditambah 15 jadi 39. Adapun sampel pada penelitian ini adalah semua
SPBU tahun 2014. Adapun nilai KVP yang diambil adalah Slow Vital Capacity
secara normal.
Kecamatan Ciputat tahun 2014. Data dapat berupa nama, umur, jenis kelamin,
dan sebagainya.
a. Pengukuran KVP
pengukuran KVP pada operator SPBU tahun 2014, yaitu sebagai berikut:
b. Umur
c. Masa kerja
d. Status gizi
2) Normal : 18,5-25,0
3) Gemuk : 25, 0
tersebut adalah:
2) Lepaskan sepatu, alas kaki dan serta alat yang berada di saku anda,
depan
54
yang ada.
g. Aktifitas Merokok
h. Riwayat Penyakit
(TBC/flak paru).
i. Jenis kelamin
j. Aktifitas olahraga
k. Riwayat pekerjaan
kuesioner.
dengan menggunakan alat Haz Dust Model EPAM 5000. Adapun cara
2) Memilih besar partikel pada lingkungan kerja yang diteliti (PM 2.5
m).
4) Melakukan sampling
dikodekan, yaitu:
olahraga
data, kesinambungan, dan serta keseragaman data. Ini merupakan data utama
Memasukan data dari hasil kuesioner yang sudah diberikan kode pada
terikat. Analisa ini digunakan untuk mengetahui gambaran dan data dianalisis
merokok, aktifitas olahraga, status gizi, riwayat penyakit), dan masa kerja,
serta penurunan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.
variabel terkait dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada.
Uji statistik yang digunakan adalah chi-square atau kai kuadrat. Syarat uji chi-
square adalah tidak ada sel yang nilai observed-nya bernilai 0, dan sel yang
mempunyai expected kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel, dan
HASIL PENELITIAN
luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan
bakar berjenis premium, solar, pertamax dan pertamax plus. Setiap SPBU memiliki
(SATPAM), dan petugas kebersihan. Selain itu, SPBU juga terdapat berbagai
fasilitas untuk umum diantaranya toilet, mushola dan tempat pengisian angin ban
kendaraan. Hal ini untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat, agar terpenuhi
Penelitian ini dilakukan diseluruh wilayah SPBU Kecamatan Ciputat tahun 2014.
Lokasi SPBU di Kecamatan Ciputat semua terletak tepat berada dipinggir jalan raya
utama. Posisi yang tepat berada dipinggir jalan raya memudahkan pengendara untuk
pengendara dalam melakukan pengisian BBM, ada hal lain yang dapat merugikan
yaitu paparan debu dari jalan raya akibat aktivitas dari kendaraan di sepanjang hari.
Paparan debu yang memapar lingkungan kerja operator SPBU dapat membahayakan
apabila melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan. Namun, paparan debu
yang diterima oleh operator SPBU tidak hanya dari debu jalan raya. Akan tetapi,
paparan debu juga berasal dari asap kendaraan yang sedang menunggu antrian
58
59
pengisian bensin atau setelah mengisi bensin. Besarnya paparan debu juga
operator SPBU dapat terlihat jelas banyaknya kendaraan melintas di area SPBU
lingkungan kerja operator SPBU berbeda-beda. Pada pagi hari dan sore menjelang
melakukan pengisian BBM. Hal ini sesuai dengan aktifitas pengendara pada saat
berangkat kerja di pagi hari dan pulang bekerja pada sore ataupun malam hari.
Berikut hasil gambaran observasi mengenai jumlah SPBU, lokasi, jenis kelamin,
Tabel 5.1
Gambaran Profil SPBU Wilayah Kecamatan Ciputat
Tahun 2014 (SPBU, Lokasi, Jenis Kelamin dan Rata-Rata Jumlah Kendaraan)
Rata- Rata
Jenis Kelamin Jumlah
No. SPBU Lokasi Kendaraan
Laki-
Perempuan Pagi Siang Sore
Laki
1. X Jl. R.E Martadinata 14 0 250 150 270
Ciputat
2. X Jl. R.E Martadinata 15 7 200 150 150
Ciputat (Pustekom)
3. X Jl. Aria Ciputat 14 10 300 100 150
Berikut ini adalah peta jalan SPBU di wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2014
Gambar 5.1
Peta Jalan SPBU Wilayah Kecamatan Ciputat
Tahun 2014
kejadian KVP yang ditimbulkan oleh faktor-faktor paparan debu total, karakteristik
individu (umur, jenis kelamin), karakteristik gaya hidup (aktifitas olahraga, aktifitas
5.2.1 Gambaran Frekuensi Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Operator SPBU
Kecamatan Ciputat tahun 2014 dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini
Tabel 5.2
Gambaran Frekuensi KVP pada Operator SPBU di Kecamatan
Ciputat Tahun 2014
No Variabel Jumlah Persentase (%)
1. KVP
- Ada gangguan (restriksi, 30 71,4 %
obstruksi dan campuran)
- Tidak ada gangguan (normal) 12 28,6 %
Jumlah 42 100%
sebanyak 12 (28,6%).
2014
menjadi 2 yaitu tidak memenuhi syarat dan memenuhi syarat. Adapun hasil
yang diperoleh mengenai paparan debu total pada operator SPBU dapat
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Debu Total Lingkungan Kerja
Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
No Variabel Jumlah Persentase (%)
1. Debu Total
- Tidak memenuhi syarat 29 69,0 %
> 0,035
- Memenuhi syarat < 13 31,0 %
0,035
Jumlah 42 100%
Berdasarkan tabel 5.2 dari hasil analisis gambaran paparan debu total
standar nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan yakni 13 orang dengan
2014
penelitian ini meliputi umur dan jenis kelamin. Hasil penelitian umur dan
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu (Umur, Jenis Kelamin)
Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
No Variabel Jumlah Persentase (%)
1. Umur
- Berisiko (> 30 Th) 7 16,7 %
- Tidak berisiko (< 30 Th) 35 83,3 %
2. Jenis Kelamin
- Perempuan 13 31,0 %
- Laki-laki 29 69,0 %
Jumlah 42 100%
a. Umur
menunjukan KTP dari operator SPBU. Berdasarkan tabel 5.3 dari total
b. Jenis kelamin
responden.
64
tahun 2014
merokok, aktifitas olahraga, status gizi, dan riwayat penyakit) diperoleh dari
distribusi gambaran karakteristik gaya hidup dapat dilihat pada tabel 5.4
sebagai berikut:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Gaya Hidup (Aktifitas merokok,
Aktifitas olahraga, Status gizi, Riwayat penyakit)
Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
No Variabel Jumlah Persentase (%)
1. Aktifitas merokok
- Merokok 23 54,8 %
- Tidak merokok 19 45,2 %
2. Aktifitas olahraga 17 40,5 %
- Tidak melakukan olahraga 25 59,5 %
- Melakukan olahraga
3. Status Gizi 18 42,9 %
- Berisiko 24 57,1 %
- Tidak berisiko
4. Riwayat Penyakit 6 14,3 %
- Pernah 36 85,7 %
- Tidak pernah
Jumlah 42 100%
a. Aktifitas merokok
b. Aktifitas olahraga
c. Status gizi
Data status gizi diperoleh dengan cara menghitung indeks masa tubuh.
dan gemuk) dan tidak beresiko (normal). Dari tabel di atas, diketahui
d. Riwayat penyakit
sebesar 6 (14,4%).
66
masa kerja. Adapun hasil gambaran masa kerja dapat dilihat pada tabel 5.5
sebagai berikut:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Masa Kerja Operator SPBU
di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
No. Variabel Jumlah Persentase
1. Masa Kerja
- Lama (> 5 tahun) 19 45,2 %
- Baru (< 5 tahun) 23 54,8 %
Jumlah 42 100%
a. Masa kerja
kerja baik lama ataupun baru. Berdasarkan tabel 5.5 dari 42 responden
dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisa hubungan kejadian KVP yang
jenis kelamin), karakteristik gaya hidup (aktifitas olahraga, aktifitas merokok, status
67
gizi, riwayat penyakit), dan masa kerja dengan menggunakan uji Chi Square yang
Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan debu total dengan
Tabel 5.7
Hubungan antara Debu Total dengan KVP pada Operator SPBU
di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
KVP
N % N % N %
Total 30 12 42
tahun 2014
Pada tabel 5.6 diatas hubungan antara kadar debu total dengan KVP
uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,000 yang artinya pada
5% ada hubungan yang signifikan antara debu total dengan KVP pada
Uji chi square digunakan untuk variabel umur dan jenis kelamin dengan
kejadian KVP. Hasil penelitian mengenai hubungan antara umur dan jenis
Tabel 5.8
Hubungan antara Karakteristik Individu
(Umur, Jenis Kelamin) dengan KVP pada Operator SPBU
di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
KVP
N % N % N %
1. Umur
2014
SPBU yang berumur < 30 ada gangguan KVP sebesar 71,4% (25 dari 35
sebesar 1,000 yang artinya pada 5% tidak ada hubungan yang signifikan
Tahun 2014.
70
tahun 2014
yang signifikan antara jenis kelamin dengan KVP pada operator SPBU di
Uji Chi Square juga digunakan pada karakteristik gaya hidup (aktifitas
Kecamatan Ciputat Tahun 2014 disajikan pada tabel 5.8 dan dapat dilihat
sebagai berikut:
71
Tabel 5.9
Hubungan antara Karakteristik Gaya Hidup
(Aktifitas merokok, Aktifitas olahraga, Status Gizi,
Riwayat Penyakit) dengan KVP pada Operator SPBU
di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
KVP
N % N % N %
1. Aktifitas merokok
2. Aktifitas olahraga
Tidak melakukan
13 76,5% 4 23,5% 17 100 0,731
olahraga
3. Status Gizi
4. Riwayat Penyakit
Total 42 100
72
merokok dan ada gangguan KVP sebesar 86,4% (20 dari 23 responden),
KVP sebesar 55% (10 dari 9 responden). Berdasarkan hasil uji statistik
tahun 2014
memiliki status gizi berisiko dan ada gangguan KVP sebesar 66,7% (12
73
yang signifikan antara status gizi dengan KVP pada operator SPBU di
berhubungan dengan KVP namun ada gangguan KVP sebesar 69,4% (25
5.3.4 Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP pada Operator SPBU di
KVP pada operator SPBU dapat dilihat pada tabel 5.9 sebagai berikut:
74
Tabel 5.10
Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP pada Operator SPBU
di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
KVP
N % N % N %
Masa Kerja
tahun 2014
memiliki masa kerja > 5 tahun (lama) dan ada gangguan KVP sebesar
memiliki masa kerja < 5 tahun (baru) dan ada gangguan KVP sebesar
hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan KVP pada operator
PEMBAHASAN
berikut:
berolahraga.
b. Paparan debu diukur dengan menggunakan Epam Model Haz Dust 505, apabila
pada angka nol, dan mengakibatkan berat badan yang dihasilkan mempengaruhi
Brinkman karena lama merokok tidak dihitung sehingga kategori dalam variabel
aktifitas merokok terlalu umum dan kurang spesifik. Indeks Brinkman ini dapat
75
76
digunakan untuk mengukur derajat (dosis) rokok yang telah dikonsumsi oleh
pekerja.
e. Pada penelitian ini, untuk mengukur riwayat penyakit hanya berdasarkan ingatan
Kapasitas vital paru (KVP) adalah salah satu cara untuk mengukur kemampuan
paru menampung udara seseorang dengan cara meniupkan napas secara paksa ke
gangguan fungsi paru atau tidak. Kapasitas vital paru yang baik adalah yang
memiliki (KVP) minimal 80% menurut American Thorasic Society (Ikhsan, 2002).
Salah satu titik area dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi adalah pada
SPBU. Posisi SPBU yang kebanyakan tepat berada di pinggir jalan raya,
yang tidak baik. Operator SPBU juga memiliki risiko tinggi terpapar bahan kimia
berbahaya dari pembakaran yang tidak sempurna kendaraan bermotor yang sedang
menunggu antrian pengisian bahan bakar, atau pun kendaraan yang berangkat setelah
berdampak secara langsung terhadap kesehatan dan terjadi pengendapan gas emisi
KVP.
Hasil penelitian terkait KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat tahun
2014 yang dilakukan pada bulan Maret-Juli didapatkanlah hasil bahwa operator yang
77
operator yang tidak ada gangguan berjumlah 12 orang dengan persentase sebesar
(28,6%). Ini menunjukan bahwasanya operator dengan gangguan KVP lebih besar
dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengalami gangguan. Jika dilihat kembali
dari standar yang telah ditetapkan pekerja yang mempunyai nilai KVP < 79% masuk
pekerja yang mengalami gangguan ini akan sulit untuk menghirup oksigen dari udara
luar dan kondisi ini diperparah jika udara yang telah mampu dihirup mengandung
berhubungan dengan paru-paru, namun hasil yang didapat menjadikan acuan untuk
menjaga kesehatan terkait KVP. Hasil yang diperoleh dapat menjadikan saran bagi
pekerja untuk mulai menjaga kesehatan diri dan membiasakan diri untuk tidak
aktifitas merokok, ini sesuai dengan hasil yang didapatkan pada penelitian kali ini,
bahwa operator dengan kebiasaan aktifitas merokok paling banyak dengan jumlah 23
penurunan KVP.
Penelitian ini pun sejalan dengan penelitian (Hasyim, 2013) bahwa pekerja yang
mengalami gangguan (restriksi, obstruksi dan campuran) lebih banyak dari pada
78
yang tidak memiliki gangguan (normal), dengan persentase 71,4% dan 28,6%. Hal
ini juga sejalan dengan hasil penelitian Rini (1998) di Mojokerto menunjukan bahwa
penurunan kapasitas vital paru pada pekerja pemecah batu, dengan gangguan
restriksi sebesar 67%, ia menyimpulkan bahwa penurunan kapasitas vital paru terjadi
karena penurunan elastisitas paru yang disebabkan oleh fibrosis akibat pajanan debu
Pada penelitian ini penurunan KVP dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor yang terkait dengan penurunan KVP diantaranya adalah paparan debu
total, karakteristik individu (umur dan jenis kelamin), karakteristik gaya hidup
(aktifitas merokok, aktifitas olahraga, status gizi dan riwayat penyakit) dan masa
kerja.
Partikel debu akan berada di udara dalam kurun waktu yang relatif
dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-
menjadi 2 yaitu tidak memenuhi syarat (> 0,035 mg/m3) dan memenuhi
syarat (< 0,035 mg/m3). Adapun hasil yang diperoleh mengenai paparan
Hubungan antara kadar debu total dengan KVP pada operator SPBU
operator SPBU yang memiliki lingkungan kerja sesuai dengan NAB dan
0,000 yang artinya pada 5% ada hubungan yang signifikan antara debu
2014.
debu tinggi dalam waktu lama, memiliki risiko tinggi terkena penyakit
seseorang terpapar polutan tersebut. Hal ini berarti semakin lama masa
tersebut.
tempat kerja akan diikuti penurunan nilai kapasitas vital paksa responden.
kerja yang memapar pekerja dengan konsentrasi yang tinggi dan jumlah
jam kerja yang semakin panjang akan berdampak pada nilai KVP yang
Keadaan ini terjadi biasanya bila kadar debu melebihi nilai ambang batas.
Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan membentuk fokus dan
berkumpul di bagian awal saluran limfe paru. Debu ini akan difagositosis
kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini
terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan
Pudjiastuti, 2002).
KVP yang berasal dari individu yang bersangkutan. Berdasarkan tabel 5.7
operator SPBU yang berusia 30 dan ada gangguan KVP sebesar 71,4%
uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 1,000 yang artinya pada
5% tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan KVP pada
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Pollock (1971) bahwa fungsi
pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat pada masa anak-anak dan
mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian akan menurun lagi
oleh Suyono (2001) yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang
maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi paru. Hal ini
juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mila (2006), bahwa
paru seseorang.
Namun sebagian besar pekerja yang berumur muda dan merokok juga
menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,008 yang
paparan debu terhirup dan gangguan fungsi paru pada pekerja industri
antara jenis kelamin dengan kapasitas vital paru pada pekerja. Volume
paru pria dan wanita terdapat perbedaan bahwa kapasitas paru total
(kapasitas inspirasi dan kapasitas residu fungsional), pria adalah 6,0 liter
daya dan fungsi pernafasan juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut
Madina (2007), volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita + 20-25%
lebih kecil dari pada pria sampai usia pubertas, daya tahan
setelah usia tersebut nilainya lebih rendah 15-25% dari pria. Perbedaan
ini antara lain disebabkan oleh perbedaan kekuatan otot maksimal, luas
pada saat pekerja dan melakukan aktifitas olahraga rutin untuk mencegah
lingkungan kerja.
mengeluarkan ulkus kental yang sulit didorong keluar dari saluran nafas.
Infeksi saluran nafas bawah lebih sering terjadi pada perokok aktif dan
luas. Penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata adanya
tersebut, 75% dari kematian akibat brokitis, 40% kematian akibat kanker
penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa per tahun adalah
28,7 mL untuk non perokok, 38,4 mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL
aktifitas merokok dan ada gangguan KVP sebesar 86,4% (20 dari 23
gangguan KVP sebesar 55% (10 dari 9 responden). Berdasarkan hasil uji
86
menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada
Hal tersebut terdapat pada tabel 5.8 dimana ada sebagian besar pekerja
(Faidawati, 2003). Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah
pada orang lain bukan perokok, terpapar asap rokok secara tidak sadar
asap rokoknya juga memberikan efek negatif untuk dirinya dan bagi
- 40% (Guyton, 1997). Latihan fisik yang teratur atau olahraga yang rutin
kesegaran dan ketahanan fisik yang optimal, pada saat latihan terjadi
Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang tidak berolahraga
KVP sebesar 68,0% (17 dari 25) responden. Berdasarkan hasil uji statistik
Pada penelitian ini aktifitas olahraga dicurigai sebagai salah satu faktor
5.8 secara persentase jumlah pekerja yang olahraga lebih banyak jika
penelitian kali ini tidak ada hubungan antara aktifitas olahraga dengan
namun ada gangguan KVP lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak
dapat meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan
mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih
aktifitas yang ringan. Semua otot termasuk otot diafragma dan otot-otot
Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang memiliki status
gizi berisiko sebesar 18 (42,9%). Namun dari variabel status gizi berisiko
yang ada gangguan KVP, yaitu 66,7% (12 dari 18) responden. Untuk
Pada variabel status gizi normal yang mengalami gangguan KVP, yaitu
terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan KVP pada
Jika kita lihat dari distribusi data diatas dapat dipahami dan
KVP lebih besar dari status gizi berisiko yang ada gangguan KVP. Hal
KVP operator SPBU. Ini juga bisa dikarenakan oleh operator SPBU yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan nilai
KVP dibawah normal (p value = 0.667). Hasil penelitian ini juga hampir
status gizi namun berupa tinggi badan dan berat badan pekerja. Hasil
dengan berat badan dan tinggi badan baik pada kasus maupun kontrol.
pendek (Supariasa, 2001). Pada dasarnya 80% otot perut terletak di dekat
ukur timbangan berat badan. Ini diharpkan agar mendapatkan hasil yang
masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi paru mencakup gerakan dasar
Budiono, 2007).
dan pada kelemahan otot pernafasan (Price, 1995). Selain itu juga, adanya
menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja
(Sumamur 1996).
Hal ini jelas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
paru adalah 2,188 (95% CI = 1,293 3,702). Ini terlihat dari data, bahwa
fungsi paru lebih besar daripada proporsi subyek tanpa riwayat penyakit
yang tidak cukup baik bagi kesehatan pekerja. Maka daripada itu, dengan
Masa kerja menurut Fahmi (1990) yang dikutip oleh Soleh (2001),
bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan
Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang memiliki masa
kerja lebih dari 5 tahun (lama) sebanyak 19 responden dan yang ada
uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,019 yang berarti bahwa
95
2011) mengenai hubungan masa kerja dengan KVP pada pekerja stasiun
sebesar 0,018 dengan p = 0,018 < alfa = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa
hasil uji statistik P-value sebesar 0,0005 yang berarti ada hubungan masa
kerja yang diterima oleh pekerja pengecatan mobil dengan kapasitas vital
paru.
temuan penelitian ini. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh masa kerja
dari setiap pekerja yang berbeda beda, sesuai dengan pajanan berbahaya
masker disaat bekerja, untuk melindungi dari potensi paparan debu yang
7.1 Kesimpulan
Kecamatan Ciputat Tahun 2014, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:
b. Debu total di SPBU Kecamatan Ciputat bahwa operator SPBU yang lingkungan
tempat kerjanya tidak memenuhi syarat NAB (> 0,035 mg/m3) adalah 29 orang
SPBU yang berusia > 30 sebanyak 7 responden dengan persentase (16, 7%),
%).
97
98
(85,7%).
e. Operator dengan masa kerja lama sebesar 19 (45,2,%), sedangkan masa kerja
f. Ada hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di
g. Hubungan antara karakteristik individu (umur, jenis kelamin) dengan KVP pada
- Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan KVP (P-value
1,000)
- Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan KVP (P-
value 0,008)
olahraga, status gizi, riwayat penyakit) dengan KVP pada Operator SPBU di
(P-value 0,035)
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan KVP (P-
value 0,554%).
i. Terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan KVP (P-value
0,019)
7.2 Saran
b. Pekerja lebih rajin dalam berolahraga minimal 3-5 kali seminggu dengan
durasi 20-60 menit per hari, agar tubuh dalam kondisi bugar dan
b. Larangan merokok pada area kerja dan tidak memberikan ruangan untuk
memantau kondisi kesehatan fisik para pekerja industri dan melihat tren
d. Melakukan kegiatan senam bersama setiap hari Jumat bagi pekerja untuk
meningkatkan KVP.
dan durasinya.
Sampler (PDS) ini dilakukan agar paparan debu total yang diterima setiap
Aditama, Tjandra Y, 1997. Cetakan pertama edisi ke 3. Rokok dan kesehatan. Jakarta.
Penerbit: UI (UI-Press)
antara Orang yang Terlatih dan Tidak Terlatih. Jurnal Respirologi Indonesia, 17,
76-83.
Ahlvik, P., 2001. Swedish Experiences from Low Emission City Buses: Impact on
Ahmadi UF. Kesehatan Lingkungan Kerja, Lingkungan Fisik dalam Upaya Kesehatan
Kerja Sektor Informal. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat. Depkes RI.
Jakarta. 1990
Anshar, AS. 2005. Hubungan Paparan Debu gamping Dengan Kapasitas Vital Paksa
Paru Pada Pekerja Batu Gamping di UD. Usaha Maju. Yogyakarta: Jurnal Media
Antarudin. Pengaruh Debu Padi Pada Faal Paru Pekerja Kilang Padi Yang Merokok
Dan Tidak Merokok. Program Pendidikan Dokter Spesialis Paru, FKUSU,
Sumatera Utara, 2002.
Aryulina, Diah, dkk. (2006). Biologi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Begum dan Rathna. (2012). Pulmonary Function Test In Petrol Filling Worker In
26: 3-6
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. (Yudha, et al, Penerjemah). Jakarta:
Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Dirjen PPM&PLP tentang
Pustaka Utama
Kedokteran EGC
EPA, 2003. The Environmental Impact of Motor Vehicle Emissins in Melbourne. EPA
Victoria. Australia
Faidawati, Ria. Penyakit paru obstruktif kronik dan asma akibat kerja. Journal of the
Indonesia Association of Pulmonologist. Jakarta. 2003: 7 - 11.
Ganong, WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Petrus Adrianto.
Grabber, Mark, dkk. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga University of Lowa. Jakarta:
Guptha S, Dogra TD. Air pollution and human health hazards. Indian J Occup Environ
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
Jakarta: EGC
Halvani GH, et all. 2008. Evaluation and Comparison of Respiratory Symptoms and
Lung Capacities in Tile and ceramic Factory Worker of Yadz. Journal Arh Hig
Rada Toksikol 2008; 59:197-204.
Hulke et.al. 2011. Lung Function Test in Petrol Pump Workers. Jurnal.
Ikawati, Zullies. 2009. Uji Fungsi Paru-paru. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada
Jeyaratnam, J. dan David Koh. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta:
Lestari, K. 2001. Pengaruh Paparan Debu Terhadap Fungsi Paru Tenaga Kerja
Madina, DS. 2007. Nilai Kapasitas Paru dan Hubungannya Dengan Karakteristik
Marpaung, Yosi M. 2012. Pengaruh Pajanan Debu Respirable PM2,5 Terhadap
Mengkidi, Dorce, 2006. Tesis: Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-Faktor yang
Mila. Siti Muslikatul. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian APD Pernafasan
(Masker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasitas Fungsi Paru PT
Ascent House Pecangaan Jepara.Skripsi. UNNES. 2006.
Mukono, H.J., 2005, Toksikologi Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Nadapdap, Huala. 2003. Korelasi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dengan
Kualitas Udara Ruang Parkir Bawah Tanah Gedung Bursa Efek Jakarta dan
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisisologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/MEN/VII/2010
Pudjiastuti, Wiwiek. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta:
Rab, H Tabrani. Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Hiperkes. Jakarta. 1996: 10-27
Sahab, Syukri. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jakarta:
Setiawan., Hariyono, 2011. Hubungan Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru
Operator Empat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kota Yogyakarta.
Shaw, J.T., 1985. The Measurement of Nitrogen Dioxide in the Air. Atmospheric
Environment 1.
Sirait, Mardut. 2010. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Faal Paru di Kilang Padi
Sumamur P.K., 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung
Sumamur P.K., 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung
Supariasa. I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penentuan Status Gizi. Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Widodo Adi, Tri. 2007. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital
Yulaekah, Siti. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja
Industri Batu Kapur. Tesis UNDIP Semarang, 2007.
Yunus, F. 2006. Peranan Faal Paru pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun. FKUI.
Cerminan Dunia Kedokteran: 5-34. Jakarta.
Nomor Responden :
Nama
KUESIONER PENELITIAN
Peneliti Responden
( Pikih Pratama ) ( )
Diisi oleh peneliti
Riwayat Penyakit
2. Beri tanda silang (X) untuk jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda
Usia
Jenis Kelamin
2. Jenis kelamin?
0. Perempuan
1. Laki-laki
Kebiasaan Olahraga
KVP_KATEGORIK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
TIDAK ADA
12 28.6 28.6 100.0
GANGGUAN
debu_kat
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
KVP_KATEGORIK
Total Count 30 12 42
Chi-Square Tests
umur_kategorik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Hubungan Umur*KVP
KVP_KATEGORIK
< 30 TH Count 25 10 35
Total Count 30 12 42
JENIS_KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KVP_KATEGORIK
LAKI-LAKI Count 17 12 29
Total Count 30 12 42
Chi-Square Tests
AKTIVITAS MEROKOK
TIDAK
19 45.2 45.2 100.0
MEROKOK
KVP_KATEGORIK
TIDAK Count 10 9 19
MEROKOK
Expected Count 13.6 5.4 19.0
Total Count 30 12 42
AKTIVITAS OLAHRAGA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK
MELAKUKAN 17 40.5 40.5 40.5
OLAHRAGA
MELAKUKAN
25 59.5 59.5 100.0
OLAHRAGA
KVP_KATEGORIK
OLAHRAGA Count 17 8 25
Total Count 30 12 42
Chi-Square Tests
STATUS GIZI_KATEGORIK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KVP_KATEGORIK
NORMAL Count 18 6 24
Total Count 30 12 42
RIWAYAT_PENYAKIT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KVP_KATEGORIK
% within
83.3% 16.7% 100.0%
RIWAYAT_PENYAKIT
% within
69.4% 30.6% 100.0%
RIWAYAT_PENYAKIT
Total Count 30 12 42
% within
71.4% 28.6% 100.0%
RIWAYAT_PENYAKIT
Chi-Square Tests
LAMA_KERJA
Valid
19 45.2 45.2 45.2
LAMA (> 5 TH)
KVP_KATEGORIK
BARU Count 13 10 23
Total Count 30 12 42