Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo
yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif
merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh
yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan
berputar. (Iskandar Junaidi, 2013).

Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan
menyusahkan sebagian besar manusia. Umumnya keluhan vertigo menyerang
sebentar saja ; hari ini terjadi, besok hilang. Namun, ada juga vertigo yang kambuh
lagi setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Pada umumnya vertigo yang
terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah, dan makanan/minuman tertentu.

Selain itu, vertigo bisa bersifat fungsional dan tidak ada hubungannya
dengan perubahan-perubahan organ di dalam otak. Otak sendiri sebenarnya tidak
peka terhadap nyeri. Artinya, pada umumnya vertigo tidak disebabkan oleh
kerusakan yang terjadi di dalam otak. Namun, suatu ketegangan atau tekanan pada
selaput otak atau pembuluh darah besar di dalam kepala dapat menimbulkan rasa
sakit yang hebat pada kepala. (Iskandar Junaidi, 2013).

Vertigo didefinisikan sebagai ilusi gerakan, yang paling sering adalah


perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya,
lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan sebagai suatu
perpindahan linear ataupun miring, tetapi gejala seperti ini relatif jarang dirasakan.
Secara etiologi, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ-organ
vestibuler. Selain anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang dapat dilakukan
untuk menentukan diagnosis dari kondisi ini. (Medical Department, PT Kalbe
Farma Tbk, Jakarta, Indonesia).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa vertigo adalah sensasi dimana
seseorang merasa dirinya atau lingkungan berputar yang dapat disebabkan oleh
gangguan pada otak atau pada telinga bagian dalam. Vertigo terjadi pada sekitar 32
% kasus, dan sampai dengan 56,4 % pada populasi orangtua. Sementara itu, angka
kejadian vertigo pada anak-anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih baru
pada populasi anak sekolah di Skotlandia dilaporkan sekitar 15 % anak paling tidak
pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar
(hampir 50 %) diketahui sebagai paroxysmal vertigo yang disertai dengan
gejalagejala migrain (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia) Vertigo merupakan
salah satu gejala sakit kepala yang sering disertai pusing yang berputar. Menurut
data di Amerika keluhan pusing merupakan alasan 5,6 juta orang berkunjung ke
klinik. Menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa 1/3 orang mengeluhkan
pusing mengalami vertigo. Angka kejadian 3vertigo sendiri tidak banyak hanya
4,9% (vertigo terkait migrain sebanyak 0,89% dan benign paroxysmal positional
vertigo (BPPV) sebanyak 1,6%).

Walaupun vertigo bukan merupakan salah satu penyakit yang banyak


dikenal orang dan dengan angka kejadian yang tinggi, namun seseorang dengan
vertigo dapat berbahaya karena berisiko jatuh saat beraktivitas akibat gangguan
keseimbangan hingga kehilangan kesadaran/pingsan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penulisan laporan ini mampu melakuan


asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem neurologi akibat
vertigo.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan vertigo

b. Mampu menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan


vertigo

c. Mampu melakukan perencanaan pada pasien dengan vertigo

d. Mampu melakukan implementasi pada pasien dengan vertigo

e. Mampu melakukan evalusi pada pasien dengan vertigo

A. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

Meningkatkan pemahaman tentang konsep dasar dan konsep keperawatan Medikal


Bedah Vertigo

2. Manfaat praktis

Diharapkan laporan kasus ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tambahan
bagi pemberi asuhan keperawatan Medikal Bedah pada pasien dengan Vertigo
B. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari kata pengantar, daftar isi,
dan 5 bab yaitu :

1. Bab I : Pendahuluan

2. Bab II : Tinjauan Teoritis

3. Bab III : Tinjauan Kasus

4. Bab IV : Penutup

5. Daftar pustaka
BAB II

KONSEP DASAR DAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi,
Efiaty dan Nurbaiti, 2002)

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya
beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita
kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut
meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).

Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, disebabkan oleh
gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah
telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah,
bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah
keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat
informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan
mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau
gangguan penglihatan (Putranta, 2005).

2. Penyebab

Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ


keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkantelinga dengan otak dan di
dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan
atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba.

Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)

1) Keadaan lingkungan

Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)

2) Obat-obatan
Alkohol

Gentamisin

3) Kelainan sirkulasi

Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena


berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri
basiler

4) Kelainan di telinga

Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian
dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)

Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri

Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)

Peradangan saraf vestibuler

Penyakit Meniere

5) Kelainan neurologis

Sklerosis multipel

Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya

Tumor yang menekan saraf vestibularis.

3. Anatomi dan fisiologi

Sytem syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf pusat yang terdiri dari otak dan
medula spinalis dan system syaraf perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf
spinal.

1) Jaringan syaraf

a. Neuron
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah
suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan.
Biasanya terdiri dari dendrit sebagai bagian peneriman rangsangan dari saraf saraf
lain; badan sel yang mengandung inti sel; akson yang menjadi perpanjangan atau
serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel: serta
terminal sel; serta terminal akson yang menjadi pengirim sinyal untuk disampaikan
ke dendrit atau badan sel neuron kedua dan apabila disusunan saraf perifer, sinyal
disampaikan ke sel otot ataukelenjar. (Arif Muttaqin, 2008)

Neuron neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral

disebut neuron sensorik atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari
susunan saraf pusat ke berbagai organ sasaran (suatu sel otot atau kelenjar) disebut
neuron motorik atau eferen. Kelompok ketiga yang membawa sebagian besar
neuron susunan saraf pusat, menyampaikan pesan pesan antara neuron aferen dan
eferen, neuron ini disebut interneuron. (Arif Muttaqin, 2008)

b. Transmisi sinap

Neuron menyalurkan sinyal sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini
yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang
neuron dan bersifat kimia di antara neuron. (Arif Muttaqin, 2008)

c. Neutransmiter

Neurotrasmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan
dalam gelembung sinaps pada ujung akson. (Arif Muttaqin, 2008)

2. Sistem Syaraf Pusat

a. Otak

Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinue, tanpa ada masa istirahat.
Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah
akan hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan
kerusakan yang tidak irreversible.(Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006)

b. Cerebrum

Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang paling
besar, kira-kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang
dihubungkan oleh Korpus Kallosum yaitu hemisfer substansia alba, yang
menghubungkan bagian bagian otak dengan bagian yang lain dan substansia
grisea yang terdapat diluar terbentuk dari badan badan sel saraf. Keempat lobus
serebrum yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan oksipital

1) Lobus Prontal :Berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan
fungsi fisik. Pada bagian prontal kiri terdapat Area Broca yang berfungsi sebagai
pusat motorik bahasa dan mengontrol ekspirasi bicara.

2) Lobus parietal :Terdapat sensasi primer dari korteks berfungsi sebagai proses
input sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekan, perubahan suhu ringan dan
pendengaran.

3) Lobus temporal :Mengandung area auditorius, tempat tujuan area asosiasi


primer untuk informasi auditorik dan mencakup Area Wernicke tempat interpretasi
bau dan penyimpanan bahasa.

4) Lobus occipital:Mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima


informasi dan menafsirkan warna refleks visual. Lobus ini menerima informasi
yang berasal dari retina mata.

c. Batang Otak : Menurut Arif Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari
otak tengah atau Mesencephalon, pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan
reflek untuk fungsi vital tubuh

1) Otak tengah : berfungsi sebagai kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya
stimulus pada nervus kranial III dan IV,

2) Pons: Menghubungkan otak tengah dengan medula oblongata, berfungsi sebagai


pusat-pusat refleks pernafasan.

3) Medula oblongata : Mengandung pusat reflek yang penting untuk jantung,


vasokontriktor, pernafasan, bersin, menelan, batuk, muntah, sekresi saliva. saraf
kranial IX, X, XI dan XII keluar dari medula oblongata.

d. Cerebellum

Besarnya kira-kira dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum dibatasai oleh
tentorium serebri. Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas muskuler: kontrol
tonus otot, mempertahankan postur dan keseimbangan dan melakukan program
akan gerakan gerakan pada keadaan sadar dan tidak sadar. (Arif Muttaqin, 2008)

4. Patofosiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke
pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling
kecil kontribusinya adalah proprioseptik.

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat


keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar,
akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orangmenyadari
posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya

5. Gejala klinis

1) Tempat berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak


2) Benda di sekitar bergerak atau berputar
3) Mual
4) Muntah
5) Sulit berdiri atau berjalan
6) Sensasi kepala terasa ringan
7) Tidak dapat memfokuskan pandangan
8) Lelah
9) Lidah pucat
10) Mulut pahit

6. Pemeriksaan Penunjang

1) Tes Romberg yang dipertajam


Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih

2) Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)

Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.


Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter
atau badan berputar lebih dari 30 derajat

3) Salah Tunjuk(post-pointing)

Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)


kemudian kembali kesemula

4) Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike

Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala
lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi
nistagmus

5) Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita

6) Elektronistagmografi

Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul

7) Posturografi

Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.

7. Penatalaksanaan medik

1) Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :


Terdiri dari :
a. Terapi kausal
b. Terapi simtomatik
c. Terapi rehabilitatif
2) Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :

3) Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata


4) Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi
5) Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala kekiri dan kekanan
6) Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari tempat tidur
7) Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang
8) Gerakkan kepala secara hati-hati (Anonim, 2004)

Anda mungkin juga menyukai