Anda di halaman 1dari 9

Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Sa.

Tirtayasa, Kota Serang Dengan Pendekatan Pedestrianisasi (Memanusiakan Pejalan


Kaki)
KONSEP PERENCANAAN KAWASAN PERDAGANGAN KORIDOR JALAN
SA. TIRTAYASA, KOTA SERANG DENGAN PENDEKATAN
PEDESTRIANISASI (MEMANUSIAKAN PEJALAN KAKI)
Darmawan Listya Cahya, Rima Metalia,
Jurusan Teknik Planologi, Universitas Esa Unggul
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
dlcahya@yahoo.com

Abstrak
Pedestrianisasi merupakan suatu usaha dalam perancangan kota dimana dalam perancangannnya lebih
mengutamakan kepentingan jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki. Perkembangan kota di Indonesia
ini sangat pesat dan tidak terkendali.Keberadaan pejalan kaki di Indonesia khususnya di kota kota
besar sampai saat ini dipandang kurang begitu penting bila dibandingkan dengan pengguna jasa
lainnya, sehingga pejalan kaki kehilangan haknya dan menerima resiko akibat buruknya pelayanan
sebagian fasilitas pejalan kaki yang tersedia. Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai permasalahan yang terdapat di koridor Royal ( Jl. Tirtayasa ), maka dilakukan pengamatan
fisik pedestrian beserta fasilitas pendukungnya dan penghitungan jumlah pejalan kaki dibeberapa titik
sehingga teridentifikasi permasalah dan kebutuhan terhadap ruang dan fasilitas yang ada di sepanjang
koridor Royal khususnya mengenai jalur pedestrian. Metode analisa data yang digunakan dalam
menganalisa adalah perbandingan kondisi eksisting dengan standard dan menghitung arus pejalan
kaki/menit/meter dan mengaplikasikannya terhadap konsep pedestrian mall menurut Harvey M
Rubeinstein. Berdasarkan pengamatan diambil kesimpulan yaitu ; kondisi fisik pedestrian saat ini
belum memenuhi standar yang layak dan belum mengakomodasikan kebutuhan fasilitas pendukung
untuk kenyamanan, keselamatan, dan keamanan lalu lintas pejalan kaki termasuk pejalan kaki dengan
keterbatasan fisik dan stamina, serta terdapat fungsi-fungsi lain oleh keberadaan pedagang kaki lima
yang menggunakan ruang gerak bebas pejalan kaki.

Kata Kunci : Pedestrianisasi, Pedestrian Mall, Ruang Gerak, Kenyamanan.

Pendahuluan yang kuat sehingga kesan tempat dapat dirasakan


Saat ini pemerintahan Kota Serang bagi pengguna ruang ini . Makadari itu dalam
memusatkan kegiatan perdagangan dan jasa pada pengembangannya Kawasan Royal ini sangat
segitiga emas yaitu tiga kawasan komersial seperti berpotensi untuk dikembangkan sebagai pedestrian
Pasar lama, pusat perbelanjaan Royal, dan mall yang dalam studi ini memfokuskan pada
Calung.Dimana fungsi kawasan tersebut adalah penataan pedestrian yang ditujukan untuk
sebagai kawasan perdagangan dan transit (Rencana kenyamanan dan keamanan pejalan kaki yang
Tata Ruang Kota Serang 2005). Dalam studi ini berinteraksi dalam kawasan Royal tersebut
pembahasan lebih lanjut akan lebih berpusat pada (Pedestrianisasi).
kawasan Royal dimana kawasan tersebut Pengembangan pedestrianisasi atau dikenal
merupakan pusat dari kegiatan perekonomian Kota dengan istilah pedestrian mall pada kawasan Royal
Serang yang berdiri secara alamiah dan juga ini hadir karena berbagai pertimbangan yang dilihat
merupakan landmark Kota Serang karena kawasan dari potensi dan permasalah yang ada pada kawasan
tersebut merupakan ruang terbuka (public space) Royal itu sendiri dan untuk menciptakan Citra Kota
yang berfungsi sebagai pusat interaksi kegiatan atau Image of The City yang kuat sehingga akan
masyarakat Kota Serang baik berinteraksi dalam timbul Sense of Place yang kental pada kawasan
perdagangan maupun berinteraksi secara sosial. tersebut, dan mewujudkan ruang terbuka yang
Kawasan Royal yang berupa koridor nyaman dan aman bagi pengguna ruang khususnya
jalanan(the street, and Mall) berfungsi sebagai pejalan kaki yang nyaman dan aman dalam
ruang terbuka (public space)dipandang sebagai berinteraksi baik berdagang maupun sosial,
suatu jaringan ruang yang menghubungkan satu sehingga tercipta keseimbangan dalam ruang kota.
ruang dan ruang lainnya, dan bentuk kongkrit dari Kawasan Royal berupa koridor jalan dimana
ruang ini sebagian besar berupa jalan raya untuk bentuk kongkrit dari ruang ini sebagian besar adalah
kendaraan bermotor dan trotoar untuk jalan raya untuk kendaraan bermotor dan trotoar
pedestrian/pejalan kaki di sisi jalan tersebut. untuk pejalan kaki/pedestrian, dinilai berpotensi
Aktivitas dalam ruang ini sangat dinamis sehingga untuk dikembangkan dengan konsep pedestrian mall
kualitas visual hanya dapat dilihat dan dirasakan yang memfokuskan pada kenyamanan dan
secara sepintas, untuk itu diperlukan sense of place keamanan pejalan kaki pengguna ruang

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 1


Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Sa. Tirtayasa, Kota Serang Dengan Pendekatan Pedestrianisasi (Memanusiakan Pejalan
Kaki)
(pedestrianisasi) karena sebagian besar pengguna Perdagangan Koridor Jalan S.A Tirtayasa, Kota
ruang ini adalah pejalan kaki. Dilihat dari potensi Serang dengan Pendekatan Pedestrianisasi
yang ada pada kawasan Royal ini selain kawasan ini (Memanusiakan Pejalan Kaki). Mengapa topik
merupakan landmark kota adalah kawasan ini yang diambil pedestrianisasi dan memanusiakan
merupakan kawasan strategis yang berada dipusat pejalan kaki karena penulis melihat pejalan kaki
jantung Kota Serang karena berdekatan dengan disini tidak mempunyai hak dalam menggunakan
pusat perkantoran pemerintahan daerah dan Residen ruang ini, karena sebagian besar hak di ambil oleh
Kegubernuran Banten, dan memiliki fungsi sebagai pedagang kaki lima dan parkir kendaraan bermotor.
kawasan transit bagi pendatang karena terdapat Perencaan saat ini lebih memanusiakan kendaraan
Stasiun Kota, hotel, dan penginapan yang berada bermotor dibanding memanusiakan pejalan kakinya
dekat dengan kawasan Royal. itu sendiri.
Selain dilihat dari potensi letak dan fungsi Tujuan dari studi ini adalah untuk : Melihat
kawasan tersebut dilihat pula permasalahan yang ada dan mengenali lebih lanjut potensi dan permasalahan
pada kawasan tersebut yang menjadi ide dan yang ada pada kawasan studi sehingga bisa
tantangan bagi penulis untuk menata dan ditetapkannya konsep yang pantas dikembangkan
mengembangkan kawasan ini menjadi lebih baik. pada kawasan tersebut dan untuk menemukenali
Adapun permasalah yang ada pada kawasan tersebut konsep pedestrianisasi atau lebih dikenal dengan
adalah sebagai berikut : pedestrian mall yang sesuai dengan perencanaan dan
Jalur pedestrian yang ada saat ini tidak berfungsi pengembangan ruang bagi pejalan kaki pengguna
secara maksimal dikarenakan jalur tersebut ruang ini.
digunakan oleh pedagang kaki lima yang Pedestrian berasal dari bahasa latin yaitu
berjualan ditrotoar sehingga hak pejalan kaki pedos yang artinya kaki. Pedestrian dapat
untuk menggunakan ruang ini tidak terealisasi, diartikan sebagai : orang berjalan kaki ( Pino, E., T,
dan tidak adanya kenyamanan dan keamanan Wittermans), one foot, going or travelling on
bagi pejalan kaki untuk menggunakan jalur ini performed on foot ( Davies, Peter). Pejalan kaki
karena harus berhimpitan dengan pedagang kaki sebagai istilah aktif adalah orang/manusia yang
lima yang menggunakan jalur ini. bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak
Badan jalan yang seharusnya khusus digunakan ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat lain,
bagi pengguna kendaraan bermotor, pada kecuali mungkin penutup/alas kaki dan tongkat yang
kondisinya digunakan sebagai lapak bagi tidak bersifat mekanis. Sampai tahun 1940,
pedagang kaki lima, dan parkir yang pedestrian atau pejalan kaki menjadi elemen penting
menggunakan badan jalan, sehingga dalam perancangan suatu Kota. Namun setelah itu
menimbulkan kesemerawutan dan kemacetan perancangan lebih diutamakan kepada kendaraan
pada koridor jalan tersebut. bermotor. Perencanaan pedestrian sering diabaikan,
Lahan parkir yang sudah disediakan oleh padahal jalur pedestrian merupakan elemen yang
pemerintah Kota untuk pengguna kendaraan mendasar dalam perencanaan Kota, bukan hanya
bermotor tidak berfungsi sama sekali karena bagian dari program pengindahan saja. System
masyarakat lebih memilih parkir dibadan jalan pedestrian yang baik dapat mengurangi
depan toko yang mereka tuju. ketergantungan terhadap kendaraan bermotor
dikawasan pusat kota, membentuk lebih banyak
Dari permasalahan diatas diketahui bahwa aktivitas retail, dan akan membantu meningkat
pokok permasalahan yang ada adalah tidak adanya kualitas udara tanpa adanya polusi dari kendaraan
ruang bagi pejalan kaki yang ingin berbelanja bermotor.
dengan nyaman dan aman dalam kawasan tersebut.
Pejalan kaki harus rela turun ke badan jalan karena Metode Penelitian
trotoar penuh dengan pedagang kaki lima, Metode penulisan yang digunakan untuk
sedangkan dijalan juga harus tersingkir ke tengah mencapai tujuan studi ini adalah metode deskriptif
jalan karena parkir kendaraan bermotor yang yang menggambarkan kondisi kawasan Royal
memenuhi sepanjang badan jalan, dan jika tidak dengan perencanaan fisik kawasannya. Dalam
berhati-hati berjalan di kawasan tersebut bisa penelitian metode deskriptif terdapat dua hal penting
tersambar mobil dan motor yang lewat. yaitu deskripsi dan analitis.
Diharapkan dengan adanya penataan ruang Metode analisis yang digunakan penulis
pada kawasan ini dapat menghadirkan ruang bagi untuk mencapai tujuan dari tugas akhir ini adalah
pejalan kaki yang ingin berbelanja dengan nyaman metode analisis kualitatif. Dalam hal ini penetuan
dan aman, makadari itu penulis mengambil konsep pedestrianisasi dilakukan dengan
permasalahan ini sebagai tantangan untuk menganalisa kriteria dari pedestrian mall dengan
memunculkan ide Perencanaan Kawasan menitikberatkan pada penataan jalur pejalan kaki

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 2


Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Sa. Tirtayasa, Kota Serang Dengan Pendekatan Pedestrianisasi (Memanusiakan Pejalan
Kaki)
dilihat dari aspek fisik, dan non fisik seperti minimum trotoar / Jalur Pejalan Kaki ( W )
pengguna pedestrian, perawatan pedestrian dan dipakai rumus sebagai berikut
kebijakan yang ada pada Jalan SA Tirtayasa,
Kelurahan Cimuncang.
Salah satu langkah penentuan konsep
pedestrian mall dengan menggunakan teori Keterangan :
pedestrian mall dari Harvey Rubeinstein untuk W = Lebar Jalur Pejalan Kaki
menganalisa data, sedangkan untuk konsep jalur V = Volume Pejalan Kaki (orang/menit/meter)
pedestrian ditentukan dengan melihat pedoman N = Lebar tambahan sesuai dengan keadaan
teknik perencanaan jalur pejalan kaki Departemen setempat
Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga. Sedangkan untuk melihat beberapa lebar
Adapun konsep pedestrian mall yang diambil tambahan trotoar yang sesuai dengan lokasi daerah
dari Harvey Rubeinstein dalam penganalisis data penelitian dapat dilihat dalam table berikut ini :
adalah sebagai berikut : Tabel 1
a. Faktor faktor kultural (Cultural Factor) : LebarTambahanTrotoar
1. Kondisi lalu lintas. N ( Meter ) Keadaan
Untuk menempatkan suatu mall dalam suatu 1.5 Jalan di daerah pasar
blok tertentu diperlukan pengukuran yang 1,0 Jalan di daerah perbelanjaan
aktual atas jumlah volume lalu-lintas yang bukan pasar
sudah ada dalam suatu jalan. 0,5 Jalan didaerah lain
2. Transit. Sumber: DitjenBinamarga
Pengaruh mall terhadap lalu-lintas dan transit Dalam penelitian ini lebar tambahan yang
harus dipelajari dalam konteks secara diambil adalah 1,0 meter karena jalan dalam daerah
keseluruhan dengan mempertimbangkan jalan- kawasan merupakan Jalan didaerah perbelanjaan
jalan lainnya disekitar area tersebut. bukan pasar.
3. Parkir. 6. Utilitas yang meliputi drainase, pembuangan air
Dalam kondisi eksisting terdapat taman parkir kotor, sampah, listrik, gas, air bersih dan
yang terletak berdekatan dengan kawasan yang telepon.
akan dikembangkan. Jika dalam perencanaan 7. Bangunan yang ada, yang harus diamati
ditentukan bahwa lahan parkir yang tersedia kondisinya, ketinggiannya, karakter
tidak mencukupi dan memungkinkan maka arsitekturalnya, pintu masuk utamanya.
perlu dibuat parkir multi-level, dimana lahan 8. Peraturan zonasi (RDTR Kota) Sebelum
parkir dibangun secara vertikal. merencanakan pengembangan perlu diketahui
4. Pelayanan untuk kendaraan truk, kendaraan peraturan tata ruang yang berlaku pada kawasan
emergensi. tersebut, sehingga tidak merusak rencana tata
Pelayanan untuk kendaraan darurat sangat ruang yang sudah ada.
penting seperti polisi dan pemadam kebakaran, 9. Kelengkapan seperti tanda-tanda, penerangan,
dibutuhkan jalur khusus yang dapat mengakses asesori jalan.
keluar masuknya kendaraan darurat apabila 10. Perawatan. Perawatan sangat penting untuk
terjadi sesuatu yang darurat dalam kawasan menjaga dan memelihara kawasan tersebut
perencanaan. seperti membersihkan mall, membersihkan
5. Sirkulasi pedestrian yang menyangkut sampah, menggantikan penerangan jalan yang
kenyamanan dan keamanan pejalan kaki. rusak, merawat pohon dan street furniture
Karena dalam penelitian ini pedestrian lainnya, dan mendekorasi mall pada saat hari
merupakan focus utama maka pada kriteria ini besar tertentu agar terjaga pemeliharaannya dan
dilakukan analisa lebih mendalam yaitu dengan terjaga ke-estetikaannya.
menganalisa kondisi pedestrian dan elemen
penunjang. b. Faktor Non-Fisik
Untuk dapat mengetahui kebutuhan lebar Faktor alam (Natural Factor) :
trotoar dihitung berdasarkan volume pejalan 1. Jenis tanah
kaki rencana (V) adalah volume rata-rata Untuk kecamatan Serang termasuk koridor
permenit pada interval puncak . (V) dihitung Royal jenis tanahnya adalah asosiasi grey
berdasarkan setiap 15 menit selama 6 jam humus.
paling sibuk dalam satu hari. Diambil dari 2. Klimatologi
Pedoman Teknik Perencanaan Jalur Pejalan Iklim di wilayah Kota Serang pada saat musim
Kaki Departemen Pekerjaan Umum bahwa hujan memiliki curah hujan yang cukup
dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar berkisar antara 1500 2000 mm/tahun,

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 3


Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Sa. Tirtayasa, Kota Serang Dengan Pendekatan Pedestrianisasi (Memanusiakan Pejalan
Kaki)
sedangkan pada saat musim kemarau/panas pembagian arah)
cuaca paling tinggi berkisar antara 27 -31 FCsf = 0,81 (memakan bahu jalan, seperti
derajat celcius. parkir, pedagang kaki lima, dan
3. Topografi pejalan kaki menunggu angkutan
Kondisi rona bentang alam (topografi) Kota umum)
Serang menunjukkan permukaan tanah yang FCcs = 0,86 (jumlah penduduk sekitar koridor
relatif datar. Wilayah Kota Serang berada pada < 0,1 juta penduduk)
ketinggian 0 100 meter di atas permukaan C = 1.650 x 1,08 x 1,00 x 0,81 x 0,86
laut, dengan rata-rata ketinggian sekitar 25 C = 1241, 34
meter di atas permukaan laut. Kemiringan Kota
Serang berkisar antara 0 40%. Tabel 2
Faktor Sosial Ekonomi (Socioeconomic Analisis Volume Kendaraan Bermotor
Factor) : Sepeda Smp Kendaraan Smp Total
waktu Motor Ringan smp
1. Identifikasi pengguna koridor Jalan Tirtayasa, (Mc) (LV)
Royal 07.00
2. Analisa Pasar 127 63,5 314 314 377,5
Analisis Pasar harus diketahui sebelum 08.00
Pagi
08.00
merencanakan pengembangan kawasan sebagai 148 74 297 297 371
pedestrian mall. Target pasar yang ingin 09.00
dicapai dan market sharenya. 12.00
215 107,5 487 487 594,5
13.00
Analisa Faktor Fisik Siang
13.00
1. Kondisi Lalu Lintas 249 124,5 515 515 639,5
Untuk menempatkan suatu mall pada 14.00
koridor tertentu diperlukan beberapa analisa data 16.00
257 128,5 625 625 753,5
sebagai berikut 17.00
a. Asal dan tujuan kendaraan yang lewat Sore
17.00
Pada koridor jalan Tirtayasa ini 263 131,5 719 719 850,5
diberlakukan sistem satu arah yaitu dari arah barat , 18.00
ke arah timur untuk mereduksi kemacetan karena 597,75
(rata
koridor jalan ini memiliki aktivitas yang tinggi, dan Jumlah 1259 629,5 2957 2957 rata
juga koridor ini diapit oleh dua perempatan jalan. smp/ja
Dalam koridor ini juga bersinggungan dengan 3 m)
persimpangan yaitu dari arah utara Sumber : Pengamatan langsung
jalan.Lingk.Nunung Bakri dan Jalan Mangga 2 yang
merupakan kawasan permukiman penduduk Tabel 3
setempat, dan dari arah selatan yaitu jalan juhdi yang Analisis Derajat Pelayanan Jalan
Derajat
merupakan pusat counter Hp se-Kota Serang dan Waktu V/C pelayanan Keterangan
sekitarnya jalan
Kondisi arus bebas
b. Rata-rata jumlah volume lalu lintas tiap hari 07.00 748,5 / dengan volume lalu
Jumlah volume kendaraan dihitung 1241,34 lintas rendah dan
berdasarkan arah kendaraan yang melewati koridor 08.00 =0,60 kecepatan tinggi,
08.00 kepadatan lalu lintas
Royal ini yaitu dari arah barat ke timur, dan titik pagi A sangat rendah dengan
penghitungan volume kendaraan ini pada pintu 09.00 kecepatan yang dapat
masuk Royal. Penghitungan kondisi Volume Lalu dikendalikan oleh
pengemudi berdasarkan
lintas menggunakan rumus dari Manual Kapasitas batas kecepatan
Jalan Indonesia tahun 1997 Departemen Pekerjaan
12.00
Umum. sedangkan kapasitas koridor jalan Tirtayasa 1234 /
Arus mendekati tidak
adalah sebagai berikut stabil, kecepatan masih
13.00 1241,34
Siang D dapat dikendalikan, V/C
13.00 =0,99
masih dapat ditolerir.

14.00
16.00 Arus dipaksa, kecepatan
Dimana 1604 / rendah, volume diatas
Co = 1.650 smp/jam (jalan satu arah 17.00 1241,34 kapasitas, antrian
Sore 17.00 =1,29 F panjang (macet) dan
FCw = 1,08 m (lebar jalur lalu lintas efektif terjadinya kemacetan
4,0 ) 18.00 pada persimpangan
FCsp = 1,00 (untuk jalan satu arah dalam
Sumber : IHCM (1997)

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 4


Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Sa. Tirtayasa, Kota Serang Dengan Pendekatan Pedestrianisasi (Memanusiakan Pejalan
Kaki)
Dilihat dari analisis diatas mengenai kondisi dimana jalur tersebut bersinggungan langsung
lalu lintas koridor Royal penghitungan volume lalu dengan koridor Jl. Tirtayasa.
lintas rata rata per hari, dan pergerakan Kawasan hunian, akses service melalui Jl. Lingk.
persimpangan bahwa masalah utama dalam kondisi Nunung Bakrie, dan Jl. Mangga 2 dimana jalur
lalu lintas ini adalah kurangnya koordinasi lalu lintas tersebut langsung menuju koridor Jl. Tirtayasa.
dan tidak adanya ketegasan pemda dalam mengatur Pengalihan jalur service pada jalan terdekat
lalu lintas dalam koridor Royal ini, seperti :tidak dengan Jalan Tirtayasa karena jalur ini cakupan
adanya peraturan yang melarang kendaraan untuk pelayanannya lebih sesuai untuk truk bongkar muat,
berhenti dan parkir bahkan adanya rambu parkir dan kendaraan emergensi.
sepanjang koridor yang menyebabkan sebagian
badan jalan terpakai oleh parkir hal ini menimbulkan 5. Sirkulasi Pedesterian
kualitas pelayanan jalan jadi menurun. a. Dimensi Trotoar ( lebar dan tinggi trotoar)
Untuk dapat mengetahui kebutuhan lebar
2. Transit trotoar dihitung berdasarkan volume pejalan kaki
Sepanjang koridor ini belum belum adanya rencana (V) adalah volume rata-rata permenit pada
fasilitas transit seperti halte sedangkan sepanjang interval puncak .(V) dihitung berdasarkan setiap 15
koridor ini merupakan daerah terpadat yang dilewati menit selama 6 jam paling sibuk dalam satu hari.
angkutan umum. Tidak adanya halte menjadikan Diambil dari Pedoman Teknik Perencanaan Jalur
banyak angkutan umum yang menaikan dan Pejalan Kaki Departemen Pekerjaan Umum bahwa
menurunkan serta menunggu penumpang dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar
disembarang tempat, dimana terjadinya antrean minimum trotoar/Jalur Pejalan Kaki (W) dipakai
angkutan umum yang menimbulkan hambatan bagi rumus sebagai berikut :
lalu lintas sekitarnya
Sesuai dengan kebijakan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan sekitar Kawasan Royal
dan Pasar Lama telah ditentukan titik lokasi Keterangan :
penempatan halte yaitu : W = Lebar Jalur Pejalan Kaki
Di jalan Ahmad Yani, berdekatan dengan jalan V = Volume Pejalan Kaki (orang/menit/meter)
akses menuju kawasan hunian. N = Lebar tambahan sesuai dengan keadaan
Di jalan KH Abdul latief, berdekatan dengan jalan setempat
akses menuju kawasan hunian. Berikut adalah jumlah pejalan kaki yang
melintas sepanjang koridor Jalan Tirtayasa
3. Parkir Tabel 4
Sebagian pejalan kaki berkunjung ke Royal Penghitungan Aliran pejalan kaki
dengan menggunakan kendaraan pribadi, seperti Lokasi Penghitungan
No. Jam
yang sudah dibahas pada gambaran umum bahwa Titik I Titik 2 Titik 3
10.00 10.15 76 84 77
pengunjung lebih memilih parkir di bahu jalan (on 10.15 10.30 62 79 69
street parking) dekat dengan toko yang mereka tuju, 10.30 10.45 89 82 91
dibandingkan dengan parkir di tempat yang sudah 10.45 11.00 50 89 73
Sesi I 11.00 11.15 78 115 108
disediakan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten 11.15 11.30 65 98 92
Serang yang tidak jauh lokasinya yaitu di taman 11.30 11.45 84 106 118
parkir taman sari yang hanya berjarak 100 m dari 11.45 12.00 93 125 102
597 778 730
pintu masuk Royal. 15.00 15.15 160 129 117
15.15 15.30 153 139 159
15.30 15.45 181 195 147
4. Pelayanan Untuk Jalur Service / Jasa 15.45 16.00 155 218 178
Lingkungan Sesi II 16.00 16.15 183 227 239
Pelayanan untuk kendaraan darurat sangat 16.15 16.30 196 257 264
16.30 16.45 219 286 273
penting seperti polisi dan pemadam kebakaran, 16.45 17.00 245 264 317
dibutuhkan jalur khusus yang dapat mengakses 1492 1715 1580
keluar masuknya kendaraan darurat apabila terjadi 18.00 18.15 131 129 187
18.15 18.30 188 228 298
sesuatu yang darurat dalam kawasan perencanaan. 18.30 18.45 185 239 303
Jika dilihat dari jalur jalan yang berdekatan dan 18.45 19.00 247 247 296
bersinggungan dengan koridor jalan Tirtayasa ini Sesi III 19.00 19.15 266 261 334
19.15 19.30 283 289 326
jalur service bisa dialihkan pada : 19.30 19.45 315 329 354
Kawasan komersil sepanjang Jl. Juhdi, jalur 19.45 20.00 330 347 364
1945 2069 2462
service dapat diakses melalui jalan tersebut,
Sumber : pengamatan langsung

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 5


Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Sa. Tirtayasa, Kota Serang Dengan Pendekatan Pedestrianisasi (Memanusiakan Pejalan
Kaki)
Dimana : diameter saluran yang disesuaikan dengan
Titik I, Di pintu gerbang Royal (persimpangan kebutuhan. Melihat dari itu maka kondisi eksisting
antara Jl. Tirtayasa dan Jl. Kitapa) sesuai dengan rencana yang ada hingga tinggal
Setelah melakukan penghitungan di lokasi dijalankan sesuai kebijakan yang ada.
tersebut, aliran pejalan kaki tertinggi adalah pada Sampah, Dilokasi tidak terdapat tempat
malam hari pada pukul 19.45 20.00 yaitu sebanyak pembuangan sampah sementara sehingga pedagang
330 pejalan kaki, pada jam ini terpadat karena kaki lima membuang sampah dan limbah di lahan
survey dilakukan malam minggu maka pada kuartal tempat mereka berjualan. Hingga rencana kedepan
ini banyak pemuda pemudi yang berlalu lalang yang disesuaikan dengan RTBL yang ada.
ingin sekedar berjalan jalan sambil bermalam Listrik, Jaringan listrik dipasang mengikuti
minggu atau berbelanja. pola jaringan jalan dengan system pemasangan
Lebar Trotoar = 100 cm memakai kabel udara/ kawat terbuka yang dialiri
Lebar Curb = 20 cm dari gardu induk yang terdapat di Kelurahan
Lebar efektif ( WE ) = 100 20 = 80 cm Kaligandu. Dalam kondisi eksisting tiang listrik
Volume puncak 15 menit ( Vp15) = 330 pejalan kaki dipasang tepat ditengah trotoar, ini mengganggu alur
Volume pejalan kaki : pejalan kaki. Kedepannya diharapkan tiang listrik
tidak menghalangi alur pedestrian.
Air bersih, Mempertahankan penggunaan
PDAM sebagai pemasok air bersih, sesuai dengan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang telah
= 27,5 ada.
= 27 pejalan kaki/menit/meter 7. Kondisi dan Tata Bangunan pada Koridor
Royal
Titik 2, Di simpang tiga (pertigaan Royal) Pola blok lingkungan dalam kawasan ini
Puncak aliran pejalan kaki terpadat pada adalah mengikuti jaringan jalan yang ada dengan
titik ini adalah pada pukul 19.30 19.45 yaitu 347 pola grid. Bangunan pada sepanjang koridor Jalan
pejalan kaki.Dimana pada titik tersebut merupakan S.A Tirtayasa merupakan bangunan dengan tipologi
persimpangan dengan Jalan Juhdi yang pada koridor ruko dengan besaran kavling sedang luas lahan 250-
tersebut terdapat Borobudur Mall yang merupakan 600 m. Orientasi bangunan menghadap langsung
pusat perbelanjaan. pada jalan tersebut dengan GSB nol dan ketinggian
Lebar trotoar = 100 cm rata rata 1 hingga 2 lantai. Jika melihat dari rujukan
Tinggi Curb = 20 cm RTBL tentang Tata Bangunan yang isinya sebagai
Lebar efektif ( WE ) = 100 20 = 80 cm berikut :
Volume Pejalan kaki : a. Bentuk, Ukuran dan Konfigurasi Blok
Lingkungan.
Pola blok lingkungan adalah pola grid. Pola grid
tersebut terbentuk dari jalan akses ke dalam distrik
ini. Sehingga akan memudahkan pembagian
kavling.
Pejalan kaki/menit/meter b. Pengaturan, Bentuk, dan Ukuran, Pengelompokan
6. Utilitas Drainase dan Konfigurasi Kavling
Melanjutkan kebijakan dari Rencana Tata - Pada kawasan komersial, besaran kavling
Bangunan dan Lingkungan yaitu memperbaiki merupakan kavling sedang dengan luas lahan
system yang telah ada di kedua sisi jalan, yang 250 600 m.
terletak di bawah jalur pedestrian. Jaringan drainase - Pada kawasan hunian, besaran kavling
ini menuju ke kali Banten. Drainase berlubang baik merupakan kavling besar dengan luas lahan 600
ditempatkan di luar rute perjalanan pejalan kaki. Jika 1000 m
tidak terpenuhi, lubang (seperti penutup berlubang, c. Pengaturan dan Pengelompokan Bangunan
lubang palka, gorong, dan penutup lainnya) - Bangunan pada sepanjang Jl. Tirytayasa
semestinya tidak berlubang lebih dari 1,3 cm, dan merupakan bangunan dengan tipologi ruko.
limpahan airnya harus tidak menggenangi - Bangunan pada sepanjang Jl. Kitapa merupakan
permukaan trotoar. Pembuangan air kotor seperti air bangunan dengan tipologi landed house
limbah dari toko yang berada sepanjang koridor ini Bermassa tunggal.
dibuang langsung ke saluran dibawah pedestrian d. Letak dan Orientasi Bangunan
yang berada tepat di bawah kerb. Sedangkan - Bangunan yang terletak di sepanjang Jl.
menurut RTBL yang ada bahwa Jaringan saluran Tirtayasa memiliki GSB nol, untuk memperkuat
IPAL terletak dibawah saluran drainase, dengan karakter street wall pada koridor jalan tersebut.

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 6


Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Sa. Tirtayasa, Kota Serang Dengan Pendekatan Pedestrianisasi (Memanusiakan Pejalan
Kaki)
Bangunanbangunan tersebut memiliki orientasi persimpangan Jl. Tirtayasa Jl. Maulana Yusuf, dan
pada jalan tersebut. Jl. Tirtayasa Jl. Diponegoro sebagai penunjuk arah
- Bangunan yang terletak di sudut jalan, terutama jalan. Penempatan dan dimensi rambu pada jalur
Jl. Diponegoro Jl Tirtayasa dan Jl. TIrtayasa pedestrian harus disesuaikan dengan spesifikasi
Jl. Maulana Yusuf, memiliki orientasi pada rambu, jenis rambu sesuai dengan kebutuhan dan
persimpangan tersebut. sesuai dengan keadaan medan.
e. Ketinggian dan Elevasi Bangunan Penerangan, Penerangan khusus bagi
- Pada bangunan komersial ( ruko ), ditentukan pejalan kaki belum tersedia .Sedangkan penempatan
ketinggian bangunan sebesar 3 lantai. lampu formal terdapat pada jalan S.A Tirtayasa dan
- Pada bangunan komersial ( guest house dan Jalan Tubagus. Penempatan lampu penerangan
losmen ), ditentukan ketinggian bangunan berada pada 75 cm dari curb, atau ditengah zona
sebesar 1-2 lantai. elemen, dan ditempatkan pada sisi koridor jalan
f. Ketinggian Lantai Bangunan sepanjang pedestrian. Pemasangan bersifat tetap dan
Pada bangunan komersial, ketinggian lantai bernilai struktur. Cahaya lampu cukup terang
bangunan sebesar 4 m. Jika dibandingkan dengan sehingga apabila pejalan kaki melakukan
kondisi sekarang dan RTBL yang ada tidak ada penyebrangan bisa terlihat pengguna jalan baik
perbedaan yang jauh, maka rencana pada aspek ini diwaktu gelap/malam. Cahaya lampu tidak membuat
tetap mengikuti kebijakan RTBL yang sudah ada. silau pengguna jalan lalu lintas kendaraan.
8. Peraturan Zonasi Tempat duduk, Sepanjang koridor Royal
Kebijakan dan peraturan yang berlaku pada jalur pedestrian blum tersedianya tempat duduk
sebagai pendukung perencanaan konsep pedestrian dan beristirahat untuk pejalan kaki, mengingat lebar
mall sebagai perwujudan dari konsep pedestrianisasi jalur pedestriannya yang hanya 1 meter dan dipakai
ini ada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai lapak oleh pedagang kaki lima. Area untuk
tahun 2005 yang merumuskan peningkatan kualitas duduk dan beristirahat dibutuhkan pada semua rute
jalan yang mengutamakan pejalan kaki. yang lebarnya 1,5 meter (5 kaki). Area duduk dan
Melihat pada Rencana Tata Bangunan dan beristirahat sepanjang jalur pedestrian menyediakan
Lingkungan dimana peraturan zone tata guna suasana nyaman dan dapat dinikmai para pejalan
lahannya/per nya adalah sebagai berikut : kaki terutama bagi yang mobilitasnya rendah dan
a. Arah dan Kawasan Pengembangan , bahwa akan kekurangan stamina. Bangku ditempatkan pada zona
dikembangkan segitiga komersial ( Pasar Lama elemen atau pada depan bangunan, bangku harus
Royal Calung ), maka perkembangan akan menghadap ke arah jalan.
mengarah pada kawasan Calung di sebelah Utara Aksesori Jalan, Aksesoris jalan pada
distrik ini. kawasan Royal sangat minim bahkan sangat jarang
b. Sedangkan untuk Kawasan Penyangga yaitu ditemukan hanya beberapa pot tanaman. Belum
kawasan hunian di bagian Utara dan Selatan terdapat lampu lampu hias yang bisa mempercantik
koridor ini yang merupakan kawasan penyangga kawasan.Untuk itu diperlukan penataan yang lebih
koridor Royal. baik sehingga tercipta kawasan wisata belanja yang
Untuk zona tetap mempertahankan rencana nyaman dan menarik. Penempatan lampu hias hanya
yang sudah tertulis di RTBL, bahwa kawasan ini ada pada saat event event tertentu.
dibagi 2 zona yaitu zona 1 dengan arahan
pengembangan sebagai segitiga komersil yang 10. Perawatan
arahan pengembangannya pada kawasan Calung, Perawatan rutin yang biasanya dilakukan
sedangkan zona 2 merupakan zona buffer atau umumnya kebersihan.Kegiatan ini yaitu
penyangga kawasan, dimana kawasan penyangga mengangkut sampah pada pukul 6 pagi dan
tersebut diambil kawasan hunian di bagian utara dan menyapu jalan pada pukul 6 pagi yang dilakukan
selatan. oleh dinas Kebersihan Kota Serang. Perawatan/
9. Kelengkapan Jalan / Street Furniture Tanda- maintenance sangat penting untuk menjaga dan
Tanda memelihara kawasan tersebut seperti membersihkan
Yang dimaksudkan dengan tanda tanda mall, membersihkan sampah, menggantikan
adalah rambu rambu yang berkaitan dengan rambu penerangan jalan yang rusak, merawat pohon dan
petunjuk arah dan petunjuk letak.Rambu rambu yang street furniture lainnya, merawat jalur pedestrian
terdapat pada koridor Royal yaitu rambu parkir dan jika ada permukaan yang rusak dan berlubang, dan
rambu penunjuk arah.Untuk rambu parkir mendekorasi mall pada saat hari besar tertentu agar
seharusnya ditiadakan karena pengunjung akan terjaga pemeliharaannya dan terjaga ke-estetikaan-
parkir pada bahu jalan, sedangkan lahan parkir nya.
sudah disediakan. Sedangkan untuk rambu penunjuk Berdasarkan pengamatan, masalah yang
arah di tempatkan pada dua lokasi yaitu pada ditemui adalah kurang terawatnya kondisi jalur

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 7


Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Sa. Tirtayasa, Kota Serang Dengan Pendekatan Pedestrianisasi (Memanusiakan Pejalan
Kaki)
pedestrian saat ini. Hal ini disebabkan karena dua Kesimpulan
hal yaitu : Setelah melakukan pengamatan,
i. Tidak adanya tindak lanjut dari instansi yang mengidentifikasi dan menganalisa masalah serta
bertanggung jawab dalam pemeliharaan merumuskan kriteria perencanaan dan desain di
terhadap kerusakan kerusakan yang ada lokasi studi, maka kesimpulan yang didapat adalah
sepanjang koridor Royal ini. sebagai berikut : (1) Kriteria perencanaan dan desain
ii. Tidak ada koordinasi yang baik antar dinas jalur pedestrian merupakan isu yang sangat penting
dinas yang terlibat dalam pemeliharaan sarana dalam mengupayakan terciptanya sebuah ruang yang
dan pra sarana koridor Royal, sehingga tidak nyaman dan aman bagi pejalan kaki; (2) Konsep
terjalin kerjasama yang baik antar dinas. pedestrian mall (semi mall) merupakan konsep yang
cocok untuk diterapkan pada kawasan Royal untuk
Analisa Faktor Fisik dapat menciptakan ruang publik bagi pejalan kaki
1. Faktor Alam yang nyaman dan aman ditengah ruang Kota; (3)
Jenis Tanah Konsep dan desain perencanaan jalur pedestrian
Mengenali jenis tanah umumnya dilakukan haruslah bisa mengakomodasi semua pengguna jalur
sebelum merencanakan suatu kawasan karena tanah pedestrian baik anak anak, remaja, dewasa, orang
merupakan fondasi dasar bangunan. Dari mengenali tua, dan pejalan kaki dengan keterbatasan fisik
jenis tanah bisa diketahui apakah jenis tanah tersebut sehingga tercipta ruang yang nyaman, aman, dan
merupakan jenis tanah yang cocok untuk dibangun sesuai bagi pejalan kaki; (4) Diperlukannya
dengan tipe bangunan vertikal atau tipe bangunan koordinasi pemantauan dalam upaya penegakan
bermassa satu, atau justru tidak cocok untuk hukum (kebijakan yang berlaku) dan adanya sanksi
dibangun. yang tegas terhadap pelanggarnya.

Klimatologi/Cuaca,
Pengaruh lingkungan antara lain iklim Daftar Pustaka
menimbulkan berbagai masalah dalam kaitannya Department of Transport Highway And Traffic.
dengan para pejalan kaki, antara lain : Design Considerations for Pelican and
a. Musim kemarau, pada musim kemarau khususnya Zebra Crossing. TA 52/87.
daerah tropis akan terasa lebih panas, terlebih jika
tidak ada fasilitas peneduh seperti halte atau pohon Departemen Pekerjaan Umum. Pedoman
peneduh yang membuat pejalan kaki segan untuk Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan
berjalan kaki. Selain itu permukaan jalan dan jalur Utama No. 032/T/BM/1999. Jakarta 1999.
pejalan kaki yang menggunakan aspal, beton, dan
paving dapat memantulkan panas kepada orang Ditjen Bina Marga/Sweroad. Indonesian Highway
yang sedang berjalan kaki. Untuk itu Capacity Manual (IHCM). Jakarta. 1996.
diperlukannya pengadaan fasilitas peneduh seperti
halte dan pohon sepanjang koridor untuk Ditjen Bina Marga. Pedoman Teknik. Standar
menambah kenyamanan dalam berjalan kaki. Perencanaan Geometrik Jalan Kota. Jakarta.
b. Musim hujan, bila musim hujan jalur pedestrian 1992.
yang ada baik yang di perkeras atau tidak, menjadi
rusak karena tergenang air. Hal ini bisa disebabkan Ditjen Bina Marga. Pedoman Teknik. Standar
karena system drainase yang kurang baik. Spesifikasi Trotoar. Jakarta. 1992.
Topografi
Kemiringan tanah perlu diketahui untuk Department of Transport Highway and Traffic.
mengetahui aliran air sehingga bisa dipastikan Design Considerations for Pelican And
daerah mana yang rawan genangan air pada saat Zebra Crossing. TA 28/87.
musim hujan, dan dalam perencanaannya itu bisa di
minimalisasi. Pada koridor Royal ini bagian barat Djoko Sujarto. Beberapa Pengertian Tentang
menurut pengamatan visual kemiringannya lebih Perencanaan Fisik. Penerbit Bhratara Karya
tinggi dibanding pada bagian timur, ini bisa dilihat Aksara. Jakarta. 1985. hal. 2.
pada saat musim hujan genangan air akan
menumpuk pada bagian timur Royal. Untuk Fruin. 1994: 191: "New York City Transit Authority"
mengatasi masalah ini dibutuhkan sistem drainase (NYTCA)
yang lancar dan baik untuk meminimalisasi masalah
diatas. GEHL. J. Life Between Building. Using Public
Space. Van Nostrand Reinhold Company.
New York. 1987

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 8


Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Sa. Tirtayasa, Kota Serang Dengan Pendekatan Pedestrianisasi (Memanusiakan Pejalan
Kaki)

Homburger. S. and Kell. H. (1984) : "Fundamental


of Traffic Engineering".
11th.California.Department of Engineering
(UK). H.M.S.O. Rood in Urban Areas.
London 1966.

John D. Edwards Jr. Transportation Planning


Handbook. P.E Institute of Transportation
Engineers. Prentice Hall. Englewood Cliffs.
1992. hal.445

Longo. Gianni dan Roberto Grambilla. For


Pedestrian Only. Whitney Library of
Design. New York. 1997.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi Kedua. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka.
1998.

Transportation Research Board (TRB). Highway


Capacity Manual. Special Report
209.Washington. 1994.

Untermann. Richard K.. Accomodating The


Pedestrian. Van Nostrand Reinhold
Company Inc.. New York. 1986.

Walpole. Ronald E. and Myers. Raymond H.. Ilmu


Peluang dan Statistik untuk Insinyur dan
Ilmuan. ITB. 1986.

Widjayanti Endang. Pedestrian Flow and Level of


Service for Sidewalks in Central Jakarta.
Thesis tidak dipublikasikan. Program
Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya.
Program Pasca Sarjana. ITB. 1974.

Jurnal Planesa Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 9

Anda mungkin juga menyukai