Anda di halaman 1dari 6

1.

Resume Kasus
Pada hari Kamis, 16 November 2017, dokter dan kader Puskesmas Tanjung
Enim telah melakukan kunjungan rumah Ibu Sri Waningsih, wanita, usia 28 tahun di
Tegal Rejo RT 02 Tanjung Enim. Pasien berobat ke Puskesmas dengan keluhan
demam sejak dua minggu yang lalu, demam disertai menggigil dan berkeringat
banyak terutama pada malam hari dengan pola demam tiga hari sekali (tertiana).
Demam disertai pusing kepala, mual tidak muntah, lemah, dan nyeri otot. Riwayat
tinggal di Bangka kurang lebih setengah tahun lalu dan riwayat penyakit terdahulu
berupa malaria hingga dirawat di salah satu Rumah Sakit Bangka. Pasien belum
melakukan pengobatan baik mandiri atau dengan bantuan profesional sebelum
berobat di Puskesmas Tanjung Enim. Hasil pemeriksaan darah tepi (+) malaria.
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang maka disimpulkan
pasien menderita malaria dan mendapatkan obat berupa DHP dan Primakuin serta
pengobatan simptomatis berupa parasetamol. Pemeriksaan dilakukan pada tanggal
kunjungan rumah.

2. Determinan Sosial Kesehatan (Faktor Risiko) yang diidentifikasi


2.1 Jelaskan metode identifikasi dan pelaksanaannya
Metode yang digunakan dalam kunjungan rumah kali ini adalah metode
observasi dan metode kualitatif.
Observasi
Metode observasi dilakukan dengan kunjungan secara langsung ke
tempat tinggal pasien yang dilakukan oleh dokter dan perawat. Diobservasi
secara langsung dengan melihat pola perilaku pasien, keluarga, ekonomi,
budaya, dan lingkungan. Kemudian dilaukan observasi juga terhadap
bagaimana faktor risiko yang berpengaruh terhadap keadaan pasien, kondisi
atau perilaku tetangga terdekat pasien yang dapat juga mempengaruhi
keadaan pasien, dan kebersihan serta kondisi lingkungan sekitar yang
kurang baik.

Metode kualitatif
Selain dilakukan metode observasi, dokter dan perawat juga melakukan
metode kualitatif. Dokter dan perawat melakukan metode kualitatif dengan
tanya jawab langsung kepada pasien seputar keluhan, riwayat perjalanan
penyakit, riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien, riwayat
penyakit yang diderita keluarga yang berhubungan dan berpengaruh, dan
pengetahuan yang diketahui pasien, serta mengenai penyakitnya. Setelah
itu, dokter dan perawat melakukan observasi faktor risiko biologi, perilaku,
lingkungan sosial keluarga, lingkungan sosial ekonomi budaya, dan sistem
jaminan kesehatan nasional.

2.2 Hasil identifikasi determinan sosial kesehatan


a. Faktor risiko biologis individu
Faktor Hospes
Penyakit malaria pada umumnya dapat menyerang semua golongan
umur, anak-anak lebih rentan terhadap malaria. Infeksi malaria tidak
membedakan jenis kelamin, namun pada wanita hamil dapat
menambah resiko untuk terkena malaria.
Faktor Vektor
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen
hidup ataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya, bila diikuti
dengan kontak efektif dengan manusia yang rentan akan menjadi
stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu proses penyakit.
Penyebab penyakit malaria dari genus Plasamodium, family
Plasmodiidae dan ordo Coccidiidae. Hingga saat ini parasit malaria
yang dikenal ada 4 macam, yaitu :
a. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering
menyebabkan malaria otak/berat dengan risiko kematian yang
tinggi.
b. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
c. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana.
d. Plasmodium ovale, jarang dijumpai terbanyak ditemukan di Afrika
dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh
lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi
campuran (mixed infection). Kejadian infeksi campuran ini biasanya
paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara Plasmodium
falcifarum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae.
Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini
jarang terjadi. Infeksi campuran ini biasanya terjadi di daerah yang
tinggi angka penularannya.

b. Faktor risiko perilaku individu


Kebersihan rumah tidak terjaga
Pasien biasa mencuci pakaian setiap akhir pekan. Pakaian bisa digunakan
2 hingga 3 kali, dan tidak tersusun rapih.
Kebiasaan tersebut mengakibatkan banyaknya nyamuk yang bersarang
di sekitar baju bekas pakai. Selain itu, kebiasaan mencuci baju sekali
dalam seminggu mengakibatkan makin banyaknya pakaian bekas pakai
yang menumpuk sehingga menambah risiko nyamuk yang bersarang
disekitar baju bekas pakai.
Tidak menerapkan program 3M plus (menutup tampungan air, mengubur
barang bekas, menguras bak dan penampungan air, menabur abate)
Tidak terdapat jadwal kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar
rumah.
Keberhasilan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tergantung
pada kesediaan orang yang bersangkutan untuk melaksanakan dan
menjaga perilaku sehat. Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya, antara lain makan dengan menu seimbang,
melakukan kegiatan fisik secara teratur dan cukup, tidak merokok dan
meminum minuman keras serta menggunakan narkoba, istirahat yang
cukup, mengatasi atau mengendalikan stres dan memelihara gaya hidup
positif untuk kesehatan. Angka kejadian malaria dapat dicegah dengan
penerapan perilaku sehat. Perilaku ideal yang berkaitan dengan
pencegahan malaria adalah:
a. Malam hari berada di dalam rumah dan bila keluar rumah selalu
memakai obat anti nyamuk oles (repellent) atau mengenakan pakaian
yang tertutup
b. Menggunakan obat anti nyamuk atau kelambu waktu tidur malam
hari
c. Tidak menggantungkan pakaian bekas di dalam kamar/rumah
d. Mengupayakan keadaan dalam rumah tidak gelap dan lembab dengan
memasang genting kaca dan membuka jendela pada siang hari
e. Memasang kawat kasa di semua lubang/ventilasi dan jendela untuk
mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah
f. Membuang air limbah di saluran air limbah agar tidak menyebabkan
genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk
g. Melestarikan hutan bakau di rawa-rawa sepanjang pantai.
h. Menjauhkan kandang ternak dari rumah/tempat tinggal.
i. Membunuh jentik nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik
(kepala timah, gupi, mujair) pada mata air, saluran irigasi tersier,
sawah, anak sungai yang dangkal, rawa-rawa pantai dan tambak ikan
yang tidak terpelihara
j. Merawat tambak-tambak ikan dan membersihkan lumut yang ada
dipermukaan secara teratur
Perilaku ideal berkaitan dengan pengobatan malaria antara lain:
a. Segera ke tempat pelayanan kesehatan bila demam
b. Bersedia diperiksa sediaan darah
c. Minum obat sesuai anjuran petugas kesehatan.

c. Fakor risiko lingkungan


Sistem pembuangan air yang tidak sehat
Lingkungan padat penduduk
Faktor iklim wilayah
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni
atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu)
makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah
suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pada suhu 26,7oC masa
inkubasi ekstrinsik pada spesies Plasmodium berbeda-beda yaitu
P.falciparum 10 samapi 12 hari, P.vivax 8 samapi 11 hari, P.malariae 14
hari P.ovale 15 hari. Suhu udara yang optimum bagi kehidupan nyamuk
berkisar antara 25-30o C. Proporsi tergigit nyamuk Anopheles menggigit
adalah untuk di luar rumah 23-24oC dan didalam rumah 25-26oC sebagai
suhu optimal. Ditunjang dengan sektor pertambangan di Kabupaten
Muara Enim seperti batubara yang juga menyebabkan kenaikan suhu dan
kelembapan udara.
Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk.
Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan
menggigit, istirahan, dan lain-lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban 60%
merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk.
Pada kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering
menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria. Nyamuk
Anopheles paling banyak menggigit di luar rumah pada kelembaban 84-
88%dan di dalam rumah 70-80%.
Pengelolaan limbah yang tidak sehat
Penggunaan kelambu dan kawat kasa
Pemasangan kawat kasa pasda ventilasi akan menyebabkan semakin
kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni
rumah, dimana nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah. Penggunaan
kasa pada ventilasi dapat mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles
dan manusia. Masyarakat yang rumahnya tidak terlindung dari nyamuk
mempunyai risiko 2,41 kali untuk tertular malaria dibandingkan dengan
rumah yang terlindung dari nyamuk.

d. Faktor risiko lingkungan sosial ekonomi budaya


Kebiasaan keluar rumah
Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana
vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan
nyamuk. Kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam hari
dan juga tidak berpakaian berhubungan dengan kejadian malaria
Pemakaian kelambu
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemakaian kelambu secara
teratur pada waktu tidur malam hari mengurangi kejadian malaria.
Menurut salah satu penelitian, penduduk yang tidak menggunakan
kelambu secara teratur mempunyai risiko kejadian malaria 6,44 kali
dibandingkan dengan yang menggunakan kelambu.
Obat anti nyamuk
Kegiatan ini hampir seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat
seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, oles maupun
secara elektrik.
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap
kejadian malaria tetapi umumnya mempengaruhi jenis pekerjaan dan
perilaku kesehatan seseorang.

e. Faktor risiko sistem jaminan kesehatan nasional

Anda mungkin juga menyukai