Anda di halaman 1dari 3

Kerajaan Islam di Jawa

a. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa setelah jatuhnya Kerajaan Hindu
Majapahit. Kerajaan Islam di Jawa Tengah ini, semula bernama Glagahwangi, sebuah
desa di sebelah selatan Jepara, hadiah dari Prabu Brawijaya V (Kertabumi, Raja
Majalahit) pada putranya, Raden Fatah yang juga disebut Pangeran Jinggun. Disitulah
didirikan pesantren masjid Agung Demak. Oleh Prabu Brawijaya, Raden Fatah diangkat
menjadi Pangeran Adipati Bintara. Tahun 1478, Majapahit ditaklukan Prabu
Giridrawardana dari Kediri yang mengangkat dirinya sebagai Prabu Brawijaya VI.
Peristiwa ini ditandai dengan canda sengkala Sirna hilang kertaning bumi (1478/1400
saka). Pada kesempatan ini, para wali mengangkat Raden Fatah sebagai pelanjut
keturunan Brawijaya V sebagai Sultan di Bintara Demak dengan gelar Alam Akbar Al-
Fatah.

Menurut sumber lain, Sunan Ampel memberi nama kepada Raden Fatah Senapati Jinbun
Abdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden Fatah memang lahir
di Palembang. Menurut sejarah, ketika Raden Fatah masih dalam kandungan ibunya yang
berasal dari Cina, ibu muda ini diceraikan oleh Brawijaya V dan dihadiahkan kepada
Aryadama Adipati Palembang. Sementara itu, Prabu Brawijaya VI yang memerintah
Majapahit pada tahun 1498 M dikalahkan oleh Prabu Udara yang kemudian menamakan
dirinya Brawijaya VII.

Pada masa pemerintahan Sultan Trenggana ini, Demak mengalami masa kejayaan, tetapi
juga merupakan akhir dari sejarahnya. Sultan Trenggana bercita-cita untuk mengislamkan
seluruh Jawa. Untuk Jawa Barat pengislamannya diserahkan kepada pendatang yang luar
pengetahuan islamnya, ahli dalam bidang strategi militer, dan cakap pula mengatur
pemerintahan, yaitu Fatahillah atau Syarif Hidayatullah yang setelah wafat dikenal
sebagai Sunan Gunung Jati.
Kerajaan Islam Pajang

Kesultanan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Islam Demak, Sultan pertamanya
ialah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Ia adalah menantu Sultan Trenggana yang
diberi kekuasaan di Pajang. Setelah ia mengambil alih kekuasaan dari tangan Arya
Panangsang tahun 1546 M seluruh kebesaran kerajaan dipindahkan ke Pajanng, dan ia
diberi gelar Sultan Adiwijaya.

Sepeninggal Sultan Adiwijaya tahun 1587 M kedudukannya digantikan oleh Aria


Panggiri, anak Sunan Prawoto. Sementara itu anak Sultan Adiwijaya yaitu Pangeran
Benawa diberi kekuasaan di Jipang. Akan tetapi, ia mengadakan pemberontakan kepada
Aria Panggiri dengan bantuan Panembahan Senopati dari Mataram. Usahanya itu berhasil
dan ia memberikan tanda terima kasih kepada Panembahan Senopati berupa hak atas
warisan ayahnya. Akan tetapi, Panembahan Senopati menolak tawaran tersebut dan hanya
meminta pusaka kerajaan Pajang untuk dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian,
Kerajaan Pajang berada di bawah perlindungan Mataram yang kemudian menjadi daerah
kekuasaan Mataram.

Kerajaan Islam Mataram.

Setelah permohonan Panembahan Senopati Mataram atas penguasa Pajang berupa pusaka
kerajaan dikabulkan, keinginannya untuk menjadi raja sebenarnya telah terpenuhi. Dalam
tradisi Jawa, penyerahan pusaka seperti itu berarti penyerahan kekuasaan. Panembahan
Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M dan sepeninggalnya, ia digantikan oleh putranya
bernama Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613M. Seda Ing Krapyak
digantikan oleh putranya Sultan Agung (1913-1646M)

Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak bersenjata antara Kerajaan Islam
Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1646 M ia digantikan oleh putranya
Amangkurat I. pada saat terjadi perang saudara dengan Pangeran Alit, ia mendapat
dukungan dari para ulama. Akibatnya para ulama pendukung dibantai habis pada tahun
1947M. pemberontakan itu kemudian diteruskan pleh Raden Kajoran tahun 19677-
1678M. pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang meruntuhkan Kerajaan Islam
Mataram.

Anda mungkin juga menyukai