Anda di halaman 1dari 46

OPTIMASI ALOKASI SUMBER DAYA AIR

BERDASARKAN KETERSEDIAAN AIR DAN BENEFIT SECTORS


(STUDI KASUS : SUB DAS AMBANG KABUPATEN MALANG)

AGIS

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Alokasi


Sumber Daya Air Berdasarkan Ketersediaan Air dan Benefit Sectors (Studi Kasus :
Sub DAS Ambang Kabupaten Malang) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016

Agis
NIM G24120010
ABSTRAK
AGIS. Optimasi Alokasi Sumber Daya Air Berdasarkan Ketersediaan Air dan
Benefit Sectors (Studi Kasus : Sub DAS Ambang Kabupaten Malang). Dibimbing
oleh I PUTU SANTIKAYASA.
Peningkatan jumlah penduduk dan pengembangan ekonomi serta pertanian
menyebabkan peningkatan permintaan sumberdaya air pada sektor tersebut.
Kompetisi pemenuhan permintaan sumberdaya air semakin meningkat akibat
pertumbuhan permintaan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan ketersediaan air.
Penelitian ini menggunakan pendekatan ketersediaan air dan benefit dari setiap
sektor dalam alokasi air kepada pengguna dengan studi kasus di Kabupaten Malang
dengan sumber air dari Sub DAS Ambang. Analisis dilakukan pada dua skenario
waktu yang berbeda yaitu 2012 - 2015 untuk mendeskripsikan waktu saat ini dan
2016 - 2035 untuk mendeskripsikan waktu dimasa depan. Benefit pada setiap sektor
diturunkan dari benefit function dan optimasi alokasi adalah untuk mencapai benefit
maksimum untuk keseluruhan sektor. Kabupaten Malang dalam penelitian ini
diasumsikan memiliki 3 sektor penting yang memberikan manfaat besar, baik segi
ekonomi, lingkungan maupun sosial. Sektor tersebut yaitu sektor domestik,
pertanian (sawah) dan industri. Pada penelitian ini PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum) sebagai regulator sektor domestik dan industri. Hasil penelitian
menunjukkan, dari ketiga sektor tersebut, sektor pertanian memiliki nilai kebutuhan
air bulanan maupun tahunan yang sangat tinggi dibandingkan dengan sektor
domestik dan industri, tetapi secara rata-rata keuntungan paling maksimum dari
hasil produksi air didapat dari sektor industri. Pada periode masa depan, diprediksi
akan terjadi penurunan alokasi air sebesar 10% dan 20% yang mengakibatkan
benefit yang dihasilkan oleh ketiga sektor juga menurun secara signifikan.

Kata kunci : alokasi air, benefit function, kebutuhan air, model optimasi
ABSTRACT

AGIS. Optimization of Water Resources Allocation based on Water Supply


and Benefit Sectors (Case Study : Sub DAS Ambang Malang District). Supervised
by I PUTU SANTIKAYASA.
The population growth and development of economic and agriculture led to
an increasing demand of water resources. Competing water demands is expected to
increase due to increasing demand that is not followed by increasing the water
availability. This research uses water availability and benefits sector approaches on
the water allocation to the water user in sub DAS Ambang - Malang District, as a
case study. The analysis was performed under two different time scenarios 2012
2015 and 2016 2035 to describe the present and future periods, respectively. This
research aim to optimize the total benefit of each sector which was derived based
on the benefit function. Malang District is assumed to have three main sectors which
provides the benefit on economic, environmental and social. Those sectors are
domestic, agriculture (rice fields) and industry. In this study, PDAM (Regional
Water Company) is as a regulator of domestic and industrial sectors. The results
show that the agricultural sector has the highest water demand compare with the
domestic and industrial sectors in both monthly and annual period. However, the
maximum benefit is obtained from industrial sector. It was expected the decreasing
allocation of water by 10% and 20% in the future period, which is affected by the
significantly decreasing of benefits in three sectors.

Keywords: water allocation, benefit function, water demand, model optimization


OPTIMASI ALOKASI SUMBER DAYA AIR
BERDASARKAN KETERSEDIAAN AIR DAN BENEFIT SECTORS
(STUDI KASUS : SUB DAS AMBANG KABUPATEN MALANG)

AGIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji dan syukur, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
akhir yang berjudul Optimasi Alokasi Sumber Daya Air Berdasarkan Ketersediaan
Air dan Benefit Sectors (Studi Kasus : Sub DAS Ambang Kabupaten Malang).
Penulisan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan masa
studi pada Program Studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan
Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. I Putu Santikayasa, S.Si,
M.Sc selaku pembimbing atas segala bantuan, bimbingan, dan memberikan arahan
serta masukan yang membangun dalam penyusunan tugas akhir ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak M. Subur dan Alm. Ibu
Atin Hasanah yang telah memberikan dukungan penuh, baik doa dan restu selama
ini, kedua kakak kandung Andri Wiharna dan Romdoni atas dukungan finansial dan
doa, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman satu bimbingan skripsi, sahabat
dari TPB yaitu Budi Lestyono dan sahabat di BPH UKM Century IPB yaitu Setyo
Cahyanto atas saran, masukan dan menjadi teman curhat selama ini. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Keluarga GFM Angkatan 49, Bagian Lab.
Hidrometeorologi, OMDA Wapemala Sumedang, Sahabat PKM-KC PWS, Sahabat
PKM-M Gomet, Sahabat PKM-M Gumpalan dan UKM Century IPB atas
persaudaraan, kebersamaan, dan dukungan serta doa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tulisan tugas akhir ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan. Demikianlah tulisan tugas akhir ini disusun, semoga
bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2016

Agis
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Bahan 2
Alat 3
Prosedur Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 32
DAFTAR TABEL

1 Nama, sumber dan periode data yang digunakan pada penelitian 3


2 Kebutuhan air domestik per orang per hari menurut kategori kota 4
3 Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Proses Industri 4

DAFTAR GAMBAR

1 Peta wilayah Kabupaten Malang 7


2 Peta Sub DAS Brantas Hulu 8
3 Curah hujan bulanan dan tahunan Kabupaten Malang tahun 2005-2015 8
4 Sebaran spasial curah hujan bulanan Kabupaten Malang tahun 2015 9
5 Suhu rata-rata Kabupaten Malang tahun 2005-2012 10
6 Peta sebaran kebutuhan air tahunan sektor domestik di Kabupaten
Malang 12
7 Jumlah kebutuhan air bulanan sektor domestik di Kabupaten Malang 12
8 Peta sebaran kebutuhan air tahunan sektor pertanian di Kabupaten
Malang 13
9 Jumlah kebutuhan air bulanan sektor pertanian (sawah) di Kabupaten 14
10 Peta sebaran kebutuhan air tahunan sektor industri setiap Kecamatan di
Kabupaten Malang 15
11 Jumlah kebutuhan air bulanan sektor industri di Kabupaten Malang 15
12 Grafik fungsi manfaat ekonomi (benefit function) sektor domestik 16
13 Grafik fungsi manfaat ekonomi (benefit function) sektor industri 16
14 Grafik fungsi manfaat ekonomi (benefit function) sektor pertanian
(sawah) 16
15 Model optimasi alokasi sumberdaya air Kabupaten Malang 18
16 Alokasi air kondisi saat ini (tahun 2012-2015) pada 3 sektor berdasarkan
model optimasi Aquarius 19
17 Nilai manfaat (benefit) kondisi saat ini (2012-2015) pada 3 sektor
berdasarkan berdasarkan model optimasi Aquarius 19
18 Alokasi air kondisi saat ini dan tahun proyeksi (skenario penurunan
suplai air 10% dan 20%) pada 3 sektor berdasarkan model optimasi
Aquarius 20
19 Nilai benefit kondisi saat ini dan tahun proyeksi (skenario penurunan
suplai air 10% dan 20%) pada 3 sektor berdasarkan model optimasi
Aquarius 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Skenario sektor domestik pada Aquarius 25


2 Skenario sektor industri pada Aquarius 25
3 Skenario sektor pertanian (sawah) pada Aquarius 26
4 Contoh output grafik sektor domestik pada Aquarius 26
5 Contoh output grafik sektor industri pada Aquarius 27
6 Contoh output grafik sektor sawah pada Aquarius 27
7 Data olahan kebutuhan air sektor domestik 28
8 Data olahan kebutuhan air sektor industri 29
9 Data olahan kebutuhan air sektor pertanian (sawah) 30
10 Diagram Alir Prosedur Analisis Data 31
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penurunan ketersediaan dan suplai sumberdaya air dewasa ini menjadi isu
lingkungan paling penting yang dihadapi oleh berbagai negara. United Nations
Environment Programme (2002) memperkirakan hampir dua per tiga dari seluruh
bangsa di dunia akan mengalami kesulitan sumberdaya air pada tahun 2025. Hal
tersebut juga terjadi di Indonesia yang hampir 70 persen wilayahnya adalah perairan.
Namun, sumberdaya air tersebut belum bisa dimanfaatkan dan tidak tersebar merata
pada seluruh wilayah. Cepatnya pertumbuhan penduduk disertai dengan
peningkatan standar hidup, urbanisasi, dan pertumbuhan industri, telah
menyebabkan peningkatan permintaan, kompetisi dalam penggunaan, dan konflik
antar sektor pengguna air (Sadiyah 2012).
Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah terletak di Provinsi Jawa
Timur yang memiliki sumberdaya air berasal dari DAS Brantas. Berdasarkan
kajian komprehensif yang telah dilakukan, menyatakan bahwa ketersediaan air di
DAS Brantas untuk pemenuhan kebutuhan air beberapa sektor di Kabupaten
Malang terbilang cukup, namun akan cenderung mengalami kekurangan air pada
musim kemarau dalam jangka panjang (Perdinan et al. 2014). Sehingga, perlu
adanya pengalokasian sumberdaya air untuk mendapatkan manfaat sebesar-
besarnya baik dari segi ekonomi, lingkungan maupun sosial. Akan tetapi alokasi air
di daerah ini belum banyak dikaji, sedangkan informasi mengenai alokasi air akan
sangat membantu menentukan seberapa banyak air yang dapat digunakan pada
beberapa sektor penting, seperti : pertanian, domestik dan industri.
Alokasi sumber daya air bagi kesejahteraan orang banyak dapat diciptakan
dengan melibatkan berbagai instrumen yang mendorong pemanfaatan sumberdaya
itu secara efektif dan efisien. Selain pengembangan perangkat kelembagaan untuk
mengelola air, berbagai literatur dalam pengelolaan sumberdaya, seperti Just et al.
(1982), Pearce (1993) dan Merret (1997) menyarankan ekonomi sebagai instrumen
pengelolaan yang mendorong terbentuknya alokasi air optimal bagi kesejahteraan
semua orang. Secara praktis penerapan instrumen ekonomi dalam pengelolaan
sumberdaya air merupakan suatu teknik pembebanan biaya kepada para pengguna
agar alokasi air dapat dimanfaatkan secara bijak. Tekhnik alokasi tersebut dapat
dilakukan dengan cara pengelolaan kebutuhan air (water demand management) dan
menentukan harga air (water pricing).
Dalam mengkaji dan menentukan alokasi air pada suatu wilayah dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan oleh suatu perangkat lunak. Perangkat
lunak yang dapat digunakan yaitu software Aquarius. Diaz et al. (1997) menyatakan
bahwa software Aquarius merupakan jenis aplikasi untuk mengoptimalkan alokasi
air pada suatu wilayah dengan menggunakan fungsi/kriteria manfaat ekonomi yang
didasarkan pada teori permintaan Marshallian.
2

Perumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Berapa nilai ketersediaan dan permintaan (kebutuhan) air sektor domestik,
industri dan pertanian setiap bulannya di Kabupaten Malang ?
2. Berapa nilai manfaat (benefit) air sektor domestik, industri dan pertanian
setiap bulannya di Kabupaten Malang ?
3. Bagaimana alokasi air yang harus dibuat sehingga mendapatkan benefit
yang optimum dari setiap sektor ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alokasi sumberdaya air saat


ini dan estimasi dimasa depan (air yang tersedia dan permintaan air) pada tiga sektor
yaitu : domestik, sawah dan industri serta menganalisis alokasi sumberdaya air
optimal menggunakan pendekatan fungsi ekonomi di Kabupaten Malang.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah menghasilkan model prediksi alokasi air untuk
menjadi masukan pada pengambilan suatu kebijakan dan keputusan suatu instansi
pemerintahan dalam manajemen alokasi air.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan optimasi alokasi


sumberdaya air yang dilakukan pada tiga sektor yaitu sektor domestik, industri, dan
pertanian. Wilayah kajiannya mencakup Kabupaten Malang dan Sub DAS Ambang
(Amprong dan Bango) yang merupakan bagian dari DAS Brantas Hulu.

METODE

Bahan

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data ketersediaan air yang
berasal dari Sub DAS Ambang, data-data pendukung untuk mencari nilai kebutuhan
air serta data curah hujan dan suhu. Berikut adalah nama data, sumber dan periode
data yang digunakan pada penelitian.
3

Tabel 1 Nama, sumber dan periode data yang digunakan pada penelitian

Data Sumber Periode


Standar Nasional Indonesia Badan Standardisasi Nasional Data harian
(SNI) kebutuhan air sektor (BSN) tentang SNI kebutuhan
domestik dan industri air
Jumlah penduduk
Jumlah industri Data bulanan
Badan Pusat Statistik (BPS)
Luas lahan sawah menurut selama 5 tahun
Kabupaten Malang
jenis irigasi (2010-2015)
Nilai produksi padi IR-64
Biaya produksi air PDAM Website online PDAM Data 5 tahun
Kabupaten Malang Kabupaten Malang terakhir (2010-
2015)
Curah hujan Website online Badan
Suhu Meteorologi Klimatologi dan
Data harian
Geofisika (BMKG) dan data
(2005-2015)
reanalisis dari Climate data
Library (website IRI/LDEO)
Debit di DAS Brantas Hulu Laporan Balai Besar Wilayah Data harian
yaitu Sub DAS Ambang Sungai (BBWS) Brantas / Dinas (2012-2015)
(Amprong dan Bango). Pekerjaan Umum.

Alat

Alat yang digunakan untuk pengolahan dan analisis data dalam penelitian
ini adalah seperangkat personal computer (PC) yang dilengkapi dengan perangkat
lunak Ms. Office 2016, Surfer 10, ArcMap 10.1, Eto Calculator, Aquarius dan
perangkat lunak penunjang lainnya.

Prosedur Analisis Data

Identifikasi Wilayah Kajian (Karakteristik Wilayah dan Iklim, Kondisi


Penduduk/Industri/Pertanian)
Identifikasi wilayah kajian dilakukan dengan melakukan pemetaan tutupan
lahan Kabupaten Malang dan Sub DAS Ambang menggunakan Arc Map 10.1.
Kemudian karakteristik iklim yang meliputi curah hujan dan suhu rata-rata diolah
menggunakan Microsoft Excel. Untuk mengetahui sebaran curah hujan secara
spasial menggunakan Surfer. Kondisi Penduduk, industri dan pertanian secara
umum dihasilkan dari studi literatur.
4

Perhitungan Kebutuhan air sektor Domestik dan Industri

Perhitungan kebutuhan air sektor domestik, industri dan pertanian (sawah)


didapat dengan menggunakan rumus dan diolah menggunakan Microsoft Excel.
Nilai kebutuhan air yang didapatkan yaitu kebutuhan air bulanan dengan
menerapkan rumus sebagai berikut :
Domestik = Jumlah penduduk perkecamatan x Standar Nasional Indonesia
(SNI) kebutuhan air domestik x Jumlah hari dalam 1 bulan

Tabel 2 Kebutuhan air domestik per orang per hari menurut kategori kota

Kategori Kota Jumlah penduduk Kebutuhan air bersih


(Ribu Jiwa) (L/O/H)
Semi urban 3 20 60 90
Kota kecil 20 100 90 110
Kota sedang 100 500 100 125
Kota besar 500 1000 120 150
Metropolitan > 1000 150 200
Sumber: Penyusunan neraca spasial sumber daya alam sumber daya air (SNI6728.1:2015)

Industri = Jumlah industri perkecamatan x Standar Nasional Indonesia


(SNI) kebutuhan air industri x Jumlah hari dalam 1 bulan

Tabel 3 Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Proses Industri

Jenis Industri Jenis Proses Industri Kebutuhan Air (L/Hari)


Industri Rumah Belum ada, rekomendasi dapat disesuaikan dengan
Tangga kebutuhan air rumah tangga
Industri Kecil
Industri Sedang Minuman ringan 1.600 11.200
Industri es 18.000 67.000
Kecap 12.000 97.000
Industri Besar Minuman ringan 65.000 78 Juta
Industri pembekuan 225.000 1,35 Juta
ikan dan biota perairan
lainnya
Industri Tekstil Proses pengolahan 400 700 l/kapita/hari
tekstil
Sumber: Pedoman Perencanaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai, Direktorat Jenderal Sumberdaya
Air (SNI6728.1:2015)

Perhitungan Kebutuhan air sektor Pertanian (Sawah)


Pertanian = Evapotranspirasi tanaman padi (Etc) Presipitasi Efektif
Etc = Eto x Kc
Eto (Evapotranspirasi) menggunakan Eto calculator (persamaan Penmant-
Monteith)
5

Nilai Kc (koefisien tanaman padi) menurut FAO (2012) :


Bulan ke-1 = 1,00 Bulan ke-3 = 1,20
Bulan ke-2 = 1,35 Bulan ke-4 = 0,56

Tahapan perhitungannya sebagai berikut :


a. Estimasi Nilai Evapotranspirasi (Eto)
Eto Calculator
Eto calculator adalah aplikasi yang menilai evapotranspirasi (Eto) dari
data meteorologi dengan menggunakan persamaan FAO Penman-Monteith.
Program ini dapat mengolah dan menghasilkan keluaran data harian, persepuluh
hari, dan data iklim bulanan. Data dapat diberikan dalam berbagai unit dan ketika
data yang dimiliki sangat terbatas misal hanya berisi suhu udara maksimum dan
suhu udara minimum, aplikasi ini masih memungkinkan untuk mendapatkan
estimasi data evapotranspirasi (Eto) persepuluh hari maupun data bulanan (FAO
2012).
Persamaan Penman-Monteith
Dalam aplikasi Eto calculator persamaan Penman-Monteith yang
digunakan untuk mendapatkan nilai evapotranspirasi dikembangkan dari rumus
FAO Penman-Monteith (Anonim 1999) yang diuraikan sebagai berikut :

0.408 Rn G u 2 es ea
900
ETo = T 273 ........................... (1)
1 0.34u 2

keterangan :
ETo = Evapotranspirasi acuan(mm/hari),
Rn = Radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ/m2/hari),
G = Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),
T = Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m (oC),
u2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s),
es = Tekanan uap jenuh (kPa),
ea = Tekanan uap aktual (kPa),
= Kurva kemiringan tekanan uap (kPa/oC),
= Konstanta psychrometric (kPa/oC).

b. Estimasi Nilai Evapotranspirasi Tanaman (Etc)


Evapotranspirasi tanaman atau penggunaan konsumtif tanaman merupakan
besarnya kebutuhan air untuk tanaman. Evpotranspirasi tanaman diestimasi dengan
menggunakan rumus (Dinas PU 1982) :

Etc = Eto x Kc ........................................................... (2)

Keterangan :
ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Kc = koefisien tanaman sesuai jenis dan pertumbuhan vegetasinya
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari).
6

c. Presipitasi Efektif untuk Sawah


Curah hujan efektif adalah curah hujan yang dialihragamkan menjadi aliran
permukaan (limpasan). Curah hujan efektif untuk irigasi diambil 70% dari curah
hujan tengah bulanan yang terlampaui 80% dari waktu dalam periode tersebut.
Untuk perhitungan ini angka-angka curah hujan yang dipergunakan adalah angka
curah hujan rata-rata bulanan dari stasiun-stasiun yang dekat dengan areal ini
(Chow et al. 1988) :

Re = 0.7 x R80/n ......................................................... (3)

Keterangan :
Re = curah hujan efektif(mm/hari) n = Jumlah hari
R80 = Curah hujan andalan tengah bulan (mm/hari)

Analisis Hubungan Kebutuhan air dan Fungsi Manfaat Ekonomi

Pada fungsi manfaat ekonomi (benefit function) terdapat hubungan antara


kebutuhan air dalam satuan juta m3 atau MCM (Meter Cubic Million) dengan nilai
manfaat yang didapat dalam satuan Rp/juta m3 atau Rp/MCM. Pada tahap ini
dilakukan analisis nilai manfaat maksimum yang didapat ketika sektor
mendapatkan supply air yang tersedia. Untuk dapat membuat grafik benefit
function, memiliki tahapan sebagai berikut (Diaz et al. 2002) :
Domestik dan Industri
Benefit = (Kebutuhan air (water demand) x harga air per m3) biaya produksi air
bulanan PDAM.
Pertanian (sawah)
Benefit = (Produksi padi bulanan x harga gabah kering x jumlah hari dalam sebulan)
biaya produksi per hektar.
Benefit function = memplotkan secara grafik scatter antara (benefit / water demand)
sebagai sumbu y dengan water demand sebagai sumbu x.

Mengestimasi Alokasi Sumberdaya Air Optimum untuk Tiga Sektor


(Domestik, Sawah dan Industri) Kabupaten Malang

Estimasi alokasi sumberdaya air optimum dilakukan menggunakan


software Aquarius. Pada tahap ini dilakukan 2 skenario perbedaan waktu yaitu data
ketersediaan air (debit) Sub DAS Ambang 2012-2015 (saat ini) dan 2016-2035
(proyeksi) dialokasikan untuk 3 sektor (yaitu domestik, sawah dan industri). Data
2016-2035 merupakan data bangkitan software HEC-HMS yang juga didapat dari
asumsi pertambahan atau pengurangan data dari tahun 2012-2015. Pada tahun
proyeksi dilakukan skenario penurunan suplai air sebanyak 10 % dan 20% dari air
yang tersedia serta penambahan jumlah permintaan air sebanyak 10% dan 20%
untuk mengetahui perbedaan nilai manfaat (benefit) yang diberikan setiap sektor.
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Wilayah

a. Geografis dan administrasi


Kabupaten Malang

Gambar 1 Peta wilayah Kabupaten Malang

Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah yang terletak di Provinsi


Jawa Timur yang memiliki luas wilayah 323.827,32 hektar. Secara geografis
Kabupaten Malang terletak pada 112 17' 10,90" sampai dengan 112 57' 00" BT dan
7 44' 55,11" sampai dengan 8 26' 35,45" LS. Secara administratif, wilayah
Kabupaten Malang terbagi menjadi 33 kecamatan, 12 kelurahan, 378 desa, 3.125
RW dan 14.352 RT. Dengan ibukota kabupaten terletak di kota Kepanjen.
Kabupaten yang terletak di bagian selatan ini memiliki batas administratif, yaitu : a).
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jombang, Mojokerto dan Pasuruan ;
b). Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia ; c). Sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Kediri ; d). Sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Lumajang dan Probolinggo.
Kondisi topografi Kabupaten Malang merupakan daerah dataran tinggi yang
dikelilingi oleh beberapa gunung dan dataran rendah atau daerah lembah pada
ketinggian 250-500 meter di atas permukaan laut (dpl) yang terletak di bagian
tengah wilayah Kabupaten Malang. Daerah dataran tinggi merupakan daerah
perbukitan kapur (Pegunungan Kendeng) di bagian selatan pada ketinggian 0-650
meter dpl, daerah lereng Tengger-Semeru di bagian timur membujur dari utara ke
selatan pada ketinggian 500 3600 mdpl dan daerah lereng Kawi-Arjuno di bagian
barat pada ketinggian 500 3300 mdpl (BPS 2015).
8

Sub DAS Ambang

Gambar 2 Sub DAS Brantas Hulu (Sumber: Bappenas, 2012)

Sub DAS Ambang kepanjangan dari Sungai Amprong dan Sungai Bango.
Sub DAS Ambang terdapat di daerah hulu Kabupaten Malang. Sub DAS Ambang
adalah bagian dari DAS Brantas. Daerah Aliran Sungai Brantas merupakan DAS
strategis sebagai penyedia air baku untuk berbagai kebutuhan seperti PDAM,
pembangkit listrik, irigasi dan lain-lain. Panjang DAS Brantas sekitar 320 km dan
memiliki luas kurang lebih 12.000 km2, yang mencakup 25% luas propinsi Jawa
Timur.
Sub DAS Ambang terletak pada koordinat 11202837 11205855 BT dan
704428801957LS. Secara administratif terletak pada wilayah Kota Batu, Kota
Malang dan Kabupaten Malang. Jumlah kecamatan yang masuk Sub DAS Ambang
sebanyak 21 kecamatan, dengan rincian sebagai berikut: (a) Kota Batu yang masuk
SUB DAS ada 3 kecamatan yang terdiri dari 22 kelurahan; (b) Kota Malang yang
masuk SUB DAS Ambang ada 5 kecamatan yang terdiri dari 48 desa/kelurahan;
dan (c) Kabupaten Malang yang masuk Sub DAS Ambang ada 13 kecamatan yang
terdiri dari 146 desa. Berdasarkan data bangkitan model HEC-HMS, pada tahun
2012 hingga 2015 rata-rata jumlah debit air yang mengalir ke Sub DAS Ambang
adalah 4 6,5 m3 per hari dan 3200 3500 juta m3 per tahun (BBWS Brantas 2011).

b. Kondisi Iklim
Curah Hujan (mm)

6000
Curah Hujan Total

4000

4000 3000
2000
(mm)

2000 1000
0 0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Apr

Jun

Aug

Nov
Jul
May
Feb
Mar

Sep
Oct
Jan

Dec

Bulan Tahun

Gambar 3 Curah hujan bulanan dan tahunan Kabupaten Malang tahun 2005-2015
9

Januari Februari Maret

April Mei Juni

Juli Agustus September

Oktober November Desember


Gambar 4 Sebaran spasial curah hujan bulanan Kabupaten Malang tahun 2015

30 2005
Suhu (C)

25 2006
2007
20 2008
15 2009
2010
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2011
Bulan 2012

Gambar 5 Suhu rata-rata Kabupaten Malang tahun 2005-2012


Gambar 3, 4, dan 5 di atas merupakan kondisi iklim bulanan Kabupaten Malang
yang menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tipe curah hujan munsoonal yang
10

memiliki puncak hujan sekitar bulan Desember-Februari (selama musim dingin Asia)
dan musim kering bulan Juni - Agustus - September (selama musim dingin Australia).
Tahun 2014 dan tahun 2015 bulan Agustus dan September terjadi musim kemarau
berkepanjangan dan curah hujan yang sangat rendah sehingga di Kabupaten Malang
terjadi kekeringan. Wilayah Malang tergolong wilayah yang mempunyai suhu udara
rata-rata relatif rendah sekitar 22C hingga 26,8C. Kelembaban udara di wilayah ini
berkisar antara 66% hingga 91%. Rata-rata kecepatan angin di ketiga pos stasiun
pengamat antara 1,8 sampai dengan 4,7 km/jam.Tahun 2014, curah hujan rata-rata
sebesar 1.800-3.000 mm pertahun dengan rata-rata curah hujan bulanan antara 15,3
mm hingga 417,4 mm (BMKG 2015).

c. Penduduk
Data terbaru Badan Pusat Statistik (2015) hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi
Nasional) menyatakan bahwa Kabupaten Malang tahun 2014 memiliki jumlah
penduduk sebanyak 2.527.087 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki 1.268.609
jiwa (50,24%) dan perempuan 1.257.478 jiwa (49,76%). Menurut data registrasi BPS
(2015) di antara 33 kecamatan di Kabupaten Malang, Kecamatan Singosari memiliki
jumlah penduduk terbesar, yaitu sebesar 174.724 jiwa dengan komposisi laki-laki
87.271 jiwa dan perempuan 87.453 jiwa. Kecamatan yang memiliki penduduk terkecil
adalah Kecamatan Kasembon dengan jumlah penduduk 31.707 jiwa dengan komposisi
laki-laki 15.625 jiwa dan perempuan 16.082. Kepadatan penduduk Kabupaten Malang
pada tahun 2014 mencapai 880 jiwa/km2. Beberapa kecamatan yang memiliki
kepadatan tinggi di atas 2000 jiwa/km2 adalah Kecamatan Kepanjen, Pakisaji dan
Pakis. Sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan 1500 - 1999 jiwa/km2 adalah
Kecamatan Turen, Pagelaran, Sumberpucung, Lawang dan Dau. Selebihnya memiliki
kepadatan dibawah 1500 jiwa/km2.

d. Industri
Kabupaten Malang dominan memiliki industri skala besar dan sedang. Data
jumlah unit usaha disajikan menurut klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KLUI), menjadi sembilan sub-sektor industri pengolahan, yaitu : a). Makanan,
minuman, tembakau ; b). Tekstil, pakaian, kulit ; c). Barang dari kayu, perabot ; d).
Kertas, percetakan, penerbitan ; e). Kimia, minyak bumi, karet, plastik ; f). Galian
bukan logam ; g). Logam dasar ; h). Barang logam, mesin, peralatan ; i). Pengolahan
lainnya. Dari sekitar 220 perusahaan industri pengolahan yang tercatat pada tahun
2013, menurut skalanya tercatat sekitar 34 industri besar dan 186 industri sedang.
Sedangkan jika dilihat komposisi subsektornya maka sekitar 38,18 persen (84 unit
usaha) merupakan industri makanan dan minuman. Sekitar 18,87 persen (29 unit
usaha) merupakan industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, sedangkan sisanya adalah
industri lainnya. Berdasarkan data Podes (Potensi Desa), jumlah industri skala kecil
sampai besar di setiap desa yang berada di Kabupaten Malang memiliki total 12286
industri dengan jenis industri sebagai berikut : 1). Industri kulit (tas, sepatu,sandal, dll.)
11

; 2). Industri kayu (mebeul) ; 3). Industri logam mulia dan bahan dari logam (perabot,
perhiasan dari logam dll.) ; 4). Industri anyaman (peralatan dari rotan/bambu, rumput,
mendong, pandan, tikar, tas, hiasan dinding, dll.) ; 5). Industri gerabah/keramik/batu
(genteng, batu bata, porselin, tegel, keramik, dll.) ; 6). Industri dari kain/tenun
(kerajinan tenun dan konveksi) ; 7). Industri makanan dan minuman (pengolahan dan
pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak, susu dan makanan
dari susu, makanan lain, dan industri minuman) ; 8). Industri lainnya (BPS 2015).

e. Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor andalan dalam perekonomian Kabupaten
Malang. Menurut Dinas Pertanian dan Perkebunan sebagian besar wilayah Kabupaten
Malang merupakan lahan pertanian, yaitu : sekitar 15,74 persen (49.593 hektar)
merupakan lahan sawah 31,31 persen (98.641 hektar) adalah tegal/ladang/kebun, 6,21
persen (19.578 hektar) adalah areal perkebunan dan 19,67 persen (61.955 hektar)
adalah hutan. Fasilitas jaringan irigasi telah banyak dibangun meliputi bendungan
tetap, bangunan air, sumber air, pintu air dan saluran pembawa air yang diperuntukkan
untuk mencukupi kebutuhan pengairan lahan sawah seluas 46.033 hektar. Sebagian
produksi pangan terutama padi pada tahun 2014 mencapai 435.081 ton, menurun
dibanding tahun sebelumnya (BPS 2015). Hal tersebut salah satunya disebabkan biaya
untuk memproduksi padi dari mulai pengolahan hingga panen mengalami banyak
kenaikan. Biaya produksi padi untuk satu hektar sawah di Kabupaten Malang, rata-rata
mencapai 17 - 18 juta rupiah (ILPPD 2015).

f. PDAM
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Malang adalah Perusahaan milik
Pemerintah Daerah yang merupakan suatu alat Otonomi Daerah. PDAM Kabupaten
Malang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 6 Tahun 1981 dengan
modal pertama melayani 3 (tiga) Kecamatan dengan 4.823 pelanggan dan jumlah
pegawai sebanyak 48 orang. Setelah mendapat bantuan Paket LOAN IBRD
(International Bank For Reconstruction and Development) 2275 IND pada tahun
1985 berupa 9 Unit IKK (Ibu Kota Kecamatan) dan 4 Unit BNA, pelayanan PDAM
berkembang pada saat ini dengan jumlah pelanggan mencapai 68.584 SR
(Sambungan Rumah) yang tersebar di 25 Unit Pelayanan dari total 33 Kecamatan
yang ada di wilayah Kabupaten Malang. Sebagai kesatuan Ekonomi, PDAM
Kabupaten Malang mempunyai dua Misi yaitu Kemanfaatan Umum (Sosial) dan
Kemanfaatan Khusus (Mencari Laba) dan tidak semata-mata menetapkan tarip air
minum berdasarkan pertimbangan keuntungan saja. Realisasi pendapatan usaha
PDAM tahun 2011 sebesar Rp. 46.547.242.908,- sedangkan Realisasi tahun 2010
sebesar Rp 40.371.596.999,- jadi mengalami kenaikan sebesar sebesar 15%, hal itu
dikarenakan adanya pembenahan jaringan pipa transmisi dan distribusi,
penggantian meter air yang sudah tidak akurat, pemasangan meter induk guna
mengurangi kebocoran air serta penambahan kapaitas produksi sehingga dapat
melakukan penambahan pelanggan dan peningkatan penjualan air (PDAM Kab.
12

Malang 2016). Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang Analisis harga air


Malang, PDAM Malang mengeluarkan biaya produksi air dalam setahun sekitar
127 milyar yaitu pada rata-rata tahun 2010-2014 (Rifki Liniati et al. 2015).
Kebutuhan Air (Water Demand) Tiga Sektor Kabupaten Malang

a. Sektor Domestik

Gambar 6 Peta sebaran kebutuhan air tahunan sektor domestik di Kabupaten


Malang (Sumber : Hasil Analisis data BPS tahun 2011-2015)

Berdasarkan Gambar 6 kebutuhan air sektor domestik Kabupaten Malang


dari tahun 2010 sampai 2014 menunjukkan nilai kebutuhan air yang cukup beragam
di setiap kecamatannya. Secara umum kebutuhan air domestik terendah terdapat di
Kecamatan Kasembon dengan jumlah air sekitar 1,44 juta m3/tahun, sedangkan
kebutuhan air tertinggi berada di kecamatan Singosari dengan jumlah air sekitar
6,90 juta m3/tahun. Kecamatan Singosari merupakan wilayah dengan tingkat
kebutuhan air paling tinggi dibandingkan wilayah kecamatan lainnya, hal ini
disebabkan kecamatan Singosari merupakan wilayah dengan jumlah penduduk
tertinggi yaitu 174.724 jiwa atau sekitar 7% dari total 2.527.087 jiwa (BPS 2015).

8.5
8
Juta m3

7.5
7
6.5
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Gambar 7 Jumlah kebutuhan air bulanan sektor domestik di Kabupaten Malang
(Sumber : Hasil Analisis data BPS tahun 2011-2015).
13

Hasil perhitungan dan analisis untuk tahun 2010 sampai 2014 kebutuhan air
rata-rata per tahun hanya untuk wilayah Kabupaten Malang mencapai sekitar 95,08
juta m3/tahun dan mencapai 7 sampai 8,5 juta m3/bulan. Seperti halnya kajian yang
telah dilakukkan oleh BAPPENAS (2012) menyatakan bahwa dalam kurun waktu
5 tahun (2006-2010) kebutuhan air domestik rata-rata pertahun untuk wilayah Kota
Malang dan Kabupaten Malang hampir mencapai 146 juta. Sehingga dapat
diketahui bahwa proporsi kebutuhan air untuk Kabupaten Malang (65,12%) lebih
besar apabila dibandingkan dengan Kota Malang atau Kota Batu di dalam Malang
Raya.

b. Sektor Pertanian

Gambar 8 Peta sebaran kebutuhan air tahunan sektor pertanian di Kabupaten


Malang (Sumber : Hasil Analisis data BPS tahun 2011-2015)

Berdasarkan Gambar 8, sektor pertanian (sawah beririgasi) memiliki nilai


kebutuhan air yang sangat tinggi dibandingkan dengan sektor domestik dan
industri. Kebutuhan air tertinggi mencapai 39,74 juta m3/tahun yang terdapat pada
Kecamatan Gondanglegi dengan luas lahan sawah 3.245 hektar, sedangkan
kebutuhan air terendah terdapat pada Kecamatan Ampelgading dengan kebutuhan
air hanya 5,04 juta m3/tahun yang luas lahan sawahnya hanya 407 hektar. Rata-rata
per kecamatan memiliki nilai kebutuhan air 18,44 juta m3/tahun untuk 3 kali musim
tanam. Musim tanam 1 (Januari-April), musim tanam 2 (Mei-Agustus) dan musim
tanam 3 (September-Desember). Total kebutuhan air untuk sawah di 33 kecamatan
Malang mencapai 608 juta m3/tahun dan memiliki rata-rata kebutuhan air bulanan
sekitar 40 sampai 51 juta m3 dari luas lahan sawah 49.593 hektar.
14

80
60
Juta m3
40
20
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Gambar 9 Jumlah kebutuhan air bulanan sektor pertanian (sawah) di Kabupaten
Malang (Sumber : Hasil Analisis data BPS tahun 2011-2015)

Pada Gambar 9 dapat terlihat bahwa rata-rata kebutuhan air sektor pertanian
(sawah beririgasi) membutuhkan air sekitar 33 juta juta m3 setiap bulannya. Bulan
Mei sampai Agustus nilai kebutuhan airnya 0, dikarenakan pada bulan-bulan
tersebut merupakan musim tanam ke-2 yang selama 5 tahun terakhir (2010-2014)
biasa ditanam oleh tanaman pramusim seperti palawija dan kacang-kacangan,
sehingga tidak dimasukkan dalam nilai kebutuhan air tanaman padi. Dari grafik
tersebut juga dapat mendeskripsikan bahwa sekitar bulan September dan Oktober
sektor pertanian menunjukkan nilai kebutuhan air tertinggi yaitu mencapai 65
sampai 74 juta m3/bulan, seperti halnya kajian yang dilakukan oleh BAPPENAS
(2010) menunjukkan bahwa kebutuhan air pertanian tertinggi terjadi pada bulan-
bulan kemarau seperti September, Oktober dan November (SON), yaitu berkisar
antara 50- 150 juta m3/bulan. Selain itu pada bulan kedua dan ketiga di setiap musim
tanam membutuhkan banyak air dibandingkan dengan bulan pertama dan keempat,
hal ini disebabkan pada bulan kedua dan ketiga merupakan fase transisisi dari
vegetatif ke generatif, yaitu saat padi mengalami fase reproduktif (inisiasi malai-
bunting-pembungaan) dan saat fase inilah kebutuhan air tanaman padi berada pada
titik yang kritis atau sangat tinggi, sedangkan pada bulan pertama kebutuhan air
tidak terlalu tinggi disebabkan bulan tersebut merupakan awal fase vegetatif
(semai-tanam-anakan aktif-anakan maksimum) dan pada bulan keempat
merupakan fase terjadinya pemasakan untuk persiapan panen sehingga kebutuhan
air sangat rendah (Vergara 1976).

c. Sektor Industri
Kebutuhan air sektor industri di Kabupaten Malang menunjukkan nilai
kebutuhan air paling rendah dibandingkan sektor domestik dan pertanian, hal ini
disebabkan luas lahan bangunan industri hanya 0,21% dibandingkan
pemukiman/kawasan terbangun 22,9% maupun sawah 15,74% (ILPPD 2015).
15

Gambar 10 Peta sebaran kebutuhan air tahunan sektor industri setiap Kecamatan
di Kabupaten Malang (Sumber : Hasil Analisis data BPS tahun 2011-2015)

Wilayah dengan kebutuhan air tertinggi yaitu kecamatan Gondanglegi,


Turen dan Poncokusumo. Kecamatan Gondanglegi paling banyak memiliki industri
yaitu sekitar 1810 industri dengan bidang pengolahan gerabah/keramik/batu.
Kecamatan tersebut memiliki kebutuhan air sebesar 4,10 juta m3/tahun. Kecamatan
Turen memiliki 1762 industri dengan bidang pengolahan gerabah/kayu/batu dan
pengolahan kayu untuk mebeul dengan nilai kebutuhan air sebesar 3,3 juta
m3/tahun. Kecamatan Poncokusumo memiliki 1621 industri dengan bidang
pengolahan kayu untuk mebeul serta industri anyaman dari rotan dan bambu dengan
nilai kebutuhan air mencapai 1,4 juta m3/tahun. Sedangkan wilayah dengan
kebutuhan air terendah terdapat di kecamatan Karangploso yang memiliki jumlah
industri sekitar 42 industri kecil (industri makanan dan minuman olahan buah)
dengan kebutuhan air hanya 0,07 juta m3/tahun.
1.70
1.65
Juta m3

1.60
1.55
1.50
1.45
1.40
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan

Gambar 11 Jumlah kebutuhan air bulanan sektor industri di Kabupaten Malang


(Sumber : Hasil Analisis data BPS tahun 2011-2015)
Rata-rata kebutuhan air sektor industri mencapai 1.67 juta m3/bulan dan
mencapai 15-19,6 juta m3 pertahun. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh
BAPPENAS (2012) dalam kurun waktu (2006-2010) rata-rata kisaran kebutuhan
16

air industri bulanan Kabupaten Malang adalah sekitar 0-0,5 juta m3/bulan atau
sekitar 2-6 juta m3/tahun. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningakatan
kebutuhan air yang signifikan dari tahun 2010-2014.

Fungsi Manfaat Ekonomi (Benefit Function) Tiga Sektor Kabupaten Malang

Gambar 12, 13 dan 14 di bawah ini merupakan grafik benefit function sektor
domestik, industri dan pertanian. Menurut Young (1996) benefit function merupakan
fungsi yang berhubungan dengan efisiensi alokasi sumberdaya air dan berkaitan
dengan besarnya tingkat kesejahteraan yang dapat dihasilkan bagi seluruh pengguna.
Pengguna akan mengkonsumsi air sepanjang benefit atau manfaat yang diperoleh dari
tambahan 1 unit penggunanya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Benefit function
pada penelitian ini mendeskripsikan hubungan antara nilai manfaat yang dihasilkan
oleh sektor dengan jumlah air yang dialokasikan untuk sektor tersebut.

4.25
( x 109 rupiah)

4.24
Benefit

4.23 y = -0.2267x2 + 0.1925x + 4.2013


4.22 R = 0.8223

4.21
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Alokasi air (juta m3)

Gambar 12 Grafik fungsi manfaat ekonomi (benefit function) sektor domestik

200.00
(x 109 rupiah)

150.00
Benefit

100.00
y = -1610.6x2 + 629.22x + 91.224
50.00 R = 0.6006
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
Alokasi air (juta m3)

Gambar 13 Grafik fungsi manfaat ekonomi (benefit function) sektor industri


( x 109 rupiah)

300.00
y = -15.559x2 + 84.228x + 46.135
Benefit

200.00 R = 0.1614

100.00

0.00
0 1 2 3 4 5 6
Alokasi air (juta m3)

Gambar 14 Grafik fungsi manfaat ekonomi (benefit function) sektor pertanian


17

Pada penelitian ini PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sebagai regulator
sektor domestik dan industri. Karena pada grafik benefit function ini mendeskripsikan
nilai keuntungan yang didapat oleh PDAM ketika mengalokasikan air untuk sektor
domestik dan industri, sedangkan benefit function untuk sektor pertanian
mendeskripsikan keuntungan yang didapatkan oleh petani secara langsung ketika
mendapatkan suplai air dari Sub DAS Ambang.
Pada Gambar 12 grafik benefit function sektor domestik mendeskripsikan
bahwa korelasi positif (nilai manfaat maksimum) yang dihasilkan air sebesar 4,24 x
109 rupiah akan didapatkan oleh PDAM ketika mengalokasikan air 0,1 sampai 0,4 juta
m3, tetapi akan berkorelasi negatif ketika PDAM mengalokasikan air lebih dari 0,4 juta
m3. Gambar 13 merupakan grafik benefit function sektor industri yang
mendeskripsikan bahwa korelasi positif sebesar sekitar 150 x 109 rupiah ketika
PDAM mengalokasikan air dari 0,01 sampai 0,2 juta m3, tetapi berkorelasi negatif
ketika melebihi 0,2 juta m3. Kemudian, pada Gambar 14 mendeskripsikan sektor
pertanian akan memiliki korelasi positif ketika alokasi air berasal dari Sub DAS
Ambang mencapai 0 sampai 3 juta m3 dengan nilai manfaat sebesar 150 x 109
rupiah, tetapi akan berkorelasi negatif ketika air melebihi 3 juta m3. Untuk sektor
pertanian sendiri pada umumnya mendapatkan alokasi air sebanyak apapun,
manfaat atau keuntungan yang didapatkan tidak akan terlalu meningkat atau
menurun dengan perbedaan yang signifikan, karena air yang didapatkan dari alam
(Sub DAS Ambang) didapatkan tanpa perlu membayar.
Nilai R2 pada grafik menunjukkan nilai tertinggi pada sektor domestik
dengan nilai 0,82 atau 82%, sedangkan nilai R2 terendah terdapat pada sektor
pertanian dengan nilai 0,16 atau 16%. Nilai R2 pada benefit function tersebut hanya
mewakili nilai populasi data dari total data yang memiliki nilai korelasi parameter
yang sama. Benefit function akan berkorelasi positif dan mencapai titik maksimum
nilai benefit-nya, ketika air yang teralokasi jumlahnya mendekati dari yang jumlah
air yang seharusnya dialokasikan. Sedangkan benefit akan berkorelasi negatif
ketika air yang dialokasikan berlebihan atau melebihi dari kapasitas air yang
seharusnya dialokasikan serta kapasitas air yang tersedia, sehingga nilai benefit
yang dihasilkan menurun bahkan bisa mencapai titik minimum (Diaz et al. 2002).

Model Optimasi Alokasi Air Aquarius

Alokasi air pada dasarnya merupakan suatu kegiatan manajemen pemberian


air pada waktu dan jumlah tertentu dengan didasarkan pada jumlah air yang tersedia
dan permintaan air menurut waktu, jenis dan volume yang disesuaikan pada hasil
kesepakatan prioritasnya. Namun, secara fisik manajemen dan keputusan untuk
mengalokasikan air kepada wilayah atau sektor yang berbeda tetap akan
dibebankan kepada pembuat kebijakan (Biju George et al. 2010). Sehingga
diperlukan model pendekatan alokasi air agar dapat menjadi sarana dan masukan
bagi pembuat kebijakan.
18

Beberapa model pendekatan alokasi air biasanya menggunakan skenario,


misalnya skenario alokasi air dengan meminimalkan kesenjangan antara
ketersediaan air dan permintaan air, mengatur pola tanam dan intensitas tanam pada
kasus irigasi tanaman dan skenario berdasarkan perubahan iklim (Santikaya et al.
2014). Skenario yang digunakan memerlukan model developer untuk mampu
menjalankan pendekatan alokasi air. Model developer tersebut seperti WEAP,
SWAT dan Aquarius. WEAP (Water Evaluation And Planning System)
menggunakan pendekatan yang mampu mengalokasikan sumberdaya air kepada
sektor atau pengguna dengan memprioritaskan pengguna terlebih dahulu kemudian
meminimalkan kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan air (Yates et al.
2005 dalam Santikayasa 2014). SWAT (Soil Water Assessment Tool) merupakan
model yang mampu melakukan simulasi secara terus menerus dengan periode
waktu yang lama untuk memprediksi dampak air/tanah dalam manajemen pertanian
dan siklus hidrologi (Arnold et al. 1998 dalam Santikayasa 2014).
Pada penelitian ini model developer yang digunakan adalah Aquarius,
model ini menghitung nilai ekonomi dari masing-masing pengguna atau sektor dari
per m3 air yang dialokasikan. Air yang dialokasikan memiliki tujuan yaitu
memaksimalkan nilai manfaat ekonomi (benefit) dari sumberdaya air tersebut (Diaz
et al. 2002 dalam Lorenzo et al. 2006).

Gambar 15 Model Optimasi Alokasi Sumberdaya air Kabupaten Malang

Gambar 15 merupakan keluaran model optimasi alokasi sumberdaya air


sofware Aquarius. Pada model tersebut terdapat skenario untuk mengoptimumkan
nilai manfaat (benefit) untuk ketiga sektor. Skenario untuk sektor domestik dan
industri dari bulan Januari sampai Desember merupakan bulan yang dioptimumkan
untuk benefit dan air yang dialokasikan. Sedangkan untuk sektor pertanian (sawah)
terdapat dua musim tanam yang diptimumkan, yaitu bulan Januari sampai April dan
September sampai Desember. Hal ini diasumsikan pada bulan Mei sampai Agustus
merupakan musim tanam tanaman pramusim lain misalnya palawija atau kacang-
kacangan, selain itu bulan tersebut merupakan musim kemarau yang sangat
kekurangan air sehingga kurang cocok apabila bulan tersebut diprioritaskan untuk
dioptimumkan pada software Aquarius, seperti yang pendapat Naylor et al. (2007)
dalam Santikayasa (2014) yang menyatakan bahwa untuk proyeksi beberapa tahun
ke depan, biasanya pada bulan April - Juni terjadi peningkatan curah hujan 10%,
19

namun pada musim kemarau seperti Juli September bisa terjadi penurunan curah
hujan hingga 75%. Berikut ini merupakan keluaran model pada 2 skenario waktu
yang berbeda, yaitu tahun saat ini (2012-2015) dan tahun mendatang (2016-2035).

Alokasi air 2012-2015 (Saat ini)


Total alokasi air : 3130 juta m3

Industri 181.7
Sektor

Sawah 2679.5

Domestik 268.8

0 1000 2000 3000


Alokasi air (juta m 3)

Gambar 16 Alokasi air kondisi saat ini (tahun 2012-2015) pada 3 sektor
berdasarkan model optimasi Aquarius

Gambar 16 merupakan grafik rata-rata alokasi sumberdaya air untuk tahun


2012 sampai 2015 dengan alokasi air total sebesar 3130 juta m3. Alokasi air yang
didapat tidak dalam satu tahun penuh karena pada model Aquarius menerapkan
skenario pengoptimuman yang berbeda untuk setiap bulan dan sektornya. Sehingga
suplai air yang berasal dari Sub DAS Ambang mencukupi untuk ketiga sektor. Pada
rentang waktu 2012-2015 alokasi air tertinggi terdapat pada sektor pertanian yang
memiliki nilai sebesar 2679,5 juta m3. Sedangkan untuk sektor domestik dan
industri yaitu 268,8 juta m3 dan 181,7 m3.

Gambar 17 Nilai manfaat (benefit) kondisi saat ini (2012-2015) pada 3 sektor
berdasarkan berdasarkan model optimasi Aquarius
Gambar 17 merupakan grafik rata-rata nilai benefit yang dihasilkan oleh 3
sektor pada tahun 2012 sampai 2015 dengan total nilai sebesar 19 x 109 rupiah.
Benefit tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian dengan nilai sebesar 9,1 x 109
20

rupiah. Sedangkan untuk sektor industri dan domestik yaitu 7,0 x 109 rupiah dan 2,5
x 109 rupiah. Sektor pertanian menghasilkan benefit yang tinggi karena
mendapatkan alokasi air yang juga tinggi yaitu 2679,5 juta m3. Secara presentase
dari nilai alokasi air untuk mendapatkan nilai benefit yang dihasilkan setiap sektor,
industri merupakan sektor yang memiliki nilai presentase paling besar yaitu dari
alokasi 181,7 juta m3 (5,8 % dari total 3130 juta m3) dapat menghasilkan benefit
sebesar 7,0 x 109 rupiah (37,6% dari total 19 x 109 rupiah) atau bisa diartikan dari
1% air yang dialokasikan untuk industri bisa menghasilkan nilai benefit sebesar
6,5%. Hal tersebut bertolak belakang dengan nilai presentase benefit yang
dihasilkan oleh sektor pertanian, dari 1% air yang dialokasikan hanya 0,58% benefit
yang dihasilkan. Kemudian untuk sektor domestik nilai presentase benefit yang
diberikan yaitu 1,55% dari 1% air yang dialokasikan.

Alokasi air Saat ini dan Tahun Proyeksi


Alokasi air (Juta m3)

2679.5 2533
2214.2

268.8 193.8 171.1 181.7 173.1 160.2

Domestik Sawah Industri


Sektor
Tahun 2012-2015 : 3130 juta m3
Tahun 2016-2035 (penurunan suplai air 10%) : 2899,9 juta m3
Tahun 2016-2035 (penurunan suplai air 20%) : 2545,5 juta m3

Gambar 18 Alokasi air kondisi saat ini dan tahun proyeksi (skenario penurunan
suplai air 10% dan 20%) pada 3 sektor berdasarkan model optimasi
Aquarius

Gambar 18 merupakan grafik alokasi air dengan skenario terjadi penurunan


suplai air 10% dan 20%. Pada saat digunakan skenario penurunan suplai air 10%,
saat yang sama juga dikombinasikan dengan peningkatan permintaan air sebesar
10% pada setiap sektor. Hal yang sama juga terjadi pada skenario penurunan suplai
air 20%, yang dikombinasikan dengan peningkatan permintaan air sebesar 20%.
Skenario tersebut dilakukan karena diasumsikan pada masa depan (tahun proyeksi)
terjadi pertumbuhan penduduk yang cepat disertai dengan peningkatan standar
hidup, urbanisasi, dan pertumbuhan industri yang menyebabkan terjadi peningkatan
permintaan air (Sadiyah 2012). Dari tahun saat ini ke tahun proyeksi dengan
penurunan suplai air 20% terjadi penurunan alokasi air yang signifikan, yaitu
hampir mencapai 585 juta m3. Penurunan alokasi air secara total pada ketiga sektor,
juga mempengaruhi nilai benefit yang dihasilkan seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 19.
21

Gambar 19 Nilai benefit kondisi saat ini dan tahun proyeksi (skenario penurunan
suplai air 10% dan 20%) pada 3 sektor berdasarkan model optimasi
Aquarius

Gambar 19 merupakan grafik nilai benefit hasil alokasi air dengan skenario
yang berbeda. Dari kondisi saat ini sampai tahun proyeksi dengan penurunan suplai
air 20% terjadi penurunan total benefit yang signifikan, yaitu sekitar 13,6 x 109
rupiah atau 13,6 milyar rupiah. Pada ketiga sektor, ketika terjadi penurunan alokasi
air maka nilai benefit pun terus mengalami penurunan. Setelah terjadi penurunan
alokasi air, nilai benefit paling minimum terdapat pada sektor domestik. Tetapi
sektor dengan nilai penurunan benefit yang paling besar pada setiap perubahan
skenario adalah sektor industri yang terlihat dari total benefitnya yang tadinya 7
milyar hingga pada akhirnya hanya 0,5 milyar. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa PDAM sebagai regulator sektor domestik dan industri harus tetap menyuplai
air untuk mendapatkan nilai benefit yang optimum.
Gambar 18 dan 19 yang mendeskripsikan tentang penurunan alokasi air
dengan peningkatan permintaan air dapat mengindikasikan bahwa alokasi air yang
disuplai akan berbanding lurus dengan nilai benefit yang dihasilkan oleh masing-
masing sektor. Seperti halnya aplikasi Aquarius yang digunakan untuk membuat
model optimasi alokasi air pada penelitian ini, aplikasi ini akan akan
mengalokasikan air secara optimum kepada sektor yang memberikan benefit atau
nilai manfaat yang paling maksimum (Diaz et al. 2002).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kabupaten Malang mendapatkan sumber pengairan berasal dari DAS Brantas


Hulu yang salah satunya adalah Sub DAS Ambang (Amprong dan Bango). Dalam
penelitian ini, Kabupaten Malang diasumsikan memiliki 3 sektor penting yang
memberikan manfaat besar, baik segi ekonomi, lingkungan maupun sosial. Sektor
tersebut yaitu sektor domestik, pertanian (sawah) dan industri. Sektor pertanian
memiliki nilai kebutuhan air bulanan maupun tahunan yang sangat tinggi
22

dibandingkan dengan sektor domestik dan industri. Berdasarkan nilai benefit


function, sektor pertanian dan industri memiliki nilai benefit yang maksimum ketika
air yang dialokasikan mencapai korelasi positif. Dari nilai benefit function tersebut
dapat menjadi input untuk dapat membuat model optimasi alokasi sumberdaya air
optimum dengan menggunakan software Aquarius. Model optimasi memiliki 2
skenario waktu yang berbeda, yaitu 2012 -2015 untuk mendeskripsikan waktu saat
ini dan 2016 2035 untuk mendeskripsikan waktu dimasa depan. Pada skenario
yang digunakan tahun saat ini, air yang tersedia mampu dialokasikan secara
optimum dan cukup untuk ketiga sektor sehingga benefit yang dihasilkan pun
maksimum untuk setiap sektornya. Sedangkan skenario tahun proyeksi terjadi
penurunan alokasi air sebesar 10% dan 20% yang mempengaruhi nilai benefit yang
dihasilkan oleh ketiga sektor. Sehingga nilai benefit ketiga sektor juga ikut menurun
secara signifikan ketika alokasi air terjadi penurunan. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa alokasi air yang disuplai akan berbanding lurus dengan nilai benefit yang
dihasilkan oleh masing-masing sektor.

Saran

Pada penelitian ini data sumberdaya air hanya berasal dari Sub DAS Ambang
(Amprong) saja yang merupakan salah satu DAS Brantas Hulu. Saran untuk
penelitian selanjutnya diharapkan data pengairannya dapat mewakili seluruh DAS
Brantas Hulu untuk pengairan sektor-sektor yang ada di Kabupaten Malang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Crop Evapotranspiration-Guideline for Computing Crop Water


Requirement. FAO Corporate Document Repository. Tersedia pada
http://www.fao.com .
Arnold JG, Srinivasan R, Muttiah RS, and Williams JR. 1998. "LARGE AREA
HYDROLOGIC MODELING AND ASSESSMENT PART I: MODEL
DEVELOPMENT1." JAWRA Journal of the American Water Resources
Association no. 34 (1):73-89. DOI: 10.1111/j.1752-1688.1998.tb05961x.
Biju G, Hector M, Brian D, Petra H, Luna B, and Sylvain M. 2010. An integrated
hydro-economic modelling framework to evaluate water allocation
strategies II : Scenario. Journal Agricultural Water Management. Colombo,
Srilangka : International Water Management Institute.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data Iklim
Kabupaten Malang. [diunduh pada 2016 Jan 11] Tersedia pada
http://bmkg.go.id .
[BPS]Badan Pusat Statistik. 2013. Alokasi Air di Indonesia. Jakarta (ID).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Malang Dalam Angka. Kabupaten
Malang (ID) : Badan Pusat Statistik.
Brantas, P. 2011. BBWS Brantas. Provinsi Jawa Timur : Malang (ID).
23

[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Indonesia


climate change sectoral roadmap. Indonesia: Bappenas.
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012. Analisa
Perubahan Penggunaan Lahan di Ekosistem DAS dalam Menunjang
Ketahanan Air dan Ketahanan Pangan (Studi Kasus: DAS Brantas). Jakarta
(ID) : Bappenas.
Chow VT, Maidment DR and Mays LW. 1988. Applied Hydrology. Mc. Graw
Hill International Edition. Civil Engineering Series.
Diaz GE, Brown TC. 1997. Aquarius: A general model for efficient water
allocation in river basins. Proceedings of 27th Congress of the
International Association for Hydraulic Research, Theme A: Managing
Water: Coping with Scarcity and Abundance. San Francisco CA (USA) :
Published by the American Society of Civil Engineers NewYork (USA).
[diunduh pada 2015 Dec 15] Tersedia pada
http://www.fs.fed.us/rm/value/aquarius.html .
Diaz GE, Brown TC, Sveinsson O. 2002. AQUARIUS: A Modeling System for
River Basin Water Allocation. USDA Forest Service : General Technical
Report RM-GTR-299-revised. [diunduh pada 2015 Dec 17] Tersedia pada
http://www.fs.fed.us/rm/value/aquariusdwnld.html .
Dirjen Pekerjaan Umum Cipta Karya. 1982. Pengembangan Kawasan Perkotaan,
Kawasan Pedesaan. Jakarta (ID) : Dirjen Pekerjaan Umum.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2012. Eto Calculator Penman-Monteith
equation. [diunduh pada 2016 Feb 24]. Tersedia pada
http://www.fao.org/nr/water/eto.html .
[ILPPD] Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa. 2015. Informasi
Laporan Penyelenggaran Pemerintah Daerah Kab. Malang 2014.
Kabupaten Malang (ID).
Just RE, Hueth DL, and Schmitz A. 1982. Applied Welfare Economics and Public
Policy. New Jersey: Prentice-Hall.
Linati Rifqi A, Ussy D, Chandrasari. 2015. Studi Analisis Harga Air di PDAM
Kota Malang terhadap Kenaikan Biaya Produksi Air. [Skripsi]. Teknik
Jurusan Pengairan. Malang (ID) : Universitas Brawijaya.
Lorenzo A, Paolo P, Paolo B. 2006. Optimal Water Allocation for an Alpine
Hydropower System Under Changing Scenarios. Swiss : Institute of
Hydromechanics and Water Resources Management.
Merret S. 1997. Introduction to the Economics of Water Resources, an
International Perspective. Rowman and Littlefield Publishers Inc : Boston,
Maryland, Amerika Serikat.
Naylor RL, Battisti DS, Vimont DJ, Falcon WP, Burke MB. 2007. Assessing risks
of climate variability and climate change for Indonesian rice agriculture.
Proc Nat Acad Sci. 104:77527757.
24

Pearce DW. 1993. Economic Values and the Natural World. Massachusset Institute
of Technology Press.
Penyusunan neraca sumber daya Bagian 1: Sumber daya air spasial. SNI 19-
6728.1-2002.
Penyusunan neraca sumber daya Bagian 1: Sumber daya air spasial. SNI
6728.1:2015.
Perdinan, Wibowo A, Andria V dan Rakhman A. 2014. Survei pertanian untuk
menganalisa keekonomian kegiatan adaptasi perubahan iklim. Jakarta (ID)
: UNDP.
[PDAM] Perusahaan Daerah Air Minum. 2016. Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Malang. [diunduh 2016 Feb 26]. Tersedia pada
http://pdam.malangkab.go.id/
Sadiyah, Halimatus. 2012. Analisis Ekonomi Alokasi Sumberdaya Air Antar
Wilayah dan Pengguna di Pulau Lombok : Aplikasi Model Optimasi
Dinamik. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana . Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Santikayasa P, Sangam S. 2014. Climate change impact on hydrology and rice yield
in Northeast of Thailand. Thailand : Asian Institute of Technology.
Santikayasa P, Mukand SB, Sangam S, Damien J and Roberto SC. 2014. Evaluation
of water use sustainability under future climate and irrigation management
scenarios in Citarum River Basin, Indonesia. International Journal of
Sustainable Development & World Ecology. Thailand : Asian Institute of
Technology. DOI: 10.1080/13504509.2014.884023.
[UNEP] United Nations Environment Program. 2002. Vital Water Graphics: An
Overview of the State of the Worlds Fresh and Marine Waters. United
Nation, Nairobi.
[USDA] United States Departmen Agriculture. 2015. Tutorial Aquarius. [diunduh
pada 2016 Jan 15] Tersedia pada
http://www.fs.fed.us/rm/value/aquariusdwnld.html
Vergara SB. 1976. Physiological anf morphplogical adaptability of rice varieties
to climate. In Climate and Rice. IRRI. Phillippines.
Young, RA. 1996. Measuring Economic Benefits for Water Investment and
Policies. IBRD. World Bank. Washington DC.
25

LAMPIRAN

Lampiran 1 Skenario sektor domestik yang dimaksimumkan dari parameter


benefit dan water demand

Lampiran 2 Skenario sektor industri yang dimaksimumkan dari parameter benefit


dan water demand
26

Lampiran 3 Skenario sektor pertanian (sawah) yang dimaksimumkan dari


parameter benefit dan water demand

Lampiran 4 Grafik output bulanan sektor domestik, (abu=alokasi, hitam=benefit,


kuning=marjinal)
27

Lampiran 5 Grafik output bulanan sektor industri (abu=alokasi, hitam=benefit,


kuning=marjinal)

Lampiran 6 Grafik output bulanan sektor pertanian (hijau=alokasi,


hitam=benefit, kuning=marjinal)
28

Lampiran 7 Data olahan kebutuhan air sektor domestik

Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan Bulan
Air (MCM) Air (MCM)
Ampelgading 2,12 Jan 8,07
Bantur 2,69 Feb 7,31
Bululawang 2,39 Mar 8,07
Dampit 5,20 Apr 7,82
Dau 2,21 May 8,07
Donomulyo 2,65 Jun 7,82
Gedangan 2,09 Jul 8,07
Gondanglegi 3,03 Aug 8,07
Jabung 2,64 Sep 7,82
Kalipare 2,45 Oct 8,07
Karangploso 2,29 Nov 7,82
Kasembon 1,75 Dec 8,07
Kepanjen 4,23
Kromengan 1,44 Maks Min
Bulan
Lawang 3,53 (MCM) (MCM)
Ngajum 1,86 Jan 0,58 0,12
Ngantang 2,16 Feb 0,53 0,11
Pagak 1,90 Mar 0,58 0,12
Pagelaran 2,53 Apr 0,56 0,12
Pakis 4,81 May 0,58 0,12
Pakisaji 2,90 Jun 0,56 0,12
Poncokusumo 3,48 Jul 0,58 0,12
Pujon 2,38 Aug 0,58 0,12
Singosari 6,86 Sep 0,56 0,12
Sumbermanjing 3,59 Oct 0,58 0,12
Sumberpucung 2,07 Nov 0,56 0,12
Tajinan 1,88 Dec 0,58 0,12
Tirtoyudo 2,32
Tumpang 2,78 Keterangan : MCM (Million Cubic Meter)
atau
Turen 4,92
Juta m3
Wagir 2,94
Wajak 3,12
Wonosari 1,86
29

Lampiran 8 Data olahan kebutuhan air sektor industri

Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan Bulan
Air (MCM) Air (MCM)
Ampelgading 0,20 Jan 1,67
Bantur 0,11 Feb 1,51
Bululawang 0,61 Mar 1,67
Dampit 0,42 Apr 1,61
Dau 0,13 May 1,67
Donomulyo 0,10 Jun 1,61
Gedangan 0,10 Jul 1,67
Gondanglegi 4,10 Aug 1,67
Jabung 0,15 Sep 1,61
Kalipare 0,25 Oct 1,67
Karangploso 0,07 Nov 1,61
Kasembon 0,17 Dec 1,67
Kepanjen 0,65
Kromengan 0,07 Maks Min
Bulan
Lawang 0,47 (MCM) (MCM)
Ngajum 0,96 Jan 0,35 0,006
Ngantang 0,40 Feb 0,31 0,005
Pagak 0,37 Mar 0,35 0,006
Pagelaran 0,35 Apr 0,34 0,006
Pakis 0,59 May 0,35 0,006
Pakisaji 0,42 Jun 0,34 0,006
Poncokusumo 1,36 Jul 0,35 0,006
Pujon 0,58 Aug 0,35 0,006
Singosari 0,50 Sep 0,34 0,006
Sumbermanjing 0,11 Oct 0,35 0,006
Sumberpucung 0,88 Nov 0,34 0,006
Tajinan 0,56 Dec 0,35 0,006
Tirtoyudo 0,14
Tumpang 0,34 Keterangan : MCM (Million Cubic Meter)
atau
Turen 3,29
Juta m3
Wagir 0,55
Wajak 0,46
Wonosari 0,17
30

Lampiran 9 Data olahan kebutuhan air sektor pertanian (sawah)

Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan Bulan
Air (MCM) Air (MCM)
Ampelgading 5,04 Jan 44,85
Bantur 15,65 Feb 53,61
Bululawang 24,00 Mar 55,14
Dampit 18,42 Apr 21,63
Dau 5,87 May 50,42
Donomulyo 25,31 Jun 65,50
Gedangan 9,48 Jul 62,30
Gondanglegi 39,74 Aug 33,19
Jabung 14,88 Sep 65,19
Kalipare 36,49 Oct 74,27
Karangploso 16,09 Nov 55,93
Kasembon 8,57 Dec 26,40
Kepanjen 29,30
Kromengan 20,82 Maks Min
Bulan
Lawang 8,55 (MCM) (MCM)
Ngajum 20,56 Jan 2,95 0,38
Ngantang 14,11 Feb 3,54 0,45
Pagak 6,62 Mar 3,58 0,46
Pagelaran 32,36 Apr 1,38 0,18
Pakis 23,18 May 3,29 0,41
Pakisaji 22,08 Jun 4,28 0,54
Poncokusumo 18,20 Jul 4,08 0,51
Pujon 18,40 Aug 2,17 0,27
Singosari 18,94 Sep 4,26 0,54
Sumbermanjing 10,57 Oct 4,85 0,61
Sumberpucung 22,84 Nov 3,66 0,46
Tajinan 21,30 Dec 1,69 0,22
Tirtoyudo 7,18
Tumpang 18,30 Keterangan : MCM (Million Cubic Meter)
atau
Turen 30,06
Juta m3
Wagir 15,99
Wajak 18,35
Wonosari 11,18
31

Lampiran 10 Diagram Alir Prosedur Analisis Data


32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 24 Februari 1994 dan merupakan anak


ketiga dari pasangan M. Subur dan Atin Hasanah. Penulis menempuh pendidikan
dasar sejak tahun 2000 di SD Negeri Karanganyar hingga tahun 2006 kemudian
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Darmaraja hingga 2009 serta
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri Situraja pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa IPB mayor Meteorologi
Terapan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai koordinator divisi
Partnership & Relationship di UKM CENTURY (Center of Entrepreneurship
Development For Youth) pada tahun 2014 dan sebagai ketua (direktur perusahaan)
UKM CENTURY IPB pada tahun 2015 serta founder Bussiness School
Acceleration (BSA) pada tahun 2015. Selain itu pada tahun 2014 juga terpilih
sebagai koordinator divisi Public Relation pada acara Nasional IPB Bussiness
Festival (IBF). Penulis juga mengikuti kegiatan IPB Goes to Field di Bali tahun
2014. Selama tiga tahun (2013-2015) penulis masuk dalam tim PKM yang didanai
oleh KEMENRISTEKDIKTI. Selain itu, penulis juga menjadi presentator dan
finalis pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) pada tahun 2015.
Selama 2 tahun (2014-2015) penulis juga aktiv mengajar private anak SMP dan
SMA di Bogor untuk mengisi waktu luang dan memenuhi biaya kehidupan sehari-
hari di IPB.

Anda mungkin juga menyukai