AGIS
Agis
NIM G24120010
ABSTRAK
AGIS. Optimasi Alokasi Sumber Daya Air Berdasarkan Ketersediaan Air dan
Benefit Sectors (Studi Kasus : Sub DAS Ambang Kabupaten Malang). Dibimbing
oleh I PUTU SANTIKAYASA.
Peningkatan jumlah penduduk dan pengembangan ekonomi serta pertanian
menyebabkan peningkatan permintaan sumberdaya air pada sektor tersebut.
Kompetisi pemenuhan permintaan sumberdaya air semakin meningkat akibat
pertumbuhan permintaan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan ketersediaan air.
Penelitian ini menggunakan pendekatan ketersediaan air dan benefit dari setiap
sektor dalam alokasi air kepada pengguna dengan studi kasus di Kabupaten Malang
dengan sumber air dari Sub DAS Ambang. Analisis dilakukan pada dua skenario
waktu yang berbeda yaitu 2012 - 2015 untuk mendeskripsikan waktu saat ini dan
2016 - 2035 untuk mendeskripsikan waktu dimasa depan. Benefit pada setiap sektor
diturunkan dari benefit function dan optimasi alokasi adalah untuk mencapai benefit
maksimum untuk keseluruhan sektor. Kabupaten Malang dalam penelitian ini
diasumsikan memiliki 3 sektor penting yang memberikan manfaat besar, baik segi
ekonomi, lingkungan maupun sosial. Sektor tersebut yaitu sektor domestik,
pertanian (sawah) dan industri. Pada penelitian ini PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum) sebagai regulator sektor domestik dan industri. Hasil penelitian
menunjukkan, dari ketiga sektor tersebut, sektor pertanian memiliki nilai kebutuhan
air bulanan maupun tahunan yang sangat tinggi dibandingkan dengan sektor
domestik dan industri, tetapi secara rata-rata keuntungan paling maksimum dari
hasil produksi air didapat dari sektor industri. Pada periode masa depan, diprediksi
akan terjadi penurunan alokasi air sebesar 10% dan 20% yang mengakibatkan
benefit yang dihasilkan oleh ketiga sektor juga menurun secara signifikan.
Kata kunci : alokasi air, benefit function, kebutuhan air, model optimasi
ABSTRACT
AGIS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi
Puji dan syukur, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
akhir yang berjudul Optimasi Alokasi Sumber Daya Air Berdasarkan Ketersediaan
Air dan Benefit Sectors (Studi Kasus : Sub DAS Ambang Kabupaten Malang).
Penulisan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan masa
studi pada Program Studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan
Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. I Putu Santikayasa, S.Si,
M.Sc selaku pembimbing atas segala bantuan, bimbingan, dan memberikan arahan
serta masukan yang membangun dalam penyusunan tugas akhir ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak M. Subur dan Alm. Ibu
Atin Hasanah yang telah memberikan dukungan penuh, baik doa dan restu selama
ini, kedua kakak kandung Andri Wiharna dan Romdoni atas dukungan finansial dan
doa, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman satu bimbingan skripsi, sahabat
dari TPB yaitu Budi Lestyono dan sahabat di BPH UKM Century IPB yaitu Setyo
Cahyanto atas saran, masukan dan menjadi teman curhat selama ini. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Keluarga GFM Angkatan 49, Bagian Lab.
Hidrometeorologi, OMDA Wapemala Sumedang, Sahabat PKM-KC PWS, Sahabat
PKM-M Gomet, Sahabat PKM-M Gumpalan dan UKM Century IPB atas
persaudaraan, kebersamaan, dan dukungan serta doa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tulisan tugas akhir ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan. Demikianlah tulisan tugas akhir ini disusun, semoga
bermanfaat bagi pembaca.
Agis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Bahan 2
Alat 3
Prosedur Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 32
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penurunan ketersediaan dan suplai sumberdaya air dewasa ini menjadi isu
lingkungan paling penting yang dihadapi oleh berbagai negara. United Nations
Environment Programme (2002) memperkirakan hampir dua per tiga dari seluruh
bangsa di dunia akan mengalami kesulitan sumberdaya air pada tahun 2025. Hal
tersebut juga terjadi di Indonesia yang hampir 70 persen wilayahnya adalah perairan.
Namun, sumberdaya air tersebut belum bisa dimanfaatkan dan tidak tersebar merata
pada seluruh wilayah. Cepatnya pertumbuhan penduduk disertai dengan
peningkatan standar hidup, urbanisasi, dan pertumbuhan industri, telah
menyebabkan peningkatan permintaan, kompetisi dalam penggunaan, dan konflik
antar sektor pengguna air (Sadiyah 2012).
Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah terletak di Provinsi Jawa
Timur yang memiliki sumberdaya air berasal dari DAS Brantas. Berdasarkan
kajian komprehensif yang telah dilakukan, menyatakan bahwa ketersediaan air di
DAS Brantas untuk pemenuhan kebutuhan air beberapa sektor di Kabupaten
Malang terbilang cukup, namun akan cenderung mengalami kekurangan air pada
musim kemarau dalam jangka panjang (Perdinan et al. 2014). Sehingga, perlu
adanya pengalokasian sumberdaya air untuk mendapatkan manfaat sebesar-
besarnya baik dari segi ekonomi, lingkungan maupun sosial. Akan tetapi alokasi air
di daerah ini belum banyak dikaji, sedangkan informasi mengenai alokasi air akan
sangat membantu menentukan seberapa banyak air yang dapat digunakan pada
beberapa sektor penting, seperti : pertanian, domestik dan industri.
Alokasi sumber daya air bagi kesejahteraan orang banyak dapat diciptakan
dengan melibatkan berbagai instrumen yang mendorong pemanfaatan sumberdaya
itu secara efektif dan efisien. Selain pengembangan perangkat kelembagaan untuk
mengelola air, berbagai literatur dalam pengelolaan sumberdaya, seperti Just et al.
(1982), Pearce (1993) dan Merret (1997) menyarankan ekonomi sebagai instrumen
pengelolaan yang mendorong terbentuknya alokasi air optimal bagi kesejahteraan
semua orang. Secara praktis penerapan instrumen ekonomi dalam pengelolaan
sumberdaya air merupakan suatu teknik pembebanan biaya kepada para pengguna
agar alokasi air dapat dimanfaatkan secara bijak. Tekhnik alokasi tersebut dapat
dilakukan dengan cara pengelolaan kebutuhan air (water demand management) dan
menentukan harga air (water pricing).
Dalam mengkaji dan menentukan alokasi air pada suatu wilayah dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan oleh suatu perangkat lunak. Perangkat
lunak yang dapat digunakan yaitu software Aquarius. Diaz et al. (1997) menyatakan
bahwa software Aquarius merupakan jenis aplikasi untuk mengoptimalkan alokasi
air pada suatu wilayah dengan menggunakan fungsi/kriteria manfaat ekonomi yang
didasarkan pada teori permintaan Marshallian.
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah menghasilkan model prediksi alokasi air untuk
menjadi masukan pada pengambilan suatu kebijakan dan keputusan suatu instansi
pemerintahan dalam manajemen alokasi air.
METODE
Bahan
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data ketersediaan air yang
berasal dari Sub DAS Ambang, data-data pendukung untuk mencari nilai kebutuhan
air serta data curah hujan dan suhu. Berikut adalah nama data, sumber dan periode
data yang digunakan pada penelitian.
3
Tabel 1 Nama, sumber dan periode data yang digunakan pada penelitian
Alat
Alat yang digunakan untuk pengolahan dan analisis data dalam penelitian
ini adalah seperangkat personal computer (PC) yang dilengkapi dengan perangkat
lunak Ms. Office 2016, Surfer 10, ArcMap 10.1, Eto Calculator, Aquarius dan
perangkat lunak penunjang lainnya.
Tabel 2 Kebutuhan air domestik per orang per hari menurut kategori kota
0.408 Rn G u 2 es ea
900
ETo = T 273 ........................... (1)
1 0.34u 2
keterangan :
ETo = Evapotranspirasi acuan(mm/hari),
Rn = Radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ/m2/hari),
G = Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),
T = Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m (oC),
u2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s),
es = Tekanan uap jenuh (kPa),
ea = Tekanan uap aktual (kPa),
= Kurva kemiringan tekanan uap (kPa/oC),
= Konstanta psychrometric (kPa/oC).
Keterangan :
ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Kc = koefisien tanaman sesuai jenis dan pertumbuhan vegetasinya
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari).
6
Keterangan :
Re = curah hujan efektif(mm/hari) n = Jumlah hari
R80 = Curah hujan andalan tengah bulan (mm/hari)
Karakteristik Wilayah
Sub DAS Ambang kepanjangan dari Sungai Amprong dan Sungai Bango.
Sub DAS Ambang terdapat di daerah hulu Kabupaten Malang. Sub DAS Ambang
adalah bagian dari DAS Brantas. Daerah Aliran Sungai Brantas merupakan DAS
strategis sebagai penyedia air baku untuk berbagai kebutuhan seperti PDAM,
pembangkit listrik, irigasi dan lain-lain. Panjang DAS Brantas sekitar 320 km dan
memiliki luas kurang lebih 12.000 km2, yang mencakup 25% luas propinsi Jawa
Timur.
Sub DAS Ambang terletak pada koordinat 11202837 11205855 BT dan
704428801957LS. Secara administratif terletak pada wilayah Kota Batu, Kota
Malang dan Kabupaten Malang. Jumlah kecamatan yang masuk Sub DAS Ambang
sebanyak 21 kecamatan, dengan rincian sebagai berikut: (a) Kota Batu yang masuk
SUB DAS ada 3 kecamatan yang terdiri dari 22 kelurahan; (b) Kota Malang yang
masuk SUB DAS Ambang ada 5 kecamatan yang terdiri dari 48 desa/kelurahan;
dan (c) Kabupaten Malang yang masuk Sub DAS Ambang ada 13 kecamatan yang
terdiri dari 146 desa. Berdasarkan data bangkitan model HEC-HMS, pada tahun
2012 hingga 2015 rata-rata jumlah debit air yang mengalir ke Sub DAS Ambang
adalah 4 6,5 m3 per hari dan 3200 3500 juta m3 per tahun (BBWS Brantas 2011).
b. Kondisi Iklim
Curah Hujan (mm)
6000
Curah Hujan Total
4000
4000 3000
2000
(mm)
2000 1000
0 0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Apr
Jun
Aug
Nov
Jul
May
Feb
Mar
Sep
Oct
Jan
Dec
Bulan Tahun
Gambar 3 Curah hujan bulanan dan tahunan Kabupaten Malang tahun 2005-2015
9
30 2005
Suhu (C)
25 2006
2007
20 2008
15 2009
2010
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2011
Bulan 2012
memiliki puncak hujan sekitar bulan Desember-Februari (selama musim dingin Asia)
dan musim kering bulan Juni - Agustus - September (selama musim dingin Australia).
Tahun 2014 dan tahun 2015 bulan Agustus dan September terjadi musim kemarau
berkepanjangan dan curah hujan yang sangat rendah sehingga di Kabupaten Malang
terjadi kekeringan. Wilayah Malang tergolong wilayah yang mempunyai suhu udara
rata-rata relatif rendah sekitar 22C hingga 26,8C. Kelembaban udara di wilayah ini
berkisar antara 66% hingga 91%. Rata-rata kecepatan angin di ketiga pos stasiun
pengamat antara 1,8 sampai dengan 4,7 km/jam.Tahun 2014, curah hujan rata-rata
sebesar 1.800-3.000 mm pertahun dengan rata-rata curah hujan bulanan antara 15,3
mm hingga 417,4 mm (BMKG 2015).
c. Penduduk
Data terbaru Badan Pusat Statistik (2015) hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi
Nasional) menyatakan bahwa Kabupaten Malang tahun 2014 memiliki jumlah
penduduk sebanyak 2.527.087 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki 1.268.609
jiwa (50,24%) dan perempuan 1.257.478 jiwa (49,76%). Menurut data registrasi BPS
(2015) di antara 33 kecamatan di Kabupaten Malang, Kecamatan Singosari memiliki
jumlah penduduk terbesar, yaitu sebesar 174.724 jiwa dengan komposisi laki-laki
87.271 jiwa dan perempuan 87.453 jiwa. Kecamatan yang memiliki penduduk terkecil
adalah Kecamatan Kasembon dengan jumlah penduduk 31.707 jiwa dengan komposisi
laki-laki 15.625 jiwa dan perempuan 16.082. Kepadatan penduduk Kabupaten Malang
pada tahun 2014 mencapai 880 jiwa/km2. Beberapa kecamatan yang memiliki
kepadatan tinggi di atas 2000 jiwa/km2 adalah Kecamatan Kepanjen, Pakisaji dan
Pakis. Sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan 1500 - 1999 jiwa/km2 adalah
Kecamatan Turen, Pagelaran, Sumberpucung, Lawang dan Dau. Selebihnya memiliki
kepadatan dibawah 1500 jiwa/km2.
d. Industri
Kabupaten Malang dominan memiliki industri skala besar dan sedang. Data
jumlah unit usaha disajikan menurut klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KLUI), menjadi sembilan sub-sektor industri pengolahan, yaitu : a). Makanan,
minuman, tembakau ; b). Tekstil, pakaian, kulit ; c). Barang dari kayu, perabot ; d).
Kertas, percetakan, penerbitan ; e). Kimia, minyak bumi, karet, plastik ; f). Galian
bukan logam ; g). Logam dasar ; h). Barang logam, mesin, peralatan ; i). Pengolahan
lainnya. Dari sekitar 220 perusahaan industri pengolahan yang tercatat pada tahun
2013, menurut skalanya tercatat sekitar 34 industri besar dan 186 industri sedang.
Sedangkan jika dilihat komposisi subsektornya maka sekitar 38,18 persen (84 unit
usaha) merupakan industri makanan dan minuman. Sekitar 18,87 persen (29 unit
usaha) merupakan industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, sedangkan sisanya adalah
industri lainnya. Berdasarkan data Podes (Potensi Desa), jumlah industri skala kecil
sampai besar di setiap desa yang berada di Kabupaten Malang memiliki total 12286
industri dengan jenis industri sebagai berikut : 1). Industri kulit (tas, sepatu,sandal, dll.)
11
; 2). Industri kayu (mebeul) ; 3). Industri logam mulia dan bahan dari logam (perabot,
perhiasan dari logam dll.) ; 4). Industri anyaman (peralatan dari rotan/bambu, rumput,
mendong, pandan, tikar, tas, hiasan dinding, dll.) ; 5). Industri gerabah/keramik/batu
(genteng, batu bata, porselin, tegel, keramik, dll.) ; 6). Industri dari kain/tenun
(kerajinan tenun dan konveksi) ; 7). Industri makanan dan minuman (pengolahan dan
pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak, susu dan makanan
dari susu, makanan lain, dan industri minuman) ; 8). Industri lainnya (BPS 2015).
e. Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor andalan dalam perekonomian Kabupaten
Malang. Menurut Dinas Pertanian dan Perkebunan sebagian besar wilayah Kabupaten
Malang merupakan lahan pertanian, yaitu : sekitar 15,74 persen (49.593 hektar)
merupakan lahan sawah 31,31 persen (98.641 hektar) adalah tegal/ladang/kebun, 6,21
persen (19.578 hektar) adalah areal perkebunan dan 19,67 persen (61.955 hektar)
adalah hutan. Fasilitas jaringan irigasi telah banyak dibangun meliputi bendungan
tetap, bangunan air, sumber air, pintu air dan saluran pembawa air yang diperuntukkan
untuk mencukupi kebutuhan pengairan lahan sawah seluas 46.033 hektar. Sebagian
produksi pangan terutama padi pada tahun 2014 mencapai 435.081 ton, menurun
dibanding tahun sebelumnya (BPS 2015). Hal tersebut salah satunya disebabkan biaya
untuk memproduksi padi dari mulai pengolahan hingga panen mengalami banyak
kenaikan. Biaya produksi padi untuk satu hektar sawah di Kabupaten Malang, rata-rata
mencapai 17 - 18 juta rupiah (ILPPD 2015).
f. PDAM
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Malang adalah Perusahaan milik
Pemerintah Daerah yang merupakan suatu alat Otonomi Daerah. PDAM Kabupaten
Malang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 6 Tahun 1981 dengan
modal pertama melayani 3 (tiga) Kecamatan dengan 4.823 pelanggan dan jumlah
pegawai sebanyak 48 orang. Setelah mendapat bantuan Paket LOAN IBRD
(International Bank For Reconstruction and Development) 2275 IND pada tahun
1985 berupa 9 Unit IKK (Ibu Kota Kecamatan) dan 4 Unit BNA, pelayanan PDAM
berkembang pada saat ini dengan jumlah pelanggan mencapai 68.584 SR
(Sambungan Rumah) yang tersebar di 25 Unit Pelayanan dari total 33 Kecamatan
yang ada di wilayah Kabupaten Malang. Sebagai kesatuan Ekonomi, PDAM
Kabupaten Malang mempunyai dua Misi yaitu Kemanfaatan Umum (Sosial) dan
Kemanfaatan Khusus (Mencari Laba) dan tidak semata-mata menetapkan tarip air
minum berdasarkan pertimbangan keuntungan saja. Realisasi pendapatan usaha
PDAM tahun 2011 sebesar Rp. 46.547.242.908,- sedangkan Realisasi tahun 2010
sebesar Rp 40.371.596.999,- jadi mengalami kenaikan sebesar sebesar 15%, hal itu
dikarenakan adanya pembenahan jaringan pipa transmisi dan distribusi,
penggantian meter air yang sudah tidak akurat, pemasangan meter induk guna
mengurangi kebocoran air serta penambahan kapaitas produksi sehingga dapat
melakukan penambahan pelanggan dan peningkatan penjualan air (PDAM Kab.
12
a. Sektor Domestik
8.5
8
Juta m3
7.5
7
6.5
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Gambar 7 Jumlah kebutuhan air bulanan sektor domestik di Kabupaten Malang
(Sumber : Hasil Analisis data BPS tahun 2011-2015).
13
Hasil perhitungan dan analisis untuk tahun 2010 sampai 2014 kebutuhan air
rata-rata per tahun hanya untuk wilayah Kabupaten Malang mencapai sekitar 95,08
juta m3/tahun dan mencapai 7 sampai 8,5 juta m3/bulan. Seperti halnya kajian yang
telah dilakukkan oleh BAPPENAS (2012) menyatakan bahwa dalam kurun waktu
5 tahun (2006-2010) kebutuhan air domestik rata-rata pertahun untuk wilayah Kota
Malang dan Kabupaten Malang hampir mencapai 146 juta. Sehingga dapat
diketahui bahwa proporsi kebutuhan air untuk Kabupaten Malang (65,12%) lebih
besar apabila dibandingkan dengan Kota Malang atau Kota Batu di dalam Malang
Raya.
b. Sektor Pertanian
80
60
Juta m3
40
20
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Gambar 9 Jumlah kebutuhan air bulanan sektor pertanian (sawah) di Kabupaten
Malang (Sumber : Hasil Analisis data BPS tahun 2011-2015)
Pada Gambar 9 dapat terlihat bahwa rata-rata kebutuhan air sektor pertanian
(sawah beririgasi) membutuhkan air sekitar 33 juta juta m3 setiap bulannya. Bulan
Mei sampai Agustus nilai kebutuhan airnya 0, dikarenakan pada bulan-bulan
tersebut merupakan musim tanam ke-2 yang selama 5 tahun terakhir (2010-2014)
biasa ditanam oleh tanaman pramusim seperti palawija dan kacang-kacangan,
sehingga tidak dimasukkan dalam nilai kebutuhan air tanaman padi. Dari grafik
tersebut juga dapat mendeskripsikan bahwa sekitar bulan September dan Oktober
sektor pertanian menunjukkan nilai kebutuhan air tertinggi yaitu mencapai 65
sampai 74 juta m3/bulan, seperti halnya kajian yang dilakukan oleh BAPPENAS
(2010) menunjukkan bahwa kebutuhan air pertanian tertinggi terjadi pada bulan-
bulan kemarau seperti September, Oktober dan November (SON), yaitu berkisar
antara 50- 150 juta m3/bulan. Selain itu pada bulan kedua dan ketiga di setiap musim
tanam membutuhkan banyak air dibandingkan dengan bulan pertama dan keempat,
hal ini disebabkan pada bulan kedua dan ketiga merupakan fase transisisi dari
vegetatif ke generatif, yaitu saat padi mengalami fase reproduktif (inisiasi malai-
bunting-pembungaan) dan saat fase inilah kebutuhan air tanaman padi berada pada
titik yang kritis atau sangat tinggi, sedangkan pada bulan pertama kebutuhan air
tidak terlalu tinggi disebabkan bulan tersebut merupakan awal fase vegetatif
(semai-tanam-anakan aktif-anakan maksimum) dan pada bulan keempat
merupakan fase terjadinya pemasakan untuk persiapan panen sehingga kebutuhan
air sangat rendah (Vergara 1976).
c. Sektor Industri
Kebutuhan air sektor industri di Kabupaten Malang menunjukkan nilai
kebutuhan air paling rendah dibandingkan sektor domestik dan pertanian, hal ini
disebabkan luas lahan bangunan industri hanya 0,21% dibandingkan
pemukiman/kawasan terbangun 22,9% maupun sawah 15,74% (ILPPD 2015).
15
Gambar 10 Peta sebaran kebutuhan air tahunan sektor industri setiap Kecamatan
di Kabupaten Malang (Sumber : Hasil Analisis data BPS tahun 2011-2015)
1.60
1.55
1.50
1.45
1.40
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
air industri bulanan Kabupaten Malang adalah sekitar 0-0,5 juta m3/bulan atau
sekitar 2-6 juta m3/tahun. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningakatan
kebutuhan air yang signifikan dari tahun 2010-2014.
Gambar 12, 13 dan 14 di bawah ini merupakan grafik benefit function sektor
domestik, industri dan pertanian. Menurut Young (1996) benefit function merupakan
fungsi yang berhubungan dengan efisiensi alokasi sumberdaya air dan berkaitan
dengan besarnya tingkat kesejahteraan yang dapat dihasilkan bagi seluruh pengguna.
Pengguna akan mengkonsumsi air sepanjang benefit atau manfaat yang diperoleh dari
tambahan 1 unit penggunanya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Benefit function
pada penelitian ini mendeskripsikan hubungan antara nilai manfaat yang dihasilkan
oleh sektor dengan jumlah air yang dialokasikan untuk sektor tersebut.
4.25
( x 109 rupiah)
4.24
Benefit
4.21
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Alokasi air (juta m3)
200.00
(x 109 rupiah)
150.00
Benefit
100.00
y = -1610.6x2 + 629.22x + 91.224
50.00 R = 0.6006
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
Alokasi air (juta m3)
300.00
y = -15.559x2 + 84.228x + 46.135
Benefit
200.00 R = 0.1614
100.00
0.00
0 1 2 3 4 5 6
Alokasi air (juta m3)
Pada penelitian ini PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sebagai regulator
sektor domestik dan industri. Karena pada grafik benefit function ini mendeskripsikan
nilai keuntungan yang didapat oleh PDAM ketika mengalokasikan air untuk sektor
domestik dan industri, sedangkan benefit function untuk sektor pertanian
mendeskripsikan keuntungan yang didapatkan oleh petani secara langsung ketika
mendapatkan suplai air dari Sub DAS Ambang.
Pada Gambar 12 grafik benefit function sektor domestik mendeskripsikan
bahwa korelasi positif (nilai manfaat maksimum) yang dihasilkan air sebesar 4,24 x
109 rupiah akan didapatkan oleh PDAM ketika mengalokasikan air 0,1 sampai 0,4 juta
m3, tetapi akan berkorelasi negatif ketika PDAM mengalokasikan air lebih dari 0,4 juta
m3. Gambar 13 merupakan grafik benefit function sektor industri yang
mendeskripsikan bahwa korelasi positif sebesar sekitar 150 x 109 rupiah ketika
PDAM mengalokasikan air dari 0,01 sampai 0,2 juta m3, tetapi berkorelasi negatif
ketika melebihi 0,2 juta m3. Kemudian, pada Gambar 14 mendeskripsikan sektor
pertanian akan memiliki korelasi positif ketika alokasi air berasal dari Sub DAS
Ambang mencapai 0 sampai 3 juta m3 dengan nilai manfaat sebesar 150 x 109
rupiah, tetapi akan berkorelasi negatif ketika air melebihi 3 juta m3. Untuk sektor
pertanian sendiri pada umumnya mendapatkan alokasi air sebanyak apapun,
manfaat atau keuntungan yang didapatkan tidak akan terlalu meningkat atau
menurun dengan perbedaan yang signifikan, karena air yang didapatkan dari alam
(Sub DAS Ambang) didapatkan tanpa perlu membayar.
Nilai R2 pada grafik menunjukkan nilai tertinggi pada sektor domestik
dengan nilai 0,82 atau 82%, sedangkan nilai R2 terendah terdapat pada sektor
pertanian dengan nilai 0,16 atau 16%. Nilai R2 pada benefit function tersebut hanya
mewakili nilai populasi data dari total data yang memiliki nilai korelasi parameter
yang sama. Benefit function akan berkorelasi positif dan mencapai titik maksimum
nilai benefit-nya, ketika air yang teralokasi jumlahnya mendekati dari yang jumlah
air yang seharusnya dialokasikan. Sedangkan benefit akan berkorelasi negatif
ketika air yang dialokasikan berlebihan atau melebihi dari kapasitas air yang
seharusnya dialokasikan serta kapasitas air yang tersedia, sehingga nilai benefit
yang dihasilkan menurun bahkan bisa mencapai titik minimum (Diaz et al. 2002).
namun pada musim kemarau seperti Juli September bisa terjadi penurunan curah
hujan hingga 75%. Berikut ini merupakan keluaran model pada 2 skenario waktu
yang berbeda, yaitu tahun saat ini (2012-2015) dan tahun mendatang (2016-2035).
Industri 181.7
Sektor
Sawah 2679.5
Domestik 268.8
Gambar 16 Alokasi air kondisi saat ini (tahun 2012-2015) pada 3 sektor
berdasarkan model optimasi Aquarius
Gambar 17 Nilai manfaat (benefit) kondisi saat ini (2012-2015) pada 3 sektor
berdasarkan berdasarkan model optimasi Aquarius
Gambar 17 merupakan grafik rata-rata nilai benefit yang dihasilkan oleh 3
sektor pada tahun 2012 sampai 2015 dengan total nilai sebesar 19 x 109 rupiah.
Benefit tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian dengan nilai sebesar 9,1 x 109
20
rupiah. Sedangkan untuk sektor industri dan domestik yaitu 7,0 x 109 rupiah dan 2,5
x 109 rupiah. Sektor pertanian menghasilkan benefit yang tinggi karena
mendapatkan alokasi air yang juga tinggi yaitu 2679,5 juta m3. Secara presentase
dari nilai alokasi air untuk mendapatkan nilai benefit yang dihasilkan setiap sektor,
industri merupakan sektor yang memiliki nilai presentase paling besar yaitu dari
alokasi 181,7 juta m3 (5,8 % dari total 3130 juta m3) dapat menghasilkan benefit
sebesar 7,0 x 109 rupiah (37,6% dari total 19 x 109 rupiah) atau bisa diartikan dari
1% air yang dialokasikan untuk industri bisa menghasilkan nilai benefit sebesar
6,5%. Hal tersebut bertolak belakang dengan nilai presentase benefit yang
dihasilkan oleh sektor pertanian, dari 1% air yang dialokasikan hanya 0,58% benefit
yang dihasilkan. Kemudian untuk sektor domestik nilai presentase benefit yang
diberikan yaitu 1,55% dari 1% air yang dialokasikan.
2679.5 2533
2214.2
Gambar 18 Alokasi air kondisi saat ini dan tahun proyeksi (skenario penurunan
suplai air 10% dan 20%) pada 3 sektor berdasarkan model optimasi
Aquarius
Gambar 19 Nilai benefit kondisi saat ini dan tahun proyeksi (skenario penurunan
suplai air 10% dan 20%) pada 3 sektor berdasarkan model optimasi
Aquarius
Gambar 19 merupakan grafik nilai benefit hasil alokasi air dengan skenario
yang berbeda. Dari kondisi saat ini sampai tahun proyeksi dengan penurunan suplai
air 20% terjadi penurunan total benefit yang signifikan, yaitu sekitar 13,6 x 109
rupiah atau 13,6 milyar rupiah. Pada ketiga sektor, ketika terjadi penurunan alokasi
air maka nilai benefit pun terus mengalami penurunan. Setelah terjadi penurunan
alokasi air, nilai benefit paling minimum terdapat pada sektor domestik. Tetapi
sektor dengan nilai penurunan benefit yang paling besar pada setiap perubahan
skenario adalah sektor industri yang terlihat dari total benefitnya yang tadinya 7
milyar hingga pada akhirnya hanya 0,5 milyar. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa PDAM sebagai regulator sektor domestik dan industri harus tetap menyuplai
air untuk mendapatkan nilai benefit yang optimum.
Gambar 18 dan 19 yang mendeskripsikan tentang penurunan alokasi air
dengan peningkatan permintaan air dapat mengindikasikan bahwa alokasi air yang
disuplai akan berbanding lurus dengan nilai benefit yang dihasilkan oleh masing-
masing sektor. Seperti halnya aplikasi Aquarius yang digunakan untuk membuat
model optimasi alokasi air pada penelitian ini, aplikasi ini akan akan
mengalokasikan air secara optimum kepada sektor yang memberikan benefit atau
nilai manfaat yang paling maksimum (Diaz et al. 2002).
Simpulan
Saran
Pada penelitian ini data sumberdaya air hanya berasal dari Sub DAS Ambang
(Amprong) saja yang merupakan salah satu DAS Brantas Hulu. Saran untuk
penelitian selanjutnya diharapkan data pengairannya dapat mewakili seluruh DAS
Brantas Hulu untuk pengairan sektor-sektor yang ada di Kabupaten Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce DW. 1993. Economic Values and the Natural World. Massachusset Institute
of Technology Press.
Penyusunan neraca sumber daya Bagian 1: Sumber daya air spasial. SNI 19-
6728.1-2002.
Penyusunan neraca sumber daya Bagian 1: Sumber daya air spasial. SNI
6728.1:2015.
Perdinan, Wibowo A, Andria V dan Rakhman A. 2014. Survei pertanian untuk
menganalisa keekonomian kegiatan adaptasi perubahan iklim. Jakarta (ID)
: UNDP.
[PDAM] Perusahaan Daerah Air Minum. 2016. Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Malang. [diunduh 2016 Feb 26]. Tersedia pada
http://pdam.malangkab.go.id/
Sadiyah, Halimatus. 2012. Analisis Ekonomi Alokasi Sumberdaya Air Antar
Wilayah dan Pengguna di Pulau Lombok : Aplikasi Model Optimasi
Dinamik. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana . Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Santikayasa P, Sangam S. 2014. Climate change impact on hydrology and rice yield
in Northeast of Thailand. Thailand : Asian Institute of Technology.
Santikayasa P, Mukand SB, Sangam S, Damien J and Roberto SC. 2014. Evaluation
of water use sustainability under future climate and irrigation management
scenarios in Citarum River Basin, Indonesia. International Journal of
Sustainable Development & World Ecology. Thailand : Asian Institute of
Technology. DOI: 10.1080/13504509.2014.884023.
[UNEP] United Nations Environment Program. 2002. Vital Water Graphics: An
Overview of the State of the Worlds Fresh and Marine Waters. United
Nation, Nairobi.
[USDA] United States Departmen Agriculture. 2015. Tutorial Aquarius. [diunduh
pada 2016 Jan 15] Tersedia pada
http://www.fs.fed.us/rm/value/aquariusdwnld.html
Vergara SB. 1976. Physiological anf morphplogical adaptability of rice varieties
to climate. In Climate and Rice. IRRI. Phillippines.
Young, RA. 1996. Measuring Economic Benefits for Water Investment and
Policies. IBRD. World Bank. Washington DC.
25
LAMPIRAN
Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan Bulan
Air (MCM) Air (MCM)
Ampelgading 2,12 Jan 8,07
Bantur 2,69 Feb 7,31
Bululawang 2,39 Mar 8,07
Dampit 5,20 Apr 7,82
Dau 2,21 May 8,07
Donomulyo 2,65 Jun 7,82
Gedangan 2,09 Jul 8,07
Gondanglegi 3,03 Aug 8,07
Jabung 2,64 Sep 7,82
Kalipare 2,45 Oct 8,07
Karangploso 2,29 Nov 7,82
Kasembon 1,75 Dec 8,07
Kepanjen 4,23
Kromengan 1,44 Maks Min
Bulan
Lawang 3,53 (MCM) (MCM)
Ngajum 1,86 Jan 0,58 0,12
Ngantang 2,16 Feb 0,53 0,11
Pagak 1,90 Mar 0,58 0,12
Pagelaran 2,53 Apr 0,56 0,12
Pakis 4,81 May 0,58 0,12
Pakisaji 2,90 Jun 0,56 0,12
Poncokusumo 3,48 Jul 0,58 0,12
Pujon 2,38 Aug 0,58 0,12
Singosari 6,86 Sep 0,56 0,12
Sumbermanjing 3,59 Oct 0,58 0,12
Sumberpucung 2,07 Nov 0,56 0,12
Tajinan 1,88 Dec 0,58 0,12
Tirtoyudo 2,32
Tumpang 2,78 Keterangan : MCM (Million Cubic Meter)
atau
Turen 4,92
Juta m3
Wagir 2,94
Wajak 3,12
Wonosari 1,86
29
Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan Bulan
Air (MCM) Air (MCM)
Ampelgading 0,20 Jan 1,67
Bantur 0,11 Feb 1,51
Bululawang 0,61 Mar 1,67
Dampit 0,42 Apr 1,61
Dau 0,13 May 1,67
Donomulyo 0,10 Jun 1,61
Gedangan 0,10 Jul 1,67
Gondanglegi 4,10 Aug 1,67
Jabung 0,15 Sep 1,61
Kalipare 0,25 Oct 1,67
Karangploso 0,07 Nov 1,61
Kasembon 0,17 Dec 1,67
Kepanjen 0,65
Kromengan 0,07 Maks Min
Bulan
Lawang 0,47 (MCM) (MCM)
Ngajum 0,96 Jan 0,35 0,006
Ngantang 0,40 Feb 0,31 0,005
Pagak 0,37 Mar 0,35 0,006
Pagelaran 0,35 Apr 0,34 0,006
Pakis 0,59 May 0,35 0,006
Pakisaji 0,42 Jun 0,34 0,006
Poncokusumo 1,36 Jul 0,35 0,006
Pujon 0,58 Aug 0,35 0,006
Singosari 0,50 Sep 0,34 0,006
Sumbermanjing 0,11 Oct 0,35 0,006
Sumberpucung 0,88 Nov 0,34 0,006
Tajinan 0,56 Dec 0,35 0,006
Tirtoyudo 0,14
Tumpang 0,34 Keterangan : MCM (Million Cubic Meter)
atau
Turen 3,29
Juta m3
Wagir 0,55
Wajak 0,46
Wonosari 0,17
30
Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan Bulan
Air (MCM) Air (MCM)
Ampelgading 5,04 Jan 44,85
Bantur 15,65 Feb 53,61
Bululawang 24,00 Mar 55,14
Dampit 18,42 Apr 21,63
Dau 5,87 May 50,42
Donomulyo 25,31 Jun 65,50
Gedangan 9,48 Jul 62,30
Gondanglegi 39,74 Aug 33,19
Jabung 14,88 Sep 65,19
Kalipare 36,49 Oct 74,27
Karangploso 16,09 Nov 55,93
Kasembon 8,57 Dec 26,40
Kepanjen 29,30
Kromengan 20,82 Maks Min
Bulan
Lawang 8,55 (MCM) (MCM)
Ngajum 20,56 Jan 2,95 0,38
Ngantang 14,11 Feb 3,54 0,45
Pagak 6,62 Mar 3,58 0,46
Pagelaran 32,36 Apr 1,38 0,18
Pakis 23,18 May 3,29 0,41
Pakisaji 22,08 Jun 4,28 0,54
Poncokusumo 18,20 Jul 4,08 0,51
Pujon 18,40 Aug 2,17 0,27
Singosari 18,94 Sep 4,26 0,54
Sumbermanjing 10,57 Oct 4,85 0,61
Sumberpucung 22,84 Nov 3,66 0,46
Tajinan 21,30 Dec 1,69 0,22
Tirtoyudo 7,18
Tumpang 18,30 Keterangan : MCM (Million Cubic Meter)
atau
Turen 30,06
Juta m3
Wagir 15,99
Wajak 18,35
Wonosari 11,18
31
RIWAYAT HIDUP