Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PELATIHAN ORIENTASI AKUPRESUR BAGI PETUGAS PUSKESMAS

HOTEL IBIS JAKARTA


18 26 FEB 2012

A. Tujuan pembelajaran
1. Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami kebijakan pelayanan
kesehatan tradisional di Puskesmas.
2. Memahami tatalaksana pelayanan akupresur di Puskesmas.
3. Memahami pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pengobat tradisional terutama
pelayanan akupresur di wilayah kerja.
4. Memahami tentang akupresur dan aplikasi pada berbagai macam penyakit.
B. Materi
1. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 59 dinyatakan bahwa
pelayanan tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan dan yang menggunakan ramuan, dibina dan diawasi
oleh pemerintah agar dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya,
serta tidak bertentangan dengan norma agama. Puskesmas merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tomabak pembangunan kesehatan di Indonesia yang
menyelenggarakan upaya kesehatan tingkat pertama, termasuk upaya pembinaan
pengobatan tradisional dan pelayanan komplementer.
2. Alur Pelayanan Akupresur di Puskesmas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional akupresur di Puskesmas
diperlukan beberapa aspek yaitu aspek regulaasi (UU No. 36 Tahun 2009), aspek
manajemen (tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggung
jawaban), aspek sumber daya (tenaga kesehatan, sarana prasarana) serta aspek
pembiayaan. Dalam memberikan pilihan pengobatan terdapat tiga pilihan yaitu
konvensional saja, Konvensional + tradisional (komplementer) atau komplementer
(alternatif) saja.
3. Pembinaan dan Pengawas Pengobat Tradisional Akupresur Bagi Petugas Kesehatan
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan
tradisional, pembagian peran dari institusi terkait sebagai berikut :
a. Dinas Kesehatan Provinsi
1) Melakukan sosialisasi dan advokasi kebijakan program pelayananan
kesehatan tradisional di tingkat provinsi.
2) Melaksanakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, lintas
program, lintas sektor terkait, termasuk asosiasi pengobat tradisional dalam
pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional.
3) Mengendalikan kegiatan SP3T yang ada di wilayahnya.
4) Mengkoordinasikan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional secara mandiri di tingkat
Provinsi.
5) Memberikan surat pengantar atas dokumen permohonan mempekerjakan
pengobat tradisional asing kepada Menteri Kesehatan setelah memriksa
kelengkapan dokumen permohonan tersebut.
6) Mengirimkan laporan hasil kegiatan program pelayanan kesehatan
tradisional secara berkala ke Kementerian Kesehatan.
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
1) Melakukan sosialisasi dan advokasi kebijakan program pelayanan kesehatan
tradisional di tingkat kabupaten/kota.
2) Membantu pemerintah daerah dalam penyusunan Peraturan daerah
kabupaten/kota di bidang pelayanan kesehatan tradisional.
3) Melaksanakan koordinasi lintas program dan sektoral terkait dalam
pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan kesehatan tradisional.
4) Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhasap pelayanan
kesehatan tradisional
5) Mengkoordinasikan penyelenggaraan pelatihan manajemen pelayanan dan
teknis ketrampilan pelayanan kesehatan tradisional bagi petugas puskesmas,
rumah sakit dan kader kesehatan tradisional.
6) Memberikan Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dan Surat Izin
Pengobat Tradisional (SIPT).
7) Memberikan penilaian atas kelayakan fasilitas pelayanan kesehatan
tradisional yang akan mempekerjakan pengobat tradisional asing serta
memberikan surat pengantar permohonan pendayagunaan pengobat
tradisional asing yang memenuhi persyaratan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
8) Melakukan supervisi ke pengobat tradisonal, griya kesehatan tradisional.
Puskesmas dan Rumah Sakit.
9) Melakukan pemetaan pelayanan kesehatan tradisional.
10) Mengirimkan laporan program pelayanan kesehatan tradisional secara
berkala ke Dinas Kesehatan Provinsi.
11) Membina kemitraan dengan asosiasi pengobat tradisional tingakat
kabupaten/kota.
c. Puskemas
1) Melakukan pendataan pelayan an kesehatan tradisional dengan menggunakan
instrumen pengumpulan data yang terintegrasi dengan program kesehatan
lainnya.
2) Pembinaan dan pengawasan pengobat tradisional di wilayah kerjanya,
dilaksanakan minimal 1 kali setahun dalam bentuk kunjungan lapangan.
3) Mengusulkan petugas puskesmas dan kader kesehatan tradisional yang akan
dilatih tentang pelayanan kesehatan tradisional yang difasilitasi oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
4) Memberikan surat pengantar kepada pengobat tradisional untuk pemohon
pengurusan STPT/ SIPT ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
5) Mengirimkan laporan berkala kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

Dalam tahap pembinaan pengobat tradisonal akupresur, meliputi :


a. Inventarisasi sasaran dengan instrumen pengumpulan data yaitu jumlah
pengobat tradisional, jumlah kunjungan masyarakat yang memanfaatkan
pengobatan tradisional menurut jenis kelamin dan usia serta jumlah rujukan
klien pengobat tradisonal ke Puskesmas.
b. Jumlah Puskesmas yang memiliki petugas kesehatan terlatih
c. Pembinaan terhadap pengobat tradisional akupresur dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan seperti pemberian pengantar pendaftaran pengobat tradisional
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, penyuluhan tata cara perizinan dan
peraturan terkait dan kunjungan fasilitas pengobat tradisional.
d. Pembinaan terhadap fasilitas, alat, bahan dan teknologi yang digunakan dalam
pelayanan.
4. Teori Dasar Akupresur
Akupresur merupakan cara penyembuhan mengunakan teknik penekanan
dengan jari pada titik titik akupresur. Tujuan penekanan pada titik titik akupresur
adalah melancarkan aliran energi vital pada seluruh bagian tubuh. Titik titik
akupresur merupakan pusat pusat dimana energi vital terkumpul. Kementrian
Kesehatan mendukung pengembangan program ini dan memantaunya serta
mengadakan berbagai kajian melalui Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobat
Tradisional (SP3T) sehingga akupresur menjadi salah satu pola pijat yang terbukti
aman dan bermanfaat. Energi vital (qi) yang mengalir di seluruh tubuh melalui jalur
khusus yaitu Meridian yang tidak tampak wujudnya, perlu diketahui jalur ini karena
hambatan pada qi di meridian akan mengakibatkan gangguaan pada bagian bagian
tubuh yang dilaluinya.
Fungsi titik titik akupresur yaitu sebagai perangsangan untuk mengatasi
gangguan di sepanjang alur meridian dan sebagai tempat pencerminan baik kondisi
fisiologi maupun gangguan fungsi organ dalam. Teknik pemijatan dilakukan dengan
penekanan pada permukaan tubuh dengan menggunakan jari, atau bagian tubuh yang
lain, atau alat bantu dengan tujuan untuk perawatan kesehatan. Teknik perangsangan
dalam akupresur di bagi 2 yaitu penguatan (dilakukan pada pasien dengan sifat yin,
30 kali putaran, searah jarum jam, tekanan pijatan tidak boleh kuat, titik maks. 10,
dilakukan searah meridian) dan pelemahan (dilakukan pada pasien dengan sifat
yang, 40 60 kali putaran, berlawanan arah jarum jam, tekanan pijatan sedang dan
kuat, titik sesuai kebutuhan, dilakukan berlawanan arah meridian).
Kondisi pasien yang tidak boleh dilakukan pemijatan akupresur yaitu kondisi
terlalu lapar, terlalu kenyang, terlalu emosional, sangat lemah hanya diperlukan pijat
penguatan dan wanita hamil ada beberapa titik pada saat hamil yang tidak boleh
dilakukan pemijatan.sedangkan kontra indikasi akupresur adalah kegawatdaruratan
medik, kasus yang perlu pembedahan, keganasan, penyebab akibat hubungan
seksual, penyakit infeksi, penggunaan obat pengecer darah (antikoagulansi),
kelaianan pembekuan darah serta adanaya luka bakar, luka parut yang kurang dari 1
bulan.
Efek samping pemijatan ialah shock (diatasi dengan hentikan pemijatan, beri
minum hangat, tenangkan dan istirahatkan pasien), kejang otot (diatasi dengan
hentikan pemijatan dan pijat lagi di titik titik meridian sekitarnya, jangan pada
tempat kejang) dan bengkak/memar (hentikan pemijatan dan beri kompres dingin).

Anda mungkin juga menyukai