A. Tujuan pembelajaran
1. Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami kebijakan pelayanan
kesehatan tradisional di Puskesmas.
2. Memahami tatalaksana pelayanan akupresur di Puskesmas.
3. Memahami pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pengobat tradisional terutama
pelayanan akupresur di wilayah kerja.
4. Memahami tentang akupresur dan aplikasi pada berbagai macam penyakit.
B. Materi
1. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 59 dinyatakan bahwa
pelayanan tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan dan yang menggunakan ramuan, dibina dan diawasi
oleh pemerintah agar dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya,
serta tidak bertentangan dengan norma agama. Puskesmas merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tomabak pembangunan kesehatan di Indonesia yang
menyelenggarakan upaya kesehatan tingkat pertama, termasuk upaya pembinaan
pengobatan tradisional dan pelayanan komplementer.
2. Alur Pelayanan Akupresur di Puskesmas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional akupresur di Puskesmas
diperlukan beberapa aspek yaitu aspek regulaasi (UU No. 36 Tahun 2009), aspek
manajemen (tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggung
jawaban), aspek sumber daya (tenaga kesehatan, sarana prasarana) serta aspek
pembiayaan. Dalam memberikan pilihan pengobatan terdapat tiga pilihan yaitu
konvensional saja, Konvensional + tradisional (komplementer) atau komplementer
(alternatif) saja.
3. Pembinaan dan Pengawas Pengobat Tradisional Akupresur Bagi Petugas Kesehatan
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan
tradisional, pembagian peran dari institusi terkait sebagai berikut :
a. Dinas Kesehatan Provinsi
1) Melakukan sosialisasi dan advokasi kebijakan program pelayananan
kesehatan tradisional di tingkat provinsi.
2) Melaksanakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, lintas
program, lintas sektor terkait, termasuk asosiasi pengobat tradisional dalam
pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional.
3) Mengendalikan kegiatan SP3T yang ada di wilayahnya.
4) Mengkoordinasikan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional secara mandiri di tingkat
Provinsi.
5) Memberikan surat pengantar atas dokumen permohonan mempekerjakan
pengobat tradisional asing kepada Menteri Kesehatan setelah memriksa
kelengkapan dokumen permohonan tersebut.
6) Mengirimkan laporan hasil kegiatan program pelayanan kesehatan
tradisional secara berkala ke Kementerian Kesehatan.
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
1) Melakukan sosialisasi dan advokasi kebijakan program pelayanan kesehatan
tradisional di tingkat kabupaten/kota.
2) Membantu pemerintah daerah dalam penyusunan Peraturan daerah
kabupaten/kota di bidang pelayanan kesehatan tradisional.
3) Melaksanakan koordinasi lintas program dan sektoral terkait dalam
pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan kesehatan tradisional.
4) Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhasap pelayanan
kesehatan tradisional
5) Mengkoordinasikan penyelenggaraan pelatihan manajemen pelayanan dan
teknis ketrampilan pelayanan kesehatan tradisional bagi petugas puskesmas,
rumah sakit dan kader kesehatan tradisional.
6) Memberikan Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dan Surat Izin
Pengobat Tradisional (SIPT).
7) Memberikan penilaian atas kelayakan fasilitas pelayanan kesehatan
tradisional yang akan mempekerjakan pengobat tradisional asing serta
memberikan surat pengantar permohonan pendayagunaan pengobat
tradisional asing yang memenuhi persyaratan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
8) Melakukan supervisi ke pengobat tradisonal, griya kesehatan tradisional.
Puskesmas dan Rumah Sakit.
9) Melakukan pemetaan pelayanan kesehatan tradisional.
10) Mengirimkan laporan program pelayanan kesehatan tradisional secara
berkala ke Dinas Kesehatan Provinsi.
11) Membina kemitraan dengan asosiasi pengobat tradisional tingakat
kabupaten/kota.
c. Puskemas
1) Melakukan pendataan pelayan an kesehatan tradisional dengan menggunakan
instrumen pengumpulan data yang terintegrasi dengan program kesehatan
lainnya.
2) Pembinaan dan pengawasan pengobat tradisional di wilayah kerjanya,
dilaksanakan minimal 1 kali setahun dalam bentuk kunjungan lapangan.
3) Mengusulkan petugas puskesmas dan kader kesehatan tradisional yang akan
dilatih tentang pelayanan kesehatan tradisional yang difasilitasi oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
4) Memberikan surat pengantar kepada pengobat tradisional untuk pemohon
pengurusan STPT/ SIPT ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
5) Mengirimkan laporan berkala kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.