Anda di halaman 1dari 7

TUGAS DOKTER EDY

1. SIFILIS

a. Definisi
Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema
pallidum yang bersifat akut dan kronis ditandai dengan lesi primer diikuti dengan
erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian masuk ke dalam periode
laten diikuti dengan lesi pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem
saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.

b. Etiologi
Penyebab sifilis adalah bakteri dari famili Spirochaetaceae, ordo
Spirochaetales dan Genus Treponema spesiesTreponema pallidum.

Sifilis dini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a. Sifilis primer (Stadium I)


b. Sifilis sekunder (Stadium II)
c. Sifilis laten dini

Sifilis Lanjut dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

a. Sifilis laten lanjut


b. Sifilis tertier (Stadium III)
c. Sifilis kardiovaskuler
d. Neurosifilis

c. Patogenesis
Treponema dapat masuk (porte dentre) ke tubuh penderita melalui selaput
lendir yang utuh atau kulit dengan lesi. Kemudian masuk ke peredaran darah dari
semua organ dalam tubuh.Penularan terjadi setelah kontak langsung dengan lesi
yang mengandung treponema.34 minggu terjadi infeksi, pada tempat masuk
Treponema pallidum timbul lesi primer (chancre primer) yang bertahan 15
minggu dan sembuh sendiri.

d. Gejala klinis
1) Sifilis primer
Ulkus/luka/tukak, biasanya soliter, tidak nyeri, batasnya tegas, ada
indurasi dengan pembesaran kelenjar getah bening regional
(limfadenopati).
2) Sifilis sekunder
Bercak merah polimorfik biasanya di telapak tangan dan telapak khaki,
lesi kulit papuloskuamosa dan mukosa, demam, malaise, limfadenopati
generalisata, kondiloma lata, patchy alopecia, meningitis, uveitis, retinitis.
3) Laten
Asimtomatik
4) Tersier Gumma
Destruksi jaringan di organ dan lokasi yang terinfeksi.
5) Sifilis Kardiovaskuler
Aneurisma aorta, regurgitasi aorta, stenosis osteum.
6) Neurosifilis
1. Neurosifilis asimptomatik

Didasarkan pada kelainan LCS

2. Sifilis meningovaskular, misalnya meningitis, meningomielitis,


endarteritis sifilitika.
a) Nyeri kepala, konvulsi fokal, papil nervus optikus sembab,
gangguan mental, atrofi nervus optikus, meningitis basalis,
gangguan hipotalamus, gangguan piramidal, gangguan
miksi dan defekasi, stupor, koma
3. Sifilis parenkim :
a) Tabes dorsalis : ataksia, arefleksia, gangguan visus, nyeri
pada kulit, retensi dan inkontinensia urin.
b) Demensia paralitika : demensia yang berangsur-angsur dan
progresif.
7) Sifilis Kongenital
a) Sifilis Kongenital Dini
a. Bula bergerombol simetris pada telapak tangan dan kaki disebut
pemfigus sifilitika
b. Papulo-squamosa
c. Ragades
d. Wajah bayi seperti orang tua akibat turunnya berat badan
e. Onikia sifilitika :kuku yang terlepas karena papul dibawahnya
f. Plaque muqueuses
g. Syphilitic snuffles
h. Pembesaran kelenjar getah bening generalisata
i. Fibrosis hepar dan lien
j. Kelainanpada ginjal dan paru
k. Osteokondritis pada tulang panjang danpseudo paralisis parot
(ujung tulang terasa nyeri, bengkak sehingga sulit digerakkan).
Dapat pula terjadi komplikasi berupa fraktur patologik, artritis
supurativa dan terlepasnya epifisi
b) Sifilis Kongenital Lanjut
Usia 7-15 tahun
Guma dapat menyerang kulit,tulang, selaput lendir dan alat
dalam.
Perforasi septum nasi dan palatum
Sabre tibia : periostitis sifilitika pada tibia
Parrot nodus :osteoartrititis setempat pada tengkorak berupa
tumor bulat
Keratitis interstisial
Cluttons joints : pembengkakan pada kedua sendi yang nyeri
disertai efusi

e. Penegakan Diagnosis
a) Anamnesis
Keluhan utama
Keluhan tambahan
Riwayat perjalanan penyakit
Siapa menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria penjaja seks,
teman, pacar, suami/isteri
Kapan kontak seksual tersangka dilakukan
Jenis kelamin pasangan seksual
Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu)
Riwayat IMS dan pengobatan sebelumnya
Hari terakhir haid
Nyeri perut bagian bawah

b) Pemeriksaan Penunjang

1. Uji Serologis
Uji serologis treponema meliputi Enzym Immunioassay (EIA),
Chemiluminescence Immunoassay (CIA), Flurescent Treponema Antibody
Absorbed Assay (FTA-ABS), Treponema Palidum Particle Agglutination
Assay (TP-PA) dan Treponema Palidum Hemaglinination Assay (MHA-
TPA). Uji serologis treponema adalah pemeriksaan terhadap antigen
antibodi yang spesifik terhadap treponema. Digunakan untuk identifikasi
sifilis dan monitoring terhadap terapi antibiotik.
Uji serologik Anti-T.Palidum IgM antibodi spesifik seperti EIA atau
IgM, 19SIgM-FTA-abs test, IgM-immunoblot untuk T. Palidum. Sensivitas
dari uji tersebut rendah pada sifilis aktif. IgM tidak efektif dalam
mengetahui stadium dari sifilis maupun montitoring terapi. Uji serologis
tersebut digunakan pada penilaian sifilis pada bayi baru lahir dan CSF.
Many rapid Point of Care (POC) digunakan untuk mendeteksi antigen
treponemal pada individu dengan riwayat sifilis 20 tahun sebelumnya.
Namun uji serologis ini tidak untuk mendeteksi antibodi cardiopilin (pada
pasien dengan sifilis aktif)

f. Penatalaksanaan
Klasifikasi Terapi Anjuran Terapi Terapi
Sifilis Alternatif alternatif
pada
penisilin
Hamil Tidak
Hamil
Early sypilis Benzatin Prokain Eritromisi Dosisiklin
(sifilis benzilpenisilin, n, , 100 mg
benzilpenisilin, 2,4
stadi 1,2 juta IU 500mg (2 kali
um juta IU injeksi IM injeksi IM oral (4 kali sehari)
dini), sifilis (setiap hari sehari atau;
(pemberian dengan
primer,sifilis selama 10 selama 14 Tetrasikli
skunder. dua kali injeksi hari berturut- hari). n, 500 mg
turut). oral (4
ditempat
kali
berbeda). sehari)
selama 14
hari
Late Laten Benzatin Prokain Eritromisi Dosisiklin
Syphilis benzilpenisilin, 2,4 benzilpenisilin,1 n, 500 mg 100 mg
(sifilis juta ,2 juta IU injeksi oral (4 kali oral (2
stadium IU (total 7,2 juta IU) IM (setiap hari sehari kali
lanjut) injeksi IM, (sekali selama 20 selama 30 sehari),
seminggu selama 3 hari berturut- hari) atau;
minggu berturut-turut turut). Tetrasikli
di hari ke 1, 8 dan15) n, 500 mg
(4 kali
sehari)
selama 30
hari, atau
21-28
hari.
Neurosyphil Aquaous Prokain Dosisiklin
is benzylpenicill benzilpenisilin, , 200 mg
in, 18-24 1,2-2,4 juta IU, oral (2
juta IU injeksi injeksi IM setiap kali
IV ( hari dan sehari)
pemberian Probenesid, 500 selama 30
dengan 3-4 mg oral (4 kali hari, atau;
juta IU. Setiap sehari) selama Tetrasikli
4 jam 10-14 hari) atau; n, 500 mg
selama 14 hari). Ceftriaxone 1-2 oral, (4
g IV setiap hari kali sehari
selama 10-14 selama 30
hari (apabila tiak hari).
ada penisilin).
Siflis Usia < 2 tahun dan Usia > 20; Eritromisi
kongenital infant dengan Aquaous n 7,5-12,5
benzylpenicillin mg/kg
200 000- oral (4

2. STRONGYLOIDIASIS
a. Definisi
Strongyloidiasis adalah infeksi cacing Strongyloides stercoralis (S. stercoralis). S.
stercoralis adalah cacing yang hidup daerah hangat, daerah lembab. Cacing masuk
ke dalam tubuh ketika seseorang menyentuh tanah yang terkontaminasi cacing.

b. Etiologi
Sumber parasit adalah orang sakit. Dengan telur kotoran nya usus ugritsy jatuh ke
tanah, di mana tahap berikutnya dari perkembangannya.Telur menetas menjadi
larva parasit.Untuk media baru mereka menembus baik melalui kulit atau melalui
makanan yang terinfeksi.

c. Gejala Klinis
* Sakit perut (perut atas)
* Batuk
* Diare
* Ruam
* Merah sarang-seperti daerah-daerah dekat anus
* Muntah

c. Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik, karena adanya potensi untuk autoinfeksi dan penularan
kepada orang lain, semua penderita tanpa melihat jumlah cacing yang
dikandungnya harus dilakukan pengobatan dengan ivermectin (Mectizan),
Thiabendazole (Mintezol) atau albendazole (Zentel).

d. Penegakan Diagnosis
Bangku mikroskop
Linked Immunosorbent Assay
Biopsi aspirasi
Budaya tinja
Polymerase chain reaction.
3. SKISTOSOMIASIS
a. Definisi
Schistosomiasis atau Bilharziasis adalah penyakit infeksi parasit kronis yang
disebabkan oleh cacing darah (Trematoda) dari genus Schistosoma.

b. Patogenesis
Kelainan yang ditimbulkan oleh infeksi Schistosma japonicum sangat
berhubungan dengan respon imun hospes terhadap antigen dari cacing dan
telurnya. Respon imun hospes ini sendiri dipengaruhi oleh faktor genetik,
intensitas infeksi, sensitisasi in utero terhadap antigen schistosoma dan status
coinfeksi. Respon imun pada penderita schistosomiasis mempengaruhi
perjalanan penyakit, antara lain menimbulkan perubahan patologi berupa
pembentukan granuloma dan gangguan terhadap organ, mempunyai efek
proteksi terhadap kejadian infeksi berat atau bahkan cacing schistosoma dapat
bertahan selama bertahun tahun meskipun hospes mempunyai respon imun
yang kuat. Organ yang
sering diserang adalah saluran pencernaan makanan dan hati.

c. Gejala Klinis
Gejala schistosomiasis akut dapat berupa demam, malaise, mialgia, batuk,
sakit kepala dan nyeri abdomen yang dikenal dengan sindroma Katayama.
Gejala akut ini sering muncul pada orang yang mengalami infeksi pertama
kali. Pada keadaan kronik, schistosomiasis dapat menimbulkan kerusakan
organ berupa fibrosis, striktur dan kalsifikasi.

d. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada fase akut, pasien biasanya datang dengan keluhan demam,
nyeri kepala, nyeri tungkai, urtikaria, bronchitis, nyeri
abdominal.Biasanya terdapat riwayat terpapar dengan air misalnya
danau atau sungai 4-8 minggu sebelumnya, yang kemudian
berkembang menjadi ruam kemerahan (pruritic rash).
Pada fase kronis, keluhan pasien tergantung pada letak lesi
misalnya:
Buang air kecil darah (hematuria), rasa tak nyaman hingga
nyeri saat berkemih, disebabkan oleh urinary
schistosomiasis biasanya disebabkan oleh S. hematobium.
nyeri abdomen dan diare berdarah biasanya disebabkan oleh
intestinal skistosomiasisoleh biasanya disebabkan oleh S.
mansoni, S. Japonicum juga S. Mekongi.
Pembesaran perut, kuning pada kulit dan mata disebabkan
oleh hepatosplenic skistosomiasis yang biasanya disebabkan
oleh S. Japonicum.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pada skistosomiasis akut dapat ditemukan:
1. Limfadenopati
2. Hepatosplenomegaly
3. Gatal pada kulit
4. Demam
5. Urtikaria
6. Buang air besar berdarah (bloody stool)

b. Pada skistosomiasis kronik bisa ditemukan:


1. Hipertensi portal dengan distensi abdomen, hepatosplenomegaly
2. Gagal ginjal dengan anemia dan hipertensi
3. Gagal jantung dengan gagal jantung kanan
4. Intestinal polyposis
5. Ikterus
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan eosinofilia dan infiltrat paru
pada rontgen foto toraks. Kumpulan gejala ini dikenal sebagai sindroma
Katayama dan sering terjadi pada orang yang terinfeksi pertama kali atau
pada keadaan reinfeksi berat serkaria.

e. Penatalaksanaan
Terapi Umum
Istirahat
Diet
Medikamentosa
1. Obat pertama :
Praziquantel : 40 mg/kb BB bersama makanan atau 3 x 20
mg/kgBB hanya sehari.
2. Obat alternatif :
Ozamniquine 20 mg/kg selama 3 hari
Metrifonate 10 mg/kg BB.
Bila prevalensi >50%, WHO menyarankan terapi massal

Anda mungkin juga menyukai