Anda di halaman 1dari 4

Geothermal

Secara bahasa, kata geothermal terbentuk dari dua kata yaitu geo yang berarti bumi dan thermal yang
artinya panas. Jadi istilah geothermal sama saja dengan panas bumi. Geothermal dapat dimaknai
sebagai energi panas yang terbentuk secara alami dibawah permukaan bumi. Perhatikan gambar di atas.
Kerak bumi (crust), yang merupakan lapisan terluar yang keras/padat berupa batu, mampu menahan
aliran panas yang berasal dari bawah permukaan bumi. Sementara mantel bumi (mantle) merupakan
lapisan yang semi-cair atau batuan yang meleleh atau sedang mengalami perubahan fisik akibat
pengaruh tekanan dan temperatur tinggi disekitarnya. Sedangkan bagian luar dari inti bumi (outer
core) berbentuk liquid. Akhirnya, lapisan terdalam dari inti bumi (inner core) berwujud padat.

Lapisan bumi

Suatu model lapisan bumi berikut unsur-unsur yang dominan dimasing-masing lapisan tersebut telah
dirilis oleh J. Marvin Herndon dalam CURRENT SCIENCE, VOL. 88, NO. 7, 10 APRIL 2005. Model
tersebut, sebagaimana yang ditampilkan di atas, merupakan model terakhir yang diakui oleh kalangan
ilmuwan geofisika, meskipun masih diperdebatkan khususnya pada bagian inti bumi (inner core)
apakah keadaannya berupa liquid (cairan) atau solid (padat) atau plasma? Adapun pada lapisan outer-
core, para ilmuwan sepakat bahwa kandungan unsur pada lapisan tersebut didominasi oleh Fe (iron
atau unsur besi).

Sementara itu, beberapa pakar dari University College London telah melakukan simulasi dengan
superkomputer Cray T3E untuk mengukur temperatur tinggi yang bisa melelehkan besi dalam tekanan
yang sangat tinggi sebagaimana yang ada di inti bumi. Hasil simulasi tersebut menunjukkan bahwa titik
leleh atau titik lebur besi adalah pada suhu 6700 Kelvin pada tekanan diantara inner-core dan outer-
core di perut bumi. Temuan ini mendukung model sebelumnya yang mengatakan bahwa temperatur inti
bumi berkisar pada suhu tersebut.
Dari sini sebuah pertanyaan sainstifik bisa dimunculkan, yaitu darimana inti bumi mendapatkan energi
panas yang dahsyat tersebut? Para ilmuwan masih percaya bahwa semua itu dihasilkan oleh reaksi fisi
nuklir alamiah (geo-reaktor) yang terjadi di dalam inner-core. Itulah sebabnya dalam model (gambar)
di atas, Herndon menempatkan uranium sebagai unsur yang mendominasi bagian inner-core, dimana
kita semua tahu bahwa uranium adalah salah satu unsur radioaktif yang bisa menghasilkan reaksi fisi
nuklir. Asumsi akan adanya georeaktor tersebut cukup tepat untuk menjawab teka-teki mengenai
keberadaan isotop helium yang begitu melimpah, sekaligus juga menjelaskan fenomena variasi medan
geomagnetik bumi. Demikianlah logikanya.
Mungkin ada baiknya menyaksikan film fiksi-ilmiah berjudul The Core yang bercerita tentang
ekspedisi para ilmuwan menuju inti bumi. Mereka turun ke dasar bumi dari palung Mariana di samudra
Pasifik yang merupakan palung terdalam di dunia dengan kedalaman mencapai 11 km. Tapi saran saya
jangan buru-buru percaya sama kondisi perut bumi yang ditampilkan dalam film tersebut. Namanya
juga fiksi.

Reservoir

Air hujan (rain water) itu bisa turun dari awan disebabkan oleh pengaruh gravitasi bumi. Ketika tiba di
permukaan bumi air hujan akan merembes ke dalam tanah melalui saluran pori-pori atau rongga-
rongga diantara butir-butir batuan. Bila jumlah air hujan yang turun cukup deras, maka air tersebut
akan mengisi rongga-rongga antar butiran sampai penuh atau jenuh. Air hujan yang sudah masuk ke
tanah disebut air tanah. Kalau sudah tidak tertampung lagi, maka air hujan yang masih dipermukaan
akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Ini disebut air permukaan. Perlu diketahui disini bahwa
daya serap (atau lebih dikenal dengan istilah permeabilitas) masing-masing batuan atau lapisan batuan
bervariasi tergantung jenis batuannya. Di daerah gunung api, dimana terdapat potensi panas bumi,
seringkali ditemukan struktur sesar (fault) dan kaldera (caldera) sebagai akibat dari letusan gunung
maupun aktifitas tektonik lainnya. Keberadaan struktur tersebut tidak sekedar membuka pori-pori atau
rongga-rongga antar butiran menjadi lebih terbuka, bahkan lebih dari itu mereka menciptakan zona
rekahan (fracture zone) yang cukup lebar dan memanjang secara vertikal atau hampir vertikal dimana
air tanah dengan leluasa menerobos turun ke tempat yang lebih dalam lagi sampai akhirnya dia
berjumpa dengan batuan panas (hot rock). Air tersebut tidak lagi turun ke bawah, sekarang dia mencari
jalan dalam arah horizontal ke lapisan batuan yang masih bisa diisi oleh air. Seiring dengan berjalannya
waktu, air tersebut terus terakumulasi dan terpanaskan oleh batuan panas (hot rock). Akibatnya
temperatur air meningkat, volume bertambah dan tekanan menjadi naik. Sebagiannya masih tetap
berwujud air panas, namun sebagian lainnya telah berubah menjadi uap panas. Tekanan yang terus
meningkat, membuat fluida panas tersebut menekan batuan panas yang melingkupinya seraya mencari
jalan terobosan untuk melepaskan tekanan tinggi. Kalau fluida tersebut menemukan celah yang bisa
mengantarnya menuju permukaan bumi, maka akan dijumpai sejumlah manifestasi sebagaimana yang
diterangkan pada halaman sebelumnya. Namun bila celah itu tidak tersedia, maka fluida panas itu akan
tetap terperangkap disana selamanya. Lokasi tempat fluida panas tersebut dinamakan reservoir panas
bumi (geothermal reservoir). Sementara lapisan batuan dibagian atasnya dinamakan cap rock yang
bersifat impermeabel atau teramat sulit ditembus oleh fluida.

Manifestasi

Air atau uap panas fluida (yang berada di perut gunung api) ternyata tidak diam ditempatnya, justru
karena menerima panas dari magma, terjadilah fenomena arus konveksi. Pada awalnya, molekul-
molekul fluida tersebut berusaha mentransfer atau berbagi panas kepada sesamanya hingga mencapai
kesetaraan temperatur. Seiring dengan meningkatnya temperatur, volumenya bertambah dan efeknya
tekanan fluida semakin naik. Akhirnya fluida mendesak dan mendorong batuan sekitarnya atau
berusaha menerobos celah-celah antar batuan (fracture) untuk melepaskan tekanannya. Secara umum,
tekanan di sekitar permukaan bumi lebih rendah dari pada tekanan dibawah permukaan bumi.
Berdasarkan hal ini, air panas maupun uap panas yang terperangkap dibawah permukaan bumi akan
berupaya mencari jalan terobosan supaya bisa keluar ke permukaan bumi. Silakan perhatikan foto di
atas. Ketika mereka menemukan jalan untuk sampai ke permukaan, kita bisa melihatnya sebagai asap
putih yang sesungguhnya adalah uap panas (fumarole), atau bisa juga mereka keluar dalam wujud
cairan membentuk telaga air panas (hot spring), atau bisa juga berupa lumpur panas (mud pots). Semua
fenomena ini adalah jenis-jenis manifestasi dari keberadaan sistem panas bumi (geothermal system).
Itu merupakan tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa di bawah lokasi manifestasi tersebut pasti
ada intrusi magma yang memanaskan batuan sekelilingnya. Berarti daerah tersebut menyimpan potensi
panas bumi yang suatu saat bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Magma

Intrusi magma yang terakumulasi di perut gunung api masih memiliki temperatur sekitar 700C hingga
1600C dan masih memiliki tekanan yang sedemikian kuat sehingga terus mendorong ke atas dan
menerobos rekahan-rekahan yang akhirnya keluar ke permukaan menjadi lava. Foto diatas
memperlihatkan lava panas berwarna merah yang keluar dari dalam bumi dimana efek tekanan dari
bawah membuat lava tersebut terdorong atau tersembur ke udara hingga ketinggian beberapa ratus
meter. Tidak semua magma keluar menjadi lava, bahkan sebagian besar magma tetap tersimpan di perut
gunung atau di lempeng benua. Magma tersebut memberikan panasnya kepada batuan yang
ditempatinya hingga mampu merubah struktur dan sifat-sifat batuan disekitarnya dan akhirnya
membentuk mineral-mineral yang beraneka ragam. Batuan yang terpengaruh oleh temperatur tinggi
tersebut secara umum dinamakan batuan alterasi atau batuan yang mengalami alterasi. Disisi lain, air
bawah tanah yang berada disekitar batuan alterasi akan menjadi air panas atau uap panas yang
bertekanan tinggi.

Proses tektonik

Kerak bumi (crust) terdiri dari dua jenis lempengan (plate) yaitu lempeng samudera (oceanic plate) dan
lempeng benua (continental plate). Lempeng benua lebih tebal dibandingkan lempeng samudera.
Namun densitas lempeng samudera lebih besar dari pada lempeng benua. Kedua jenis lempeng tersebut
berada dalam posisi mengapung di atas mantel bumi yang berupa semi-cairan yang sangat panas yang
dikenal dengan magma. Cairan panas tersebut tidak diam, melainkan berputar atau mengalir mengikuti
pola konveksi akibat perbedaan temperatur yang tinggi antara inti bumi dan mantel bumi. Aliran
konveksi tersebut mempengaruhi kestabilan lempeng benua dan lempeng samudera sehingga lempeng-
lempeng tersebut bergerak bahkan saling bertabrakan satu sama lain. Pada saat lempeng samudera
bertabrakan dengan lempeng benua, karena memiliki desitas lebih tinggi, maka lempeng samudera
melesak atau menunjam (subducting) ke bawah lempeng benua. Inilah yang terjadi di bagian selatan
pulau Jawa dan bagian barat pulau Sumatera. Lempengan Indo-Australia yang memuat Australia, India
dan Samudera Hindia melesak ke bawah lempeng Eurasia yang memuat benua Asia, termasuk
Indonesia. Pada saat menghunjam ke bagian yang lebih dalam dimana temperatur dan tekanannya lebih
tinggi, lempeng samudera tersebut meleleh menjadi magma. Adanya rekahan-rekahan di bagian
lempeng benua sebagai akibat dari gesekan dan tabrakan tadi membuka jalan bagi magma untuk
menerobos ke atas mendekati permukaan bumi sekaligus mendorong lempeng benua membentuk
gunung api. Proses ini disebut intrusi magma. Sebenarnya, deretan gunung api semacam inilah yang
membentuk Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan pulau-pulau dengan gunung api lain sampai ke Laut
Banda. Terkadang magma tersebut memperoleh jalan untuk menuju ke permukaan bumi dan muncul
sebagai lava. Ini terjadi pada saat terjadi letusan gunung api.

Anda mungkin juga menyukai