NRP : 6215028
NRP : 6215036
NRP : 6215088
Kelas :F
BANDUNG
2017
A. INTRODUCTION
Olefin adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan sebuah ikatan rangkap dua antara dua
atom karbon yang memiliki rumus kimia CnH2n. Senyawa olefin tidak terbentuk secara alami,
melainkan terbentuk dari sebuah proses pengolahan. Senyawa ini juga memiliki struktur yang
mirip dengan paraffin. Senyawa olefin tidak terkandung dalm minyak bumi.
Salah satu pembuatan senyawa olefin dapat dilakukan melalui proses catalytic cracking.
Terdapat tiga tahapan penting dalam pembuatan senyawa olefin dengan proses catalyctic
cracking, yaitu proses reaksi minyak bumi menjadi produk gas, pemisahan produk-produk yang
dihasilkan, dan regenerasi katalis agar dapat digunakan kembali. Temperatur yang biasa
digunakan dalam catalytic cracking sekitar 480-566C dengan menggunakan berbagai
katalisator yaitu Al2O3 dan zeolite . Katalisator yang umumnya digunakan pada proses catalytic
cracking di zaman modern ini adalah zeolite.
Dalam industri kimia, senyawa olefin banyak digunakan sebagai salah satu bahan baku utama,
antara lain untuk pembuatan plastik, fiber, dan bahan-bahan komeril lainnya. Selain itu, Seiring
dengan bertambahnya waktu, semakin banyaknya permintaan akan bahan baku olefin, banyak
perusahaan yang berinovasi mengembangkan proses untuk memproduksi senyawa olefin
dengan cepat, efektif, efisien, dan ekonomis.
Ethylene (Ethene)
Ethylene merupakan senyawa paling ringan dari seluruh golongan olefin. Tidak berwarna, dan
mudah terbakar. Senyawa ini dihasilkan dari bahan baku berbasis minyak bumi dengan proses
hydrocarbon cracking menggunakan steam (uap air). Ethylene sering mendapat julukan king
of petrochemicals karena banyak bahan kimia komersil yang dihasilkan dari bahan baku
ethylene.
2. Catalytic Cracking
Terdapat tiga peralatan utama yang digunakan dalam proses catalytic cracking, yaitu
Cracking Reactor, Stripper, dan Catalyst Regenerator. Mula-mula, umpan yang berupa
minyak mentah dan gas alam seperti naphta dialirkan menuju Cracking Reactor yang berisi
katalis padat bersama dengan uap air (steam). Selanjutnya, produk yang dihasilkan
dipisahkan dengan cara fraksinasi dalam kolom distilasi (biasa disebut main fractionator).
Sementara itu, katalis yang telah dilewatkan oleh umpan untuk melakukan reaksi dimaukkan
menuju Stripper bersamaan dengan uap air (steam). Di dalam Stripper, katalis akan terpisah
dari uap air dan akan menuju Catalyst Regenerator. Di dalam Catalyst Regenerator, katalis
akan dipanaskan dengan udara untuk menghilangkan deposit yang terdapat pada permukaan
katalis sebagai efek samping dari reaksi yang berada di Cracking Reactor. Setelah
diregenerasi dalam Catalyst Regenerator, katalis akan dimasukkan kembali ke dalam
Cracking Reactor untuk digunakan lagi dalam proses cracking. Untuk pemisahan produk,
digunakan langkah-langkah yang sama dengan proses steam cracking.
Awalnya proses kilang minyak olefins lebih sering menggunakan Steam Cracking, tetapi
seiring dengan berjalannya waktu Catalytic Cracking lebih sering digunakan dan sudah hampir
menggantikan peran Steam Cracking. Karena produk light gas yang diperoleh lebih banyak
menghasilkan olefins.
1. Proses Cracking
Produk yang terbentuk dalam proses cracking dalam Catalytic Reactor merupakan hasil dari
reaksi primer dan sekunder. Reaksi primer dirancang untuk melibatkan atom-atom karbon
yang berikatan. Reaksi primer yang terjadi adalah sebagai berikut:
Al:alkyl
Tahap 3: Pemutusan ikatan Tunggal pada produk di tahap 2 menjadi ikatan rangkap
2. Proses Distilasi
Produk yang berupa uap akan dialirkan melalui bagian atas reactor ke bagian bawah kolom
distilasi (biasa disebut main fractionator) dimana terjadi pemisahan antara produk hasil
reaksi dari Fluidized-bed Catalytic Cracking (FCC) diantaranya minyak bumi, naptha, dan
offgas. Setelah diproses lebih lanjut untuk menghilangkan kandungan sulfur dalam minyak
bumi, naphta yang terdapat dalam produk berubah menjadi gasoline dengan nilai oktan yang
tinggi
Gas yang terdapat di kolom distilasi selanjutnya dialirkan menuju gas recovery unit dimana
gas-gas produk dipisahkan menjadi butane, butilena, propilena, dan gas-gas dengan berat
molekul yang rendah (hydrogen, metana, ethylene, dan etana).
Katalis heterogen merupakan katalis yang fasanya tidak sama dengan zat yang dikatalisis.
Katalis heterogen umumnya berwujud padat dan biasanya digunakan pada reaktan cair atau
gas. Banyak proses industry yang menggunakan katalis heterogen, sehingga proses dapat
berlangsung lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi. Reaksi di dalam katalis
heterogen, terdapat beberapa tahapan mekanismenya, yaitu:
d. Terjadi reaksi permukaan pada reaktan yang kontak dengan sisi aktif katalis
Keuntungan menggunakan Katalis heterogen di dalam industri, kuhusnya sebagai bahan padat
diantaranya tidak bersifat korosif, dapat meningkatkan kemurnian produk karena
mengeleminasi reaksi yang tidak diinginkan (reaksi samping), mudah dipisahkan dengan
menggunakan metode filtrasi sehingga katalis dapat digunakan berulang kali dalam jangka
waktu yang lama, serta memiliki luas pemukaan yang besar (10-1000m2 per gram katalis)
sehingga dapat meningkatkan kecepatan reaksi yang lebih besar dibandingkan dengan katalis
dalam bentuk cair maupun gas.
Katalis Zeolite
Zeolit adalah mineral aluminosilikat hidrat yang dibuat dari silika (SiO4) dan alumina (AlO4-)
tetrahedra . Zeolit terbentuk dengan struktur-struktur kristal yang berbeda, yang memiliki
pori-pori terbuka yang lebar dalam susunan yang sangat teratur dan meiliki ukuran yang kira-
kira sama dengan molekul-molekul kecil.
Zeolit memiliki struktur seperti kandang yang mampu menjebak molekul-molekul lain ke
dalamnya. Zeolit dapat menukar ion-ion bermuatan positif lainnya untuk ion logam yang
semula terjebak di dalam zeolit, hal ini biasa disebut sebagai pertukaran kation. Zeolit
memiliki pori yang berukuran tetap di dalamnya, sehingga memungkinkan molekul kecil
untuk masuk dan melewati pori tersebut tetapi menjebak molekul yang berukuran lebih besar
sehingga zeolit sering disebut sebagai saringan molekul.
Gambar diatas menunjukkan proses pertukaran ion zeolit, dimana zeolit (abu-abu) menjebak
ion yang masuk (merah dan oranye) dan melepaskan ion yang lain (kuning).
Terdapat 2 macam zeolit, yaitu zeolit alam dan zeolit sintetik. Zeolit sintetik dibuat dengan
ukuran yang tepat dan seragam (sekitar 1 m sampai 1 mm) agar dapat sesuai dengan
penerapan tertentu. Meskipun semua zeolit adalah aluminosilikat, beberapa zeolit
mengandung alumina lebih banyak, sedangkan lainnya mengandung silika lebih banyak.
Zeolit yang kaya akan alumina tertarik pada molekul-molekul polar seperti air, sedangkan
zeolit yang kaya akan silika tertarik pada molekul nonpolar.
Zeolit berguna sebagai katalis dalam produksi obat-obatan dan pada industri petrokimia,
dimana mereka digunakan dalam catalytic crackers untuk memutuskan molekul-molekul
hidrokarbon yang besar/lebar menjadi gasolin, diesel, kerosin, lilin/parafin dan semua jenis
produk sampingan lainnya dari minyak bumi. Struktur pori pada zeolit berperan penting
dalam proses ini, dimana struktur pori tersebut berperan untuk menjebak atom-atom dan
molekul-molekul dan kemudian reaksi kimia terjadi.
Gambar diatas menunjukkan proses catalytic cracking, dimana atom-atom karbon pada umpan
yang berupa hidrokarbon cair dan gas alam masuk ke dalam pori-pori zeolite dan menuju sisi
aktif dari zeolite yang kemudian reaksi cracking terjadi.
Zeolit dapat disebut juga sebagai katalis yang selektif terhadap bentuk karena ukuran dan
bentuk porinya yang tetap membuat mereka bekerja selektif pada molekul tertentu, sehingga
mereka dapat memilih molekul yang sesuai dengan mereka disamping ukuran dan bentuk.
Seperti semua katalis, zeolit dapat digunakan kembali.
Coke dihasilkan oleh dekomposisi atau kondensasi dari hidrokarbon pada permukaan katalis
dan biasanya terdiri dari hidrokarbon berat yang terpolimerasi. Coke yang terbentuk dapat
bervariasi mulai dari hidrokarbon dengan berat molekul tinggi sampai karbon-karbon primer,
tergantung kondisi dimana coke tersebut terbentuk, struktur kimianya pun bervariasi dengan
jenis reaksi, tipe katalis dan kondisi reaksinya.
Pada reaksi yang menggunakan hidrokarbon, coke yang terbentuk berfasa gas pada kedua
permukaan baik katalitik maupun non-katalitik. Pada dasarnya, coke yang terbentuk pada
oksida dan sulfida adalah hasil reaksi dari reaksi cracking yang melibatkan pelopor coke
(biasanya olefin atau aromatik) yang dikatalisis oleh asam. Umumnya, laju dan tingkat
pembentukan coke bertambah seiring bertambahnya konsentrasi asam. Hasil coke yang
diperoleh menurun seiring menurunnya ukuran pori, hal ini berlaku terutama pada zeolit
dimana selektifitas bentuk berperan penting dalm pembentukan coke.
Katalis yang mengalami deaktivasi dapat diaktifkan kembali melalui pemanasan dengan
udara. Coke yang terdapat pada katalis akan terlepas selama proses pembakaran dengan
udara. Reaksi pembakaran ini bersifat sangat eksotermik, yang berarti menghasilkan banyak
panas. Coke yang terbakar menghasilkan gas CO2 bersuhu tinggi. Panas dari gas CO2 ini
dimanfaatkan untuk reaksi pemanasan umpan dalam Catalytic Reactor.
Reaktor dalam proses Catalytic Cracking yang digunakan saat ini menggunakan sistem fluidized
bed units. Dalam keadaan ini, katalis berperilaku seperti fluida dan mengalir bolak-balik antara
reaktor dan regenerator.
Dua tipe yang paling sederhana yang digunakan dalam kilang minyak olefins (etylen) adalah tipe
side by side dan stacked. side by side adalah jenis dimana reaktor pemisah dan regenerator
merupakan tangki / bejana yang terpisah tetapi saling berdekatan. Sedangkan stacked type
merupakan jenis dimana reaktor pemisah dan regenerator bertumpukan. Regenerator dipasang
diatas reaktor pemisah.
Gambar diatas merupakan flow diagram dari Proses Fluid Catalytic Cracking dan gambar dari
reaktor FCC. Parameter operasi yang digunakan dalam FCC antara lain, umpan minyak mentah
pada pemanas inlet sebesar 114 m3/jam. Temperatur keluaran dari Furnace sebesar 291oC.
Temperatur umpan yang masuk kedalam reaktor sebesar 371oC. Dan yang terakhir temperatur
uap dari reaktor sebesar 549oC.
DAFTAR PUSTAKA
Gerhard Ertl, Helmuth Knzinger, Ferdi Schth, Jens Weitkamp, Handbook of Heterogeneous
Catalysis, Volume 1, 2nd Edition, Wiley-VCH, 2008.
James H. Gary, Glenn E. Handwerk, Mark J. Kaiser, Petroleoum Refining: Technology and
Economics, 5th Edition, CRC Press, 2007.
https://www.acs.org/content/acs/en/pressroom/cutting-edge-chemistry/beyond-the-ethylene-steam-
cracker.html
http://www.chemengonline.com/ethylene-production-via-cracking-ethane-propane/?printmode=1
https://www.fkit.unizg.hr/_download/repository/PRPP_2013_Steam_cracking_Olefins.pdf
http://nptel.ac.in/courses/103107082/module7/lecture2/lecture2.pdf
http://www.vurup.sk/sites/default/files/downloads/46_ft_hudec-fcc.pdf
https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=9150
http://what-when-how.com/petroleum-refining/reaction-mechanism-of-catalytic-cracking/
http://www.essentialchemicalindustry.org/processes/cracking-isomerisation-and-reforming.html
http://nptel.ac.in/courses/103107082/module6/lecture5/lecture5.pdf
http://database.thinking.nexant.com/about/cs/news/items/PERP%200708S5_Olefins%20via%20
FCC.cfm
http://www.explainthatstuff.com/zeolites.html
http://digilib.itb.ac.id/files/JBPTITBCHE/disk1/50/jbptitbche-gdl-jou-2002-calvinhbar-2456-
mechanis-n.pdf.