Anda di halaman 1dari 6

TEORI STRUKTUR FUNGSI

Para ahli sosiologi abad XIX seperti Auguste


Comte (1798 1857) dan Hebert Spencer (1820
1903) terkesan oleh persamaan yang mereka amati di
antara organisme biologi dengan kehidupan sosial.
Spencer pada khususnya tergerak untuk menyatakan
bahwa masyarakat itu laksana suatu organisme
(Turner, 1974: 16). Inti perspektif ini ialah faham
mengenai suatu system suatu kompleks unsure atau
komponen yang saling berhubungan secara sedikit
banyak seimbang dalam suatu jangka waktu tertentu.
Institusi-institusi dipandang oleh para ahli
sosiologi sebagai analog dengan organ. Struktur-
struktur sosial ini memenuhi kebutuhan utama yang
perlu untuk kelanjutan hidup dan pemeliharaan
masyarakat. Sesungguhnya, para ahli sosiologi
biasanya mengklasifikasi institusi menurut fungsi
utama yang dijalankannya: institusi perekonomian
difokuskan pada produksi dan distribusi barang dan
jasa; institusi keluarga: pembiakan, sosialisasi,
pemeliharaan, dan penempatan anak pada posisi
tertentu: institusi politik: perlindungan warga Negara
terhadap warga lain dan terhadap musuh asing;
institusi agama: peningkatan solidaritas dan
konsensus nasional; dan institusi pendidikan:
penyampaian warisan budaya dari suatu generasi ke
generasi berikutnya.
Oleh karena para ahli sosiologi dari aliran
pemikiran ini memfokuskan perhatian utama mereka
pada struktur-struktur serta fungsi-fungsinya, maka
suut pandangan tersebut dinamakan teori struktur
fungsi. Teori ini sangat terkenal pada dasawarsa
1940-an, 1950-an, awal 1960-an, dan dikaitkan
dengan para ahli sosiologi seperti Talcott Parsons
(1937; 1951; 1966; 1971), Kingsley Davis (1949),
dan Robert K. Merton (1968).

TEORI KONFLIK
Dalam kehidupan sosial terdapat beberapa hal
yang ditetapkan sebagai barang (good) yang langka
dan dapat dibagi-bagikan, sehingga semakin banyak
suatu pihak memperoleh barang tersebut, semakin
sedikit barang itu tersedia bagi orang lain. Kekayaan,
kekuasaan, status, dan kekuasaan atas wilayah
merupakan contoh mengenai hal ini. Manusia secara
khas berusaha untuk lebih banyak memperoleh apa
yang mereka tetapkan sebagai sesuatu yang berharga
atau dikehendaki. Di mana dua kelompok manusia
menganggap diri mereka mempunyai hak khusus dan
sah atas hal-hal tertentu yang menyenangkan
sehingga masing-masing hanya dapat mencapai apa
yang ditetapkan
Sebagai hasil yang sah dengan cara merugikan orang
lain, maka biasanya terjadi konflik.
Konflik berarti suatu pertentangan mengenai nilai
atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status,
atau wilayah tempat pihak yang saling berhadapan
bertujuan untuk menetralkan, merugikan, atau pun
menyisihkan lawan mereka.
Mungkin pengungkapan yang diajukan oleh Karl
Marx dan Friedrich Engels di dalam Communist
Manifesto (1848) merupakan pengungkapan yang
paling terkenal mengenai suatu pendekatan konflik.
Dalam bahasa yang bernada keras dan jelas mereka
menyatakan bahwa cirri utama kehidupan sosial ialah
perjuangan kelas. Menurut Marx dan Engels, kelas
yang berkuasa dalam suatu masyarakat memperoleh
posisinya atas dasar pemilikan dan pengendalian alat
produksi (sumber penting bagi manusia untuk
memperoleh nafkah mereka). Melalui mengendalikan
alat produksi, kelas yang berkuasa berusaha
menempatkan dirinya di antara orang lain dan sarana
yang digunakan orang lain untuk memenuhi
keperluan biologis dan sosialnya. Melalui cara ini
masyarakat peka dan mudah terpengaruh oleh
keinginan dan perintahnya. Kelas berkuasa ini
menguasai seluruh kehidupan moral dan intelektual
suatu masyarakat sambil menjadikan pemerintah,
hokum, militer, ilmu pengetahuan, agama dan
pendidikan sebagai alat untuk menanamkan keuasaan
serta hak istimewanya.
TEORI PERTUKARAN SOSIAL

Sebagian besar rasa kepuasan kita bersumber pada


tindakan manusia lain. Kepuasan di dalam cinta,
rangsangan intelektual, persahabatan, kebutuhan
ekonomi, kesadaran mengenai pertumbuhan
perlindungan terhadap penjahat semuanya ini dan
banyak tujuan lain dalam hidup manusia- hanya dapat
dicapai dengan menggerakan orang lain agar
berprilaku tertentu terhadap kita. Anggapan ini
merupakan dasar teori pertukaran sosial . Teori ini
berpandangan bahwa manusia mengatur hubungan
dengan orang lain dengan cara semacam membuat
pembukuan mental yang mencatat imbalan, biaya,
dan laba.

Menurut teori ini, orang memasuki dan meneruskan


pola interaksi dengan orang lain tertentu oleh karena
mereka menganggap interaksi itu menguntungkan,
apa pun yang menjadi alasanya. Tetapi dalam proses
mencari imbalan, orang pasti memikul biaya. Biaya
menunjuk pada pertimbangan negative (kewajiban,
kelelahan, kebosanan, kecemasan, keprihatinan, dan
seterusnya) atau pada unsur positif yang dikorbankan
dengan jalan tetap meneruskan hubungan.
Keuntungan yang diperoleh dari pertukaran sosial
menggambarkan perbedaan antara imbalan dengan
biaya. Beberapa ahli sosiologi melihat tukar-menukar
sosial sebagai suatu teori pilihan rasional oleh
karena individu nampak hanya meneruskan suatu
hubungan sepanjang mereka menetapkannya sebagai
hal yang lebih membawa imbalan daripada biaya..

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIS

Suatu premis dasar sosiologi ialah bahwa manusia


merupakan makhluk social; kita tidak dapat menjadi
manusia secara tersendiri. Hal itu terjadi karena
adanya komunikasi yaitu melalui suatu symbol.
Simbol merupakan tindakan atau objek yang secara
social telah dianggap mewakili sesuatu yang lain.
Herbert Mead mengemukakan bahwa manusia
mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain melalui penggunaan symbol yang
dimiliki bersama. Melalui symbol itu, manusia
memberikan makna pada kegiatan mereka; mereka
menjelaskan situasi dan menafsirkan perilaku. Orang
membentuk perspektif melalui suatu proses yang
social yang di dalamnya mereka saling menjelaskan
sesuatu. Di pihak lain, mereka saling bertindak dan
mengubah tindakan mereka melalui makna yang
mempunyai asal-usul social.

Menurut Mead, symbol khususnya bahasa, tidak


hanya memungkinkan manusia manusia untuk saling
berkomunikasi, tetapi symbol merupakan alat untuk
berpikir. Kita melaksanakan suatu percakapan interen
dengan diri kita sendiri. Kita bercakap-cakap dan
menjwab diri kita sendiri dengan cara yang kira-kira
sama dengan cara kita bercakap-cakap dengan orang
lain. Kita misalnya bertanya pada diri kiatasendiri :
Jika saya akan memperoleh tanggapan tertentu dari
orang lain, maka apa yang harus saya lakukan agar
berhasil ?Kita menyapa diri kita sendiri dan
menanggapi tegur sapa tersebut. Melalui cara ini kita
mencocokkan tindakan kita dengan tindakan orang
lain, merencanakan, menguji, menunda, dan
mengubah perilaku kita sebagai tanggapan terhadap
perilaku mereka.

Anda mungkin juga menyukai