Eritema Multiformis
Eritema Multiformis
oleh terjadinya infeksi, terutama infeksi virus seperti virus Herpes simplex (HSV).
Eritema multiformis ditandai dengan munculnya lesi kulit kemerahan, bersifat akut,
dan dapat sembuh tanpa menimbulkan komplikasi.
Pada beberapa kasus, eritema multiformis tidak hanya terjadi pada kulit, namun
dapat juga terjadi di lapisan mukosa, seperti bibir dan mata. Eritema multiformis
yang tidak terjadi pada lapisan mukosa adalah eritema multiformis minor.
Sedangkan eritema multiformis mayor terjadi pada satu atau lebih lapisan mukosa,
namun tidak melebihi 10 persen dari total luas permukaan tubuh. Saat ini, eritema
multiformis dianggap berbeda dengan sindrom Stevens-Johnson ataupun toxic
epidermal necrolysis (TEN).
Selain diakibatkan oleh infeksi virus, seperti virus Herpes simplex dan Epstein-Barr,
eritema multiformis juga dapat disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap obat-
obatan. Eritema multiformis yang dipicu oleh obat-obatan seringkali berkaitan
dengan kemampuan seseorang dalam menguraikan obat di dalam tubuh yang
terganggu, sehingga terjadi penumpukan zat dari obat tersebut di dalam tubuh.
Kondisi ini dapat memicu respons imun, terutama di sel-sel epitel kulit yang
menyebabkan terjadinya eritema multiformis.
Demam.
Menggigil.
Lemah.
Nyeri sendi.
Nyeri pada daerah mulut dan tenggorokan, sehingga sulit makan dan minum.
Setelah gejala pendahuluan tersebut, lesi kulit akibat eritema multiformis mulai muncul di
kulit penderita, baik dalam jumlah sedikit hingga mencapai ratusan buah lesi. Umumnya, lesi
kulit pertama kali muncul di daerah punggung tangan atau punggung kaki, kemudian
menyebar ke kedua tungkai hingga mencapai badan. Lesi lebih banyak muncul di lengan
daripada di tungkai. Dapat juga muncul di telapak tangan dan kaki, serta mengelompok di
daerah siku dan lutut. Selain kaki dan tangan, lesi juga umumnya muncul pada wajah, badan
dan leher. Seringkali lesi yang muncul terasa gatal dan seperti terbakar.
Pada awal muncul, lesi akan berbentuk bulat dan berwarna merah atau merah muda. Lesi
dapat tumbuh dan menonjol (papul), serta membesar membentuk plak dengan ukuran yang
dapat mencapai beberapa sentimeter. Pertumbuhan lesi umumnya berlangsung selama 72 jam
dengan bagian tengah plak atau lesi akan semakin menggelap seiring pembesaran lesi, serta
dapat melepuh atau terbentuk cairan (blister), dan mengeras atau berkerak.
Bentuk lain dari lesi eritema multiformis adalah lesi iris (atau lesi target) yang berbentuk
bulat dengan pinggiran yang dapat terlihat jelas, serta seringkali memiliki tiga warna
konsentris. Warna bagian tengah dari lesi iris umumnya berwarna merah gelap yang juga
dapat membentuk blister dan mengeras. Bagian pinggiran lesi berwarna merah terang, serta
bagian antara pinggir dengan tengah berwarna merah pucat dan menonjol akibat cairan
(edema). Lesi kulit yang muncul pada penderita akibat eritema multiformis tidak terbatas
hanya pada satu bentuk, artinya penderita eritema multiformis dapat menderita lesi iris
ataupun lesi non iris. Selain itu, lesi yang muncul pada penderita dapat terjadi pada berbagai
stadium perkembangan lesi.
Pada kasus eritema multiformis mayor, lapisan mukosa juga akan terkena lesi, terutama di
bibir, bagian dalam pipi, serta lidah. Lesi pada lapisan mukosa juga dapat ditemukan di dasar
dan langit-langit mulut, serta gusi. Selain itu, lapisan mukosa lain yang dapat terkena efek
dari eritema multiformis mayor, antara lain adalah:
Mata.
Saluran pencernaan.
Lesi pada lapisan mukosa ditandai dengan pembengkakan, kemerahan, dan terbentuk blister.
Blister di lapisan mukosa mudah pecah dan menyebabkan terbentuknya luka (ulkus) yang
ditutupi lapisan berwarna keputihan. Akibatnya, pasien dapat kesulitan berbicara dan
menelan makanan.
Cytomegalovirus.
Vaksin yang berasal dari virus yang dilemahkan.
Mycoplasma pneumoniae.
Neisseria meningitidis.
Mycobacterium pneumoniae.
Treponema pallidum.
Myocbacterium avium.
Selain bakteri dan virus, eritema multiformis juga dapat disebabkan oleh reaksi terhadap
obat-obatan, seperti:
Obat golongan barbiturat.
Biopsi Kulit. Biopsi kulit dapat mengonfirmasi munculnya eritema multiformis pada
seseorang. Selain itu, dengan melakukan biopsi kulit, dokter dapat mengeliminasi penyakit
lain yang memiliki gejala mirip dengan eritema multiformis, terutama sindrom Steven-
Johnson dan toxic epidermal necrolysis.
Tes darah. Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan antigen dan antibodi.
Dua metode tes ini berfungsi untuk memastikan keberadaan virus atau bakteri yang dapat
menjadi pemicu munculnya eritema multiformis seperti virus Herpes
simplex ataupun Mycoplasma sp.
Jika diketahui penyebab eritema multiformis adalah virus, maka pasien dapat diberikan
antiviral, seperti acyclovir oral atau suntikan, terutama yang diakibatkan oleh
virus Herpes simplex. Jika penyebab eritema multiformis adalah bakteri, maka pasien dapat
diberikan antibiotik untuk menangani infeksi bakteri pemicu eritema multiformis. Jika
penyebab eritema multiformis adalah obat-obatan tertentu, pasien harus segera menghentikan
konsumsi obat tersebut.
Untuk mengobati gejala-gejala eritema multiformis, pasien dapat diberikan penanganan
seperti:
Antihistamin dan kortikosteroid topikal untuk mengatasi gatal-gatal.
Obat kumur yang mengandung anti nyeri serta antiseptik untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah infeksi sekunder pada rongga mulut.
Kortikosteroid oral. Obat ini dapat diberikan pada tahap awal pengobatan eritema multiformis
mayor.
Beberapa obat yang dapat diberikan untuk mengatasi eritema multiformis yang muncul
berkali-kali (rekuren), antara lain adalah:
Azathioprine.
Dapsone.
Thalidomide.
Cyclosporine.
Mycophenolate mofetil.
Obat antimalaria, seperti hydroxychloroquine.
Eritema multiformis umumnya akan sembuh dengan sendirinya tanpa meninggalkan bekas
luka dengan masa penyembuhan sekitar 2-3 minggu. Namun untuk kasus eritema multiformis
mayor, masa penyembuhan dapat berlangsung hingga 6 minggu.