Kelelahan.
Lesu.
Gangguan mental.
Depresi.
Parau.
Kulit kering.
Sembelit.
Sakit kepala.
Ketika hipotiroidisme menjadi semakin parah, dapat muncul gejala-gejala koma, seperti:
Mengalami edema (penumpukan cairan) di berbagai organ tubuh yang ditandai dengan
pembengkakan mata dan penebalan lidah.
Terjadi penumpukan cairan pada paru-paru (efusi pleura) dan jantung (efusi perikardium).
Kehilangan fungsi saluran pencernaan.
Hipotensi berat.
Gagal jantung.
Infeksi.
Luka bakar.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
koma miksedema, di antaranya:
Berjenis kelamin wanita. Sebagaimana hipotiroidisme lebih sering terjadi pada wanita,
koma miksedema juga lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.
Usia. Koma miksedema umumnya terjadi pada pasien diatas 60 tahun.
Tinggal di daerah kekurangan iodin. Daerah di mana hipotiroidisme lebih sering dijumpai,
maka kemungkinan di tempat tersebut lebih banyak terjadi kasus munculnya koma
miksedema.
Hidup di musim dingin. Koma miksedema lebih sering terjadi pada musim dingin dibanding
musim lainnya.
Tes fungsi tiroid. Tes fungsi tiroid akan mendeteksi hormon T3 dan T4 yang dihasilkan oleh
tiroid, serta TSH yang dihasilkan oleh hipofisis untuk mengatur kelenjar tiroid. Pada
umumnya, kadar T3 dan T4 dalam darah pada penderita koma miksedema sangat kecil,
sedangkan kadar TSH akan mengalami peningkatan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
gangguan terjadi pada kelenjar tiroid. Namun, apabila kadar TSH dalam darah mengalami
penurunan yang diikuti oleh penurunan T3 da T4, maka gangguan yang terjadi adalah pada
kelenjar hipofisis atau hipotalamus.
Pemeriksaan darah. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui kadar nutrisi dan mineral
dalam darah untuk mendeteksi adanya kemungkinan berbagai faktor yang memicu koma
miksedema. Tes ini meliputi pemeriksaan kadar natrium untuk mengetahui adanya
hiponatremia, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui adanya hipoglikemia, dan
pemeriksaan kadar oksigen dalam darah untuk mengetahui adanya penurunan kadar oksigen.
EKG. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya bradikardia dan gagal jantung akibat infark
miokard sebagai gejala koma miksedema.
Rontgen dada. Pemindaian pada daerah dada dengan menggunakan sinar-X dapat membantu
dokter mengetahui adanya efusi pleura atau efusi perikardial.
Skrining infeksi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi pada
penderita karena infeksi dapat memicu terjadinya koma miksedema.