Anda di halaman 1dari 5

Koma miksedema merupakan kondisi hilangnya fungsi otak dikarenakan komplikasi

hipotiroidisme jangka panjang pada penderitanya. Hipotiroidisme merupakan


kelainan pada kelenjar tiroid yang mengakibatkan kelenjar tiroid pada seseorang
tidak menghasilkan hormon dalam jumlah cukup. Hormon kelenjar tiroid berfungsi
untuk mengatur metabolisme tubuh termasuk suhu tubuh, kecepatan pembakaran
kalori, serta detak jantung. Pada penderita hipotiroidisme, metabolisme tubuh akan
melambat sehingga energi yang diolah tubuh akan berkurang, termasuk energi
untuk otak.

Koma miksedema dapat membahayakan jiwa penderita sehingga harus segera


ditangani dan diobati. Sekitar 50% penderita koma miksedema mengalami kematian
akibat penanganan yang kurang baik. Selain itu, persentase kematian koma
miksedema masih dapat mencapai 25% meskipun sudah didiagnosis dengan cepat
dan ditangani dengan baik. Seringkali kematian pada penderita koma miksedema
disebabkan oleh kegagalan pernapasan, sepsis, dan perdarahan saluran
pencernaan.

Gejala Koma Miksedema


Koma miksedema merupakan komplikasi jangka panjang dari hipotiroidisme. Oleh
karena itu, biasanya penderita koma miksedema terlebih dahulu akan mengalami
gejala-gejala hipotiroidisme, seperti:

Kelelahan.

Lesu.
Gangguan mental.

Depresi.

Tidak tahan dingin.

Parau.

Kulit kering.

Kenaikan berat badan.

Perubahan siklus menstruasi pada wanita.

Sembelit.
Sakit kepala.

Ketika hipotiroidisme menjadi semakin parah, dapat muncul gejala-gejala koma, seperti:

Hipotermia. Umumnya suhu tubuh penderita berada di bawah 27 C.

Mengalami edema (penumpukan cairan) di berbagai organ tubuh yang ditandai dengan
pembengkakan mata dan penebalan lidah.

Terjadi penumpukan cairan pada paru-paru (efusi pleura) dan jantung (efusi perikardium).
Kehilangan fungsi saluran pencernaan.

Hipotensi berat.

Denyut jantung lambat.

Rambut rontok (alopesia).

Tidak tahan dingin.

Mengalami pembesaran kelenjar tiroid (gondok).


Lesu dan lemah.

Laju pernapasan lambat.

Ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut).


Mengalami halusinasi, kebingungan, pelambatan refleks, kejang, dan lambat dalam berbicara.

Penyebab Koma Miksedema


Koma miksedema sangat terkait dengan hipotiroidisme, terutama pada pasien yang memiliki
riwayat hipotiroidisme, pembedahan tiroid dan pernah mendapatkan pengobatan iodin
radioaktif. Hipotiroidisme adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid gagal untuk
memproduksi hormon dalam jumlah yang cukup. Selain gangguan pada kelenjar tiroid,
gangguan bisa saja terletak pada kelenjar hipofisis (pituitary) atau hipotalamus yang tidak
dapat memberikan sinyal kepada kelenjar tiroid untuk membuat hormon. Pada kasus
demikian, kondisi tiroid sebenarnya masih berfungsi dengan normal namun tidak
mendapatkan stimulasi hormon dari kelenjar hipofisis dan hipotalamus.
Koma miksedema pada penderita hipotiroidisme kronis tidak akan muncul hingga penderita
terkena faktor-faktor yang dapat memicu koma miksedema sebagai berikut:

Obat-obatan, terutama golongan sedatif, narkotika, anestesia, lithium, dan amiodarone.


Stroke.
Hipotermia.

Tidak meminum obat-obatan hipotiroidisme seperti yang diperintahkan dokter.

Gagal jantung.

Infeksi.

Perdarahan saluran pencernaan.

Gangguan metabolisme, seperti hipoglikemia, hiponatremia, asidosis, dan hiperkapnia.

Cedera atau kerusakan pada pembuluh darah ke otak (trauma serebrovaskular).

Luka bakar.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
koma miksedema, di antaranya:

Berjenis kelamin wanita. Sebagaimana hipotiroidisme lebih sering terjadi pada wanita,
koma miksedema juga lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.
Usia. Koma miksedema umumnya terjadi pada pasien diatas 60 tahun.
Tinggal di daerah kekurangan iodin. Daerah di mana hipotiroidisme lebih sering dijumpai,
maka kemungkinan di tempat tersebut lebih banyak terjadi kasus munculnya koma
miksedema.
Hidup di musim dingin. Koma miksedema lebih sering terjadi pada musim dingin dibanding
musim lainnya.

Diagnosis Koma Miksedema


Untuk memastikan apakah seseorang mengalami koma miksedema, dapat dilakukan langkah-
langkah diagnosis sebagai berikut:

Tes fungsi tiroid. Tes fungsi tiroid akan mendeteksi hormon T3 dan T4 yang dihasilkan oleh
tiroid, serta TSH yang dihasilkan oleh hipofisis untuk mengatur kelenjar tiroid. Pada
umumnya, kadar T3 dan T4 dalam darah pada penderita koma miksedema sangat kecil,
sedangkan kadar TSH akan mengalami peningkatan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
gangguan terjadi pada kelenjar tiroid. Namun, apabila kadar TSH dalam darah mengalami
penurunan yang diikuti oleh penurunan T3 da T4, maka gangguan yang terjadi adalah pada
kelenjar hipofisis atau hipotalamus.
Pemeriksaan darah. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui kadar nutrisi dan mineral
dalam darah untuk mendeteksi adanya kemungkinan berbagai faktor yang memicu koma
miksedema. Tes ini meliputi pemeriksaan kadar natrium untuk mengetahui adanya
hiponatremia, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui adanya hipoglikemia, dan
pemeriksaan kadar oksigen dalam darah untuk mengetahui adanya penurunan kadar oksigen.
EKG. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya bradikardia dan gagal jantung akibat infark
miokard sebagai gejala koma miksedema.
Rontgen dada. Pemindaian pada daerah dada dengan menggunakan sinar-X dapat membantu
dokter mengetahui adanya efusi pleura atau efusi perikardial.
Skrining infeksi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi pada
penderita karena infeksi dapat memicu terjadinya koma miksedema.

Pengobatan Koma Miksedema


Koma miksedema merupakan kondisi darurat yang harus segera ditangani dengan baik dan
tepat. Tanpa penanganan darurat yang baik, koma miksedema dapat membahayakan jiwa
penderita. Beberapa tindakan yang dapat diberikan kepada penderita koma miksedema pada
saat awal perawatan, antara lain adalah:

Penanganan hipotermia. Hipotermia merupakan salah satu kondisi yang dapat


menyebabkan munculnya koma miksedema pada seseorang. Untuk menangani hipotermia,
pastikan pasien ditempatkan diruang yang hangat dan gunakan selimut biasa, bukan selimut
penghangat. Penggunaan selimut penghangat dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah
dengan cepat dan justru memicu hipotensi.
Menjaga pernapasan. Pada beberapa pasien koma miksedema, dapat muncul kegagalan
pernapasan. Oleh karena itu, penting agar aliran udara dan fungsi pernapasan pada penderita
koma miksedema dipastikan terjaga dengan baik. Untuk keperluan tersebut dapat
menggunakan mesin atau alat bantu napas selama 36-48 jam pertama. Namun, pada beberapa
pasien, penggunaan alat untuk pernapasan tetap diperlukan hingga 2 minggu.
Penanganan hiponatermia. Kekurangan natrium dalam darah dapat juga memicu terjadinya
koma miksedema. Untuk penanganan hiponatremia dapat diberikan larutan saline (garam)
kepada penderita.
Penanganan hipoglikemia. Hipoglikemia dapat ditangani dengan pemberian dextrosa(gula
sederhana) kepada pasien melalui pembuluh darah (intravena).
Penanganan infeksi. Infeksi juga dapat memicu terjadinya koma miksedema pada penderita
hipotiroidisme. Untuk mengatasinya, dapat diberikan antibiotik berspektrum luas terlebih
dahulu hingga diketahui penyebab infeksi.
Hipotiroidisme yang memicu terjadinya koma miksedema dapat diobati dengan terapi
pengganti hormon T3 dan T4. Hormon sintesis yang umumnya digunakan untuk mengobati
koma miksedema terasosiasi hipotiroidisme adalah levothyroxine sebagai pengganti T4
dan liothyronine sebagai pengganti T3. Levothyroxine dapat diberikan sendiri ataupun
dikombinasikan dengan liothyronine, khususnya pada penderita koma miksedema yang tidak
memiliki risiko penyakit kardiovaskular.
Prinsipnya, pada orang sehat, T4 akan diubah menjadi T3 di dalam darah untuk kemudian
digunakan pada berbagai keperluan metabolisme. Namun, pada penderita koma miksedema,
terdapat risiko perubahan hormon T4 menjadi T3 terganggu sehingga dokter umumnya akan
mengombinasikan levothyroxine dengan liothyronine pada pengobatan koma miksedema.
Penderita koma miksedema, terutama akibat hipopituitarisme, dapat juga mengalami
gangguan kelenjar adrenal sehingga menyebabkan kekurangan hormon kortisol. Untuk
mengatasinya, dapat diberikan kortikosteroid intravena hingga kadar kortisol dalam darah
mencapai kondisi normal.
Kemunginan sembuhnya penderita koma miksedema sangat bergantung pada kondisi
kesehatan penderita dan pemicu koma miksedema pada saat gejala muncul. Meskipun sudah
mendapatkan pengobatan, kemungkinan kematian penderita koma miksedema tetap tinggi
terutama pada mereka yang berusia lanjut, mengalami hipotermia, ataupun bradikardia.
Untuk mencegah kematian, penting untuk mengenali dan mendiagnosis gejala miksedema
pada tahap awal, serta menjalani terapi hormon dan terapi pendukung yang baik dan tepat.

Pencegahan Koma Miksedema


Pada penderita hipotiroidisme, pengecekan rutin dan konsultasi kepada dokter sangat penting
dilakukan agar kadar hormon tetap terjaga. Jika seseorang merasa atau mengalami gejala
hipotiroidisme, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai