Anda di halaman 1dari 40

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,


DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1 Kerangka Teoritis


2.1.1 Hakekat Pembelajaran Kimia
Kimia merupakan ilmu tentang perubahan, ilmu ini mempelajari tentang semua
zat yang berbeda dan bagaimana zat-zat berinteraksi satu sama lain. Ilmu kimia adalah
salah satu bagian dari IPA yang mempelajari tentang struktur, komposisi, sifat materi,
perubahan materi, dan energi yang menyertai perubahan materi (Keenan, et al, 1980).
Proses kimia terjadi di sekitar kita setiap saat, dalam aspek kehidupan. Ilmu
kimia mencoba untuk mengungkapkan struktur, komposisi, dan sifat materi. Contoh:
mengapa garam rasanya asin, gula rasanya manis, dan unsur karbon (arang) dapat
membentuk struktur grafit dan intan. Ilmu kimia juga mempelajari tentang perubahan
materi sehingga dapat menghasilkan bahan-bahan yang lebih bermanfaat, serta
bagaimana ilmu kimia memanfaatkan yang terjadi sebagai akibat dari perubahan materi,
misalnya penggunaan bahan bakar, energi nuklir, sebagai sumber energi alternatif bagi
kehidupan manusia. Ilmu kimia juga termasuk dalam rumpun IPA, dimana ilmu-ilmu
yang tergolong dalam rumpun tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terdapat
hubungan yang erat dimana untuk mempelajari pengetahuan yang satu diperlukan
pengetahuan yang lain. Kedudukan ilmu kimia diantara ilmu-ilmu yang lain sangat
penting, karena dalam ilmu kita dapat menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap
peristiwa-peristiwa yang bersifat makro.
Perkembangan ilmu kimia juga memunculkan perkembangan pola berpikir secara
kritis dan tidak menerima apa adanya. Berpikir secara ilmiah diawali dengan pertanyaan
apa dan mengapa sebagai dasar perkembangan ilmu. Misalnya, apakah karat besi itu?,
mengapa karat besi berwarna coklat?, mengapa air sumur berbau?, apakah penyebab air
sumur menjadi bau?
(1) Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktivitas seorang untuk mengumpulkan sejumlah
pengetahuan. Umumnya pengetahuan yang diperoleh tersebut akan digunakan untuk
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Telah banyak para ahli yang memberikan pengertian
atau defenisi tentang belajar. Namun pengertian dasar dari defenisi-defenisi tersebut
memuat hal yang sama yaitu adanya unsur0unsur aktivitas dan perubahan.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan. Hilgard (dalam Sanjaya, 2008 : 112) mengungkapkan:
Learning is the process by wich an activity originates or changed through training
procedurs (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from
changes by factors not atributable to training. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses
perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium
maupun dalam lingkungan alamiah. Senada dengan Hilgard, Hamalik (2002 : 154)
mengatakan bahwa Belajar adalah peruahan tingkah laku yang relatif mantaf berkat
latihan dan pengalaman. Belajar yang dilakukan merupakan bagian dari hidup,
berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, baik di sekolah, di jalanan dalam
waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya.
Sadiman (2003 : 1) mengatakan bahwa Belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih
bayi hingga ke iang lahat nanti. Djamarah (1994 : 21) mengatakan bahwa Belajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari.
Burton (dalam Usman, 2002 : 5) menyatakan Learning is a change in the
individual due to instruction of that individual and his environment, which fells a need
and makes him more capable of dealing adequately wiwth his environment. Dalam
pengertian ini terdapat kata change atau perubahan yang berarti bahwa seseorang
setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa
menjadi bisa.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
aktivitas mental dan psikis yang menuntut melibatkan intelektual anak secara optimal,
serta membutuhkan banyak latihan yang teratur dan tekun sehingga menghasilkan
perubahan-perubahan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi.

(2) Pengertian Hasil Belajar


Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah
diajarkan dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa, yang umumnya diperoleh
dari hasil tes yang diberikan kepada siswa setelah mendapat pengajaran. Hasil belajar
merupakan prestasi aktual yang ditampilkan oleh siswa yang dipengaruhi besarnya usaha
yang dilakukan oleh siswa dan inteligensi serta penguasaan siswa akan materi yang
diajarkan.
Nasrun Harahap (dalam Djamarah, 1994 : 21) memberi batasan, bahwa prestasi
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan
dengan penguasaan bahan pengajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum. Masud Khasan Abdul Qadar juga mengatakan bahwa prestasi
adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari pengertian prestasi atau hasil belajar di atas dapat dinyatakan bahwa hasil
belajar merupakan suatu tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran yang diperoleh
dengan cara usaha dan keuletan baik secara individu maupun kelompok.

2.1.2 Media Pembelajaran


(1) Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Hamalik (2002 : 202) merumuskan
pengertian media dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit mewdia
pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam
proses pengajaran yang terencana,sedangkan dalam arti luas media tidak hanya
meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks. Tetapi juga mencakup alat-
alat sederhana seperti slide, fotografi, diagram dan bagan buatan guru, objek-
objek nyata serta kunjungan ke luar sekolah. Sementara Arsyad (2008 : 3) secara
lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung
diartikan sebagai alat-alat grafis, photografi, atau elektronik untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/ NEA)


memiliki pengertian berbeda, media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan,
ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sementara Mc Luahan
mengatakan, bahwa media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya
media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk
merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu
tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.

Dari pengertian media di atas, dapat dikatakn bahwa media sangat


membantu guru dalam proses belajar mengajar untuk mempermudah siswa dalam
menerima, memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan, karena
media ini dapat menarik minat dan perhatian siswa untuk terus mengikuti
pembelajaran.

(2) Kegunaan Media Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar


Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan kegunaan sebagai
berikut:

(1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

(2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti misalnya:
a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film
atau model

b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film
atau gambar.

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau high-speed photography.

d. Kejadiaan atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi
lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.
e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan
dengan model, diagram, dan lain-lain

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-
lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan
lain-lain.

(3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan mengajar


b. Menimbulkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan


dan minatnya

(4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah legi dengan lingkungan dan
pengalaman yamg berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk tiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan
bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar
belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat
diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:

a. Memberikan perangsang yang sama


b. Mempersamakan pengalaman
c. Menimbulkan persepsi yang sama

(3) Media Grafis


Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana media lainnya media
grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.
Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang disampaikan
dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Secara khusus media
berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau
menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak
digrafiskan.

Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media


yang relative murah ditinjau dari segi biayanya. Sadiman (2008 : 29) membagi
media grafis menjadi:

a. Gambar/Foto
Media ini merupakan media yang paling umum berupa bahasa umum yang
dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Media ini mempunyai kelebihan,
antara lain: (1) Sifatnya konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata; (2) Dapat mengatasi batasan ruang
dan waktu; (3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita dari gambar-
gamgar yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang; (4) Dapat memperjelas
suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usai berapa saja; dan (5)
Harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan
perlatan khusus.

b. Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan
bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat
belajar mengambar, setiap guru yang baik haruslah dapat menuangkan ide-idenya
ke dalam bentuk sketsa. Sketsa selain dapat menarik perhatian murid,
menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganyapun
tak perlu dipersoalkan sebab media ini dibuat langsung oleh guru.

c. Diagram
Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan
simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara
garis besar. Diagram yang baik sebagai media pendidikan adalah: (1) yang benar,
digambar rapi, diberi title, label dan penjelasan-penjelasan yang perlu; (2) cukup
besar dan ditempatkan secara strategis; (3) Penyusunannya disesuaikan dengan
pola membaca yang umum yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
d. Bagan/Chart
Seperti halnya media grafis yang lain, bagan atau chart termasuk media
visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep
yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan
juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.
Pesan yang disampaikan bisaanya berupa ringkasan visual suatu proses,
perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Bagan yang disajkan dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bagan yang bersisfat menunda penyampaian
pesan (berupa flip chart dan hidden chart) dan bagan yang dpat menyajikan pesan
sekaligus (berupa tree chart, flow chart, time line chart, dan stream chart).

e. Grafik (Graphs)
Sebagai media visual, grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan
titik-titik, garis atau gambar. Untuk melengkapinya seringkali simbol-simbol
verbal digunakan disitu. Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data
kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu
objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Berbeda
dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip matematik dan
menggunakan data-data komparatif. Bebrapa macam grafik yang dapat digunakan
adalah grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran dan grafik gambar. Kelebihan
dari media grafik adalah: (1) Grafik bermanfaat sekali untuk mempelajari dan
mengingat data-data kuantitatif dan hubungan-hubungannya; (2) Grafik dengan
cepat memungkinkan kita mengadakan analisis, interpretasi dan perbandingan
antara data-data yang disajikan baik dalam hal ukuran, jumlah, pertumbuhan dan
arah; dan (3) Penyajian data grafik jelas, menarik, ringkas dan logis.

f. Kartun
Kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis adalah suatu gambar
interpretative yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu
pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau
kejadian-kejadian tertentu. Kemampuannya besar sekali untuk menarik perhatian,
mempengaruhi sikap maupun tingkah laku. Kartun dapat digambar detail dengan
menggunakan simbol-simbol serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti
dengan cepat.

g. Poster

Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi


dia mampu untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang
melihanya. Poster berfungsi untuk mempengaruhi orang-orang membeli prosuk
dari suatu perusahaan, untuk mengikuti program Keluarga Berencana atau
menyayangi binatang dapat dituangkan lewat poster. Secara umum poster yang
baik hendaklah: (1) Sederhana; (3) Menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu
tujuan pokok; (3) Berwarna; (5) Slogannya ringkas dan jitu; (6) Tulisannya jelas;
dan (7) Motif dan disain bervariasi.

h. Peta dan Globe

Pada dasarnya peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi
dan mengkonkretkan pesan-pesan yang abstrak. Kelebihan media peta dan globe
adalah: (1) Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah
kepulauan dan lain-lain; (2) Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan
pengaruh-pengaruh geografis; (3) Memungkinkan siswa memperoleh gambaran
tentang imigrasi dan distribusi penduduk, tumbuh-tumbuhan dan kehidupan
hewan, serta bentuk bumi yang sebenarnya.

i. Papan Flanel/Flannel Board

Papan flannel adalah media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-
pesan tertentu kepada sasarna tertentu pula. Gambar-gambar yang akan disajikan
dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali.
Karena penyajiannya seketika, selain menarik perhatian siswa, penggunaan papan
flannel dapat membuat sajian lebih efisien.
j. Papan Buletin/Bulletin Board

Berbeda dengan papan flannel, papan bulletin ini tidak dilapisi kain
flannel tetapi langsung ditempel gambar-gambar atau tulisan-tulisan. Fungsinya
selain menerangkan sesuatu, papan bulletin dimaksudkan untuk memberitahukan
kejadian dalam waktu tertentu.

(2) Media Proyeksi Diam


Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafik dalam
arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Perbedaan yang jelas diantara
keduanya adalah pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan
pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus
diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran terlebih dahulu.
Adakalanya media ini disertai rekaman audio, tapi ada pula yang hanya visual
saja.

Beberapa jenis media proyeksi antara lain:


a. Film Bingkai
Film bingkai adalah suatu film berukuran 35 mm, yang bisaanya
dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci terbuat dari karton atau plastic. Sebagai
suatu program, film bingkai sangat bervariasi. Panjang pendek film bingkai
tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dan materi yang akan disajikan. Ada
program yang selesai dalam satu menit, tetapi ada juga yang hingga satu jam atau
lebih. Namun yang lazim satu program film bingkai bersuara (sound slide)
lamanyaberkisar antara 10 30 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu
programpun bervariasi, ada yang hanya 10 buah, tapi ada juga yang sampai 160
buah atau lebih.

Keuntungan menggunakan film bingkai sebagai media adalah: (1) Materi


pelajaran yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak; (2)
Perhatian anak-anak dapat dipusatkan pada satu butir tertentu, sehingga
menghasilkan keseragaman pengamatan; (3) Fungsi berpikir penonton ditangsang
dan dikembangkan secara bebas; (4) Film bingkai di bawah control guru. Guru
bebas memutarnya dan mengatur kecepatan dan frekuensinya; (5) Baik untuk
menyajikan berbagai bidang studi tertentu, dapat digunakan secara berkelompok
atau individual dan tidak pandang usia; (6) Penyimpanan film bingkai sangat
mudah; (7) Dapat mengatasi keterbatasan ruang , waktu dan indera; (8) Program
bingkai bersuara dapat menjadi media yang sangat efektif bila dibandingkan
dengan media cetak yang berisi gambar yang sama; (9) Program bingkai bersuara
mudah direvisi/diperbaiki, baik visual ataupun audionya; (10) Merupakan media
yang relative sederhana/mudah, baik cara membuatnya ataupun cara
menggunakannya dibandingkan dengan media TV atau film; (11) Program dibuat
dalam waktu singkat

b. Film Rangkai

Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film bingkai berurutan
merupakan satu kesatuan. Ukuran filmnya sama dengan film bingkai, yaitu 35
mm. sebagaimana film bingkai, film rangkai bisa tanpa suara (silent) bisa pula
dengan suara (sound). Suara yang menyertai film rangkai itu dimaksudkan untuk
menjelaskan isi. Selain dengan suara yang direkam, penjelasan dapat disampaikan
dalam bentuk buku pedoman atau narasi tulis di bawah gambar yang dibacakan
oleh guru atau dibaca sendiri oleh siswa.

Kelebihan media film rangkai antara lain: (1) Kecepatan penyajian film
rangkai dapat diatur, dapat ditambah dengan narasi dengan control guru; (2)
Semua kelebihan non projected still picture dimiliki oleh film rangkai; (3) Dapat
mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda dalam satu rangkai,
seperti: bagan, foto, dokumen, gambar, table, simbol, kartun dan sebagainya; (4)
Cocok untuk mengajarkan keterampilan; (5) Urutan gambar sudah pasti karena
film rangkai merupakan satu kesatuan; (6) Penyimpanannya mudah, cukup
digulung dan dimasukkan ke dalam tempat khusus; (7) Reproduksinya dalam
jumlah besar relative lebih mudah penggambarnya dibandingkan film bingkai; (8)
Dapat untuk belajar kelompok maupun maupun individual.
c. Media Transparansi
Media transparansi atau overhead transparency (OHT) sering disebut
dengan nama perangkat kerasnya yaitu OHP (Overhead projector), merupakan
media visual proyeksi, yang dibuat di atas bahan transparan, bisaanya film acetate
atau plastic berukuran 8 x 11. Sebagai perangkat lunak, bahan transparan
yang berisi pesan-pesan tersebut memerlukan alat khusus untuk
memproyeksikannya, yaitu OHP.

Sebagai media pembelajaran, media transparansi mempunyai kelebihan


antara lain adalah: (1) Gambar yang diproyeksikan lebih jelas disbanding gambar
papan dan ruangan tak perlu gelap; (2) Guru sambil mengajar dapat berhadapan
dengan siswa; (3) Benda-benda kecil dapat diproyeksikan hanya dengan
meletakkannya di atas OHP walaupun hasilnya berupa baying-bayang; (4)
Memungkinkan penyajian diskriminai warna dan menarik minat siswa; (5) Tidak
memerlukan tenaga bantuan operator dalam menggunakan OHP karena mudah
dioperasikan; (6) Lebih sehat daripada papan tulis; (7) Praktis dapat dipergunakan
untuk semua ukuran kelas ruangan; (8) Mempunyai variasi teknik penyajian yang
menarik dan tidak membosankan, terutama untuk proses yang kompleks dan
bertahap; (9) Menghemat tenaga dan waktu karena dapat dipakai berulang-ulang;
(10) Sepenuhnya di bawah control guru; (11) Dapat dipakai sebagai petunjuk
sistematika penyajian guru, dan apabila menggunakan bingkai, catatan-catatan
tambahan untuk mengingatkan si guru dapat dibuat di atasnya; (12) Dapat
menstimulasi efek gerak yang sederhana dan warna pada proyeksinya dengan
menambahkan alat penyajian tertentu.

d. Mikrofis
Mikrofis atau microfiche adalah lembaran film transparan terdiri dari
lambang-lambang visual (grafis maupun verbal) yang diperkecil sedemikain rupa
sehingga tak dapat dibaca dengan mata telanjang. Ukurannya ada beberapa
macam, bisa 3 x 5 inci, 6 x 8 inci atau 4 x 6 inci. Keuntungan terbesar dari alat ini
adalah dapat menghemat ruangan. Halaman cetak yang besar diringkas dalam
bentuk film yang baik dengan perbandingan 1:12 yang selanjutnya bisa
dikembalikan lagi ke bentuk semula dengan memproyeksikannya ke layar.

Keunggulan media microfis antara lain: (1) Mudah dicopi cetak dan
dipublikasikan dengan biaya yang relative murah; (2) Bisa diproyeksikan ke layar
lebar; (3) Karena dalam bentuk lembaran, ringkas, hemat atas lembaran mudah
untuk dikirim; (4) Informasi kepustakaan yang terletak di bagian atas lembaran
mudah untuk diidentifikasi.

e. Film
Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu
proses belajar mengajar. Ada tiga macam ukuran film yaitu 8 mm, 16 mm dan 35
mm. Sebagai suatu media, film mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai
berikut: (1) Film merupakan suatu denominator belajar yang umum. Keterampilan
atau penguasaan bahasa yang kurang bisa diatasi; (2) Gerakan-gerakan lambat dan
pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi; (3) Dapat
menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadain
sejarah yang lampau; (4) Dapat mengembara dengan lincahnya dari suatu Negara
ke Negara yang lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar dapat dibawa masuk
kelas; (5) Dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang bersifat umum
ke khusus atau sebaliknya; (6) Dapat mendatangkan seorang ahli dan
memperdengarkan suaranya di kelas; (7) Dapat menggunakan teknik-teknik
seperti warna, gerak lambat, animasi, dan sebagainya untuk menampilkan butir-
butir tertentu; (8) Film memikat perhatian anak; (9) Film bersifat realistis, dapat
diulang-ulang, dihentikan, dan sebagianya sesuai dengan kebutuhan, hal-hal yang
abstrak menjadi jelas; (10) Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera kita
(penglihatan); (11) Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak

f. Film Gelang
Film gelang (loop film) adalah jenis media yang terdiri dari film berukuran
8 mm atau 16 mm yang ujung-ujungnya saling bersambungan, sehingga film ini
akan berputar terus berulang-ulang kalau tidak dimatikan. Film ukuran 8 mm
lebih praktis karena dirancang dalam bentuk kaset. Lama putarnya berkisar antara
3 4 menit. Guru harus member narasi/komentar sendiri pada film bisu sementara
film berputar.

Kelebihan dari media film gelang adalah: (1) Ruangan tak perlu
digelapkan; (2) Dapat berputar terus berulang-ulang sehingga pengertian yang
kabur menjadi jelas; (3) Baik sekali untuk menunjukkan suatu periode yang
pendek, yang berisi gerakan-gerakan tertentu dari objek yang dipelajari; (4)
Mudah sekali diintegrasikan ke pelajaran dan dipakai bersama dengan medium
yang lain; (5) Karena sederhana muridpun bisa memakainya sendiri; (6) Film
dapat dihentikan setiap saat untuk diselingi dengan penjelasan atau diskusi.

g. Televisi (TV)
Selain film, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsure gerak. Sebagai media
pendidikan, televisi memiliki kelebihan-kelebihan antara lain: (1) Dapat
menerima, menggunakan dan mengubah atau membatasi semua bentuk media
yang lain, menyesuaikannya dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai; (2) Medium
yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak karena mereka
mengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka; (3) Dapat
memikat perhatian sepenuhnya dari penonton; (4) Mempunyai realitas dari film
tapi juga mempunyai kelebihan yang lain yaitu immediacy (objek yang baru saja
ditangkap kamera dapat segera dipertontonkan); (5) Sifatnya langsung dan nyata;
(6) Horizon kelas dapat diperlebar dengan TV; (7) Hamper setiap mata pelajaran
bisa di-TV-kan; (8) Dapat meningkatkan penmgetahuan dan kemampuan guru
dalam hal mengajar.

h. Video
Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak semakin lama
semakin popular dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan lebih bersifat fakta
(kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti misalnya ceritera), bisa
bersifat informatif, edukatif maupun instruksional. Kelebihan video sebagai media
antara lain: (1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari
rangsangan luar lainnya; (2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar
penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis; (3) Demonstrasi
yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya sehingga pada waktu
mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya; (4) Menghemat
waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang; (5) Kamera TV bisa mengamati
lebih dekat objek yang sedang bergerak atau objek yang berbahaya seperti
harimau; (6) Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan
disisipi komentar yang akan didengar; (7) Gambar proyeksi bisaa dibekukan
untuk diamati dengan seksama.; (8) Ruangan tak perlu digelapkan waktu
menyajikannya.

i. Permainan dan Simulasi


Permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemain yang
berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Simulasi adalah suatu model hasil
penyederhanaan suatu realitas. Selain harus smencerminkan situasi yang
sebenarnya, simulasi harus bersifat operasional. Artinya simulasi menggambarkan
proses yang sedang berlangsung. Simulasi dapat bersifat fisik (misalnya simulasi
ruangan pengemudi pesawat terbang), verbal (misalnya simulasi untuk pelajaran
membaca permulaan) ataupun matematis (untuk mengajarkan sistem ekonomi).
Permainan simulasi menggabungkan unsure-unsur permainan dan simulasi yaitu
adanya setting, pemain, aturan, tujuan dan penyajian model situasi sebenarnya.

Kelebihan dari permaian sebagai media adalah: (1) Permainan adalah


sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur; (2)
Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar; (3)
Permainan dapat memberikan umpan balik langsung; (4) Permainan
memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peran-peran ke dalam situasi
dan peranan yang sebenarnya di masyarakat; (5) Permainan bersifat luwes, dapat
dipakai untuk berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah sedikit alat dan
persoalannya; (6) Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak (tidak
memerlukan seorang ahli).

(4). Dasar Pertimbangan Pemilihan Media


Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah:
a. Bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang
media

b. Merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang dosen yang
sudah terbiasa menggunakan proyektor transparansi

c. Ingin member gambaran atau penjelasan yang lebih konkret


d. Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya,
misalnya untuk menarik minat dan gairah belajar siswa

Jadi dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana,


yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau
tidak. Mc. Connel (dalam Sadiman, 2008 : 84) mengatakan bila media itu sesuai
maka pakailah, If the medium fits, use it !.

Dalam pemilihan media bebrapa factor perlu dipertimbangkan, misalnya


tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis
rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak dan seterusnya), keadaan
latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin
dilayani. Factor-faktor tersebut akhirnya harus diterjemahkan dalam keputusan
pemilihan. Seperti yang dikemukakan oleh Professor Ely (dalam Sadiman, 2008 :
85) mengatakan bahwa Pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari
konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara
keseluruhan, karena itu meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, factor-faktor
lain seperti karakteristik siswa, strategi belajae mengajar, organisasi kelompok
belajar, alokasi belajar dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu
dipertimbangkan. Sebagai pendekatan praktis, beliau menyarankan untuk
mempertimbangkan media apa saja yang ada, berapa harganya, berapa lama
diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apa yang memenuhi selera
pemakai (misalnya siswa dan guru).

Dalam hubungan ini Dick dan Carey (dalam Sadiman, 2008 : 86)
menyebutkan bahwa Disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya,
setidaknya masih ada empat factor lain yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan media, yaitu: (1) ketersediaan sumber setempat, (2) apakah untuk
membeli atau memproduksi sendiri media ada dana, tenaga dan fasilitasnya, (3)
factor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media untuk
waktu yang lama, dan (4) efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dirumuskan beberapa criteria


yang patut diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, yaitu:

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi

Praktis, luwes, dan bertahan, jika tidak tersedia waktu, dana atau sumber
daya lainnya untuk memproduksi tidak perlu dipaksakan

Guru harus terampil menggunakan media dalam proses pembelajaran

Pengelompokan sasaran (kelompok besar, kelompok kecil atau


perorangan)

Mutu teknis (misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau
pesan yangditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh
elemen lain yang berupa latar belakang).

2.1.3 Hakekat Aktivitas Belajar

Menurut W.J.S Poerwadamita (1991 : 108) mengatakan bahwa aktivitas


adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan ditiap bagian kerja diperusahaan. Sedangkan menurut S. Nasution
(1986 : 88) mengatakan bahwa aktivitas adalah azas yang terpenting oleh sebab
belajar sendiri merupakan suatu kegiatan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa: Aktivitas belajar adalah kegiatan
mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca,
menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah.
Aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang siswa dalam konteks belajar untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja.
Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar, maka proses
pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Menurut Sardiman (2004) aktivitas
belajar merupakan prinsip atau azas yang sangat penting didalam interaksi belajar
mengajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini bukan hanya aktivitas fisik tetapi
mencakup aktivitas mental. Pada kegiatan belajar, kedua aktivitas tersebut saling
berkait. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang mempunyai aktivitas
psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam
rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan
supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal.
Berdasarkan pendapat tersebut, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian
kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan adanya perubahan pada dirinya baik yang tampak maupun yang
tidak tampak.

Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2004 : 173)) menggolongkan


aktivitas/kegiatan belajar sebagai berikut:

(1) Kegiatan-kegiatan visual, misalnya: membaca, melihat gambar-gambar,


mengamati eksperimen, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
(2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), misalnya: mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

(3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, misalnya: mendengarkan penyajian bahan,


mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu
permainan, mendengarkan radio.

(4) Kegiatan-kegiatan menulis, misalnya: menulis cerita, menulis laporan,


memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan
tes, dan mengisi angket.

(5) Kegiatan-kegiatan menggambar, misalnya: menggambar, membuat grafik,


chart, diagram peta, dan pola.

(6) Kegiatan-kegiatan metrik, misalnya: melakukan percobaan, memilih alat-alat,


melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
menari, dan berkebun.

(7) Kegiatan-kegiatan mental, misalnya: merenungkan, mengingat, memecahkan


masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan
membuat keputusan.

(8) Kegiatan-kegiatan emosional, misalnya: minat, membedakan, gembira,


berani, bergairah. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam
semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

2.1.4 Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasisi masalah merupakan salah satu model pembelajaran


yang berpusat pada siswa yang diyakini para ahli mampu menyiapkan siswa untuk
menghadapi dunia kerja abad ke-21. Dalam model ini, siswa dihadapkan pada
masalah nyata yang bermakna untuk mereka. Persoalan sesungguhnya dari
pembelajaran berbasis masalah adalah menyangkut masalah nyata, aksi siswa, dan
kolaborasi diantara mereka untuk menyelesaikan masalah.

Masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata
dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang
diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan,
kerisauan, atau kecemasan, Oleh karena itu, maka materi pelajar atau topik tidak
terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi dapat
bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Di bawah ini diberikan kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM.

1) Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang


bisa bersumber dari berita; rekaman video, dan yang lainnya.

2) Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga
setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.

3) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan


orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.

4) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi
yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

5) Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.

(1). Tahapan-tahapan SPBM


John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan
6 langkah SPBM yaitu:

1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan


dipecahkan

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa menijnau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang
3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

4) Mengunmpulkan data, yaitu langkah siswa mancari dan menggambar informasi


yang diperlukan untuk pemecahan masalah

5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan


kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa


menggambarkan rekomendasi yang dapay dilakukan sesuai dengan rumusan
hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan

Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah,


dari beberapa bentuk SPBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum
SPBM bisa dilakukan dengan langkah-langkah:

1) Menyadari masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah
yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran
adanya kesenjangan atau gap dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat
menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena
yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari
satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua
kesenjangan yang pantas untuk dikaji baik melalui kelompok besar atau kelompok
kecil atau bahkan individual.

2) Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan,
selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan
masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan
dan kesamaan persepsi tentang masalah dan kaitan dengan data-data yang akan
dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa
dalam langkah ini adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat
memanafaatkan pengetahuannya untuk mengkaji, memerinci, dan menganalisis
masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik,
dan dapat dipecahkan.

3) Merumuskan hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir
deduktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting
yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam
tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin
diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan
dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan
demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya dalah mengumpulkan data
yang sesuai dengan hipotesisi yang diajukan.

4) Mengumpulan data
Sebagai proses berpikir empiris. keberadaan data dalam proses berpikir
ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyekesaian
masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada.
Proses berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang
didasarkan pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong
untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada
tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data,
kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga
mudah dipahami.

5) Menguji hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis
mana yang diterima dan yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa
dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya
untuk melihat hubungannya dengan msalah yang dikaji. Di samping itu,
diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
6) Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM.
Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih
alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat
memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif
yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap
pilihan.

2.1.5 Materi Pembelajaran

Proses kehidupan merupakan serangkaian perubahan kimia. Hal itu


disebabkan hampir seluruh aktivitas kehidupan berkaitan dengan terjadinya
berbagai reaksi kimia, misalnya perkaratan besi pada peralatan rumah tangga.

Proses terjadinya karat pada besi dapat diperlambat atau dicegah dengan
berbagai cara, seperti pengecatan. Cepat lambatnya proses perkaratan tersebut
terjadi disebut laju reaksi. Laju reaksi sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari maupun industri untuk melaksanakan proses reaksi secara cermat, efektif,
ekonomis, dan berkualitas.

a) Laju Reaksi
Perhatikan ilustrasi berikut ini! Jika suatu pereaksi P dan R bereaksi
menghasilkan H maka pengertian laju reaksi dapat dijelaskan sebagai berikut:

P + R H
Sebelum P dan R bereaksi, xzat H belum ada. Pada saat reaksi berjalan, jumlah P
dan R makin berkurang, sedangkan jumlah H mulai terbentuk. Berkurangnya
jumlah P dan R dan bertambahnya H pada setiap satuan waktu, disebut laju reaksi.

Jika P, R, dan H berwujud gas (reaksi berlangsung dalam bejana tertutup


dengan volume tertentu) atau zat-zat tersebut dalam keadaan larutan (reaksi
dilakukan dengan mencampurkan larutan) maka banyaknya zat-zat tersebut
dinyatakan dalam satuan konsentrasi.
1) Molaritas/kemolaran

Kemolaran suatu zat dalam larutan adalah banyaknya mol zat terlarut
dalam satu liter larutan. Jika zat tersebut bercampur maka kemolaran diartikan
dengan banyaknya mol zat terlarut yang terdapat dalam 1 L volume campuran.
Misalnya, melarutkan garam dapur (NaCl) sebanyak 1 mol (58,5 gram) dalam air
sehingga diperoleh larutan 1 L maka molaritas atau kemolaran NaCl sebesar 1
Molar (ditulis larutan NaCl 1 M).

Penulisan konsentrasi molar atau molaritas dengan menggunakan notasi


tanda kurung besar. Misalnya, molaritas NaCl sebesar 1 M maka ditulis [NaCl] =
1 M.

Contoh:

1. NaOH sebanyak 2 gram (Mr = 40) dilarutkan dalam air menghasilkan 100 ml
larutan. Hitunglah molaritas larutan tersebut !

Penyelesaian:

2g 1
Mol NaOH = 40 g / mol 20 mol

Volume larutan = 100 ml = 0,1 L


Jadi, dalam 0,1 L larutan terdapat 1/20 mol.
1 1
Itu berarti dalam 1 L larutan terdapat 0,1L x 20 mol = 0,5 mol/L = 0,5 M

Maka [NaOH] = 0,5 M

2. Hitung massa KCl yang terdapat dalam 200 ml larutan [KCl] 0,25 M !
(Ar K = 39, Cl = 35,5)

Penyelesaian:

Volume larutan = 200 ml = 0,2 L


[KCl] = 0,25 M
Jika dalam 1 L larutan terdapat 0,25 M KCl maka dalam 0,2 L larutan terdapat 0,2
L x 0,25 M KCl = 0,05 mol KCl.

Jadi, massa KCl = 0,05 mol x 74,5 g/mol = 3,725 gram


Berdasarkan penjelasan di atas tentang pengertian dan contoh penentuan
kemolaran suatu zat dalam larutan maka secara molaritas larutan dapat ditentukan
dengan rumus:

n mol massa / Mr
M
V L L

dimana:

M : Molaritas (mol/L atau mmol/ml)


n : Banyaknya mol zat terlarut (mol)
Massa :Massa zat terlarut (gram)
Mr : Massa molar zat terlarut (gram/mol)
V : Volume larutan (Liter)

Anda tentu sering mendengar istilah pengenceran pada makanan atau


minuman, yaitu menambahkan zat cair pada makanan dan minuman yang akan
diencerkan. Tahukah anda fungsi zat cair tersebut pada proses pengenceran ?

Istilah pengenceran pada pembahasan ini, yaitu menambahkan pelarut


berupa aquades untuk memperkecil konsentrasi larutan. Volume larutan akan
bertambah pada proses pengenceran, tetapi banyaknya zat terlarut tidak berubah.
Jika volume sebelum diencerkan sebesar V1 Liter dan konsentrasi larutan sebesar
M1 molar maka jumlah mol zat terlarut sebesar V 1 . M1. Setelah diencerkan,
volumenya menjadi V2 Liter, konsentrasi larutan M2 molar, dan mol zat terlarut V2
. M2. Karena mol zat terlarut pada pengenceran tidak berubah maka berlaku
persamaan:

V1 . M1 = V2 . M2
Bagaimana hasil kemolaran larutan sejenis yang berbeda kemolarannya
jika dicampurkan. Kemolaran baru akan timbul jika larutan yang sejenis yang
berbeda kemolarannya dicampurkan. Misalnya, suatu larutan yang mempunyai
volume sebesar V1 liter dan kemolaran M1 molar dicampur dengan V2 liter larutan
dan M2 molar, akan menghasilkan penambahan volume larutan dan jumlah mol
zat terlarut sehingga molaritas campuran menjadi jumlah mol terlarut dibagi
jumlah volume total larutan.

V1 M 1 V2 M 2
Mcamp =
V1 V2

Contoh:

1. Aquades sebanyak 300 ml ditambahkan ke dalam 200 ml larutan HCl 0,4 M.


Berapa molaritas larutan yang terjadi ?

Penyelesaian:

Mol HCl = 0,4 mol/L x 0,2 L = 0,08 mol


Volume larutan setelah diencerkan = 200 ml + 300 ml = 500 ml = 0,5 L
[HCl] encer = 0,5 L
Jika menggunakan rumus pengenceran maka diperoleh hasil yang sama sebagai
berikut:

V1 . M1 = V2 . M2
0,2 L . 0,4 mol/L = (200 + 300) ml . M2
80 mmol = 500 ml . M2
80mmol
M2 = 0,16 M
500ml

2. Larutan NaCl 1 M sebanyak 2 L diencerkan dengan akuades sehingga


kemolarannya menjadi 0,4 M. Hitung volume akuades yang harus
ditambahkan!
Penyelesaian:
V1 . M1 = V2 . M2
2 L . 1 mol/L = V2 . 0,4 mol/L
V2 = 2 L / 0,4 L = 5 L
3. NaOH 0,5 M sebanyak 100 ml dicampur dengan 400 ml NaOH 0,1 M. Hitung
molaritas campuran larutan yang terjadi !

Penyelesaian:

V1 M 1 V2 M 2
[NaOH]camp =
V1 V2

100ml.0,5mol / L 400 ml.0,1mol / L


=
100ml 400ml

= 0,18 M
4. Di laboratorium kimia terseddia larutan H 2SO4 pekat dengan kadar 98 % massa
dan massa jenisnya sebesar 1,8 g/ml. erapa volume H2SO4 pekat tersebut yang
harus diambil ?

Penyelesaian:
Jika diambil 1 ml H2SO4 dengan massa 1,8 g, maka:
98
Massa H2SO4 murni = .1,8 g
100

98 1,8
Mol H2SO4 = . mol
100 98

98.1,8.1000
Molaritas H2SO4 = 18 M
100.98.1

Dengan menggunakan rumus pengenceran maka volume H 2SO4 pekat yang


diperlukan untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0,5 M adalah:

V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 18 M = 500 ml . 0,5 M
V1 = 13,83 ml
Cara menghitung kemolaran gas-gas dalam suatu ruangan tertutup yang
mempunyai volume tertentu, seperti 17 gras NH3 sebesar 1 mol dimasukkan
dalam ruangan yang mempunyai volume sebesar 5 L maka [NH3] sebesar 1 ml/L
= 0,2 M.

2) Menentukan Laju Reaksi

Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi pereaksi


atau bertambahnya hasil konsentrasi reaksi tiap satuan waktu. Perhatikan
persamaan reaksi berikut ini !

A B
A
Laju pengurangan A : VA =
t

B
Laju penambahan B : VB =
t

[A] dan [B] dinyatakan dalam molaritas, tetapi untuk fase gas dapat dinyatakan
dalam satuan tekanan. Waktu (t) dinyatakan dalam detik.

Contoh:
1. Pada percobaan reaksi : 2X(aq) + Y(aq) X2Y(aq)
Diperoleh data sebagai berikut:

No [X2Y] mol/L Waktu (menit)

1 0,00 0

2 0,06 30

3 0,12 60

Tentukan laju pembentukan X2Y dan laju pengurangan X dan Y !


Penyelesaian:
0,06mol / L 0,00mol / L
VX2Y = [X2Y]/t = (30 0) x 60 det ik
=3,3 x 10-4 M/detik
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa setiap 30 menit akan terbentuk 0,06 mol
X2Y, itu berarti X yang berkurang sebanyak 2 x 0,06 mol = 0,12 mol, sehingga
[X] = -0,12 M. (lihat perbandingan koefisien)

0,12 M
VX = [X]/t = = 6,7 x 10-4 M/detik
1800 det ik

1 X 1
Vy = x x 6,7 x 10 4 M / det ik 3,3 x 10 4 M / det ik
2 t 2

2. Pada percobaan reaksi: 2 A(aq) + B(aq) 2C(aq) selama 1 menit, konsentrasi A


dari 0,5 M berubah menjadi 0,2 M. Nyatakan laju reaksi berdasarkan:

a. Berkurangnya [A] b. Berkurangnya [B] c. Bertambahnya [C]

Penyelesaian:
A (0,2 0,5) M
a. VA = (5 x10 2 M / det ik ) 5 x10 2 M / det ik
t 60 det ik

b. VB = x VA = x 5 x 10-2 M/detik = 2,5 x 10-2 M/detik


c. Vc = 1 x [A] = 1 x 5 x 10-2 M/detik

3. Serbuk besi sebanyak 27,2 gram dimasukkan ke dalam 200 ml larutan HCl 3
M. Reaksi terjadi pada ruang tertutup rapat yang menghasilkan gas dengan
volume 1 L berdasarkan persamaan reaksi berikut: (Ar Fe = 56)

Fe(s) + 2HCl(aq) FeCl2 (aq) + H2 (g)

Setelah 50 detik, massa serbuk besi menjadi 16 gram, tentukan:


a. Laju pengurangan besi
b. Laju peengurangan HCl
c. Laju pembentukan gas H2

Penyelesaian:
(27,2 16) gram
Mol Fe yang berkurang = 0,2mol
56 gram / mol
[ A] 0,2mol / L
a. VFe = 4 x10 3 M / det ik
t 50 det ik

b. Mol HCl yang berkurang = 2 x mol Fe yang berkurang = 2 x 0,2 mol = 0,4 mol
Volume larutan sebesar 200 ml = 0,2 L [HCl] yang berkurang
c. Mol H2 yang terbentuk = mol Fe yang berkurang = 0,2 mol [H 2] yang berkurang
0,2 mol/L = 0,2 M

VH2 = 0,2M/50detik = 4 x 10-3 M/detik

3) Pengukuran Laju Reaksi


Reaksi-reaksi dalam larutan ditentukan dengan cara mengukur konsentrasi
hasil reaksi atau sisa pereaksi dengan metode analisis kuantitatif sesuai dengan
sifat-sifat bahan yang digunakan. Laju reaksinya dapat dihitung dengan mencatat
waktu yang digunakan selama berlangsungnya reaksi.

Laju reaksi zat-zat berfase gas dapat ditentukan dengan mengukur


perubahan tekanan gas. Misalnya, untuk reaksi dissosiasi nitrogen (V) oksida
dengan reaksi sebagai berikut:

N2O5 (g) 2NO2 (g) + O2 (g)


Perubahan konsentrasi dapat diukur secara tidak langsung dengan
mengukur tekanan gasnya. Semakin banyak N2O5 yang terurai maka semakin
besar tekanan gas. Besarnya laju reaksi dapat ditentukan dengan mencatat waktu
reaksi.

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi


Cepat dan lambatnya laju suatu reaksi kimia ditentukan oleh beberapa
faktor. Hal itu disebabkan setiap jenis reaksi memiliki laju yang berbeda-beda
tergantung pada jenis, fase, dan sifat-sifat zat yang direaksikan. Jika jenis dan
sifat-sifat zat yang direaksikan berbeda maka laju reaksinya akan berbeda.
Misalnya, gas H2 dan F2 bereaksi dengan semangat cepat pada suhu kamar, tetapi
jika F2 digantikan dengan O2 maka reaksinya menjadi sangat lambat. Logam
natrium jika dimasukkan dalam air akan terjadi reaksi yang sangat cepat, tetapi
jika dimasukkan dalam alkohol maka reaksinya menjadi lambat.

Laju reaksi untuk reaksi-reaksi dengan jenis pereaksi yang sama


dipengaruhi konsnetrasi pereaksi yang digunakan, temperatur reaksi, luas
permukaan bidang sentuh, bahan-bahan yang direaksikan, dan ada tidaknya
katalis yang digunakan.

1) Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi


Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan eksperimen seperti contoh
data berikut:

Data eksperimen laju reaksi:


2 N2O5 (g) 4NO2 (g) + O2 (g) 2NO2 (g) 2NO(g) + O2 (g)

Laju reaksi Laju reaksi


No [N2O5] M [NO2] M
M/detik M/detik

1 0,02 0,70 x 10-6 0,02 0,75 x 10-13

2 0,04 1,40 x 10-6 0,04 4,00 x 10-13

3 0,08 2,80 x 10-6 0,08 12,00 x 10-13

Berdasarkan data eksperimen dapat dilihat bahwa kedua pereaksi memiliki


koefisien yang sama, tetapi perubahan konsnetrasi pada kedua reakatan tersebut
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap laju reaksi. Setiap kenaikan konsnetrasi
N2O5 sebanyak 2 kali menyebabkan terjadinya kenaikan laju reaksi sebesar 2
kalinya, sedangkan setiap kenaikan konsentrasi NO2 sebesar 2 kalinya akan
menyebabkan kenaikan laju reaksi sebesar 4 kalinya. Jadi, laju reaksi penguraian
N2O5 berbanding lurus dengan konsentrasi N2O5, sedangkan laju pengurangan
NO2 berbanding lurus dengan kuadrat konsentrasi NO 2. Fakta hasil eksperimen
tersebut secara matematika dapat dinyatakan sebagai berikut:

Laju reaksi pengurangan,


V = k [N2O5]
V = k [NO2]

Hubungan matematis antara pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju


reaksi seperti di atas disebut persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi. Jadi,
persamaan laju reaksi adalah persamaan yang menyatakan hubungan kuantitatif
antara konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi. Persamaan laju reaksi selalu
ditentukan berdasarkan data-data hasil eksperimen dan tidak dapat diramalkan
berdasarkan koefisien reaksi dari persamaan reaksi. Misalnya, pada salah satu
hasil reaksi berikut ini:

2NO(g) + 2H2 (g) N2 (g) + 2H2 (g)

Pada konsentrai H2 tetap, setiap kenaikan konsnetrasi awal NO sebanyak 2


kali akan menyebabkan laju rekasi meningkat 4 kalinya. Jika konsentrasi NO
tetap, konsentrasi H2 dinaikkan 2 kali maka laju reaksi meningkat 2 kali.
Berdasarkan hasil eksperimen ini dapat dinyatakan bahwa jika [NO] naik
sebanyak 2 kali maka laju reaksinya akan naik 2 2 kali atau laju reaksi = [NO]2.
Jika [H2] naik 2 kali maka laju reaksi naik 2 1 kali atau laju reaksi = [H2]. Jadi, laju
reaksi = [NO]2 [H2]. Jika dituliskan dalam bentuk persamaan akan diperoleh
persamaan laju reaksi:

V = k [NO]2 [H2]
dengan: V = laju reaksi, dan k = tetapan laju reaksi
Besarnya tetapan laju reaksi selalu konstan untuk setiap jenis reaksi.
Besarnya harga k dapat ditentukan berdasarkan data perubahan laju reaksi yang
diperoleh dari eksperimen. Misalnya, jika diambil data nomor dua dari
eksperimen penguraian N2O5 pada tabel di atas, yaitu:

[N2O5] = 0,04 M
V = 1,4 x 10-6 M/detik
V = k [N2O5]
1,4 x 10-6 mol/L.detik = k . 0,04 mol/L
1,4.10 6 M / det ik
k=
0,4 M

= 3,5 x 10-5 detik-1

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa laju reaksi


berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi dan eksponen atau pangkat tertentu.
Eksponen (pangkat) pada konsentrasi reaktan disebut orde reaksi atau tingkat
reaksi. Jadi, orde pada penguraian N2O5 adalah 1 dan orde reaksi pada penguraian
NO2 adalah 2.

Pada reaksi antara NO dan H2, laju reaksi dipengaruhi oleh perubahan
reaksi kedua pereaksi tersebut sehingga orde reaksi ditentukan berdasarkan
pengaruh kedua reaksi. Orde atau tingkat reaksi terhadap NO = 2, sedangkan
tingkat reaksi terhadap H2 = 1. Tingkat reaksi total merupakan jumlah dari
keseluruhan orde reaksi dari peraksi yaitu 2 + 1 = 3.

Untuk reaksi dengan reaktan A, B, dan C akan berlaku persamaan laju


reaksi, seperti berikut ini:

V = k [A]x [B]y [C]z


x = orde reaksi terhadap A
y = orde reaksi terhadap B
z = orde reaksi terhadap C
Sehingga orde reaksinya totalnya = x + y + z. Harga x, y, dan z dapat
berupa bilangan 0,1,2,3,4,. Orde reaksi tidak berkaitan dengan koefisien reaksi.

2. Pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju reaksi

Jika pereaksi bercampur atau bersentuhan, akan terjadi suatu reaksi. Pada
reaksi yang heterogen, luas permukaan bidang batas yang saling bersentuhan akan
mempengaruhi laju reaksi, yaitu semakin luas permukaan yang bersentuhan akan
semakin besar laju reaksi.

Contoh:
Batu pualam CaCO3 dalam bentuk butiran bereaksi dengan HCl 1 M
menghasilkan gas CO2. Jika butiran batu pualam diperkecil atau digerus,
kemudian direaksikan dengan HCl 1 M maka laju reaksi berbentuk gas CO2 akan
makin tinggi. Hal itu disebabkan permukaan bidang sentuh antara HCl dan CaCO 3
makin luas.

3. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

Bagaimana jalannya laju reaksi pada suhu tinggi? Beberapa dapat


mencapai kenaikan laju reaksi sebesar 2 kalinya untuk setiap kenaikan suhu 100C.
Bahkan, ada yang kenaikannya lebih cepat lagi, seperti pada reaksi antara KMNO 4
dengan larutan H2O2 pada suasana asam sulfat. Pada suhu kamar (kira-kira 25 0C),
reaksi tersebut berlangsung selama 5 menit dengan ditandai hilangnya warna ungu
KMNO4. Pada suhu 500C, warna ungu KMnO4 tidak terlihat lagi hanya dalam
waktu kira-kira 10 detik.

Contoh:

Berdasarkan hasil percobaan, laju reaksi suatu reaksi akan meningkat 2 kali setiap
kenaikan suhu 100C. Jika pada suhu 250C reaksi berlangsung selama 2 menit,
berapa lama reaksi tersebut akan berlangsung jika dilakukan pada suhu 650C?

Penyelesaian:

T1 = 250C T2 = 650C t = 65 25 = 400C

Ini berarti mengalami kenaikan sebesar 4 x 100C. Karena lajunya bertambah 2 kali
pada setiap kenaikan 100C maka untuk kanaikan 4 x 100C, laju reaksinya 2 x 2 x 2
x 2 = 16 kali atau 16 kali lebih cepat. Jika pada mulanya reaksinya berjalan 2
menit atau 120 detik maka pada suhu 65 0C akan berjalan selama 120/16 = 7,5
detik.

2.2 Penelitian yang Relevan


Penelitian-penelitian yang relevan tentang pembelajaran kimia
menggunakan media antara lain:

Khalida Agustina (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh


Penggunaan Media Puzzle dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada
Topik Rumus Kimia terhadap Aktifitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMP/MTs
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
kimia siswa pada topik rumus kimia yang diajarkan dengan model pembelajaran
berbasis masalah menggunakan media puzzle dibandingkan siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran berbasis masalah tanpa menggunakan media puzzle.
Aktivitas belajar meningkat dengan model pembelajaran berbasis masalah
menggunakan media puzzle dari rata-rata aktivitas belajar 222,89 dengan PBL. TP
menjadi 246,50 melalui PBL. P.

Lubis (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penggunaan


Media Komik Kimia terhadap Motivasi dan Hasil Belajar SIswa SMA Kelas XI
pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik unsur menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan
menggunakan media komik dengan yang dibelajarkan tanpa menggunakan media
komik, dimana rerata hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan
media komik adalah 82,90 3,898, sedangkan tanpa menggunakan media komik
adalah 77,00 5,924.

Butarbutar (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh


Penggunaan Program Animasi Komputer terhadap Motivasi Belajar dan Hasil
Belajar Kimia Siswa SMA Negeri di Kota Sibolga menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan mengggunakan
program animasi komputer (AK) dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan
program animasi komputer (TAK), dimana siswa yang diajar dengan
mengggunakan program animasi komputer (AK) mendapatkan hasil belajar kimia
yang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar tanpa
menggunakan program animasi komputer (TAK). Penggunaan program media
animasi komputer dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman dan
penguasaan konsep-konsep materi kimia yang terjadi secara menyeluruh pada
setiap aspek materi pelajaran sebagai wujud kemampuan siswa dalam memahami
isi sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Silitonga dan Situmorang (2009) dalam penelitiannya yang berjudul


Efektifitas Media Audiovisual terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada
Pengajaran Sistem Koloid menyimpulkan bahwa pengajaran sistem koloid dengan
menggunakan media audiovisual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Media audiovisual memudahkan siswa memahami konsep dasar kimia karena
meningkatkan motivasi belajar kepada siswa yang pada akhirnya akan
memberikan kesan pembelajaran yang lebih lama diingat oleh siswa dibandingkan
pengajaran dengan metode ceramah karena teknik penyampaian materi pelajaran
media audiovisual menarik dan interaktif serta dapat diulang-ulang oleh siswa
yang mendorong siswa untuk belajar mandiri.

2.3. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan hasil belajar antara pembelajaran menggunakan media


animasi powerpoint dengan pembelajaran menggunakan media grafis

Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak


mengandung konsep, sehingga pembelajarannya membutuhkan media yang tepat,
dan harus diusahakan pembelajaran lebih nyata dan tidak bersifat abstrak. Untuk
dapat membuat siswa merasa lebih bermakna dalam belajar dan memiliki
pengalaman sendiri dalam belajar, maka dapat digunakan media animasi
powerpoint ataupun media grafis dalam kegiatan belajar, karena kedua media ini
memberikan gambaran yang lebih nyata tentang pelajaran terhadap siswa
sehingga siswa dapat melihat proses yang terjadi dalam belajar secara nyata.
Selain itu penggunaan media ini diharapkan siswa lebih tertarik dan termotivasi
untuk belajar lebih serius dan bersemangat dalam menerima pelajaran dari guru,
sehingga selama pembelajaran berlangsung siswa lebih aktif dan aktivitas
belajarnya lebih baik.

Penggunaan media animasi powerpoint memberikan gambaran yang lebih


nyata tentang konsep kimia yang diajarkan dan lebih mudah untuk dipahami oleh
siswa, sehingga akan lebih bermakna bagi siswa. Karena animasi ini dapat
disajikan berupa gambar-gambar bergerak sebagai ilustrasi dari konsep yang
bersifat abstrak sehingga menjadi labih nyata bagi siswa, yang dapat juga
dilengkapi dengan suara-suara pendukung yang membuat animasi tersebut lebih
nyata dan lebih hidup, dimana terkadang animasi ini tidak memerlukan penjelasan
yang lebih lagi dari guru. Sementara penggunaan media grafis dalam
pembelajaran memberikan gambaran tentang konsep kimia dan harus dibantu oleh
penjelasan-penjelasan guru agar siswa tidak salah konsep dalam memahami
materi yang disajikan. Karena gambar grafis yang disajikan merupakan gambar
diam.

Adapun pemilihan media animasi powerpoint dan media grafis ini


diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa khususnya pada pokok
bahasan laju reaksi jika didbandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan
media animasi powerpoint dan media grafis.

2. Perbedaan aktivitas belajar siswa antara pembelajaran dengan


menggunakan media animasi powerpoint dengan pembelajaran
menggunakan medai grafis

Pemilihan media dalam proses pembelajaran bertujuan agar siswa lebih


aktif dalam belajar dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga lebih
mudah dalam memahami pelajaran yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran
dapat dibandingkan aktivitas belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
media animasi powerpoint dengan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan
menggunakan media grafis. Karena pada dasarnya kedua media ini sama-sama
memberikan gambaran/ilustrasi dari pelajaran yang sifatnya abtrak menjadi lebih
nyata, serta menuntut siswa lebih banyak melakukan aktivitas belajar untuk lebih
mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran selain bertujuan agar siswa


lebih termotivasi untuk belajar, juga diharapkan dapat lebih banyak melakukan
aktivitas-aktivitas belajar yang menunjukkan kalau siswa tersebut termotivasi
untuk mengikuti proses pembelajaran. Secara teoritis tingginya aktivitas belajar
yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran akan memberikan hasil
belajar yang lebih tinggi juga, dikarenakan aktivitas belajar yang dilakukan akan
membuat pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mudah, serta akan
mendapat kebermaknaan dalam belajar.

3. Perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi


dengan aktivitas rendah

Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik


metode dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Hanya saja
penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlainan sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada orientasi sekolah yang
menggunakan jenis kegiatan tersebut. Aktivitas belajar dapat menunjukkan
seorang siswa memiliki minat dan semangat yang tinggi dalam menerima
pelajaran dan berusaha untuk dapat memahami pelajaran dengan baik. Semakin
banyak jenis aktivitas belajar yang dilakukan siswa sewaktu proses belajar
mengajar berlangsung, maka semakin mudah siswa tersebut akan memahami
pelajaran yag diajarkan.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka konseptual, maka hipotesis yang


diajukan dalam penelitian ini adalah:

1) Hipotesis 1
Ha : Terdapat peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan
menggunakan media pembelajaran berupa animasi dengan program
powerpoint dalam kegiatan pembelajaran.

Ho : Tidak terdapat peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan
menggunakan media pembelajaran berupa animasi dengan program
powerpoint dalam kegiatan pembelajaran.

Hipotesis statistic:

Ha : 1 > 0

Ho : 1 0

2) Hipotesis 2

Ha : Terdapat peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan


menggunakan media pembelajaran berupa media grafis dalam kegiatan
pembelajaran.

Ho : Tidak ada peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan
menggunakan media pembelajaran berupa media grafis dalam kegiatan
pembelajaran.

Hipotesis statistic:

Ha : 1 > 0

Ho : 1 0

3) Hipotesis 3

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajari dengan


menggunakan media animasi dengan program powerpoint dibandingkan
dengan menggunakan media grafis dalam kegiatan pembelajaran.
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajari dengan
menggunakan media animasi dengan program powerpoint dibandingkan
dengan menggunakan media grafis dalam kegiatan pembelajaran.

Hipotesis statistic:

Ha : 1 2

Ho : 1 = 2

4) Hipotesis 4

Ha : Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa yang diajari dengan


menggunakan media animasi dengan program powepoint dibandingkan
dengan menggunakan media grafis dalam kegiatan pembelajaran.

Ho : Tidak ada perbedaan aktivitas belajar siswa yang diajari dengan


menggunakan media animasi dengan program powepoint dibandingkan
dengan menggunakan media grafis dalam kegiatan pembelajaran.

Hipotesis statistic:

Ha : 1 2

Ho : 1 = 2

5) Hipotesis 5

Ha : Hasil belajar kimia siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar
rendah.

Ho : Hasil belajar kimia siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi tidak lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar
rendah.

Hipotesis statistic:
Ha : 1 > 2

Ho : 1 2

Anda mungkin juga menyukai