Anda di halaman 1dari 49

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN


UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KARANGMALANG
Alamat : Jl.Dewi Sartika, Kroyo, Karangmalang, Sragen 57221
Telp.( 0271 ) 894883

KERANGKA ACUAN PROGRAM KIA


PUSKESMAS KARANGMALANG TAHUN 2015

A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai
salah satu unsur dari pada kesejahteraan umum. Dalam undang-undang RI No. 23
tahun 1992 tentang kesehatan. Menjelaskan bahwa untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotive),
pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitative), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI, 1995).
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat serta
keluarga berencana dan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
maka peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan ibu dan
anak dipuskesmas sebagai unit pelayanan yang memberikan pelayanan dasar
langsung kepada masyarakat mutlak dilakukan, mengingat bahwa puskesmas
adalah satuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima, dan terjangkau oleh masyarakat
(Depkes RI, 2000).

B. LATAR BELAKANG
Masih ditemukan adanya masalah Resiko Tinggi pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Karangmalang.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target pembangunan
kesehatan Indonesia yaitu Indonesia sehat secara meningkatnya derajad
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu menyusui, bayi dan balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan
keluarganya.

D. TATA NILAI PROGRAM


1. Ramah
2. Privasi
3. Profesional
4. Akrab

E. TATA HUBUNGAN KERJA/ PEMBAGIAN PERAN LINTAS PROGRAM DAN


LINTAS SEKTOR
Pelaksanaan kegiatan KIA terintregasi idengan program lain (KB, Gizi, P2P,
Promkes dan Pengobatan Umum). Peran lintas sektor juga sangat penting. Kegiatan
program KIA melibatkan peran perangkat desa, kader posyandu, tokoh agama dan
tokoh masyarakat.
a.Lintas Program
No Lintas Program Peranan
1 Gizi Narasumber kelas ibu hamil
,Posyandu,Konsultan gizi
2 P2P Pelaksanaan imunisasi pada capeng,
,Bumil dan bayi
3 Promkes Penyuluhan Kesehatan

b. Lintas Sektor
No Lintas Sektoral Peranan
1 Kader/PKK Membantu dalam pelaksanaan kelas
ibu hamil.
Membantu penemuan bumil risti
2 KUA Membantu penemuan Capeng Risti
(dibawah umur )
N Jenis Jadual Pencatatan dan
Cara Melaksanakan Kegiatan Sasaran Pembiayaan Evaluasi
o Kegiatan Tahunan Pelaporan
1. Antenatal 1. Petugas menyiapkan alat alat : tensimeter, Ibu Tiap hari kerja APBD Format terlampir Format terlampir
care stetoskop,alat pengukur TB dan BB, hamil
meteran pengukur lila, stetoskop bikuler,
stetoskop monokuler/ Doppler,alat
pengukur TFU, Hammer, Jangka panggul
2. Petugas menyiapkan ruang periksa
3. Petugas melakukan pemeriksaan umum :
pemeriksaan inspeksi, anamnese sesuai
format kartu ibu, mengukur TB dan LILA
pada kunjugan pertama, mengukur BB dan
Tekanan Darah pada setiap kunjugan
4. Petugas melaksanakan pemeriksaan
abdomen untuk mengukur TFU, presentasi
janin dan denyut jantung janin(DJJ) :
mempersilahkan pasien berbaring di atas
tempat tidur, mengatur posisi pasien untuk
pemeriksaan, melakukan pemeriksaan
Leopold I,II,III,IV, menghitung DJJ dalam
satu menit utuh
5. Petugas memberikan imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) bila diperlukan
6. Petugas melakukan rujukan internal ke
laboratorium untuk pemeriksaan rutin dan
khusus (HB saat K1 dan K4 dan atau bila
perlu pengulangan, urine rutin pada
trimester 2 dan 3)
7. Petugas membuat diagnosa kebidanan.
8. Petugas memberikan konseling sesuai
kebutuhan pasien/terfokus dan memesan
untuk melakukan kunjungan ulang :
- Umur Kehamilan 1 s/d 28 minggu :1 Bulan,
bila Anemia :3 minggu.
- Umur Kehamilan > 28 minggu s/d 36
minggu: 2 Minggu
- Umur Kehamilan > 36 Minggu: 1 minggu
9. Petugas melakukan kolaborasi dengan
lintas program (Pelayanan Gizi, Pelayanan
Gigi, Pengobatan Umum) minimal 1x
selama hamil.
10. Petugas memberikan roboransia (tablet
besi dan vitamin) minimal 90 tablet selama
kehamilan dan kalsium yang mulai
diberikan sejak kehamilan trimester ke 2.
11. Petugas memberikan rujukan eksternal ke
rumah sakit/dr. Spesialis obsgyn jika
ditemukan resiko tinggi/komplikasi
kehamilan dan kegawat daruratan
maternal.
12. Petugas membereskan perlengkapan pada
pemeriksaan ANC
13. Melakukan dokumentasi/pencatatan
pelaporan
2 Kunjungan 1. Petugas mempersiapkan ruang periksa. Ibu nifas Setiap Bok
nifas dan 2. Petugas melakukan pemeriksaan umum: dan bayi persalinan
neonatal Pemeriksaan inspeksi, Anamnese,
Memeriksa keadaan umum dan mengukur
vital sign
3. Petugas melakukan pemeriksaan :
Mempersilahkan pasien berbaring diatas
tempat tidur, Mengatur posisi pasien
untuk pemeriksaan, Memeriksa payudara
atau pengeluaran ASI, Memeriksa fundus
uteri, Memeriksa luka perineum jika ada
luka perineum/jahitan perineum dan
melihat pengeluaran lokia.
4. Petugas melakukan pemeriksaan
penunjang jika perlu : Memeriksa Hb jika
ada riwayat Anemia semasa kehamilan
atau perdarahan berat saat persalinan.
5. Petugas membuat diagnosa kebidanan.
6. Petugas memberikan konseling
mengenai perawatan nifas, gizi,
perawatan payudara, personal hygiene,
ASI eksklusif dan KB.
7. Petugas memberikan konseling jika
ditemukan keadaan resiko tinggi atau
komplikasi nifas.
8. Petugas memberikan rujukan ke rumah
sakit atau dokter spesialis obsgyn jika
ditemukan resiko tinggi atau komplikasi
nifas ( Perdarahan Berat pervaginam,
Kesakitan/Nyeri perut/pelvis, pusing yang
berlebihan, suhu >38C, Lochea berbau,
kesulitan atau nyeri saat BAK, tanda
Mastitis, sub involusi).
9. Petugas memberikan obat antara lain:
tablet besi, vitamin A nifas apabila belum
mendapatkan selama nifas.
10. Petugas membereskan perlengkapan pada
pemeriksaan PNC. Mencatat informasi
kedalam kartu nifas/ status

3 Deteksi dini 1. Petugas menyiapkan ruang periksa. Ibu Setiap jam


resiko 2. Petugas melakukan pemeriksaan umum : hamil kerja
tinggi ibu Pemeriksaan Inspeksi, Melakukan
hamil anamnese, Mengukur TB dan Lila pada
kunjungan pertama
3. Petugas mengukur BB dan Tekanan
Darah pada setiap kunjungan.
4. Petugas melaksanakan pemeriksaan
abdomen untuk mengukur tinggi fundus
uteri, presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ) : Mempersilahkan pasien
berbaring diatas tempat tidur, Mengatur
posisi pasien untuk pemeriksaan,
Melakukan pemeriksaan Leopold I, II, III,
IV, Menghitung DJJ dalam satu menit
utuh.
5. Petugas merujuk ke laboratorium untuk
pemeriksaan HB dan protein urine.
6. Petugas melakukan diagnosa kebidanan.
7. Petugas memberikan konseling dan
tatalaksana kasus sesuai faktor resiko
yang ditemukan.
8. Petugas membuat rujukan internal untuk
konsultasi gizi, psikologi, Poli Umum dan
Poli Gigi (bila diperlukan) berkaitan
dengan faktor resiko yang ditemukan.
9. Petugas memberikan obat roboransia dan
kalsium.
10. Petugas membereskan perlengkapan
pada pemeriksaan ANC.
11. Petugas melakukan
dokumentasi/mencatat semua hasil
pemeriksaan dan memberi kode dengan
stabilo warna kuning
4 Deteksi 1. Petugas menyiapkan peralatan : balita Setiap kerja
tumbuh Timbangan berat badan, Pita pengukur
kembang lingkar kepala, Pengukur panjang badan,
balita Blangko, SDIDTK, APE ( Alat Permainan
Edukatif
2. Petugas menetapkan kelompok umur bayi,
balita dan anak prasekolah yang akan
dilakukan deteksi dini tumbuh kembang
(bayi : 3, 6, 9,12 bulan; balita:18, 24, 30,
36, 42, 48, 54, 60 bulan dan anak
prasekolah: 66, 72 bulan).
3. Petugas menjelaskan kepada ibu tentang
tindakan deteksi dini tumbuh kembang bayi
balita dan anak prasekolah.
4. Petugas melakukan anamnese identitas
bayi dan orang tua dan bila ada keluhan
tumbuh kembang.
5. Petugas mendeteksi ada tidaknya risiko di
keluarga.
6. Petugas menimbang berat badan dan
panjang badan bayi untuk menilai status
gizi.
7. Petugas mengukur lingkar kepala bayi dan
melakukan penilaian besarnya kepala.
8. Petugas melakukan deteksi
perkembangan, daya lihat, daya dengar
9. Bila ada indikasi autis pada anak umur 18-
36 bulan dialkukan deteksi dengan
CHAT/Checklist for Autism in Toddlers dan
GPPH/Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas bila ada indikasi
10. Petugas menyimpulkan hasil deteksi dan
memberitahukan hasil deteksi kepada ibu
bayi, balita, dan anak prasekolah
11. Apabila ditemukan kelainan atau hasil
meragukan, untuk ulang deteksi tumbuh
kembang 2 minggu lagi dan diberi tahu
cara menstimulasi perkembangan yang
belum bisa dilakukan.
12. Apabila hasil normal beritahu ibu/pengasuh
tentang stimulasi tumbuh kembang
selanjutnya dan jadwal untuk deteksi
tumbuh kembang selanjutnya.
Bila ditemukan kelainan, rujuk bayi, balita
atau anak prasekolah ke RS
13. Pelaksanaan deteksi tumbuh kembang
bayi minimal dilakukan 4 kali.
14. Pemeriksaan, balita dan anak prasekolah
minimal dilakukan 2 kali dalam setahun

5 Menjarangk 1. Petugas menyiapkan: Lembar balik ABPK Ibu Setiap jam


an angka (Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber- hamil kerja
kelahiran KB), Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, Perlengkapan dokumentasi
KB, antara lain format K4 KB, format inform
consent dan inform choise, Contoh jenis
jenis alat kontrasepsi
2. Petugas menyapa dan memberikan salam
kepada klien secara terbuka.
3. Petugas menanyakan kepada pasien
informasi tentang dirinya, penngalaman KB
dan kesehatan reproduksi, kepentingan,
harapan, dan kontrasepsi yang diinginkan.
4. Petugas menguraikan pilihan beberapa
jenis kontrasepsi.
5. Petugas membantu klien memilih pilihan
alat kontrasepsi.
6. Petugas menjelaskan secara lengkap
bagaimana menggunakan kontrasepsi
sesuai pilihannya.
7. Beritahu jadual kunjungan ulang
berikutnya.
8. Petugas melakukan dokumentasi.
9. Petugas merapikan kembali alat dan
ruangan
6 MTBM 1. Petugas mengisi tanggal kunjungan, Bayi 0-2 Pada waktu
identitas bayi, identitas orang tua bayi, dan bulan ada bayi lahir
umur bayi yang terdapat pada lembar
formulir MTBM.
2. Petugas menimbang BB bayi, melakukan
pengukuran suhu dan mengisikan pada
kolom BB dan suhu bayi.
3. Petugas memeriksa kemungkinan-
kemungkinan penyakit sangat berat atau
infeksi bateri.
4. Apabila terdapat tanda dan gejala infeksi,
lakukan klasifikasi serta pengobatan/
terapi yang diperlukan, kemudian isikan
semua hasil pemeriksaan/ terapi yang di
berikan pada kolom yang ada dalam
formulir MTBM.
5. Petugas memeriksa ikterus.
6. Apabila terdapat tanda dan gejala ikterus,
lakukan klasifikasi serta pengobatan/terapi
yang di perlukan, kemudian isikan semua
hasil pemeriksaan termasuk hasil
klasifikasi dan pengobatan/terapi yang
diberikan pada kolom yang ada dalam
formulir MTBM.
7 MTBS 1. Pasien bayi/balita dari loket pendaftaran Balita Pada waktu
menuju ruang KIA atau gizi untuk sakit jam kerja
ditimbang berat badannya, lanjut menuju
ruang pelayanan MTBS.
2. Petugas menulis identitas pasien pada
kartu rawat jalan.
3. Petugas melakukan anamnesa : Keluhan
utama , Keluhan tambahan, Lamanya
sakit, Pengobatan yang telah dilakukan,
Riwayat penyakit lainnya
4. Petugas melakukan pemeriksaan :
Keadaan umum, Respirasi, Derajat
dehidrasi, Suhu tubuh, Telinga, Status gizi,
Status imunisasi dan pemberian vitamin A
5. Petugas memberikan pengobatan sesuai
dengan buku pedoman MTBS, bila perlu
dirujuk keruang pengobatan untuk
konsultasi dokter.

8. ANEMIA 1. Petugas memeriksa kadar Ibu APBD


DALAM Haemoglobin (Hb) untuk semua ibu hamil
KEHAMIL hamil pada kunjungan pertama/K1
AN dan kunjungan K4.
2. Petugas merujuk pasien ke
pelayanan gizi bila ditemukan
anemia atau hasil kadar
Haemoglobin (Hb) <11 gr%
3. Petugas merujuk ke Rumah sakit
jika ditemukan kadar Haemoglobin
(Hb) <8 gr% / anemia berat
4. Petugas memberikan 2 x 1 tablet
roboransia ( tablet besi dan
vitamin) per hari jika ditemukan
kadar Haemoglobin (Hb) 8 s/d 11
gr%
5. Petugas memberikan konseling
cara minum tablet besi dan
motivasi untuk kontrol ulang
Haemoglobin (Hb) minimal 2
minggu dari penemuan kasus.
9 CALON A. Petugas Menyiapkan Alat Catin APBD
PENGAN 1. Vaksin TT
TIN 2. Spuit Imunisasi
WANITA 3. Kapas kering
4. Air matang
5. Kartu TT
B. Langkah-langkah
1. Petugas menerima rekam medik calon
pengantin wanita.
2. Petugas mempersiapkan pasien
diruang periksa.
3. Petugas melakukan anamnese status
imunisasi TT yang pernah diperoleh
dan menentukan status iminusasi TT
seumur hidup
4. Petugas memberikan konseling
tentang manfaat imunisasi TT bagi
WUS dan jadwal pemberiannya.
5. Petugas memberikan konseling
seputar kesehatan reproduksi WUS
(jika ada pertanyaan dari
klien/dianggap perlu).
6. Calon Pengantin Wanita dirujuk ke
laboratorium untuk pemeriksaan test
urin kehamilan.
7. Petugas memberikan Imunisasi TT
sesuai dengan status imunisasi TT
8. Jika Pasien calon pengantin wanita
dengan Hasil PP Test ( + )/ tes
kehamilan positif, dilakukan
Pemeriksaan ANC.
9. Petugas merujuk calon pengantin
wanita ke bagian Gizi, bila HB rendah
serta LILA < 23cm.
10. Petugas merujuk ke poli umum untuk
pemeriksaan dokter dan mendapatkan
surat keterangan sehat calon
pengantin.
11. Jika calon pengantin telah hamil,
dituliskan keterangan PP test positif
dan umur kehamilannya (Permintaan
dari Kementrian agama).
12. Petugas membereskan perlengkapan
pemeriksaan
13. Petugas melakukan dokumentasi
1 PENANG 1. Petugas memeriksa tekanan darah Ibu APBD
0 ANAN secara tepat pada setiap pemeriksaan hamil
DINI kehamilan, termasuk pengukuran
HIPERTE darah dengan tehnik yang benar.
NSI PADA a. Ukur tekanan darah pada lengan
KEHAMIL kiri posisi ibu hamil duduk atau
AN berbaring dengan posisi yang
sama pada setiap kali
pengukuran. Letakkan tensimeter
di tempat yang datar, setinggi
jantung ibu hamil. Gunakan
ukuran mancet yang sesuai.
b. Catat tekanan darah.
2. Jika tekanan darah diatas 140/90
mmHg atau peningkatan diastole 15
mmHg atau lebih (sebelum 20
minggu), ulangi pengukuran tekanan
darah dalam 1 jam. Jika tetap berarti
ada kenaikan tekanan darah. Periksa
adanya edema terutama pada wajah
atau pada tungkai bawah/tulang kering
atau daerah sakral.
a. Bila diketemukan hipertensi pada
kehamilan, lakukan pemeriksaan
protein urine pada setiap kali
kunjungan.
Kolaborasi dengan dokter di Poli
Umum.
1 PENANG A. Petugas Menyiapkan Alat Ibu APBD
1. ANAN 1. Sabun hamil
PERDAR 2. Air bersih yang mengalir
AHAN 3. Handuk bersih
PADA 4. Spuit
KEHAMIL 5. Transfusi set
AN 6. Abocath no 16 atau 18
7. Cairan RL atau NaCL 0,9 %
8. Sarung tangan bersih 3 pasang
9. Tabung oksigen
10. Nelaton catheter no 18

B. Langkah-langkah
1. Petugas melakukan cuci tangan
dengan sabun dan air bersih yang
mengalir, kemudian keringkan hingga
betul-betul kering dengan handuk
bersih setiap kali sebelum dan
sesudah melakukan kontak dengan
pasien. Gunakan sarung tangan bersih
kapanpun menangani benda yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan
2. Petugas memeriksa keadaan umum
dan vital sign.
3. Jangan melakukan periksa dalam
(perdarahan diatas 22 minggu
biasanya karena plasenta previa,
periksa dalam akan memperburuk
perdarahan).
4. Petugas memberikan konseling
tentang tanda bahaya perdarahan
kepada ibu, suami/keluarganya.
5. Petugas melakukan rujukkan ibu yang
mengalami perdarahan ke RS/RB/dr
SpOG terdekat
6. Tindakan sebelum merujuk jika ada
tanda gejala syok atau ibu mengalami
perdarahan hebat :
a. Posisikan ibu dengan nyaman
b. Berikan oksigenasi nasal 5
liter/menit.
c. Berikan cairan IV RL atau NaCL
0,9 % menggunakan abocath no
16 atau 18. Infus diberikan
dengan tetesan cepat sesuai
kondisi ibu hingga denyut nadi ibu
membaik.
d. Pasang catheter.
e. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Periksa dan catat dengan
seksama tanda-tanda vital
(pernafasan, nadi dan tekanan
darah) setiap 15 menit sampai tiba
di RS / tempat rujukan.
f. Selimuti ibu dan jaga agar tetap
hangat selama perjalanan ke
tempat rujukan, jangan membuat
ibu kepanasan.
7. Perkirakan seakurat mungkin jumlah
kehilangan darah.
8. Mendampingi ibu hamil yang dirujuk ke
RS dan minta keluarga
mempersiapakan calon pendonor
darah.
Membuat catatan atau dokumentasi
dengan lengkap
1 PENGUK 1. Petugas Tetapkan posisi bahu
2. URAN lengan kiri atau yang tidak aktif.
LILA 2. PetugasmenyuruhmenekukSiku 90
derajat.
3. Petugas Letakkan pita antara bahu
dan siku tangan kiri atau yang tidak
aktif.
4. Petugas Tentukan titik tengahnya.
5. Petugas Lingkarkan pita lila pada
lengan kiri atau yang tidak aktif,
pada bagian tengah.
6. Petugas melingkarkan pita lila
Jangan terlalu ketat dan jangan
terlalu kendor.
7. Petugas Baca skala dengan benar,
bila hasil <23,5cm berarti ibu
hamil/WUS mengalami KEK
(Kurang Energi Kronis).
Apabila ditemukan hasil < 23,5cm pada
ibu hamil maka perlu dilakukan
pengukuran ulang minimal satu kali pada
tiap trimester kehamilan

1 STIMULA A. Petugas menyiapkan peralatan : Balita APBD


3 SI, 1. Timbangan berat badan
DETEKSI 2. Pita pengukur lingkar kepala
DAN 3. Pengukur panjang badan
INTERVE 4. Blangko SDIDTK
NSI DINI 5. APE ( Alat Permainan Edukatif
TUMBUH )
KEMBAN
G ANAK B. Langkah-langkah
1. Petugas menetapkan kelompok umur
bayi, balita dan anak prasekolah yang
akan dilakukan deteksi dini tumbuh
kembang (bayi : 3, 6, 9,12 bulan;
balita:18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60
bulan dan anak prasekolah: 66, 72
bulan).
2. Petugas menjelaskan kepada ibu
tentang tindakan deteksi dini tumbuh
kembang bayi balita dan anak
prasekolah.
3. Petugas melakukan anamnese
identitas bayi dan orang tua dan bila
ada keluhan tumbuh kembang.
4. Petugas mendeteksi ada tidaknya
risiko di keluarga.
5. Petugas menimbang berat badan dan
panjang badan bayi untuk menilai
status gizi.
6. Petugas mengukur lingkar kepala bayi
dan melakukan penilaian besarnya
kepala.
7. Petugas melakukan deteksi
perkembangan, daya lihat, daya
dengar,
8. Bila ada indikasi autis pada anak umur
18-36 bulan dialkukan deteksi dengan
CHAT/Checklist for Autism in Toddlers
dan GPPH/Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas bila ada
indikasi
9. Petugas menyimpulkan hasil deteksi
dan memberitahukan hasil deteksi
kepada ibu bayi, balita, dan anak
prasekolah
10. Apabila ditemukan kelainan atau hasil
meragukan, untuk ulang deteksi
tumbuh kembang 2 minggu lagi dan
diberi tahu cara menstimulasi
perkembangan yang belum bisa
dilakukan.
11. Apabila hasil normal beritahu
ibu/pengasuh tentang stimulasi tumbuh
kembang selanjutnya dan jadwal untuk
deteksi tumbuh kembang selanjutnya.
Bila ditemukan kelainan, rujuk bayi,
balita atau anak prasekolah ke RS
12. Pelaksanaan deteksi tumbuh kembang
bayi minimal dilakukan 4 kali.
13. Pemeriksaan, balita dan anak
prasekolah minimal dilakukan 2 kali
dalam setahun

1 TINDIK A.Petugas menyiapkan alat-alat Bayi APBD


4. TELINGA 1. Needle no 18
2. Alkohol 70 %
3. Kapas
4. Betadine
5. Kassa steril
6. Sarung tangan
7. Anting yang dibawa pasien
8. Perlengkapan dokumentasi

B.Langkah-langkah
1. Petugas mempersiapkan ruang
periksa
2. Untuk Bayi atau Batita dibedong
atau dipegangi keluarga
3. Petugas memakai sarung tangan
4. Petugas membersihkan daun telinga
dengan kapas alkohol
5. Petugas menusuk daun telinga
bagian tengah dengan needle no 18
6. Petugas memasukkan anting pada
ujung needle dan menarik keluar
needle dari daun telinga,
mengkaitkan anting sampai
terpasang dengan baik
7. Petugas menekan luka dengan kassa
betadine sampai perdarahan berhenti
8. Petugas memberikan penyuluhan
kepada klien atau keluarga tentang
kebersihan seputar daun telinga yang
ditindik
9. Petugas merapikan peralatan
10. Petugas melakukan dokumentasi
1 KB PIL 1. Petugas mempersiapkan alat Pus APBD
5 a. K1 KB dan K4 KB
b. Inform consent
c. Timbangan
d. Tensi
e. Obat KB Pil
2. Petugas Melakukan KIE kepada
calon akseptor seputar
penggunaan KB Pil.
3. Petugas Memastikan calon
akseptor tidak hamil.
4. Petugas Mengisi lembar
persetujuan tindakan.
5. Petugas Mengukur tekanan darah
dan berat badan.
6. Petugas memberikan Pil KB dan
informasikan cara meminumnya.
7. Petugas Informasikan kapan
akseptor harus berkunjung
kembali.
8. Petugas melakukan Dokumentasi

1 KB 1. Telah memiliki anak, ataupun yang WUS


6. SUNTIK 1 belum Petugas menjelaskan
BULAN Syarat yang dapat mengikuti KB
Suntik 1 bulan:
Usia reproduksi.
a. memiliki anak.
b. Ingin mendapatkan
kontrasepsi dengan efektifitas
tinggi.
c. Anemia.
d. Nyeri haid hebat.
Haid teratur.
e. Riwayat kehamilan ektopik.
Sering lupa menggunakan pil
kontrasepsi.
2. Petugas menjelaskan Syarat yang
tidak boleh mengikuti KB Suntik 1
bulan:
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Menyusui di bawah 6 minggu
pasca persalinan.
c. Perdarahan pervaginaan yang
belum jelas penyebabnya.
d. Penyakit hati.
e. Usia > 35 th / perokok.
f. Riwayat penyakit HT,Tekanan
darah > 140/90 mmHg.
g. Riwayat kelainan tromboemboli
atau dengan DM > 20 tahun.
h. Kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala migrain.
Keganasan payudara
3. Petugas Melakukan pelayanan KB
Suntik dengan interval 1 bulan sekali

1 KONSELI 1.Langkah-langkah konseling WUS


7. NG Menyapa dan memberi salam kepada
KESEHAT klien secara terbuka.
AN a. Petugas Menanyakan tentang
REPROD keluhan pasien
UKSI DAN b. Petugas Memberikan
KB peyuluhan sesuai permasalahn
klien.
c. Petugas Mengevaluasi atau
menanyakan kembali pada
pasien tentang pemahaman
permasalahan dan cara
mengatasinya.
d. Petugas Memberitahu jadwal
kunjungan ulang berikutnya.
2.PetugasMelakukandokumentasi.
3.Petugas Merapikan kembali alat dan
ruangan.
1 PELAYAN 1. Petugas memanggil pasien sesuai WUS
8. AN KB urut nomor.
PADA 2. pasien lewat waktu kontrol/ pasien
PASIEN tidak bawa kartu.
YANG 3. Petugas Menanyakan apa maksud
MELEWA pasien berkunjung.
TI WAKTU 4. Petugas melakukan Anamnesa.
KONTRO 5. Petugas melakukan Konseling.
L ULANG 6. Petugas melakukan Pemeriksaan fisik
KONTRA dan pemeriksaan gynecologi bila
SEPSI diperlukan.
SUNTIK / 7. Apakah ditemukan atau ada
TERLAMB kontraindikasi atau normal.
AT LEPAS 8. Petugas memastikan Bagi Akseptor
IMPLANT KB suntik yang terlambat dari jadwal
/ 8.1. Memastikan akseptor KB tidak
TERLAMB hamil dengan cara tes Kehamilan
AT LEPAS 8.2. Jika hasil tes kehamilan negatif,
IUD akseptor disuntik (lihat SOP suntik
KB)
8.3. Jika hasil tes kehamilan positif,
akseptor ditatalaksana sebagai ibu
hamil K I
9. Petugas memastikan Bagi akseptor
implant yang terlambat lepas implant
dari jadwal yang seharusnya
a. Memastikan akseptor KB
tidak hamil dengan cara tes
Kehamilan
b. Jika hasil tes kehamilan
negatif, akseptor dilepas
implannya (lihat SPO lepas
Implan)
c. Jika hasil tes kehamilan
positif, akseptor dilepas
implannya (lihat SPO lepas
implan)
d. Jika hasil tes kehamilan
negatif dan akseptor tetap
ingin ber KB, implant
dilepas dan dipasang yang
baru atau ganti alat
kontrasepsi lain.
10. Petugas memastikan Bagi akseptor
yang terlambat melepas IUD dari
jadwal yang seharusnya
a. Memastikan akseptor KB
tidak hamil dengan cara tes
Kehamilan
b. Jika hasil tes kehamilan
negatif, akseptor dilepas
IUDnya (lihat SPO lepas
IUD).
Jika hasil tes
kehamilan negatif dan
akseptor tetap ingin ber KB,
IUD dilepas dan dipasang
yang baru atau ganti alat
kontrasepsi lain.
c. Jika hasil tes kehamilan
positif, IUD tidak dilepas di
Puskesmas, KIA merujuk
ke Poli Umum, dokter
merujuk ibu hamil ke dokter
spesialis kandungan atau
RS terdekat.
11. Petugas Mendokumentasikan

1 PELEPAS 1. Petugas mempersiapkan alat, WUS


9. AN antara lain:
IMPLANT a. Anti septik ( bethadin) dalam
kom kecil
b. Hand scond satu pasang
c. Kasa steril
d. Plester, gunting
e. Lidocain dan spuit 3 cc.
f. Duk lobang steril
g. Implant set : Klem U, klem
masquito
h. Bisturi mask dan skalpel
i. Perlengkapan dokumentasi KB
j. Bengkok
k. Tensimeter
l. Timbangan
2. Petugas Melakukan anamnese
3. Petugas memberi
Penandatanganan inform consent.
a. Petugas melakukan
Pemeriksaan pada lengan yang
terpasang implant
4. Petugas melakukan Langkah
langkah Pelepasan Implant.
a. Timbang berat badan
b. Mempersilahkan klien untuk
mencuci seluruh lengan dan
tangan yang terpasang implant
dengan sabun dan air yang
mengalir, serta membilasnya
hingga bersih.
c. Mempersilahkan klien
berbaring dengan lengan atas
yang ada kapsul implant beri
alas bersih dan kering di bawah
lengan klien. Lengan harus
diposisikan dengan baik dan
dapat digerakkan lurus atau
sedikit bengkok sesuai dengan
posisi yang disukai oleh
petugas untuk memudahkan
pencabutan.
d. Klien diukur tekanan darah.
e. Meraba kedua kapsul untuk
menentukan lokasinya.
f. Petugas cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir
keringkan dengan kain bersih,
kemudian memakai sarung
tangan.
g. Pasang duk lobang di atas
tempat pelepasan implant.
h. Suntikkan anastesi lokal
dibawah implant
i. Buatlah insisi 4 mm sedekat
mungkin pada ujung-ujung
implant.
j. Keluarkan implan pertama
yang terletak paling dekat
dengan insisi, kapsul dipegang
dengan klem 5 mm dari ujung
distalnya, kemudian klem
diputar ke arah pangkal lengan
atas/bahu pasien sehingga
kapsul terlihat di bawah lubang
insisi dan dapat dibersihkan
dari jaringan-jaringan yang
menyelubunginya dengan
memakai skalpel untuk
seterusnya dicabut keluar.
k. Tutup luka insisi.
l. Bereskan alat-alat
5. Petugas Dokumentasi

2 PELEPAS 1. Petugas mempersiapkan alat tidak


0. AN sterile
INTRAUT a. Timbangan
ERINE b. Tensimeter
DEVICE c. Lampu tindakan
d. Bengkok
e. Tempat untuk merendam alat
f. Buku register
g. Kartu KB, lembar persetujuan
tindakan, form K4 KB
h. Meja ginekologie
i. Alat sterilisator
j. Tempat sampah medis dan non
medis
k. Cairan DTT
2. Petugas mempersiapkan alat yang
steril
a. Speculum
b. Tampon tang
c. Sarung tangan
d. Cairan Antiseptik
e. Kassa steril
f. Bak instrumen
g. Albotil (Jika perlu)
3. Petugas mempersiapkan pra
pencabutan.
3.1 Petugas Menyapa Pasien
dengan ramah
3.2 Petugas Menanyakan tujuan
dari kunjungan pasien ke KIA
3.3 Petugas Menanyakan alasan
pasien melakukan pencabutan IUD
4. Petugas mempersilakan pasien
menandatangani inform concent.
5. Petugas Menganjurkan pasien
untuk mengosongkan kandung
kemih terlebih dahulu
6. Cara melepas IUD
a. Cuci tangan sesudah dan
sebelum tindakan
b. Pergunakan sarung tangan steril
pada kedua tangan.
c. Pegang speculum pada
pegangan, letakkan
diantara jari telunjuk dan
jari tengah.
d.Tangan lain (jari telunjuk dan ibu
jari) membuka bibir bagian luar
(labia mayora) dan minta peserta
menarik nafas panjang untuk
melemaskan otot 2 perinium.
e. Masukkan speculum dengan
miring diantara kedua bibir
(labia) terus ke liang sanggama
(vagina). Hindarkan penekanan
pada saluran kencing (urethra)
dan kelentit (klitoris). Dan
perhatikan baik-baik agar rambut
dan kulit tidak terjepit diantara
speculum.
f. Bila speculum sudah masuk pada
setengah vagina, putar speculum
sehingga letaknya mendatar
(posisinya horizontal). Perlahan-
lahan bukalah speculum untuk
menemukan leher rahim (cervik).
Setelah diketemukan leher rahim
(cervik) bukalah speculum selebar
mungkin perlahan-lahan.
g. Apabila speculum telah terletak
diantara puncak liang sanggama
depan (fornix anterior) dan
belakang (posterior) dimana liang
cervik telah jelas terlihat, kuncilah
speculum (sekrup) agar speculum
tidak lepas.
h. Petugas Olesi porsio dengan
betadine
i. Petugas Jepit benang yang dekat
serviks dengan klem.
j . PetugasTarik keluar benang
secara mantap, tetapi hati-hati
untuk Mengeluarkan IUD
k . Petugasmemberitahu pasien
bahwa IUD sudah dilepas.
l . Petugas melepas speculum, lepas
duk lubang
m. Petugas membereskanAlat-alat ,
dekontaminasi.
n. Petugas Melakukan dokumentasi
2 PEMASA 1. Petugas mempersiapkan alat ,antara
1. NGAN lain:
IMPLANT a. Alkon implant 3 tahun
b. Anti septik ( bethadin) dalam
kom kecil
c. Hand scond satu pasang
d. Kasa steril
e. Plester, gunting
f. Perlengkapan dokumentasi KB
g. Lidocain dan spuit 3 cc.
h. Duk lobang steril
i. Implant set
j. Bisturi mask
k. Safety box
l. Bengkok
2. Petugas Mempersiapkan pasien di
kamar periksa
3. Petugas Melakukan anamnese, inform
choise dan inform consent pada
pasien
4. Petugas Melakukan pemeriksaan
umum :
b. Timbang berat badan
c. Ukur tekanan darah
d. Pemeriksaan tes kehamilan bila
diperlukan
e. Pasien diminta membersihkan
lengan atas dengan sabun
f. Baringkan ditempat tidur dengan
posisi terlentang.
g. Lengan kiri atau kanan atas
disiapkan,lengan baju dilepas
5. Petugas mempersiapkan Langkah
langkah Pemasangan Implant:
a. Akseptor diberitahu.
b. Tentukan daerah pemasangan
implant dengan cara tarik satu
garis 6-8 cm diatas lipatan siku
lengan bagian dalam/diantara
otot bicep dan tricep.
c. Petugas cuci tangan.
d. Usap daerah pemasangan
dengan bethadin melingkar
sekitar 8-13 cm, dan biarkan
kering ( sekitar 2 menit).
e. Pasang duk lobang di atas
tempat pemasangan.
f. Lakukan anastesi lokal pada
daerah insersi.
g. Buatlah insisi 2 mm dangkal
hanya untuk sekedar menembus
kulit.
h. Masukkan ujung trocart melalui
insisi,terdapat 2 garis tanda
batas pada trocar, satu dekat
ujung trocar, lainnya dekat
pangkal trocar. Dengan perlahan
lahan trocar dimasukkan sampai
mencapai garis batas dekat
pangkal trocar,kurang lebih 4-
4,5 cm. Trocar dimasukkan
sambil melakukan tekanan
keatas dan tanpa merubah
sudut pemasukkan.
i. Masukkan implant kedalam
trocartnya. Dengan batang
pendorong, implant didorong
perlahan lahan keujung trocar
sampai terasa adanya tahanan.
Dengan batang pendorong tetap
stationer, trocar perlahan lahan
ditarik kembali sampai garis
batas dekat ujung trocar terlihat
pada insisi dan terasa
implantnya meloncat keluar dari
trocartnya. Jangan keluarkan
troicartnya. Raba lengan dengan
jari untuk memastikan implant
sudah berada pada tempatnya
dengan baik. *sesuaikan dengan
tipe alkon implant yang tersedia
j. Ubah arah trocar sehingga
implant berikutnya berada 15
derajat dari implant
sebelumnya. Letakkan jari
tangan pada implant
sebelumnya. Masukkan
kembali trocar sepanjang
pinggir jari tangan sampai ke
garis batas dekat pangkal
trocar. Masukkan implan ke 2
seperti prosedur sebelumnya
hingga dua batang implant
terpasang. Kemudian cabut
trocar dan batang pendorong.
k. Lakukan penekanan pada
tempat luka insisi dengan kasa
steril untuk mengurangi
perdarahan. Lalu kedua pinggir
insisi ditekan sampai
berdekatan dan ditutup dengan
plester. Tidak diperlukan
penjahitan luka insisi.
l. Petugas memberitahukan
kepada akseptor agar daerah
insersi dibiarkan tetap kering
dan bersih selama 3 hari.
m. Petugas Membersihkan dan
merapikan alat alat kembali.
2 PEMASA A. Petugas Mempersiapkan Alat-Alat. WUS APBD
2. NGAN 1. Alat-alat tidak steril
INTRAUT a.Timbangan
ERINE b.Tensimeter
DEVICE c. Lampu Pemeriksaan
d .Bengkok
e.Tempat untuk
merendam alat-alat
f .Cairan DTT
g .Buku register
h .Kartu KB, Form Informed
Consent, Inform Choice
l. Meja ginekologi
2.Alat-alat yang steril
a.Spekulum
b.Mangkuk untuk larutan
antiseptik
c.Cairan Antiseptik
d.Kassa
e.Duk lubang
f.Sonde uterus
g.Tenakulum
h.IUD
i.Sarung tangan
j.Tampon tang
k.Gunting
l.Bak instrument
B.Petugas melakukan KIE dan calon
akseptor
a. Mengenalkan pada calon
akseptor tentang macam-
macam cara KB, dan
macam-macam alat
kontrasepsi yang lain.
b. Menerangkan cara kerja
masing-masing
kontrasepsi
c. Menjelaskan efek
samping yang mungkin
terjadi pada masing-
masing kontrasepsi
d. Menjelaskan kontra
indikasi pada masing-
masing kontrasepsi
e. Menjelaskan pada calon
akseptor cara
menggunakan /
pemakaian masing-
masing kontrasepsi
f. Menjelaskan keuntungan
dan kerugiaan masing-
masing alat kontrasepsi
g. Memberikan kesempatan
pada akseptor untuk
memilih kembali cara KB
yang dikehendaki
h. Mengulangi dengan
pertanyaan-pertanyaan
tentang IUD untuk
mengetahui sejauh mana
ibu menerima penjelasan
yang diberikan
i. Jika sudah setuju
akseptor diminta untuk
menendatangani inform
consent
1. Petugas Menganjurkanan pasien
untuk kencing terlebih dahulu dan
membersihkan daerah alat kelamin
luar dan sekitarnya dengan sabun.
2. Cara pemeriksaan melalui vagina (
vagina touch )
a. Petugas Cuci tangan dengan
air bersih mengalir dan
sabun, keringkan dengan
kain bersih.
b. Pergunakan sarung tangan
steril
c. Bukalah labia mayora
dengan dua jari tangan kiri
d. Raba bagian atas liang
vagina pada daerah saluran
kencing sampai ke symphisis
pubis, tekan bagian bawah
dan luar untuk menemukan
cairan yang dikeluarkanoleh
glandula skene dan saluran
kencing
e. Raba kelenjar bartholini
dengan ibu jari dan luar dan
jari di liang vagina terus
menyusuri labia mayora ke
atas dan ke bawah kiri kanan
f. Meraba posisi dari cervix
untuk menentukan besar,
permukaan liang cervix dan
bentuknya. Terutama bila
pada pemeriksaan speculum
telah ditemukan bekas luka,
polyp, kista dan lain-lain.
g. Capailah cervik dan taruhlah
satu jari pada tiap sisi cervix.
Gerakanlah cervix ke kiri dan
kekanan dengan kedua jari.
Apabila ada rasa sakit pada
salah satu sisi, berarti ada
infeksi panggul, maka IUD
tidak boleh dipasang

h. Taruhlah kedua jari tangan tadi


didepan cervix dan fornix
anterior, dan dengan pelan
tekanlah jari-jari tersebut ke
arah tulang pubis, bersamaan
dengan itu, taruhlah tangan
yang lain pada bagian bawah
perut di atas tulang pubis
i. Usahakanlah dengan hati-hati
agar ujung jari dari kedua
tangan dapat bertemu, apabila
rahim terletak antefleksi
(melengkung ke depan), kedua
tangan akan terpisah oleh
rahim.
j. Apabila rahim tidak teraba,
pindahkanlah jari-jari yang ada
di dalam vagina ke fornik
posterior vagina, maka akan
teraba badan rahim, letaknya
retrofleksi (melengkung ke arah
belakang).
k. Apabila rahim lunak, berarti
rahim ada kehamilan, hingga
sukar diraba. Sekarang setelah
kita mendapatkan gambaran
jelas tentang besar dan letak
rahhim, ada tidaknya
kehamilan atau infeksi panggul,
maka boleh dipasang IUD,
apabila kentara indikasi tidak
ada.
l. Apabila rahim keras,
membesar dan tidak halus,
mungkin ada tumor panggul
dalam keadaan ini tidak boleh
dipasang spiral dan vagina ini
harus diperiksa oleh dokter
3. Petugas melakukan Pemeriksaan
dengan Speculum
a. Pergunakanlah sarung tangan
dan ambil speculum yang
sesuai ukurannya
b. Pegang speculum pada
pegangannya, letakkan diantara
jari telunjuk dan jari tengah
c. Tangan lain (jari telunjuk dan
ibu jari) membuka bibir bagian
luar (labia mayora) dan minta
peserta menarik napas panjang
untuk melemaskan otot-otot
perineum.
d. Masukkan speculum dengan
cocor miring diantara kedua
bibir (labia) terus ke liang
sanggama (vagina). Hindarkan
penekanan pada saluran
kencing (urethra) dan kelentit
(klitoris). Dan perhatikan baik-
baik, agar rambut dan kulit tidak
terjepit di antara cocor bebek
speculum.
e. Bila cocor speculum sudah
masuk pada setengah liang
senggama (vagina), putar
speculum sehingga letaknya
mendatar (posisinya horizontal).
Perlahan-lahan bukalah cocor
speculum untuk menemukan
leher rahim (cervix). Setelah
diketemukan leher rahim
(cervix), bukalah cocor
speculum selebar mungkin
perlahan-lahan.
f. Apabila cocor speculum telah
terletak di antara puncak liang
senggama depan (fornix
anterior) dan belakang
(posterior) di mana liang cervix
telah
jelas terlihat, kuncilah speculum
(sekrup) agar speculum tidak lepas.
g. Periksalah cervix seharusnya
halus dan berwarna merah
jambu dan permukaannya licin.
Dalam keadaan normal, cervix
basah oleh lendir dan jernih
atau putih.
h. Bila ada noda yang warnanya
merah dan tidak rata berarti
terdapat erosi.
i. Apabila terdapat salah satu
dibawah ini, maka pemasangan
IUD jangan diteruskan.
1. Kanker cervik
Suatu permukaan kasar
pada puncak vagina
menggantikan cervik atau
suatu bentuk seperti
kembang kol yang mudah
patah dan berdarah.
Biasanya keluar cairan
vagina yang khas, encer,
berwarna coklat, dan
berbau busuk. Untuk hal-
hal seperti ini mintalah
nasehat dokter.
2. Infeksi panggul
Alat-alat tubuh panggul
nyeri disertai dengan
keluarnya cairan
bernanah dari uretha dan
cervix
Berilah kontrapsepsi jenis
lain dan diteruskan
dengan pengobatan
injeksi.
Ulangi pemeriksaan
seminggu kemudian, bila
tidak ada, perbaiki kirim
ke dokter.
Vaginistis yang
disebabkan oleh
trichomonas dan monilla
adalah hal yang biasa.
Hal ini tidak merupakan
kontra indikasi bagi
pemasangan IUD, tetapi
harus diobati lebih dahulu.
3. Flour albus
Flour albus yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis dan candida
albicans adalah hal yang biasa. Hal
ini tidak merupakan kontra indikasi
bagi pemasangan IUD, tetapi harus
diobati lebih dahulu

4. Petugas melakukan Pengukuran


rongga rahim pada pemasangan IUD
di Puskesmas Karangmalang.
a. Jepitlah cervix dengan
tenakulum pada posisi jam
10 atau jam 14.
b. Pegang sonde di atas ibu jari
dan telunjuk. Perlahan-lahan
masukkan sonde ke dalam
saluran leher rahim (canalis
servicalis) langsung ke
dalam rongga rahim.
c. Apabila ada tekanan pada
liang rahim sebelah rahim
sebelah dalam, tenakulum
ditarik sedikit ke atas agar
sonde mudah masuk.
Jangan sekali-kali
memaksakan sonde masuk
ke dalam rahim. Bila sonde
tetap tidak dapat masuk
terus ke dalam rongga rahim,
hentikan pekerjaan tersebut
dan konsul ke dokter

5. Langkah 1
a. Klien diberitahu akan dilakukan
pemasangan IUD.
b. Handscoen dipakai
c. Duk lubang dipasang
d. Speculum dipasang ditampilkan
portio. Melihat keadaan portio
(tumor, erosi, kelainan bentuk,
bekas rupture)
e. bersihkan portio dengan kassa
steril
f. Jika tak tampak adanya kelainan
speculum dilepas
g. Lakukan pemeriksaan dalam
untuk menentukan keadaan rahim
: antefleksi atau retrofleksi
h. Handscoen dilepas
i. Jika langkah ke-1 baik, tidak ada
kelainan yang ditemukan
lanjutkan dengan langkah ke-2
Langkah II
Pakai handscoen yang baru
j. Pasang speculum tampakan
portio
k. Pasang sonde uterus untuk
mengukur panjang uterus
l. Siapkan IUD.Buka sebagian
kemasan masukkan leher IUD ke
dalam inserter, ukur panjang
inserter (batas biru) sesuai
dengan panjang uterus.
m. Masukkan IUD ke uterus tanpa
menyentuh ujung IUD dengan
tangan
n. Tarik inserter 2 cm dengan cara
withdrawal
o. Potong benang IUD dengan
gunting
p. Lepas inserter dan sisa potongan
benang
q. Lepas tenakulum
r. Medikasi bethadine pada bekas
tenakulum dan portio
s. Lepas speculum
t. Lepas handshcoen
u. Pasien diberitahu pemasangan
sudah selesai
v. Alat dibereskan-Decontaminasi
w. Melakukan dokumentasi
x. Cuci tangan
6. Bimbingan dan penyuluhan pada
pasien post insersi IUD
a. Menjaga kebersihan vagina
b. Apabila benang IUD terasa keluar
vagina, cuci tangan bersih (pakai
sabun), kemudian benang
dimasukkan sendiri ke dalam
vagina.
c. Tidak boleh dipakai sanggama
dulu selama 1 minggu.
d. Waktu Kontrol 1 minggu, 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan, selanjutnya setiap 1
tahun sekali, setelah pemasangan
atau jika ada keluhan.
e. Ibu tidak usah merasa takut bila
terjadi perdarahan pervagina
setelah pemasangan IUD.
2 RUJUKA Petugas Merujuk semua yang memerlukan WUS
3. N KB rujukan ke unit pelayanan terkait (Poli Umum,
INTERNA Laboratorium, Konsultasi Gizi, konsultasi
psikolog).
A. Pasien dilakukan rujukan internal ke Poli
umum dengan kriteria:
1. Hipertensi
2. TB Paru
3. Erosi berat / perdarahan sentuh
(Contact Bleeding)
4. Dan selain kasus di atas
B. Pasien di lakukan rujukan internal ke
Laboratorium dengan kriteria:
1. Amenorhoe
2. Hipermenorhoe
3. Perdarahan sedang tapi lama
4. Dan selain kasus di atas
C. Pasien dilakukan rujukan internal ke
Konsultasi Gizi dengan kriteria:
1. Kenaikan berat badan yang mencolok/
terus menerus
2. Penurunan berat badan yang mencolok/
terus menerus
D. Konsultasi Psikolog dengan kriteria:
1. Cemas dengan alkon yang digunakan
Ada keluhan ketidaknyamanan dari pasangan
setelah memakai alkon
2 RUJUKAN Petugas Melakukan rujukan eksternal WUS
4. KB adalah semua pasien yang berkaitan
EKSTERN dengan KB dan Kespro yang tidak bisa di
A tangani di Puskesmas antara lain:
1. Erosi berat dan perdarahan sentuh
2. Akseptor KB IUD dengan merasa
sakit dan panas di daerah panggul
3. Ada massa atau tumor
4. IUD sulit di lepas atau benang sudah
rapuh
5. IUD di lepas dengan sayap IUD
tertinggal di rahim
6. Pasien ingin anak
7. Infeksi menular seksual dengan
kontrasepsi
8.Infeksi lain yang berkaitan dengan
alat reproduksi
9. Dan kasus kasus selain di atas

Mengetahui Karangmalang, Agustus 2015


Kepala UPTD Puskesmas Karangmalang Penanggung jawab Program KIA - KB

dr. Agus Sukaca Lissilah, Amd Keb


NIP. 19700305 200701 1 017 NIP. 19680609 199103 2 007

Anda mungkin juga menyukai