Anda di halaman 1dari 4

Gelap/Terang rmrm rm Srm S Ralat

Ke - (mm) (mm) (mm) Relatif


1 0,08 0,005 0,077 0,00339
2 0,1 0,005 0,097 0,003262
3 0,14 0,005 0,135 0,003294
4 0,2 0,005 0,193 0,003362
5 0,28 0,005 0,271 0,003486
6 0,42 0,005 0,406 0,003784

Pembahasan

Fenomena Cincin Newton merupakan bagian dari interferensi pada selaput tipis.
Berdasarkan pada percobaan, selaput tipis yang mengakibatkan pola interferensi ini,
terbantuk oleh permukaan cembung lensa plankonveks yang ditempelkan di atas
bidang datar lensa plan pararel. Tebal lapisan/selaput tipis udara ini sangat kecil di
titik kontak antara lensa planpararel dan plankonveks , makin keluar semakin teabal
selaputnya. Pada tempat atau kedudukan yang tebalnya sama merupakan lingkaran
yang sepusat pada titik kontak, sehingga terbentuk pola interferensi yang berbentuk
lingakaran yang menyerupai cincin, yang lebih dikenal dengan nama cincin Newton.
Pola interferensi yang terbentuk merupakan pola gelap terang gelap, hal ini karena
bergantung pada sifat interferensinya. Pada dua gelombang yang sefase diperoleh
pola gelap dan sebaliknya yang berbeda fase diperoleh pola terang. Hal ini karena
salah satu gelombang cahaya mengalami loncatan fase sebesar (180 0 ) yang
kemungkinan terjadi pada refleksi dipermukaan selaput dengan udara/ pada
transmisinya. Gelombang cahaya yang mengalami loncatan fase adalah sinar yang
direfleksikan oleh permukaan selaput bagian atas, sinar yang lain baik yang
ditransmisikan maupun yang direfleksikan pada bagian bawah tidak menagalami
loncatan fase. Hal ini karena gelombang hanya akan mengalami perubahan fase jika
refleksi terjadi oleh medium yang lebih tinggi indeks refleksinya. Atau dengan kata
lain sinar yang mengalami loncatan fase adalah sinar dari selaput udara( bagian
atas) menuju lensa plan konveks.
Dari Pola interferensi tersebut maka dapat ditentukan / dihitung besarnya jari jari
lingkaran gelap( rm ). Jari jari yang dihitung yang teramati tersebut bukanlah jari
jari yang sebenarnya, jari jari yang sebenarnya dapat diketahui dengan persamaan :
d n 1
r m =r m 1
nR
Dengan :
rm = Jari jari sebenarnya
r m = Jari jari yang teramati
d = Tebal lensa Plankonveks
n = Indeks bias lensa
R = Jari jari lensa Plankonveks

Tebal lensa dapat dicari dengan pengukuran menggunakan micrometer sekrup


sedangkan jari jari lensa dapat dicarai dengan menggunakan Spirometer, sehingga
dapat diketahui nilai r dan x nya. Jari jari lensa dapat diukur dengan menggunakan
persamaan :

r
(R-x)

R2 = r 2 + (R-x) 2
= r 2 + R 2 -2Rx + x 2
2Rx = r 2 + x 2
r2 x2
R =
2x

Dengan diketahui nilai r m dan R maka kita dapat menghitung beasarnya panjang
gelombang sinar laser yang digunakan dengan persamaan :
2
nmed . .rm

mR

Dimana:
= panjang gelombang
n med = indeks bias medium
m = 1,2,3,.( gelap ke- ..)
R = Jari- jari lensa plankonveks

Dari perhitungan diperoleh besaranya panjang gelombang adalah sebagai berikut :

Gelap ke S (mm) Ralat Relatif (%)


1
2
3
4
5
6
Data yang dihasilakan pada percobaan kali ini kurang begitu bagus karena ralat
yang dihasilkan agak besar dan hal ini mungkin disebabkan oleh :
Pembacaan skala yang kuarang valid ( kesalahan paralaks mata).
Penentuan titik gelap/terang yang kurang tepat
Dsb.

Tugas

3. Jika lapisan tipis diisi dengan zat cair maka interferensi yang terjadi jelas akan
berbeda dengan apa yang dihasilkan dengan pola interferensi pada saat lapisan tipis
tersebut berisi udara. Hal ini karena indeks bias antara udara dan air berbeda,
dimana indeks bias air lebih besar jika dibandingkan dengan indeks bias udara.
Namun meskipun indeks bias air lebih besar dari indeks bias udara, namun tidak
melebihi indeks bias kaca. Sehingga interferensi masih bisa terjadi dengan
perubahan fase. Perubahan fase yang terjadi mempunyai pengaruh yang lebih kecil
dibandingkan saat lapisan tipis berisi udara, karena selisih indeks bias antara kaca
dan air lebih kecil dibandingkan selisih antara indeks bias kaca dan udara.
4. Jika sinar yang digunakan adalah sianr polikromatik maka masing masing
komponen spectrum akan menghasilkan cincin cincinya sendiri sendiri yang akan
saling bertumpang tindih satu dengan yang lain.

Kesimpulan

Peristiwa cincin Newton terjadi akibat adanya interferensi gelombang cahay yang
melalui selaput / lapisan tipis , dimana ketebalan selaput tersebut tidak sama rata,
sehingga terbentuk pola interferensi yang menyerupai cincin. Pola gelap terang yang
terjadi akibat adanya loncatan fase ( Beda Fase ) dari gelombang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai