Anda di halaman 1dari 4

Lampung Bukan Tempatnya 1.

000 Begal

Oleh: Toni Nurhadianto


Mahasiswa Magister Sains Akuntansi FEB UGM
Sebagai bagian dari warga Lampung saya
menolak pernyataan kalau tempat
kelahiran saya ini sebagai pusatnya para
begal

Tindak kejahatan pembegalan sudah


tidak jarang lagi kita dengar, pasalnya di
negara kita tindak kriminal jenis ini sangat
kerap kita jumpai. Tak sedikit media massa
mengabarkan hal tersebut. Begal merupakan
sebutan bagi satu atau sekelompok orang yang melakukan tindak kriminal dengan motif merampas
barang orang lain dengan paksa (merugikan orang lain) dan tak jarang pelaku melukai bahkan
sampai membunuh korbannya. Pembegalan ini nampaknya sudah tidak lagi menjadi sebuah
kegiatan kriminalitas semata namun sudah menjadi sebuah profesi guna memenuhi kebutuhan
ekonomi seseorang.

Di beberapa negara, misalnya Amerika Serikat yang dikenal sebagai negeri Paman Sam
(negara Adidaya) menduduki peringkat tertinggi di dunia dalam hal kriminalitas
(kriminalitas.com). Di negara tersebut angka pembunuhan dan perampokan sangat tinggi.
Berdasarkan tingkat keamanan, lembaga riset Economist Intelligence Unit menyebutkan bahwa
dari 162 negara, Islandia menduduki peringkat pertama dengan negara teraman di dunia,
sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke 54. Angka ini dapat menjadi dasar bagi pemerintah
untuk meningkatkan tingkat keamanan dengan menurunkan angka kriminalitas.

Di Indonesia terdapat lima daerah Indonesia rawan tindak kejahatan yang tenar dengan
kesadisan para begalnya. Kelima daerah tersebut, Lampung merupakan daerah nomor satu rawan
begal, sebuah peringkat yang tidak membanggakan sekaligus tamparan bagi masyarakat setempat
(news.okezone.com, 2016).
Dilihat dari berbagai isu dan berita di media massa, Lampung sangat identik dengan kota
para begal, pasalnya banyak jalur-jalur sepi, panjang, trek yang lurus, dan minimnya penerangan
jalan umum, sehingga menjadikan tempat yang memungkinkan para begal untuk melancarkan
aksinya. Isu tersebut didukung dengan rumor bahwa terdapat satu desa yang di dalamnya dihuni
oleh para begal, selain itu beberapa komplotan begal yang tertangkap beraksi di DKI Jakarta
kebanyakan dari mereka berasal dari Lampung.

Isu negatif mengenai Lampung sebagai kota para begal ini berdampak pada banyak aspek,
selain tercorengnya nama baik Lampung itu sendiri, hal ini juga berdampak pada pandangan
negatif orang lain terhadap masyarakat setempat. Setiap yang dilakukan seorang individu dalam
suatu komunitas akan berdampak pada komunitas itu sendiri. Pernyataan tersebut mengingatkan
kepada kita bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab atas lingkungannya. Ketika terdapat satu
atau sekelompok orang dalam satu daerah melakukan berbuat buruk, maka penilaian buruk
terhadap daerah tersebut akan menyertainya. Fenomena inilah yang sedang terjadi di kota Kain
Tapis Lampung.

Rumahku adalah surgaku, masih adakah istilah itu? Ketika aksi kejahatan jalanan
sudah mendominasi, masyarakat setempat akan merasa terancam, kekhawatiran tinggi serta
merasa keamanan dan kenyamanan di kota sendiri telah hilang. Maka tak jarang pada malam hari
di beberapa tempat Lampung seperti hutan belantara tanpa penghuni. Masyarakat seakan
merindukan tempat yang aman untuk tinggal, beraktifitas sehari-hari, dan tidur nyenyak di malam
hari.

Kurangnya kepercayaan dari pihak lain. Disadari atau tidak sebagian masyarakat luas
termasuk instansi akan menilai dan menimbang-nimbang mana yang baik untuk dijadikan rekan
kerja, teman atau calon pasangan. Hal tersebut merupakan hal yang wajar, guna menghindari
resiko yang tidak diinginkan. Masyarakat luas akan mempertimbangkan banyak hal, yakni baik
dan buruknya suatu pilihan.

Tidak merasa bangga dengan kota sendiri. Contoh sederhana saja, banyak kita jumpai
putra daerah yang berprestasi di Pulau Jawa enggan pulang ke daerah asal, mereka lebih memilih
berkarir dan menetap di daerah yang memberikan rasa aman, nyaman dan menyejahterakan
mereka. Selain itu, tidak jarang kita jumpai banyak individu yang membanding-bandingkan serta
menjelek-jelekkan daerah asalnya.

Wisatawan enggan berkunjung. Keberadaan para pembegal yang semakin marak


membuat penduduk asli pribumi merasa resah, hal ini akan dirasakan pula bagi para calon
wisatawan, mereka mungkin mengurungkan niatnya untuk berkunjung. Secara tak sadar
sebenarnya pemerintah setempat sudah kehilangan aset tidak berwujudnya, kehilangan
kesempatan emas untuk potensi penting, dan bahkan pemerintah tidak mendapatkan hasil yang
maksimal atas potensi daerah yang dibangun. Padahal Lampung memiliki sumber daya alam yang
menarik minat wisatawan manca negara, hal tersebut dilihat dari sumber daya alamnya yang
melimpah, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, pertambangan,
dan pariwisata.

Terlepas dari itu semua, yakinlah begal hanya sebagian kecil dari banyaknya potensi
daerah yang dimiliki Lampung. Banyak putra daerah berprestasi, tokoh besar, pengusaha sukses,
atlet, aktris serta pelajar Lampung yang tersebar di berbagai daerah Indonesia bahkan ke tingkat
internasional yang mengharumkan dan membesarkan nama Lampung.

Masalah pemberantasan atas aksi pembegalan yang meresahkan dan merugikan banyak
pihak ini bukanlah semata-mata tugas pihak kepolisian saja, namun kita semua sebagai masyarakat
luas ikut andil di dalamnya. Usaha yang dapat kita lakukan bersama dapat dimulai dari lingkungan
kecil, yaitu dalam keluarga dengan memberikan pendidikan yang baik bagi anak. 20-30 tahun
mendatang, siapa lagi yang akan mengubah tatanan pemerintahan dan lingkungan menjadi lebih
baik kalau bukan generasi muda. Hal ini perlu dukungan dari pemerintah, guru, orang tua dan kita
semua yang masih menginginkan Indonesia tanpa kekerasan, Indonesia tanpa begal serta tanpa
pembunuhan.

Kesigapan pihak kepolisian dalam pengawasan. Di beberapa titik rawan harusnya


diterjunkan lebih banyak pihak pengaman, memberikan dan memperbaiki fasilitas penerangan dan
memperketat penjagaan. Tugas polisi bukan hanya sekadar memberantas kejahatan, namun juga
mencegah terulangnya hal seupa dengan memberikan penyuluhan dan nasihat kepada pelaku agar
tidak mengulangi kejahatan yang sama. Pemerintah dapat memberikan solusi pekerjaan lain serta
memberikan perhatian lebih kepada keluarga pelaku. Jika pelaku memiliki seorang anak harusnya
pemerintah memberikan beasiswa penuh untuk pendidikannya sampai si anak dapat mengubah
keluarganya menjadi lebih baik. Tidak ada manusia yang selamanya buruk, kita yang sudah baik
harusnya memberikan kesempatan mereka untuk menjadi baik pula.

Kerjasama Perguruan Tinggi dalam program pengabdian masyarakat. Pada salah


satu konteks Tri Dharma Perguruan Tinggi, selain mengajar dan penelitian, mahasiswa dan dosen
berkewajiban untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian ini dapat dilakukan
dengan berbagai kegiatan positif, kegiatan yang biasa kita kenal dengan sebutan Kuliah Kerja
Nyata (KKN). Dengan adanya program ini Perguruan Tinggi telah menyusun satu batu bata untuk
menjadikan daerah lebih baik. Mahasiswa dapat terjun langsung membangun daerah, melakukan
penyuluhan, memberikan motivasi serta kegiatan positif dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Harapannya dengan tersentuhnya masyarakat daerah oleh para mahasiswa ini dapat sedikit
mengubah pola pikir mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif dan mengajak generasi
muda daerah untuk mengejar mimpi-mimpi mereka. Dengan begitu kita tidak akan melihat lagi
generasi selanjutnya yang berfikir pendek untuk melakukan tindak kejahatan pembegalan.

Anda mungkin juga menyukai