Anda di halaman 1dari 15

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT

POLITEKNIK

MAKALAH KERJA LAS


MAHASISWA DIPLOMA-4 ANGKATAN-1
TEKNOLOGI OTOMOTIF KENDARAAN TEMPURBAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai
proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi
bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan
teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan
karena memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan
teknik pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya.
Kualitas dari hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan
persiapan sebelum pelaksanaan pengelasaan
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Definisi las berdasarkan
DIN (Deutche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau
logam panduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Secara umum
pengelasan dapat didefinisikan sebagai penyambungan dari beberapa batang logam
dengan memanfaatkan energi panas.
Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan pemanasan
atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di buat lumer atau
dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur nyala listrik (gas
pembakar) sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa yang kuat
dan tidak mudah dipisahkan. Saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh
jenis pengelasan tersebut hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia yaitu
pengelasan dengan menggunakan busur nyala listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW)
dan las karbit (Oxy acetylene welding/OAW).
Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa
di dalam praktek maupun teori pengelasan sehingga kelak dapat menunjang keterampilan
dan kemampuan mahasiswa di dalam dunia teknik pemesinan.

2. Tujuan.
Tujuan umum praktikum pengelasan dasar adalah :
a. Siswa memiliki ketrampilan.
b. Siswa mampu melakukan pekerjaan sesuai lembar kerja.
c. Siswa mampu menggunakan alat kerja dengan baik dan benar.
d. Siswa dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Tujuan Khusus praktikum pembentukan dasar antara lain :


a. Mahasiswa mengetahui praktikum pengelasan.
b. Mahasiswa mengetahui alat dan kelengkapan pada mesin las busur
listrik Shielded metal arc welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)
c. Mahasiswa mengetahui APD yang digunakan.
d. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara mengoperasikan mesin las busur
listrik (Shielded metal arc welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)
e. Mahasiswa mengetahui penyebab dan kendala yang di alami selama
kegiatan praktik pengelasan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

3. Pengertian pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah Manual Metal Arc
Welding (MMAW) atau Las elektroda terbungkus adalah suatu proses penyambungan dua
keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan
sumber panas listrik dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus. Pada proses
las elektroda terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam
induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas.
Panas inilah yang mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara
setempat. Busur listrik yang ada dibangkitkan oleh mesin las.Elektroda yang dipakai berupa
kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks. Dengan adanya pencairan ini maka
kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan logam induk,
terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah logam lasan (weldment) dan terak
(slag).
Tegangan yang digunakan pada las busur listrik sangat menentukan terjadinya
loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin mudah terjadi loncatan bunga api
listrik. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa tegangan yang tinggi akan membahayakan
operator las, karena tubuh manusia hanya mampu menderita tegangan listrik sekitar 42
volt. Selain penggunaan arus dan tegangan yang bisa membahayakan operator, nyala
busur listrik juga memancarkan sinar ultra violet dan sinar infra merah yang berinteraksi
sangat tinggi. Pancaran atau radiasi dari sinar tersebut sangat membahayakan mata
maupun kulit manusia.
Keuntungan pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)
a. Biaya awal invesmen rendah
b. Secara operasional handal dan sederhana
c. Biaya material pengisi rendah
d. Material pengisi dapat bermacam-macam
e. Pada semua material dapat memakai peralatan yang sama
f. Dapat dikerjakan pada ketebalan berapapun
g. Dapat dikerjakan dengan semua posisi pengelasan
Kekurangan dari pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)
a. Lambat, dalam penggantian elektroda
b. Terdapat slag yang harus dihilangkan
c. Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus
d. Efisiensi endapan rendah.

4. Perlengkapan pengelasan busur listrik


Alat utama las busur manual adalah sebagai berikut:

a. Kabel tenaga
Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan
dengan bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan input trafo las.
Hal ini menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis kawatnya
(serabut/tidak). Selanjutnya dalam menginstal harus kuat dan tidak mudah lepas,
sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak panas.

b. Trafo las
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan
tentang kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada
trafo las tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah
pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH
atau 1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda yang akan
digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari trafo tersebut. dalam
hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty cycle yang tinggi untuk ampere yang
tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai dengan 200 A. langkah
berikutnya gunakan tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus
pengelasan pada indikator dengan kenyataannya yang terlihat pada tang
ampere.
Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini
terkait dengan jenis elektroda yang akan digunakan. jika menggunakan multi
electrode, pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus
dilihat instalasinya. Kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan
kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang kering atau basah. setelah
diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada kabel tenaga di on kan,
selanjutnya saklar pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan kabel
elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan. atur arus pengelasan yang
dibutuhkan dan selanjutnya gunakan untuk mengelas. Apabila proses
pengelasan telah selesai, trafo las dimatikan kembali.

c. Kabel elektroda dan kabel massa


Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut
sehingga lentur dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las
(lihat ketentuan pada tabel) kabel las. Kabel elektroda dan kabel massa harus
terkoneksi )terinstall dengan kuat dengan trafo las agar aliran arus pengelasan
sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator ampere pada trafo las.
Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat pengelasan harus
disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi terurai, tidak tertekuk dan saling
berlilitan. Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus pengelasan akan
maksimal. Jika sudah tidak dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung
dan diletakkan dengan benar tidak saling berbelit agar mudah dalam
penggunaan di waktu yang lain.

d. Pemegang elektroda dan penjepit massa


Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah
menghantarkan arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaha. Pada
pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga
memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang elektroda. Dalam
penggunaannya elektroda harus ditempat pada sela-sela yang ada, dapat
diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45 derajat terhadap
pemegang elektroda. Sedang pada penjepit massa dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda kerja.
Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan terkena
busur las. Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda disisakan 1 inch
sehingga tidak sampai habis menyentuh pemegang elektroda. Sedangkan
pemegang massa tidak diperkenankan untuk menjadi tempat mencopa
elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda kerja
ditempatkan pada dekat benda kerja atau meja las dengan kuat agar aliran listrik
dapat maksimal/tidak banyak arus yang terbuang.
5. Alat-alat bantu las
Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan teknik
yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian
rupa sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain. Alat bantu
las diantaranya adalah:

a. Meja las
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang
dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah
bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan
benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan dilakukan di
meja las.

b. Palu terak
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan.
Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil
pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah
merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek
ketajamannya dan kondisinya. Apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan
dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu
terak pada tempatnya secara rapi.

c. Palu konde
Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg.
penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan
permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk
sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi.
atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan. Palu konde juga
harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus
tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya.

d. Gerinda tangan
Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las
berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu
dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di
sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda tangan
ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang
memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki cacat
pengelasan tadi.

6. Teknik Pengelasan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendukung hasil las yang
mulus,kuat dan efisien dintaranya:

a. Parameter Pengelasan yang meliputi panjang busur, arus listrik, dan


ketebalan benda

b. Menyalakan dan mematikan busur listrik


1). Scratcing Methode
2). Tapping method

c. Geraka elektroda
1). Gerkan menarik (dragging motion)
2). Gerakan maju-mundur (whipping motion)
3). Gerakan melebar (weaving motion)

d. Menyambung las
1). Terak yang ada didalam las dibersihkan
2). Lengkung listrik dinyalakan dengan jarak kira-kira setengah inchi
didepan kawah las
3). Elektroda digerakan ke kawah las dan diisi hingga sama besar
dengan jalur las sebelumnya

e. Perencanaan sambugan (joint design)


f. Posisi pengelasan (welding position)
7. Kawat elektroda
Kawat Elektroda terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang berselaput (fluks) dan tidak
berselaput yang merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las, yang ditunjukan pada
Gambar. Sedangkan fungsi fluks sendiri adalah untuk melindungi logam cair dari
lingkungan udara, menghasilkan gas pelindung, menstabilkan busur.
Kawat elektroda dibedakan menjadi elektroda untuk baja lunak, baja karbon
tinggi, baja paduan, besi tuang, dan logam non ferro. Bahan elektroda harus
mempunyai kesamaan sifat dengan logam (Suharto, 1991). Pemilihan elektroda pada
pengelasan baja karbon sedang dan baja karbon tinggi harus benarbenar diperhatikan
apabila kekuatan las diharuskan sama dengan kekuatan material.
Klasifikasi kawat elektroda diatur berdasarkan standar American Welding
Society (AWS) dan American Society Testing Material (ASTM).
Menurut standar AWS penomoran kawat elektroda dengan kode EXXYZ adalah
sebegai berikut :
E : Kawat elektroda untuk las busur listrik.
XX : Menyatakan nilai tegangan tarik minimum hasil pengelasan dikalikan
dengan 1000 Psi (60.000 Ib/in2) atau 42 kg/mm2.
Y : Menyatakan posisi pengelasan, 1 berarti dapat digunakan untuk
pengelasan semua posisi
Z : Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan arus AC atau DC
8. Pengelasan Oxy-Asetiline
Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual, dimana
permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala
(flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam
pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan. Disamping untuk keperluan
pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan sebagai: preheating,
brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi (production welding),
pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair & maintenance).
Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama
lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun demikian hampir
semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat dilas dengan las gas, baik dengan atau
tanpa bahan tambah (filler metal).
Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane, untuk
logamlogam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut
diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimana udara sendiri
mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon (0,9 %), neon,
hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas.

10. Pembakaran oxy-acetylene.


Pembakaran adalah persenyawaan secara kimiawi antara zat-zat yang mudah
terbakar dengan oksigen. Oksigen tersedia di udara atau dapat ditambah secara khusus,
misalnya dalam tabung-tabung oksigen.
Kecepatan nyala tergantung dari tekanan dan komposisi campuran gas, setiap
campuran gas oksigen. Kecepatan maksimum tergantung perbandingan gas asetilin dan
oksigen berkisar antara 1 : 25. Proses pengelasan oksi asetiline dilakukan dengan
membakar gas asetiline untuk mendapatkan nyala temperature tinggi guna melelehkan
logam induk dan logam pengisi

11. Nyala Api Pengelasan Oxy-Asetiline


Nyala hasil pembakaran dapat berubah tergantung pada perbandingan antara gas
oksigen O2 dengan gas esetiline C2H2. Berikut adalah macam penyalaan pada pengelasan
Oxy-Asetiline :
a. Nyala asetiline lebih atau nyala karburasi Kegunaannya
1. Untuk memanaskan
2. Untuk mengelas permukaan yang keras dan ;logam putih

b. Nyala netral Kegunaannya:


1. Untuk pengelasan biasa
2. Untuk mengelas baja atau besi tuang

c. Nyala oksigen lebih atau oksidasi Kegunaannya:


- Untuk brazzing

Cara Menyalakan dan Mematikan Api pada Pengelasan Oxy-Asetiline


Cara Menyalakan Api :
1. Buka katup tabung oksigen dan asetiline
2. Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan nosel yang dipakai
3. Buka sedikit katup asetiline brander
4. Nyalakan pemercik api dan sulutkan pada ujung brander
5. Buka perlahan katup oksigen pada brander
6. Atur katup oksigen dan asetiline sesuai nyala yang diinginkan
Cara Mematikan Api :
1. Tutup katup oksigen pada brander
2. Tutup katup asetile pada brander
3. Tutup katup pada tabung oksigen dan asetiline
4. Buka lagi katup oksigen dan asetiline pada brander untuk pembuangan sisa
gas yang masih ada pada selang gas
5. Tutup semua katup
12. Cacat-cacat Pada Pengelasan Oxy-Asetiline
Dengan kondisi pengelasan yang benar, teknik dan meterial sesuai standar, akan
menghasilkan pengelasan yang sangat berkualitas. Tetapi seperti pada proses pengelasan
yang lain, cacat las dapat terjadi.

Cacat yang sering terjadi pada proses pengelasan Oksi-Asetilin antara lain :
Penetrasi yang kurang sempurna
Fusi yang kurang sempurna
Undercutting
Porosity
Longitudinal crak
13. Jenis Sambungan Pengelasan

1. Posisi datar
Pola pergerakan torch yang bergelombang direkomendasikan untuk proses
pengelasan posisi datar. Untuk single-pass, butted joint, pergerakan torch dilakukan
dengan pergerakan agak kebelakang. Untuk pengelasan butt joint agak sedikit
menekan dinding untuk memastikan semua area terisi.

2. Posisi Horizontal
Untuk pengelasan fillet joint posisi horizontal, pergerakan melingkar
direkomendasikan. Untuk pengelasan butt joint, gerakan maju mundur dan sedikit
menekan dinding benda kerja direkomendasikan.

3. Posisi Vertikal
Untuk pengelasan fillet joint posisi vertikal, pergerakan melingkar
direkomendasikan. Untuk pengelasan butt joint, gerakan maju mundur dan sedikit
menekan dinding benda kerja direkomendasikan.

4. Posisi diatas kepala (Overhead)


Untuk posisi overhead penelasan jangan terlau cepat, karena cairan mudah jatuh
dan susah menempel.

14. Bahaya Dalam Pengelasan


Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak hati-hati terhadap
penggunaan peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah. Beberapa risiko bahaya yang
paling utama pada pengelasan (Wiryosumarto dan Okumura, 2004) antara lain :
1. Cahaya dan sinar yang berbahaya
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat membahayakan
juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya tersebut meliputi:

a. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar
ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di
dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata
melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-akan ada benda
asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam kemudian mata akan
menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya rasa sakit ini akan hilang
setelah 48 jam.

b. Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan
kornea ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi
lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit
ini sifatnya juga hanya sementara.
c. Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih
berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar
inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan
pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia
yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan.

15. Alat Bantu dan Alat Keselamatan Kerja

1. Adapun alat bantu pada proses pengelasan sebagai berikut:

a. Sikat kawat (wire brush)


Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan
sisa-sisa terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak. Bahan
serabut sikat terbuat dari kawat-kawat baja yang tahan terhadap panas dan
elastis, dengan tangkai dari kayu yang dapat mengisolasi panas dari bagian
yang disikat.

b. Palu las (chipping hammer).


Palu las digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses
pemotongan dan pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya.
Pada waktu membersihkan terak, gunakan kacamata terang untuk melindungi
mata dari percikan bunga api dan terak. Ujung palu yang runcing digunakan
untuk memukul pada bagian sudut rigi-rigi. Palu las sebaiknya tidak digunakan
untuk memukul benda-benda keras, karena akan mengakibatkan kerusakan
pada bentuk ujungujung palu sehingga palu tidak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya.

c. Tang penjepit Untuk menjepit/memindahkan benda-benda yang panas


yang memperoleh panas dari hasil pemotongan dan pengelasan. Tangkai tang
biasanya diisolasi.

2. Adapun alat keselamatan kerja unutuk pengelasan sebagai berikut:


1.Topeng las (welding mask)
Untuk melindungi mata, kepala/rambut operator dari percikan-percikan pada
saat melakukan pemotongan dengan oksi-asetilin atau api las dan benda
benda panas lainnya. Juga untuk melindungi muka operator las terhadap
percikan hasil pemotongan, dan ledakan percampuran gas yang tidak
sempurna.

2.Sarung tangan kulit


Pekerjaan mengelas dan pemotongan selalu berhubungan dengan panas,
kontak dengan panas sering terjadi yaitu pada saat pengelasan dan
pemotongan benda kerja yang memperoleh panas secara konduksi dari proses
pengelasan dan pemotongan. Untuk melindungi tangan dari percikan-percikan
api las dan percikan pada saat pemotongan benda-benda panas maka operator
las harus menggunakan sarung tangan.

3.Jaket kulit/Apron kulit.


Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan operator dari
percikan-percikan api las pada saat proses pengelasan dan pemotongan
benda kerja serta pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka
pada baian badan perlu dilindungi dengan menggunakan jaket kulit atau apron
kulit.
4.Kaca mata pengaman (safety glasses)
Untuk Melindungi mata pada saat membersihkan kampuh las serta terak hasil
dari pemotongan yang menggunakan palu terak maupun mesin gerinda.
BAB III
PENUTUP

16. Kesimpulan Mengacu pada permasalahan dan pembahasan pada bab 3 terkait
proses pengelasan menggunakan las busur listrik atau las SMAW (Shield Metal Arc
Welding) didapat beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Untuk dapat mengelas dengan hasil lasan yang baik, perlu latihan dalam jangka
waktu yang tidak singkat.
2. Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan hasil
lasan. Jika terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena kurang waktu
pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk cairan elektroda menembus
bahan dasar. Bila terlalu lambat akan menghasilkan alur lasan yang lebar, kasar dan
kuat, hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya). Oleh
karena itu kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.
3. Bila elektroda baru dipasang (masih panjang) maka ada kemungkinan ujung
elektroda tidak stabil saat digunakan untuk mengelas. Seperti tangan kita gemetar.
Tetapi jika elektroda sudah setengah dalam mengelas ini relatif cukup stabil.
4. Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil lasan.
Jika terlalu dekat elektroda bisa nempel pada benda kerja dan jika terlalu jauh
lelehan elektroda tidak akan menumpuk dan jika sangat jauh elektroda akan mati.
5. Saat penyambungan dua buah benda diusahakan pada bagian sambungan
tidak ada rongga, maka hasil lasan akan rapih dan kuat.
6. Pengelasan sudut dalam dan sudut luar harus memperhatikan lelehan elektroda
agar memperoleh sambungan yang baik dan rapih.

Untuk proses pengelasan menggunakan las oxy-aseteline didapat kesimpulan


diantaranya adalah:
1. Pada pengelasan menggunakan las oxy-aseteline ada 3 macam nyala yang
dihasilkan yaitu nyala karburasi, nyala netral dan nyala oksidasi.
2. Nyala yang sering digunakan pada saat mngelas menggunakan las oxy-
aseteline adalah menggunakan nyala netral. Dikarenakan nyala netral yang
menghasilkan nyala yang stabil untuk proses pelelehan benda kerja atau bahan
tambah berupa kawat
3. Proses penyambungan dua benda kerja berupa plat saat menggunakan las
oxy-aseteline harus memperhatikan tingkat kemetangan lelehan benda kerja
atau bahan tambah yang berupa kawat
4. Penyambungan sudut luar dan sudut dalam menggunakan las oxy-aseteline
diperoleh dari pelelehan bahan tambah yang optimal serta tingkat kerpatan
sambungan yang akan dilas.

Penggunaan alat bantu dan alat keselamatan kerja juga perlu diutamakan,
karena pada dasarnya jika kita mengindahkan keselamatan kerja maka akan
diperoleh hasil yang baik pada saat praktek.

17. Saran
Sebaiknya jumlah alat diperbanyak dan dalam kondisi yang baik sehingga dapat
praktikum berlangsung dengan baik, tertib dan cepat. Keadaan bengkel yang kurang
tertata, seharusnya sebagai laboratorium mesin harus bersih. Sehingga nyaman dan tidak
mengganggu keselamatan pekerja. Kurangnya peralatan kerja, seharusnya peralatan
dapat dipenuhi karena kerja bangku merupakan dasar dari praktik permesinan lainnya.
Juga mempengaruhi hasil dari pekerjaan.sedikit,itu mengakibatkan keterlambatan
menyelesaikan pekerjaan. Semua pekerjaan yang kita lakukan akan berhasil apabila
disertai jiwa yang sabar, ulet, terampil dan mau bekerja keras.

Anda mungkin juga menyukai