Paparan PLPBK Heritage Sulsel
Paparan PLPBK Heritage Sulsel
Penataan kawasan wisata Kuburan Batu melalui PLPBK dengan view panorama alam Kota
Rantepao berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat (miskin) melalui
pengelolaan kawasan wisata. Di kawasan ini sudah dikembangkan kursus Bahasa Inggris
bagi anak-anak putus sekolah untuk dilatih menjadi pemandu wisata.
Gazebo di sekitar Kuburan Batu sebagai tempat Panorama alam Kota Rantepao dilihat dari pelataran puncak
peristirahatan sebelum mencapai puncak Bukit Tambolang Bukit Tambolang sebagai salah satu daya tarik wisatawan
UPACARA ADAT PEMAKAMAN DI KUBURAN BATU
Mayat sedang dibawa anggota keluarga untuk Anggota keluarga mayat beristirahat di Gazebo
dimakamkan di Kuburan Batu
Cilellang/Soangnge
(KP 1 : Penataan Lingkungan Permukiman
tepian Irigasi)
Galung Aserae
(KP 2 : Penataan Lingkungan Permukiman
didukung oleh pertanian tradisonal dan nilai-nilai
budaya lokal)
POLA PERMUKIMAN DAN TIPOLOGI HUNIAN
Pola permukiman Suku To Lotang di Galung
Aserae memusat pada satu kompleks
permukiman kecil yang masih memegang adat
istidat dan mematuhi serta menghormati
pemangku/tokoh adat mereka. Mereka
membentuk hunian yang berada sekeliling rumah
tokoh adat dan hidup secara rukun dan damai
dibawah naungan tokoh adat mereka yang biasa
dipangggil uwatta.
:
TRADISI MASYARAKAT YANG DILESTARIKAN
Komunitas To Lotang memiliki seorang
ketua adat yang menjadi panutan dan
penasehat dalam segala hal yang
menyangkut adat/ norma yang akan
dilaksanakan. Komunitas ini
menggunakan kain batik/sarung yang
menjadi ciri khasnya, utamanya pada hari-
hari adat.
Sarung dan kain batik serta penutup kepala warna
hitam sebagai pakaian identitas
Mulai dari turun ke sawah dilaksanakan acara mappalili (tradisi turun sawah), pembajakan
sawah, mappanobine (menghamburkan benih di sawah), mattaneng (mulai menanam padi
disawah), Marrumpu Ase (mengasapi tanaman padi), mappammula (tanda padi mulai akan
dipanen), kemudian terakhir adalah ritual Mappadendang sebagai perwujudan rasa syukur
atas keberhasilan pertanian mereka. Acara Mappadendang dilakukan di rumah tokoh adat
mereka. Acara ini ditandai dengan suara benturan antar kayu penumbuk (alu) dengan
lesung, suara benturan tersebut terdengar nyaring dan membentuk satu irama ketukan yang
khas
Tradisi dalam membangun rumah, ada beberapa ritual adat yang dilaksanakan yang dimulai
pada saat pemilihan bahan kayu, pembuatan rumah, mendirikan rumah sampai pada acara
pindah rumah. Dalam tradisi ini masyarakat Galung Aserae yang melakukannnya secara
gotong royong antar warga. Bangunan yang sudah jadi dan berdiri kokoh mulai ditempati
dengan berbagai tradisi adat masyarakat sebagai wujud rasa kesyukuran pemilik rumah
Prosesi ritual pembangunan rumah oleh Tokoh adat Rumah didirikan secara bergotong royong setelah acara ritual
TRADISI UPACARA PERKAWINAN DAN KEMATIAN