PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan
dengan Kasus Sindrom Steven Johnson.
2. Tujuan Khusus
a. Secara khusus '' Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Steven
Johnson '', ini disusun supaya :
b. Perawat dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi,
tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaa,
serta komplikasi dari Sindrom Steven Johnson.
c. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Sindrom Steven Johnson.
d. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang Sindrom Steven
Johnson pada klien.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Steven-Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi mengancam
jiwa yang mempengaruhi kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis
terpisah dari dermis. Syndrom ini diperkirakan oleh karena reaksi
hipersensitivitas yang mempengaruhi kulit dan membran mukosa (NANDA
NIC-NOC, 2015:146)
Klasifikasi
1. Derajat 1 : erosi mukosa SJS dan pelepasan epidermis kurang dari 10%
2. Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%
3. Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%
(NANDA NIC-NOC, 2015:146)
2.2 Etiologi
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang
dapat dianggap sebagai penyebab adalah:
1. Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)
Penisilline dan semisentetiknya
Sthreptomicine
Sulfonamida
Tetrasiklin
Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol,
metampiron dan paracetamol)
Klorpromazin
Karbamazepin
Tegretol
Jamu
2. Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)
3. Neoplasma dan faktor endokrin
4. Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X)
5. Makanan
2.4 Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh
reaksi hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya
komplek antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi
aktifitas sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang
kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada
organ sasaran (target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat
limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama
kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang.
Reaksi Hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi dalam
darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir.
Antibodi tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam
jaringan kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke
jaringan menyebabkan terbentuknya kompleks antigen antibodi ditempat
tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast
sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya rekasi
tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-
sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan
sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang tersering ialah bronkopneunomia yang didapati sejumlah 16
% diantara seluruh kasus yang ada. Komplikasi yang lain ialah kehilangan
cairan atau darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata
dapat terjadi kebutaan karena gangguan lakrimasi.
2.8 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup
diobati dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya
buruk dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat.
Kortikosteroid merupakan tindakan file-saving dan digunakan
deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia
yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang
menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya
gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
2. Diagnosa II
1. Kaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai.
Rasional : memberikan px/orang terdekat rasa kontrol,
meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat
memperbaiki pemasukan
2. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional : membantu mencegah distensi
gaster/ketidaknyamanan.
3. Hidangkan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional : meningkatkan nafsu makan.
4. Kerjasama dengan ahli gizi
Rasional : kalori protein dan vitamin untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan berat badan
dan mendorong regenerasi jaringan.
3. Diagnosa III
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.
Rasional : nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat
beratnya keterlibatan jaringan.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar ex : pijatan pada area yang
sakit.
Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot
dan kelelahan umum.
3. Pantau TTV.
Rasional : metode IV sering digunakan pada awal untuk
memaksimalkan efek obat.
4. Berikan analgesik sesuai indikasi.
Rasional : menghilangkan rasa nyeri.
4. Diagnosa IV
1. Kaji respon individu terhadap aktivitas.
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan individu dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari.
2. Bantu klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dengan tingkat
keterbatasan yang dimiliki klien.
Rasional : energi yang dikeluarkan klien lebih optimal.
3. Jelaskan pentingnya pembatasan energi.
Rasional : energi penting untuk membantu proses metabolisme
tubuh.
4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas klien.
Rasional : klien mendapat dukungan psikologi dari keluarga.
5. Diagnosa V
1. Kaji dan catat ketajaman penglihatan.
Rasional : menentukan kemampuan visual.
2. Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak.
Rasional : memberikan keakuratan terhadap penglihatan dan
perawatan.
3. Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan :
- Letakkan alat-alat yang sering dipakai dalam jangkauan
penglihatan klien.
- Berikan pencahayaan yang cukup.
- Berikan bahan-bahan bacaan dengan tulisan yang besar.
5.1 Pengkajian
KASUS
Seorang anak usia 5 Tahun di bawa ke RS. Sari Mutiara dengan Keluhan
Sakit Kepala, batuk,Pilek dan demam dengan Temperatur 390C, sulit menelan
dikarenakan adanya lesi di bibir dan nyeri tenggorokan, muncul bintik-bintik
merah, eritema di seluruh tubuh dan wajah, tidak selera makan, mual dan
muntah. TTV : RR 28 x/i, HR 80 x/i. Turgor Kulit Jele. Ibu mengatakan BB
anak menurun dari 25 kg menjadi 22 kg dalam waktu 2 bulan dan anak tidak
selesara makan.
1. BIODATA
a. Identitas Pasien
Nama : Valen Zega
Umur : 5 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Jln. Bhakti Luhur
Tanggal Masuk : 1 Maret 2012
No. Register : 11112011
Ruang/Kamar : II/Rajawali
Golongan Darah : AB
Tanggal Masuk : 1 Maret 2012
Tanggal Pengkajian : 2 November 2011
Diagnosa Medis : Sindrom Stevens Jhonson
b. Penanggung Jawab Pasien / Keluarga Terdekat
Nama : Jhon Irwan zega
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ayah pasien
Alamat : Jln. Bhakti Luhur
c. Keluhan Utama
Sakit kepala, batuk, pilek,demam, sulit menelan, nyeri
tenggorokan,muncul bintik-bintik merah pada kulit, tidak selera makan,
mual, muntah, berat badan menurun (sebelum 25kg, sesudah 22kg)
2. RESUME
TTV :
1. Temp : 390C
2. Nadi : 80x/menit
3. RR : 28x/menit
4. BB : 22 kg
7. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan lingkungan rumah : Kurang Bersih
b. Bahaya : Penumpukan Sampah
c. Polusi lingkungan rumah : Polusi Kendaraan
9. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital (Tanggal : 1 Maret )
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat kesadaraan : sadar
c. Suhu / Temp : 390C
d. Denyut Nadi / Pols : 80X/menit
e. Pernafasan / RR : 28X/menit
3. Hidung / Penciuman
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
Fungsi penciuman : baik
Lubang hidung : simetris
Polip : tidak ada
Sinusitis : tidak ada
Pernah mengalami flu : pernah
4. Telinga / Pendegaran
Bentuk : normal
Peradangan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
Fungsi pendegaran : baik
Alat bantu pendengaran : tidak
6. Leher
Kelenjar getah bening : Normal
Kelenjar tiroid : Normal
Vena jugularis : Normal
Kekakuan : Tidak ada
7. Thorax
Bentuk rongga : Simetris
Bunyi nafas : Tidak ada
Irama pernafasan : Normal
Bunyi jantung : Tidak ada
Nyeri dada : Tidak ada
8. Abdomen
Bentuk : simetris
Turgor kulit : jelek
Massa / cairan : tidak ada
Hepar : baik
Ginjal : normal
Bising usus : normal
9. Perineum / Genetalia
Kebersihan perineum : bersih
Perdarahan : tidak ada
Peradangan : tidak ada
Haemoroid : tidak ada
Alat genetalia : bersih
10. Sirkulasi
Suara jantung: Normal
Suara jantung tambahan: tidak ada
Palpitasi : normal
Perubahan warna kulit, kuku, bibir : ada
Edema jaringan : tidak ada
Nadi : tidak Normal
11. Neurologis
Memori saat ini : Normal
Memori yang lalu : Normal
Keluhan pusing : ada
Lama tidur : 7 jam
Gangguan tidur : (+)
Genggaman tangan kiri/kanan : melemah
12. Muskuloskletal
Pergerakan ekstremitas : lemah
Kekuatan otot : menurun
Fraktur : tidak ada
Kelainan tulang belakang : tidak ada
Traksi / spalk/ gips : tidak ada
13. Pencernaan
Mulut : kotor dan kering
Tenggorokan : nyeri
Abdomen : normal
Nafsu makan : menurun
Porsi makan :1/2piring
14. Eliminasi
Pola BAB : 2 kali/Hari
Konstipasi : tidak ada
Diare : tidak ada
Riwayat perdarahan : tidak ada
Pola BAK : 5 kali/hari
Jumlah urin : 900 cc
Inkontinensia : mampu
Karakter urin : bau ke kuning-kuningan
Hematuria : tidak ada
Peradangan : tidak ada
Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : ada
15. Integumen
Turgor kulit : jelek
Tekstur kulit : kering
Kelembapan : kering
Lesi : (+)
Jaringan parut : tidak ada
Suhu : 390C
Edema : tidak ada
Eritema : Kemerahan
10. Analisa data
No. Data Etiologi Problem
DS :
o Nyeri Tenggorokan
o Sakit kepala
DO :
Wajah meringis
1 Inflamasi pada kulit Nyeri
Lesi di bibir
Eritema
RR 28x/i
DS :
mual dan muntah
sulit menelan
tidak selera makan
Intake tidak adekuat karena Nutrisi kurang dari
2
adanya lesi kebutuhan
DO :
lesi di bibir
Nyeri Tenggorokan
DO :
Bintik-bintik merah Gangguan integritas
3 eritema
pada kulit dan wajah kulit
Kulit kering
5.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan
wajah meringis,nyeri tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema,
RR 28x/i
2. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake tidak adekuat karena adanya lesi ditandai dengan
nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25 kg
menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
3. Gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada
kulit dan wajah, kulit kering
3.3 Perencanaan
DX 1
1. Kaji tingkat skala nyeri 1 10, lokasi dan intensitas nyeri
2. Anjurkan dan ajarkan klien tehnik relaksasi nafas dalam
3. Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
DX 2
1. Anjurkan keluarga untuk membersihkan mulut klien sebelum dan sesudah
makan
2. Berikan makan dan makanan sedikit tapi sering
3. Hidangkan makanan dalam keadaan hangat
DX 3
3.1 Pertahankan seprei bersih, kering dan tidak berkerut
3.2 Kaji Kulit Setiap hari. Catat warna, turgor sirkulasi dan sensasi.
Gambarkan lesi dan amati
3.3 Kolaborasi berikan matras atau tempat tidur busa /flotasi
3.4 IMPLEMENTASI
DX 1
1. Jam 10.00 wib
Mengkaji tingkat skala nyeri
Skala : 7
2. Jam 10.30 wib
Menganjurkan dan mengajarkan teknik relaksasi
Teknik : Tarik napas dalam
3. 11.15 wib
Meningkatkan periode tidur tanpa gangguan.
Caranya : Mengurangi batas kunjungan pasien
DX 2
1. Jam 09.00 wib
Menganjurkan keluarga untuk membersihkan mulut klien.
Mengajarkan cara membersihkan mulut.
2. Jam 10.00 wib
Memberikan makanan sedikit tapi sering
3. Jam 11.30 wib
Memberikan makanan hangat
DX 3
1. Jam 09.50 wib
Mengganti seprei lama dengan seprei baru
2. Jam 09.50
Memberikan matras
3. Jam 13.00
Mengkaji warna, turgor sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati
3.5 EVALUASI
DX 1
Subjek :
Px mengatakanyeri Tenggorokan
Objek :
Lesi bibir
Lesi Wajah
Skala nyeri 4
Assestment :
Belum Teratasi
Planning :
Intervensi lanjutkan (1-3)
DX 2
Subjek :
Px mengatakan sulit menelan
Px mengatakan mual dan muntah
Objek :
Ansietas (+)
BB turun 3 kg
Assestment :
Belum Teratasi
Planning :
Intervensi 1-3 diulangi
DX 3
Subjek:
--
Objek
Turgor mulai membaik
Bintik-bintik merah pada kulit dan wajah
Kulit mulai membaik
Assestment :
Belum teratasi
Planning :
Ulangi intervensi 1-3
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat
yang terdiri dari eropsi kulit, kelainan mukosa dan konjungtivitis dengan
keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan pada kulit
berupa eritema, vesikel/bula dapat disertai purpura. Penyebab dari penyakit
SSJ ini belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat
dianggap sebagai penyebab infeksi virus, jamu, bakteri, obat, makanan, dan
lain-lain. sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa kelainan kulit,
kelainan selaput lendir, kelainan mukosa, kelainan mata. Adapun diagnosanya
berupa gangguan integritas kulit, gangguan nutrisi, gangguan nyaman,
gangguan intoleransi aktivitas, gangguan persepsi sensori.
5.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok menyadari masih minimnya bahan
yang kelompok gunakan untuk menyusun makalah ini. Untuk itu kelompok
menyarankan supaya ada pihak lain dapat membahas masalah ini lebih
mendalam mengenai masalah ini. Dan tentunya bagi perawat yang melakukan
asuhan keperawatan diharapkan harus menganalisa keadaan pasien dengan
baik dan tepat.